OLEH
Baiq Hulhizatil Amni (H1A212011)
Husnul Asmaroni A.S. (H1A012021)
Yuyun Puspitarini (H1A012064)
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus
maupun jamur.Dari tahun ketahun pneumonia selalu menduduki peringkat atas penyebab
kematian bayi dan anak balita di Indonesia. Menurut Riskesdes 2007 pneumonia merupakan
penyebab kematian kedua setelah diare (15,5% diantara semua balita). Selain itu pneumonia
selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar setiap tahunnya difasilitas kesehatan.
Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam Pneumonia: The Forgotten Killer of
Children, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita
dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus
kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri
pneumokokus.1
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,
demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk
pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia.2
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas
cepat.Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan napas
cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita umur 2
tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2
bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2
bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. EPIDEMIOLOGI
Pneumonia adalah salah satu penyebab kematian paling umum di seluruh dunia.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan dengan penyumbang kematian terbesar pada anak
usia di balita (bawah lima tahun) (Depkes RI, 2008). Pneumonia membunuh anak lebih
banyak daripada penyakit lain, mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak-balita, membunuh
lebih dari 2 juta anak-balita setiap tahun yang sebagian besar terjadi di negara berkembang.
Oleh karena itu pneumonia disebut sebagai pembunuh anak nomor satu (the number one
killer of children). Di negara berkembang pneumonia merupakan penyakit yang terabaikan
(the neglegted disease) atau penyakit yang terlupakan (the forgotten disease) karena begitu
banyak anak yang meninggal karena pneumonia, namun sangat sedikit perhatian yang
diberikan kepada masalah pneumonia.3
Menurut WHO tahun 2008, insidens pneumonia anak-balita di negara berkembang
adalah 151,8 juta kasus pneumonia setiap tahun, 10% diantaranya merupakan pneumonia
berat dan perlu perawatan di rumah sakit. Di negara maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun
sehingga total insidens pneumonia di seluruh dunia ada 156 juta kasus pneumonia anak balita
setiap tahun. Terdapat 15 negara dengan insidens pneumonia anak balita paling tinggi,
mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya
terdapat di 6 negara, mencakup 44% populasi anak-balita di dunia.3
Kematian yang diakibatkan oleh pneumonia sebanyak 935,000 setiap tahun, lebih dari
2500 per hari. Anak-anak yang tinggal di 15 negara ini memiliki insiden tertinggi dengan
perkiraan jumlah kematian pneumonia untuk anak di bawah usia 5 di 2013: India (174.000),
Nigeria (121.000), Pakistan (71.000), DRC (48.000), Ethiopia (35.000), China (33.000),
Angola (26.000), Indonesia (22.000), Afghanistan (20.000), Kenya (18.000), Bangladesh
(17.000), Sudan (17.000), Uganda (6.000), Niger (5.000), Tanzania (14.000).4
Pada Gambar 2.2 terlihat bahwa sebagian besar provinsi mengalami penurunan period
prevalence pneumonia pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007. Terdapat 11 provinsi
(33,3%) yang mengalami kenaikan period prevalence pneumonia pada tahun 2013. 3
Menurut umur, period prevalence pneumonia tertinggi terjadi pada kelompok umur
balita terutama usia <1 tahun. Menurut daerah tempat tinggal, di perdesaan period prevalence
pneumonia (2,0%) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (1,6%). Sedangkan menurut status
ekonomi dengan menggunakan kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah kuintil indeks
kepemilikan semakin tinggi period prevalence pneumonia. 3
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan
meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan kasus pneumonia pada balita di
suatu wilayah sebesar 10% dari jumlah balita di wilayah tersebut. Berikut ini gambaran
penemuan peneumonia pada balita tahun 2008-2013. 3
Gambar 2.3 Cakupan penemuan pneumonia pada balita di Indonesia tahun 20082013.
Sampai dengan tahun 2013, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak
mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 23%-27%. Selama beberapa tahun
terakhir cakupan penemuan pneumonia tidak pernah mencapai target nasional, termasuk
target tahun 2013 yang sebesar 80%. 3
Angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 1,19%. Pada kelompok bayi
angka kematian lebih tinggi yaitu sebesar 2,89% dibandingkan pada kelompok umur 1-4
tahun yang sebesar 0,20%. 3
Gambar2.4jumlahkasuspneumoniapadabalitamenurutprovinsidankelompok
umurtahun2013.3
Gambar. 2.5 Case Fatality Rate pneumonia pada balita menurut provinsi dan
kelompok umur tahun 2013.3
2.2. ETIOLOGI
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri,
virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.1,2
Tabel 2.1 etiologi penyebab pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di
negara maju.5
Usia
Lahir 20 hari
Bakteri
E. colli
Bakteri anaerob
Streptoccus group B
Streptoccous group D
Listeria monocytogenes
Haemophilllus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus sitomegalo
Virus Herpes simpleks
3 minggu 3 bulan
Bakteri
Chlamydia trachomatis
Bordetella pertusis
Streptococcus pneumoniae
Virus
Moraxella catharalis
Virus Adeno
Staphylococcus aureus
Virus Influenza
Ureaplasma urealyticum
Bakteri
Bakteri
Virus
Virus sitomegalo
Bakteri
Chlamydia pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Moraxella catharalis
Streptococcus pneumoniae
Neisseria meningitidis
Virus
Staphylococcus aureus
Virus Adeno
Virus Influenza
Virus
Virus Varisela-Zoster
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial virus
5 tahun remaja
Bakteri
Bakteri
Chlamydia pneumoniae
Haemophillus influenzae
Mycoplasma pneumoniae
Legionella sp
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Virus
Virus Adeno
Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
Virus Varisela-Zoster
1. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai
usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi
pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut
jantungnya meningkat cepat.1
2. Virus
3) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan
dinding dada.
4) Bukan pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan
dinding dada.
5) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati
selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang
sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan
yang tinggi, dan demam ringan.
2. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
a. Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia Nosokomial (hospital-acquired pneumonia/
Nosocomial
pneumonia).
c. Pneumonia Aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
3. Berdasarkan agen penyebab
a. Pneumonia Bakterial / tipikal. Klebsiella pada penderita alkoholik,
staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama
pada penderita daya tahan tubuh lemah
penting
bagi
timbulya
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada
balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari
penyakit.Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka
diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan yang ada pada
balita.Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan
kematian akibat pneumonia adalah dengan pemberian imunisasi.Melalui
imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian
penyakit yang dapapat dicegah dengan imunisasi.
c) Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan
makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi,
karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat pemberian
ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan
kejadian pneumonia pada balita.
d) Umur Anak
Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia.Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur
dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status
kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas
yang masih sempit.
2. Faktor Ekstrinsik
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko
terjadinya pneumonia.Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak
mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan
berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang
berasal dari tempat yang kotor tersebut, yang berpengaruh diantaranya :
a) Ventilasi
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara
kotor dari ruangan yang tertutup.Termasuk ventilasi adalah jendela dan
penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang
tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri
patogen
b) Polusi Udara
Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan oleh
polusi di dalam dapur.Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor risiko
terhadap kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam rumah juga
dapat disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan
dan juga akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor.
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam
kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di RS.
Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu
makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Gejala gangguan
respiratori seperti batuk, sesak napas, retraksi dada,takipnea, napas cuping hidung, air hunger,
merintih, sianosis.7,8,9,10
Pneumonia pada neonatus dan bayi kecil
Sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan proses
persalinan
Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui
aspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari serviks ibu.
Serangan apnea
Sianosis
Merintih
Napas cuping hidung
Takipnea
Letargi, muntah
Tidak mau minum
Takikardi atau bradikardi
Retraksi subkosta
Demam
Sepsis pada pneumonia neontus dan bayi kecil sering ditemukan sebelum 48 jam
pertama
Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%
Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi
dengan
keganasan
dan
gangguan
kekebalan.
Faal
hati
mungkin
terganggu.2,6,7,8,9,10
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum
transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris
4.
dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen.2,6,7,8,9,10
Pemeriksaan Khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer
tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat
hipoksia dan kebutuhan oksigen.2,6,7,8,9,10
2.9 TATALAKSANA
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu diraawat inap. Indikasi perawatan
terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan, tidak
mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi, dan terutama
mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis
pneumonia harus dirawat inap.6,8
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik
yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena,
terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula
darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A
tidak terbukti efektif. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi
yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.6,8
Penggunaan antibiotik harus diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga
disebabkan oleh bakteri. Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan
karena tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotikdipilih
berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotikempiris didasarkan pada
kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan pasien serta
faktor epidemiologis.
1. Pneumonia rawat jalan
Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral
misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Pada pneumonia ringan berobat jalan, dapat
diberikan antibiotik tunggal oral dengan efektifitas mencapai 90%. Dosis amoksisilin
yang diberikan adalah 25 mg/KgBB. Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP
20 mg/kgBB sulfametoksazol). Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru,
dapat digunakan sebagai terapi alternatif beta-laktam untuk pengobatan inisial
pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S. Pneumoniae dan
bakteri atipik.
2. Pneumonia rawat inap
Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau
kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas, dapat
diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin. Terapi
antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa
komplikasi.
Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimulai
sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau meningitis. Antibiotik yang
direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti kombinasi beta-
Rekomendasi 1
Degan napas cepat tanpa dada atau tanda bahaya umum diterapi dengan
amksisiln oral sedikitnya 40 mg/kgBB/dosis 2x sehari (80 mg/kg/hari selama 5 hari.
Pada area prevalensi HIV rendah, berikan amoksisilin selama 3 hari.
Rekomendasi 2
Anak berusia 2-59 bulan dengan pneumonia retraksi dada, di terapi dengan
amoksisilin oral sedikitnya 40 mg/kgbb/dosis 2x sehari selama 5 hari
Rekomendasi 3
Anak berusia 2 59 bulan dengan pneumonia berat diterapi dengan ampicillin
(atau penicillin ) dan gentamicin parenteral sebagai obat lini pertama. Ampicillin 50
mg/kgBB atau benzyl penicillin 50.000 units per kgBB im/IV tiap 6 jam selama
minimal 5 hari dan gentamicin 7.5 mg/kgBB/im/iv sekali sehari selama minimal 5
hari. Seftriaksone dipakai sebagai obat lini kedua pada anak dengan pneumonia berat
yang gagal dengan obat lini pertama.
Rekomendasi 4
Ampicillin (atau penicillin bila ampicillin tidak tersedia) dsn gentamisin atau
seftriaksone direkomendasikan sebagai regimen antibiotik lini pertama untuk bayi
yang terinfeksi dan terkspos HIV dan untuk anak dibawah 5 tahun dengan pneumonia
retraksi dada atau pneumonia berat.Untuk bayi yang terinfeksi dan terkspos HIV dan
anak dengan pneumonia retraksi dada atau pneumonia berat yang tidak respon terapi
Rekomendasi 5
Terapi
empirik
kotrimoksazol
untuk
suspek
pneumocystis
jirovecii
Gambar 2.5 perbedaan klasifikasi dan tatalaksana pneumonia pada anak sebelumnya
dan setelah revisi di fasilitas kesehatan.11
Tabel 2.2 dosis pemberian amoksisilin untuk anak 2-59 bulan dengan pneumonia. 11
Umur kurang 2 bulan
Tanda
Trikan
dinding
dada
(TDDK kuat)
ATAU
Adanya nafas cepat 60
cepat,
PNEUMONIA BERAT
Tindakan
sakit
Beri 1 dosis antibiotic
Obati demam jika ada
Obati wheezing jika ada
Anjurkan ibu untuk tetap
memberikan ASI
ASI
Anjurkan ibu untuk kembali
control jika:
- Pernafasan
cmenjadi
parah
Tarikan dinding
dada bawah ke
dalam
>50x/menit
bln-<5
thn
bawah ke dalam
Tidak ada nafas
cepat
>40x/menit
dada
bln-<5
thn
<40x/menit
KLASIFIKASI
PNEUMONIA
PNEUMONIA
BATUK BUKAN
BERAT
TINDAKAN
PNEUMONIA
tindakan
ibu
untuk
perawatan
di
rumah
Beri antibiotic selama 3 hari
antibiotic
Obati demam Anjurkan ibu untuk control
Bila
batuk >3
minggu rujuk
Menasehati ibu
untuk
tindakan
perawatan
di
jika ada
Obati wheezing
jika ada
rumah
Obati
jika ada
Obati wheezing,
demam,
jika ada
PERIKSA DALAM 2 HARI YANG DIBERI ANTIBIOTIK
TANDA
MEMBURUK
Tidak
TETAP SAMA
dapat
minum
Ada TDDK
Ada tanda bahaya
TINDAKAN
MEMBAIK
Nafasnya melambat
Panasnya turun
Nafsu
makan
membaik
Teruskan
antibiotik
rumah sakit
ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat
ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
3. Memberikan Imunisasi Lengkap pada Anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi
yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT
(Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan.
4. Memeriksa Anak Sedini Mungkin Apabila Batuk
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk
mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan
napas cepat/sesak napas.
5. Mengurangi Polusi didalam dan diluar Rumah
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan
dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta
membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih,
cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang
memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.
6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran
pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk.
Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang
lain. Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar
dengan mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran
napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang
selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena
malnutrisi.
2.11 KOMPLIKASI
BAB III
HASIL ANALISIS DATA
Jumlah
44
41
85
Persentase (%)
51,8
48,2
100
Jumlah
8
57
20
85
Persentase (%)
9,4
67,1
23,5
100
Jumlah
6
58
5
16
85
Persentase (%)
7
68,2
5,9
18,9
100
Cara Pembayaran
BPJS/Jamkesmas
ASKES
Umum
Total
Jumlah
31
5
49
85
Persentase (%)
36,5
5,9
57,6
100
Jumlah
11
64
2
6
2
85
Persentase (%)
12,94
75,29
2,36
7,05
2,36
100
BB/PB
JK
P
Usia
BB
1 tahun
5 bulan
9,6
TB
Ket
(SD)
78 0,12
BB/U
Ket
(SD)
Baik
-1
PB/U
Ket
(SD)
Gizi
baik
-1
normal
DEA
DE
By A
MJ
VB
DA
By NH
M RP
NM
MYN
By IN
MHA
AZM
GJ
AHN
FT
DAA
BAM
1 tahun
5 bulan
8,8
70 +0,75
Baik
1 bulan
4,4
51 +2,66
Gizi
lebih
30 hari
4,8
51 +4,0
Obesitas
6 bulan
7,5
60 +3,5
2 bulan
5,5
60 -1,0
Baik
4 bulan
5,9
58 -0,8
Baik
5 bulan
5,5
60 -0,8
8 bulan
8,2
70 -0,33
Baik
1 tahun
10 bulan
8,3
95 -4,09
Gizi
buruk
1 tahun
25 hari
1 bulan
6,5
1 bulan
7 hari
68 +0
Baik
68 -2,050
gizi
kurang
54 +3,5
<-3
Perawakan
sangat
pendek
(0)-(1)
Gizi
baik
(-1)-(-2)
normal
(0)-(-1)
Gizi
baik
(-1)-(-2)
normal
(0)-(-1)
Gizi
baik
(-3)
Perawakan
sangat
pendek
Gizi
baik
(+1)
normal
(-1)
Gizi
baik
(-1)-(-2)
normal
(-1)-(-2)
Gizi
baik
(-2)
normal
(0)-(-1)
Gizi
baik
(0)-(-1)
normal
<-3
Gizi
buruk
+3
normal
-2
Gizi
baik
-3
Perawakan
pendek
> +3
obesitas
>+3
Sangat
tinggi
(+1)(+2)
Gizi
baik
(-1)-(-2)
normal
(-1)
Gizi
baik
(-2)-(-3)
pendek
(-1)-(-2)
Gizi
bqik
(-2)-(-3)
pendek
(-2)-(-3)
Gizi
kurang
(-1)-(-2)
normal
(+1)-(+)
Gizi
baik
(-2)
normal
Baik
5,7
Gizi
baik
Gizi
lebih
(-1)-(-2)
Obesitas
1 tahun
8,8
70 +0,5
Baik
8 bulan
7,3
65 -1,42
Baik
9 bulan
7 hari
68 -2,55
Gizi
kurang
4 bulan
8,1
60 +1,25
Baik
<-3
Gizi
buruk
< -3
Sangat
pendek
(-2)-(-3)
Gizi
<-3
Sangat
6 bulan
4,4
58 -2,5
gizi
kurang
1 tahun
6,9
63 +0,42
Baik
kurang
RW
BMK
HA
G
H
I
UH
Ar
FM
MT
CK
ZAG
MAA
NR
MA
N
IK
MAF
7 bulan
5,6
65 -2,12
gizi
kurang
2 bulan
5,7
60 -0,4
Baik
6 bulan
8,4
65 1,85
Baik
10 bulan
6 bulan
L
P
L
L
3 bulan
9 bulan
8 bulan
5 bulan
8,5
68 +0,75
Baik
68 -1,42
Baik
52 -2,66
Gizi
kurang
3
6,8
17
7,4
4 tahun
7,7
3 bulan
68 1,5
Baik
60 +2,8
Gizi
lebih
68 -0,22
Baik
53 +0
Baik
6 bulan
7,5
64 0,83
Baik
2 tahun
4 bulan
9,5
80 -1,12
Baik
2 tahun
8,2
78 -1,87
(-3)
Gizi
burk
-2
Normal
(0)-(+1)
Gizi
baik
(+1)(+2)
Normal
+1
Gizi
baik
(0)-(-1)
l
normal
Gizi
baik
(-1)
Normal
-1
Gizi
baik
(0)-(+1)
Normal
<-3
Gizi
buruk
<-3
Sangat
pendek
(-1)-(-2)
Gizi
baik
-1
nomral
+3
obesitas
<+3
Perawakan
sangat
tinggi
Gizi
baik
(-2)-(-3)
Perawakan
pendek
+1
Gizi
baik
(+2)
Normal
-3
Gizi
kurang
<-3
Sangat
pendek
(0)-(-1)
Gizi
baik
(-1)-(-2)
Normal
(-2)-(-3)
Gizi
kurang
(-3)
Sangat
pendek
(-2)-(-3)
Gizi
kurang
(-2)(-3)
Pendek
(-1)-(-2)
Gizi
baik
-2
Normal
(-1)
Gizi
baik
(-1)
Normal
(-1)-(-2)
Gizi
baik
(-2)
Normal
(0)-(+1)
Gizi
normal
Baik
110 0,80
Baik
8 bulan
7,2
66 -0,5
Baik
10 bulan
7,5
68 -0,133
Baik
10 bulan
7,5
68 -0,71
Baik
1 bulan
4,8
55 +0,8
Baik
pendek
baik
KAF
N
MNS
WU
AA
K
NS
AAR
BKN
MHR
AM
NM
IM
RR
AR
MFM
NS
MA
2 tahun
8,5
2 bulan
3 hari
4 bulan
6,1
74 -0,62
54 +1,75
Baik
61 -0,4
Baik
4 bulan
6,6
57 +3
10 bulan
8,4
66 +1,28
Baik
6 bulan
3 bulan
5,8
2,6
<-3
Sangat
pendek
(0)-(-1)
Gizi
baik
(-1)-(-2)
Normal
(-1)
Gizi
baik
(-1)-(-2)
Normal
(-1)
Gizi
baik
<-3
Sangat
pendek
(0)-(-1)
Gizi
baik
-3
Pendek
-2
Gizi
baik
(-2)-(-3)
Pendek
<-3
Gizi
buruk
<-3
Sangat
pendek
Baik
47 -1,0
Baik
(-2)-(-3)
Gizi
kurang
<-3
53 2,25
Gizi
kurang
Sangat
pendek
<-3
Gizi
buruk
<-3
Sangat
pendek
(-1)-(-2)
Gizi
baik
(-1)-(-2)
Normal
(0)-(-1)
Gizi
baik
(0)-(-1)
Normal
(-2)-(-3)
Gizi
kurang
<-3
Sangat
pendek
3 bulan
3,9
tahun
6,9
78 -3
Gizi
kurang
9 bulan
7,6
68 -0,16
Baik
2 tahun
3 bulan
11
86 -0,4
Baik
1 tahun
10 bulan
8,3
74 -0,4
Baik
0
Gizi
baik
-2
Normal
52 +2,33
Gizi
lebih
-2
Gizi
baik
normal
(-2)-(-3)
Gizi
kurang
-1
Normal
<-3
Gizi
buruk
<-3
Sangat
kurang
1 bulan
4,9
60 -0,2
Gizi
kuang
Baik
Gizi
lebih
(-2)-(-3)
4,5
5 bulan
5,5
68 -3,06
Gizi
buruk
3 bulan
4,3
58 -2,20
Gizi
buruk
2 tahun
68 -1,42
Baik
Normal
70 -3,14
Gizi
buruk
(-1)-(-2)
1 tahun
Gizi
buruk
<-3
p
L
8 bulan
7,2
66 -0,5
Baik
-1
Gizi
-1
Normal
baik
RD
MS
MR
DA
IMA
SIP
NH
MK
Arm
HF
MIH
BDA
Sa
IGR
M AA
Mrg
M
Sibrari
Al Fatih
2 bulan
16 hari
4,5
55 +0
-1
Gizi
baik
(-1)-(-2)
Normal
(0)-(+1)
Gizi
baik
(-2)-(-3)
Pendek
Baik
6 bulan
7,8
60 +3,6
Obesitas
pendek
6,9
59 +2,4
Gizi
baik
(-2)-(-3)
4 bulan
Gizi
lebih
(0)-(-1)
Obesitas
>+3
80 -2,1
gizi
kurang
+3
1,5
Bulan
Sangat
tinggi
(0)-(-1)
normal
1 tahun
72 +0,24
Baik
Gizi
baik
(-1)-(-2)
(-1)-(-2)
Gizi
baik
(0)-(-1)
Normal
(-1)-(-2)
Gizi
baik
(-1)-(-2)
Normal
+2
Gizi
baik
+3
Normal
(-1)-(-2)
Gizi
baik
Normal
(0)-(-1)
Gizi
baik
<-3
Perawakan
sangat
pendek
-3
Gizi
kurang
-3
Normal
(+1)(+2)
Gizi
baik
-2
baik
(-1)
Gizi
baik
(-2)-(-3)
Normal
(-2)
Gizi
baik
<-3
Perawakan
pendek
(0)-(-1)
Gizi
baik
(-1)-(-2)
Normal
(-2)-(-3)
Gizi
kurang
<-3
Perawakan
sangat
pendek
-3
Gizi
kurang
-2
Normal
L
P
9 bulan
5 bulan
8,2
9
7,5
5,5
5,7
70 (-1)-(-2)
60 0,8
Baik
1 bulan
3 bulan
23 hari
1 tahun
1 bulan
2 hari
8,3
69 +0,14
Baik
7 bulan
6 hari
63 -1,33
Baik
5,5
60 -0,2
Baik
56 +1,4
Baik
Baik
2 bulan
6,8
56 +4
Obesitas
6 bulan
6,5
60 +1,25
Baik
4 bulan
9 bulan
1 tahun
9 bulan
1 tahun
5,7
8,5
8,4
7
56 -1,650
68 +0,75
Baik
Baik
68 +0,57
Baik
71 -2,00
gizi
kurang
RA
BA
MH
PAK
SU
RW
AC
FA
Ad
RAG
KRS
NLD
JL
2 bulan
8,6
52 +1,25
Baik
5 bulan
5,8
61 -1,6
gizi
kurang
3 bulan
1 tahun
5 bulan
1 tahun
8 bulan
12,
6
7 bulan
3,2
5,6
50 -0,33
3 tahun
6 bulan
8
8
<-3
Perawakan
sangat
pendek
(-1)
Gizi
baik
(-1)-(-2)
Normal
<-3
Gizi
buruk
-2
Normal
65 -2,83
Gizi
kurang
(-1)-(-2)
Gizi
baik
(-2)-(-3)
Normal
(-1)-(-2)
Gizi
baik
(0)-(+1)
Normal
(-1)
Gizi
baik
(-1)-(-2)
Normal
(-2)-(-3)
Gizi
kurang
(-2)-(-3)
Pendek
<-3
Gizi
buruk
<-3
Perawakan
sangat
pendek
<-3
Gizi
buruk
<
3
Perawakan
pendek
(0)-(+1)
Gizi
baik
+2
Normal
gizi
kurang
Gizi
buruk
80 +2,77
75 -2,78
4,2
<-3
Normal
7,8
4 bulan
Perawakan
pendek
-1
11 bulan
(-2)-(-3)
Gizi
baik
Gizi
kurang
+1
Baik
2 tahun
(-2)-(-3)
Gizi
lebih
65 -0,5
Normal
Baik
6,8
7,8
-3
75 -0,1
9 bulan
9 bulan
Gizi
baik
gizi baik
(+1)(+2)
68 0,12
Baik
80 -1,750
Baik
42 (-1)-(-2)
75 -1,57
70 -0,28
gizi baik
Baik
Baik
Persentase (%)
3,53
0
65,88
17,65
12,94
100
Tabel Berat Badan per Panjang Badan (BB/PB) menurut WHO 2006
Status gizi (BB/PB)
Obesitas
Gizi lebih
Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk
Total
Jumlah
4
7
59
12
3
85
Persentase
4,71
8,23
69,42
14,11
3,53
100
Tabel Pasien Gagal Tumbuh (BB/U) (PB/U) < -2 SD menurut WHO 2006
BB/U < (-2SD)
Jumlah Keterangan
Gizi kurang
15
Perawakan
pendek
13
Gizi Buruk
11
Perawakan sangat 18
pendek
Total
26
Total
Gagal tumbuh
31
57 pasien
Jumlah Pasien
44
2
2
6
5
4
63
Persentase (%)
69,8
3,2
3,2
9,52
7,93
6,4
100
Grafik Yang tidak memiliki penyakit penyerta dengan yang memiliki penyakit penyerta
34,11
65,89
Jumlah
52
29
2
2
85
Persentase (%)
61,1
34,1
2,4
2,4
100
Jumlah
8
23
39
15
85
Persentase (%)
9,4
27,1
45,9
17,6
100
3.10 Tabel Klasifikasi sesuai kelompok lama rawat inap dan cara pulang
Cara pulang
< 3 Hari
Jumlah
PP
Meninggal
Membaik
Pindah RS
Total pasien
5
1
2
8 orang
Persentase (%)
62,55
12,5
25
-
Cara pulang
3-5 Hari
Jumlah
Persentase
(%)
PP
Meninggal
Membaik
Pindah RS
Total pasien
11
1
11
23
47,8
4,40
47,8
-
Cara pulang
PP
Meninggal
Membaik
Pindah RS
Total pasien
6-10 Hari
Jumlah
11
28
39
Persentase (%)
28,3
71,7
-
Cara pulang
PP
Meninggal
Membaik
Pindah RS
Total pasien
Diagram Perawatan > 10 Hari
>10 hari
Jumlah
3
10
2
15
Persentase (%)
20
66,7
13,3
DAFTAR PUSTAKA