Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir Soetriono, MP
Oleh:
Achmad Fashih Haryadi
(131510601150)
(131510601151)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah. Sumber daya alam dapat dikelola dengan baik dan dapat menghasilkan
sesuatu yang berharga bagi masyarakat Indonesia. Sektor sumber daya alam yang
dapat dikembangkan dari Indonesia adalah sektor pertanian karena ditunjang
dengan struktur tanah yang baik untuk digunakan bercocok tanam. Pertanian
Indonesia dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga negara Indonesia
seperti penenuhan kebutuhan pangan dan papan (Christianto, 2013).
Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang
melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan
mikrobia) untuk kepentingan manusia. Pertanian dalam arti sempit diartikan
sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis
tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim. Suatu usaha pertanian dapat
melibatkan berbagai sektor atau subjek secara bersama-sama dengan alasan
efisiensi dan peningkatan keuntungan. Semua usaha pertanian pada dasarnya
adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang
sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih atau bibit, metode
budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan
produk, dan pemasaran (Mareta dan Nur, 2011).
Pembangunan pertanian dapat berjalan dengan baik apabila dilakukan
dengan pendekatan sistem agribisnis. Pendekatan sistem agribisnis dinilai sangat
strategis antara lain karena: (1) keterkaitan antar sektor akan semakin kuat
sehingga program pengembangan pertanian dan sektor lainnya harus selaras dan
saling menunjang; (2) nilai tambah terbesar diperoleh dari pengolahan dan
tataniaga sehingga kedua bidang ini harus dikembangkan untuk meningkatkan
nilai tambah sektor pertanian; (3) pengembangan agribisnis terkait langsung
dengan pembangunan pedesaan sehingga diharapkan mampu memecahkan
masalah
ketenagakerjaan,
meningkatkan
pendapatan
dan
mengentaskan
kelembagaan
penunjang
(supporting
institution
subsystem).
pertanian
telah
terbukti
memiliki
peranan
penting
bagi
merupakan
salah
satu
komuditas
utama
yang
banyak
maka samel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua orang responden
dengan pertimbangan bahwa jumlah sempel tersebut cukup representati untuk
mewakili populasi.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Data tersebut yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer dan data sekunder dijelaskan sebagai berikut :
1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian
dilakukan. Hasil dari wawancara diperoleh data langsung dari informan yang
berkaitan dengan kegiatan usahatani jagung di Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember.
2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan
dengan cepat. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah literatur,
artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang
dilakukan. Data sekunder dari penelitian ini diperoleh melalui studi
kepustakaan dan instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini. Data
sekunder yang digunakan yaitu data luas lahan, tingkat produktifitas dan hasil
produksi usahatani jagung di Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian.
3.5 Metode Analisis Data
Pengujian hipotesis pertama mengenai analisis LQ
Pengujian hipotesis kedua mengenai efisiensi usahatani jagung di
Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember menggunakan rumus R/C Ratio.
Menurut Soekartawi (1995), bahwa R/C ratio atau return cost ratio adalah
perbandingan (nisbah) antara penerimaan dengan biaya produksi. R/C ratio
dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
TR
: Penerimaan total (Rp)
TC
: Biaya total (Rp)
Dengan kriteria:
Bila R/C ratio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan.
Bila R/C ratio = 1, maka usaha tersebut impas atau tidak untung dan tidak rugi.
Bila R/C ratio < 1, maka usaha tersebut tidak efisien dan tidak menguntungkan
Pengujian hipotesis ketiga mengenai pendapatan petani jagung di
Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember dengan menggunakan analisis
pendapatan. Menurut Soekartawi (1995) formulasi pendapatan adalah sebagai
berikut :
Pd = TR TC
dimana:
Pd
TR
TC
= pendapatan usahatani
= total penerimaan
= total biaya
Menurut Rosyidi (2004) total penerimaan diperoleh dengan rumus sebagai
berikut:
TR = P . Q
dimana:
TR
= harga/price (Rp)
TFC
TVC
b.
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Analisis LQ
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di daerah Jawa Timur.
Kabupaten Jember pada Sektor Pertanian memiliki beberapa komoditas unggulan
seperti Tembakau, Kopi, Kakao, Karet, Padi, dan sebagainya. Pada umumya
sebagian besar wilayah pertanian Kebupaten Jember ditanami dengan komoditas
pangan seperti padi, jagung, kedelai, dan lain-lain. Salah satu kecamatan yang
memiliki potensial tinggi untuk produksi komoditas pangan yaitu Kecamatan
Jenggawah. Terdapat lima sub-komoditas pangan yang sering ditanam oleh
masyarakat Kecamatan Jenggawah yaitu padi, Jagung, kedali, kacang tanah dan
ubi kayu. Dari kelima sub-komodiitas pangan tersebut dilakukan suatu analisis
Location Quotient (LQ), yaitu suatu metode untuk mengidentifikasi sektor
unggulan(basis) dalam suatu wilayah, teknik analisis location quotient (LQ)
merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam
sektor kegiatan tertentu. Setelah dilakukan analisis Location Quotient (LQ) dapat
diketahui bahwa wilayah Kecamatan Jenggawah sangat potensial untuk produksi
jagung sebagai komoditas unggulan.
4.2 Analisis Pendapatan
Panen merupakan saat yang dinantikan petani sebagai perwujudan
keberhasilan dalam melakukan budidaya jagung. Harga bonggol jagung rata-rata
Rp 130.000/kw. Secara umum tujuan usahatani jagung pada akhirnya untuk
memperoleh pendapatan dan tingkat keuntungan yang layak dari usahataninya.
Pendapatan adalah total penerimaan setelah dikurangi dengan dengan biaya
produksi. Kalau pendapatan itu positif maka akan disebut keuntungan (laba)
sedangkan jika pendapatan negatif disebut dengan rugi. Kegairahan petani untuk
meningkatkan kualitas produksinya akan terjadi selama harga produk berada di
atas biaya produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan total
usahatani jagung pada masing-masing responden, yaitu :
Responden 1
Responden 2
= TR TC
= TR TC
= 11.700.000 6.286.000
= 13.000.000 5.297.000
= 5.414.000
= 7.703.000
Responden 2 :
R/C = TR : TC
R/C = TR : TC
R/C = 1,86
R/C = 2,45
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data sekunder yang kami peroleh di lapang diketahui bahwa
komoditas jagung merupakan salah satu produk unggulan di Kecamatan
Jenggawah yang sesuai dengan analisis LQ yang telah diketahui. Dari segi analisis
pendapatan diketahui bahwa usahatani jagung pada masing-masing responden
menghasilkan pendapatan yang tinggi yaitu responden 1 adalah sebesar Rp
5.414.000 dan responden 2 adalah sebesar Rp 7.703.000, sedangkan dari segi
analisis R/C ratio diketahui pada responden 1 sebesar 1,86 dan pada responden 2
sebesar 2,45 sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani jagung pada masingmasing responden sangat menguntungkan atau efisien dalam biaya.
5.2 Saran