Anda di halaman 1dari 40

RESPONSI PENGUMPULAN DATA RESPIROLOGI

PERIODE JANUARI-MARET 2016 di RSUD PROVINSI NTB

OLEH
Baiq Hulhizatil Amni (H1A212011)
Husnul Asmaroni A.S. (H1A012021)
Yuyun Puspitarini (H1A012064)

PEMBIMBING : dr. SAK Indriyani, Sp.A, M.Kes

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN /


SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI
NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus
maupun jamur.Dari tahun ketahun pneumonia selalu menduduki peringkat atas penyebab
kematian bayi dan anak balita di Indonesia. Menurut Riskesdes 2007 pneumonia merupakan
penyebab kematian kedua setelah diare (15,5% diantara semua balita). Selain itu pneumonia
selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar setiap tahunnya difasilitas kesehatan.
Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam Pneumonia: The Forgotten Killer of
Children, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita
dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus
kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri
pneumokokus.1
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,
demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk
pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia.2
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas
cepat.Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan napas
cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita umur 2
tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2
bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2
bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. EPIDEMIOLOGI
Pneumonia adalah salah satu penyebab kematian paling umum di seluruh dunia.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan dengan penyumbang kematian terbesar pada anak
usia di balita (bawah lima tahun) (Depkes RI, 2008). Pneumonia membunuh anak lebih
banyak daripada penyakit lain, mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak-balita, membunuh
lebih dari 2 juta anak-balita setiap tahun yang sebagian besar terjadi di negara berkembang.
Oleh karena itu pneumonia disebut sebagai pembunuh anak nomor satu (the number one
killer of children). Di negara berkembang pneumonia merupakan penyakit yang terabaikan
(the neglegted disease) atau penyakit yang terlupakan (the forgotten disease) karena begitu
banyak anak yang meninggal karena pneumonia, namun sangat sedikit perhatian yang
diberikan kepada masalah pneumonia.3
Menurut WHO tahun 2008, insidens pneumonia anak-balita di negara berkembang
adalah 151,8 juta kasus pneumonia setiap tahun, 10% diantaranya merupakan pneumonia
berat dan perlu perawatan di rumah sakit. Di negara maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun
sehingga total insidens pneumonia di seluruh dunia ada 156 juta kasus pneumonia anak balita
setiap tahun. Terdapat 15 negara dengan insidens pneumonia anak balita paling tinggi,
mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya
terdapat di 6 negara, mencakup 44% populasi anak-balita di dunia.3
Kematian yang diakibatkan oleh pneumonia sebanyak 935,000 setiap tahun, lebih dari
2500 per hari. Anak-anak yang tinggal di 15 negara ini memiliki insiden tertinggi dengan
perkiraan jumlah kematian pneumonia untuk anak di bawah usia 5 di 2013: India (174.000),
Nigeria (121.000), Pakistan (71.000), DRC (48.000), Ethiopia (35.000), China (33.000),
Angola (26.000), Indonesia (22.000), Afghanistan (20.000), Kenya (18.000), Bangladesh
(17.000), Sudan (17.000), Uganda (6.000), Niger (5.000), Tanzania (14.000).4

Gambar 2.1 Persetase kejadian Pneumonia dan Diare 5


Menurut hasil Riskesdas 2013, period prevalence pneumonia berdasarkan diagnosis
selama 1 bulan sebelum wawancara sebesar 0,2%. Sedangkan berdasarkan diagnosis/gejala
sebesar 1,8%. Dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007 yang sebesar 2,13%, period
prevalence pneumonia berdasarkan diagnosis/gejala pada tahun 2013 mengalami penurunan
menjadi 1,8%.Pada balita, period prevalence berdasarkan diagnosis sebesar 2,4 per 1.000
balita dan berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 18,5 per 1.000 balita. 3

Gambar 2.2 periode prevalence pneumonia berdasarkan diagnosis/gejala menurut


provinsi, Riskesdas 2007 dan 2013.3

Pada Gambar 2.2 terlihat bahwa sebagian besar provinsi mengalami penurunan period
prevalence pneumonia pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007. Terdapat 11 provinsi
(33,3%) yang mengalami kenaikan period prevalence pneumonia pada tahun 2013. 3
Menurut umur, period prevalence pneumonia tertinggi terjadi pada kelompok umur
balita terutama usia <1 tahun. Menurut daerah tempat tinggal, di perdesaan period prevalence
pneumonia (2,0%) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (1,6%). Sedangkan menurut status
ekonomi dengan menggunakan kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah kuintil indeks
kepemilikan semakin tinggi period prevalence pneumonia. 3
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan
meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan kasus pneumonia pada balita di
suatu wilayah sebesar 10% dari jumlah balita di wilayah tersebut. Berikut ini gambaran
penemuan peneumonia pada balita tahun 2008-2013. 3

Gambar 2.3 Cakupan penemuan pneumonia pada balita di Indonesia tahun 20082013.
Sampai dengan tahun 2013, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak
mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 23%-27%. Selama beberapa tahun
terakhir cakupan penemuan pneumonia tidak pernah mencapai target nasional, termasuk
target tahun 2013 yang sebesar 80%. 3
Angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 1,19%. Pada kelompok bayi
angka kematian lebih tinggi yaitu sebesar 2,89% dibandingkan pada kelompok umur 1-4
tahun yang sebesar 0,20%. 3

Gambar2.4jumlahkasuspneumoniapadabalitamenurutprovinsidankelompok
umurtahun2013.3

Gambar. 2.5 Case Fatality Rate pneumonia pada balita menurut provinsi dan
kelompok umur tahun 2013.3

2.2. ETIOLOGI
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri,
virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.1,2
Tabel 2.1 etiologi penyebab pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di
negara maju.5
Usia

Etiologi yang sering

Lahir 20 hari

Bakteri

Etiologi yang jarang


Bakteri

E. colli

Bakteri anaerob

Streptoccus group B

Streptoccous group D

Listeria monocytogenes

Haemophilllus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus sitomegalo
Virus Herpes simpleks

3 minggu 3 bulan

Bakteri
Chlamydia trachomatis

Bordetella pertusis

Streptococcus pneumoniae

Haemophilus influenzae tipe B

Virus

Moraxella catharalis

Virus Adeno

Staphylococcus aureus

Virus Influenza

Ureaplasma urealyticum

Virus Parainfluenza 1,2,3


Respiratory Syncytial Virus
4 bulan 5 tahun

Bakteri

Bakteri

Virus
Virus sitomegalo
Bakteri

Chlamydia pneumoniae

Haemophillus influenzae tipe B

Mycoplasma pneumoniae

Moraxella catharalis

Streptococcus pneumoniae

Neisseria meningitidis

Virus

Staphylococcus aureus

Virus Adeno
Virus Influenza

Virus
Virus Varisela-Zoster

Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial virus
5 tahun remaja

Bakteri

Bakteri

Chlamydia pneumoniae

Haemophillus influenzae

Mycoplasma pneumoniae

Legionella sp

Streptococcus pneumoniae

Staphylococcus aureus
Virus
Virus Adeno
Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
Virus Varisela-Zoster

1. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai
usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi
pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut
jantungnya meningkat cepat.1
2. Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.Virus


yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas,
pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya
sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.
Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat
dan kadang menyebabkan kematian.1
3. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit
pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun
bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan
biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis
usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian
sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.1
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia
(PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur.
Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan
jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari
paru.1
2.3. PATOGENESIS
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi
yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang
mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih,
kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya
mengandung udara.Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema
mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan
mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru
lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami
oksigenasi.Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran
darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia
arterial.6,8

Sindrom pneumonia atipikal merupakan pneumonia yang berkaitan dengan


mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires. Pneumocystis carinii, dan
virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.6,8
Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling
umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga
tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus.
Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa
muda.6,8
Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui
kontak dari individu ke individu. Pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.6,8
Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini
menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus.Secara umum, pneumonia ini
mempunyai ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis bulous merupakan hal
yang umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan masalah-masalah yang sama baik
dalam ventilasi maupun difusi seperti yang diuraikan dalam pneumonia bakterial.6,8
2.4. KLASIFIKASI7,9
1. Berdasarkan umur
a. Kelompok usia < 2 bulan
1) Pneumonia Berat
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi
yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa
minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan
hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan
paru atau spesimen yang berasal dari paru.
2) Bukan Pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan
tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
b. Kelompok usia 2 bulan sampai < 5 tahun
1) Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral,
tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan
sulit dibangunkan.
2) Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak
disertai sianosis sentral dan dapat minum.

3) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan
dinding dada.
4) Bukan pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan
dinding dada.
5) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati
selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang
sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan
yang tinggi, dan demam ringan.
2. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
a. Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia Nosokomial (hospital-acquired pneumonia/

Nosocomial

pneumonia).
c. Pneumonia Aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
3. Berdasarkan agen penyebab
a. Pneumonia Bakterial / tipikal. Klebsiella pada penderita alkoholik,
staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama
pada penderita daya tahan tubuh lemah

2.5. FAKTOR RESIKO


Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita,
diantaranya :6.9
1. Faktor Intrinsik
Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat
ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
a) Status gizi
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat

penting

bagi

timbulya

pneumonia.Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik seseorang


sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat
gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti
pneumonia.
b) Status imunisasi

Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada
balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari
penyakit.Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka
diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan yang ada pada
balita.Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan
kematian akibat pneumonia adalah dengan pemberian imunisasi.Melalui
imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian
penyakit yang dapapat dicegah dengan imunisasi.
c) Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan
makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi,
karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat pemberian
ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan
kejadian pneumonia pada balita.
d) Umur Anak
Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia.Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur
dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status
kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas
yang masih sempit.
2. Faktor Ekstrinsik
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko
terjadinya pneumonia.Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak
mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan
berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang
berasal dari tempat yang kotor tersebut, yang berpengaruh diantaranya :
a) Ventilasi
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara
kotor dari ruangan yang tertutup.Termasuk ventilasi adalah jendela dan
penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang
tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri
patogen
b) Polusi Udara
Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan oleh
polusi di dalam dapur.Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor risiko

terhadap kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam rumah juga
dapat disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan
dan juga akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor.
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam
kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di RS.
Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu
makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Gejala gangguan
respiratori seperti batuk, sesak napas, retraksi dada,takipnea, napas cuping hidung, air hunger,
merintih, sianosis.7,8,9,10
Pneumonia pada neonatus dan bayi kecil
Sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan proses
persalinan
Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui
aspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari serviks ibu.
Serangan apnea
Sianosis
Merintih
Napas cuping hidung
Takipnea
Letargi, muntah
Tidak mau minum
Takikardi atau bradikardi
Retraksi subkosta
Demam
Sepsis pada pneumonia neontus dan bayi kecil sering ditemukan sebelum 48 jam
pertama
Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%
Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi

Pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar


Takipnea
Retraksi subkosta (chest indrawing)
Napas cuping hidung
Ronki
Sianosis
Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveolar
Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna
Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus kanan bawah
yang menimbulkan infiltrasi diafragma
Nyeri abdomen dapat menyebar ke kuadran kanan bawah dan menyerupai apendisitis.
2.7. DIAGNOSA
Pneumonia pada anak umumnya didiagnosis berdasarkan gambaran klinis yang
menunjukkan keterlibatan sistem respiratori serta gambaran radiologis. Prediktor paling kuat
adanya pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari satu gejala respiratori, sebagai
berikut: takipneu, batuk, nafas cuping hidung, retraksi, ronki, dan suara nafas tambahan.5
WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan tatalaksana yang sederhana. Gejala
klinis anatara lain nafas cepat, sesak nafas, dan berbagai tanda bahaya agar anak segera
dirujuk ke pelayanan kesehatan. Nafas cepat dinilai dengan menghitung frekuensi nafas
selama satu menit penuh ketika bayi dalam keadaan tenang. Sesak nafas dinilai dengan
melihat adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam ketika menarik nafas (retraksi
epigastrium). Tanda bahaya pada anak erusia 2 bulan-5 tahun adalah tidak dapat minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk. Tanda bahaya untuk bayi berusia di
bawah 2 bulan adalah malas minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi, dan
demam/badan terasa dingin.5
Berikut ini adalah klasifikasi pneumonia :5
Bayi dan anak berusia 2 bulan 5 tahun
Pneumonia berat
o Bila ada sesak napas

o Harus dirawat dan diberikan antibiotik


Pneumonia
o Bila tidak ada sesak napas
o Ada napas cepat
o Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.
Bukan pneumonia
o Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas.
o Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan pengobatan
simptomatis seperti penurun panas.
Bayi berusia dibawah 2 bulan
Pneumonia
o Bila ada napas cepat atau sesak napas
o Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Bukan pneumonia
o Tidak ada napas cepat atau sesak napas
o Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram
(airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae; bronkopneumonia
(segmental disease) oleh antara lain staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan
pneumonia interstisial (interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma.Distribusi
infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman
aspirasi.Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja.Infiltrat di
lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella, tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus
bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus atau bakteriemia.2,6,7,8,9,10

Gambar 2.4 gambaran radiologis padsa lapang paru bagian atas.


2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit normal/rendah dapat
disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga tidak
terjadi respons leukosit, orang tua atau lemah.Leukopenia menunjukkan depresi
imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aureus pada
pasien

dengan

keganasan

dan

gangguan

kekebalan.

Faal

hati

mungkin

terganggu.2,6,7,8,9,10
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum
transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris
4.

dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen.2,6,7,8,9,10
Pemeriksaan Khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer
tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat
hipoksia dan kebutuhan oksigen.2,6,7,8,9,10

2.9 TATALAKSANA
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu diraawat inap. Indikasi perawatan
terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan, tidak
mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi, dan terutama
mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis
pneumonia harus dirawat inap.6,8

Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik
yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena,
terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula
darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A
tidak terbukti efektif. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi
yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.6,8
Penggunaan antibiotik harus diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga
disebabkan oleh bakteri. Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan
karena tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotikdipilih
berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotikempiris didasarkan pada
kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan pasien serta
faktor epidemiologis.
1. Pneumonia rawat jalan
Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral
misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Pada pneumonia ringan berobat jalan, dapat
diberikan antibiotik tunggal oral dengan efektifitas mencapai 90%. Dosis amoksisilin
yang diberikan adalah 25 mg/KgBB. Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP
20 mg/kgBB sulfametoksazol). Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru,
dapat digunakan sebagai terapi alternatif beta-laktam untuk pengobatan inisial
pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S. Pneumoniae dan
bakteri atipik.
2. Pneumonia rawat inap
Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau
kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas, dapat
diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin. Terapi
antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa
komplikasi.
Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimulai
sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau meningitis. Antibiotik yang
direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti kombinasi beta-

laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila


keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari.
Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan
adalah antibiotik beta-laktam dengan/ aatau tanpa klavulanat. Pada kasus yang lebih
berat diberikan beta-laktam/klavulanat dikombinasikan dengan makrolid baru
intravena, sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau keadaan
sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan.
Rekomendasi WHO pada tahun 2014 mengeluarkan manajemen pneumonia terbaru:11

Rekomendasi 1
Degan napas cepat tanpa dada atau tanda bahaya umum diterapi dengan
amksisiln oral sedikitnya 40 mg/kgBB/dosis 2x sehari (80 mg/kg/hari selama 5 hari.
Pada area prevalensi HIV rendah, berikan amoksisilin selama 3 hari.

Rekomendasi 2
Anak berusia 2-59 bulan dengan pneumonia retraksi dada, di terapi dengan
amoksisilin oral sedikitnya 40 mg/kgbb/dosis 2x sehari selama 5 hari

Rekomendasi 3
Anak berusia 2 59 bulan dengan pneumonia berat diterapi dengan ampicillin
(atau penicillin ) dan gentamicin parenteral sebagai obat lini pertama. Ampicillin 50
mg/kgBB atau benzyl penicillin 50.000 units per kgBB im/IV tiap 6 jam selama
minimal 5 hari dan gentamicin 7.5 mg/kgBB/im/iv sekali sehari selama minimal 5
hari. Seftriaksone dipakai sebagai obat lini kedua pada anak dengan pneumonia berat
yang gagal dengan obat lini pertama.

Rekomendasi 4
Ampicillin (atau penicillin bila ampicillin tidak tersedia) dsn gentamisin atau
seftriaksone direkomendasikan sebagai regimen antibiotik lini pertama untuk bayi
yang terinfeksi dan terkspos HIV dan untuk anak dibawah 5 tahun dengan pneumonia
retraksi dada atau pneumonia berat.Untuk bayi yang terinfeksi dan terkspos HIV dan
anak dengan pneumonia retraksi dada atau pneumonia berat yang tidak respon terapi

ampicillin atau penicillin plus gentamicin, seftriaksone tunggal direkomendasikan


sebagai terapi lini kedua.

Rekomendasi 5
Terapi

empirik

kotrimoksazol

untuk

suspek

pneumocystis

jirovecii

(sebelumnya disebut pneumocystis carinii) pneumonia (PCP) direkomendasikan


sebagai terapi tambahan untuk bayi usia 2 bulan sampai 1 tahun yang terinfeksi dan
terekpos HIV dengan retraksi dada atau pneumonia berat.Terapi empirik
kotrimoksazol unuk pneumocystis jriovecii pneumonia (PCP) tidak direkomendasikan
untuk anak usia diatas 1 tahun yang terinfeksi dan terekpos HIV dengan retraksi dada
atau pneumonia.

Gambar 2.5 perbedaan klasifikasi dan tatalaksana pneumonia pada anak sebelumnya
dan setelah revisi di fasilitas kesehatan.11

Tabel 2.2 dosis pemberian amoksisilin untuk anak 2-59 bulan dengan pneumonia. 11
Umur kurang 2 bulan
Tanda

Trikan

dinding

dada

bawah ke dalam yang kuat

(TDDK kuat)
ATAU
Adanya nafas cepat 60

Tidak ada TDDK kuat


DAN
Tidak
ada
nafas

cepat,

frekuensi nafas kurang dari


60x/menit

kali/menit atau lebih


Klasifikasi

PNEUMONIA BERAT

BATUK BUKAN PNEUMONIA

Tindakan

Rujuk segera ke rumah

sakit
Beri 1 dosis antibiotic
Obati demam jika ada
Obati wheezing jika ada
Anjurkan ibu untuk tetap

Menasehati ibu untuk tikdakan


perawatan di rumah/menjaga
bayi tetap hangat
Memberi ASI lebih sering
Membersihkan lubang hidung

jika menganggu pemeberian

memberikan ASI

ASI
Anjurkan ibu untuk kembali

control jika:
- Pernafasan

cmenjadi

cepat atau sukar


Kesulitan minum ASI
Sakitnya
bertambah

parah

Tabel 2.3 Tindakan pada anak kurang dari 2 bulan. 12


Umur 2 bulan - < 5 tahun
TANDA

Tarikan dinding
dada bawah ke
dalam

Tidak ada tarikan dinding


dada bawah ke dalam
Ada nafas cepat
2 bln -<12 bln
12

>50x/menit
bln-<5
thn

Tidak ada tarikan


dinding

bawah ke dalam
Tidak ada nafas

cepat

>40x/menit

dada

2 bln -<12 bln :


<50x/menit
12

bln-<5

thn

<40x/menit
KLASIFIKASI

PNEUMONIA

PNEUMONIA

BATUK BUKAN

BERAT
TINDAKAN

PNEUMONIA

Rujuk segera ke Menasehati


rumah sakit
Beri 1 dosis

tindakan

ibu

untuk

perawatan

di

rumah
Beri antibiotic selama 3 hari
antibiotic
Obati demam Anjurkan ibu untuk control

Bila

batuk >3

minggu rujuk
Menasehati ibu
untuk

tindakan

perawatan

di

jika ada
Obati wheezing
jika ada

2 hari atau lebi cepat bila


keadaan anak memburuk
Obati demam, jika ada
Obati wheezing, jika ada

rumah
Obati

jika ada
Obati wheezing,

demam,

jika ada
PERIKSA DALAM 2 HARI YANG DIBERI ANTIBIOTIK
TANDA

MEMBURUK
Tidak

TETAP SAMA

dapat

minum
Ada TDDK
Ada tanda bahaya
TINDAKAN

MEMBAIK
Nafasnya melambat
Panasnya turun
Nafsu
makan
membaik

Rujuk segera ke Ganti antibiotik atau rujuk

Teruskan

antibiotik

rumah sakit

sampai 3 (tiga) hari

Gambar 2.3 Tindakan pada anak usiadari 2 bulan - <5 tahun. 12


2.10. PENCEGAHAN
Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga
terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh kebersihan di dalam
dan di luar rumah.Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit
pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit
pneumonia:7,9
1. Perawatan Selama Masa Kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu
selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan
ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang
memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
2. Perbaikan Gizi Balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena
malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai
umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta
mengandung faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan

ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat
ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
3. Memberikan Imunisasi Lengkap pada Anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi
yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT
(Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan.
4. Memeriksa Anak Sedini Mungkin Apabila Batuk
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk
mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan
napas cepat/sesak napas.
5. Mengurangi Polusi didalam dan diluar Rumah
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan
dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta
membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih,
cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang
memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.
6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran
pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk.
Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang
lain. Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar
dengan mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran
napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang
selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena
malnutrisi.
2.11 KOMPLIKASI

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi epiema torasis, perikarditis purulenta,


pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. Empiema
toraks merupakan kompkiasi tersering yang terjadi pada pneumotoraks bakteri. 5
Komplikasi miokarditis (tekanan sistolik vertrikel kanan meningkat, kreatinin
kinase meningkat, dan gagal jantung) pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan.
Oleh karena itu miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk
melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan
pemeriksaanenzim. 5

BAB III
HASIL ANALISIS DATA

3.1 Tabel Jenis Kelamin


Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Jumlah
44
41
85

Persentase (%)
51,8
48,2
100

Jumlah
8
57
20
85

Persentase (%)
9,4
67,1
23,5
100

Diagram Jenis Kelamin

3.2 Tabel Usia


Usia
< 2 bulan
2 12 bulan
1 5 tahun
5 8 tahun
Total

Diagram Usia Pasien

3.3 Tabel Alamat Kabupaten/Kota


Kabupaten/Kota
Lombok Tengah
Lombok Barat
Lombok Utara
Mataram
Total

Jumlah
6
58
5
16
85

Diagram Insiden Penyakit Kabupaten/Kota

3.4 Tabel Cara Pembayaran

Persentase (%)
7
68,2
5,9
18,9
100

Cara Pembayaran
BPJS/Jamkesmas
ASKES
Umum
Total

Jumlah
31
5
49
85

Persentase (%)
36,5
5,9
57,6
100

3.5 Tabel Diagnosis Penyakit Respirologi


Diagnosis
Pneumonia
Pneumonia Berat
Pneumonia Sangat Berat
Bronkiolitis
Asma
Total

Jumlah
11
64
2
6
2
85

Persentase (%)
12,94
75,29
2,36
7,05
2,36
100

Diagram Diagnosis Penyakit Respirologi

3.6 Tabel Status Gizi Pasien menurut WHO 2006


Nama
Inisial
Pasien
KA

BB/PB
JK
P

Usia

BB

1 tahun
5 bulan

9,6

TB

Ket

(SD)

78 0,12

BB/U

Ket

(SD)
Baik

-1

PB/U

Ket

(SD)
Gizi
baik

-1

normal

DEA
DE
By A

MJ
VB
DA
By NH
M RP
NM
MYN
By IN
MHA
AZM
GJ
AHN
FT
DAA
BAM

1 tahun
5 bulan

8,8

70 +0,75

Baik

1 bulan

4,4

51 +2,66

Gizi
lebih

30 hari

4,8

51 +4,0

Obesitas

6 bulan

7,5

60 +3,5

2 bulan

5,5

60 -1,0

Baik

4 bulan

5,9

58 -0,8

Baik

5 bulan

5,5

60 -0,8

8 bulan

8,2

70 -0,33

Baik

1 tahun
10 bulan

8,3

95 -4,09

Gizi
buruk

1 tahun
25 hari

1 bulan

6,5

1 bulan
7 hari

68 +0

Baik

68 -2,050

gizi
kurang

54 +3,5

<-3

Perawakan
sangat
pendek

(0)-(1)

Gizi
baik

(-1)-(-2)

normal

(0)-(-1)

Gizi
baik

(-1)-(-2)

normal

(0)-(-1)

Gizi
baik

(-3)

Perawakan
sangat
pendek

Gizi
baik

(+1)

normal

(-1)

Gizi
baik

(-1)-(-2)

normal

(-1)-(-2)

Gizi
baik

(-2)

normal

(0)-(-1)

Gizi
baik

(0)-(-1)

normal

<-3

Gizi
buruk

+3

normal

-2

Gizi
baik

-3

Perawakan
pendek

> +3

obesitas

>+3

Sangat
tinggi

(+1)(+2)

Gizi
baik

(-1)-(-2)

normal

(-1)

Gizi
baik

(-2)-(-3)

pendek

(-1)-(-2)

Gizi
bqik

(-2)-(-3)

pendek

(-2)-(-3)

Gizi
kurang

(-1)-(-2)

normal

(+1)-(+)

Gizi
baik

(-2)

normal

Baik

5,7

Gizi
baik

Gizi
lebih

(-1)-(-2)

Obesitas

1 tahun

8,8

70 +0,5

Baik

8 bulan

7,3

65 -1,42

Baik

9 bulan
7 hari

68 -2,55

Gizi
kurang

4 bulan

8,1

60 +1,25

Baik
<-3

Gizi
buruk

< -3

Sangat
pendek

(-2)-(-3)

Gizi

<-3

Sangat

6 bulan

4,4

58 -2,5

gizi
kurang

1 tahun

6,9

63 +0,42

Baik

kurang

RW
BMK
HA
G
H
I
UH

Ar
FM
MT
CK
ZAG
MAA
NR
MA
N
IK
MAF

7 bulan

5,6

65 -2,12

gizi
kurang

2 bulan

5,7

60 -0,4

Baik

6 bulan

8,4

65 1,85

Baik

10 bulan

6 bulan

L
P

L
L

3 bulan
9 bulan

8 bulan
5 bulan

8,5

68 +0,75

Baik

68 -1,42

Baik

52 -2,66

Gizi
kurang

3
6,8

17
7,4

4 tahun

7,7

3 bulan

68 1,5

Baik

60 +2,8

Gizi
lebih

68 -0,22

Baik

53 +0

Baik

6 bulan

7,5

64 0,83

Baik

2 tahun
4 bulan

9,5

80 -1,12

Baik

2 tahun

8,2

78 -1,87

(-3)

Gizi
burk

-2

Normal

(0)-(+1)

Gizi
baik

(+1)(+2)

Normal

+1

Gizi
baik

(0)-(-1)
l

normal

Gizi
baik

(-1)

Normal

-1

Gizi
baik

(0)-(+1)

Normal

<-3

Gizi
buruk

<-3

Sangat
pendek

(-1)-(-2)

Gizi
baik

-1

nomral

+3

obesitas

<+3

Perawakan
sangat
tinggi

Gizi
baik

(-2)-(-3)

Perawakan
pendek

+1

Gizi
baik

(+2)

Normal

-3

Gizi
kurang

<-3

Sangat
pendek

(0)-(-1)

Gizi
baik

(-1)-(-2)

Normal

(-2)-(-3)

Gizi
kurang

(-3)

Sangat
pendek

(-2)-(-3)

Gizi
kurang

(-2)(-3)

Pendek

(-1)-(-2)

Gizi
baik

-2

Normal

(-1)

Gizi
baik

(-1)

Normal

(-1)-(-2)

Gizi
baik

(-2)

Normal

(0)-(+1)

Gizi

normal

Baik

110 0,80

Baik

8 bulan

7,2

66 -0,5

Baik

10 bulan

7,5

68 -0,133

Baik

10 bulan

7,5

68 -0,71

Baik

1 bulan

4,8

55 +0,8

Baik

pendek

baik

KAF
N
MNS
WU
AA
K
NS
AAR
BKN
MHR
AM
NM
IM
RR
AR
MFM
NS
MA

2 tahun

8,5

2 bulan
3 hari

4 bulan

6,1

74 -0,62
54 +1,75

Baik

61 -0,4

Baik

4 bulan

6,6

57 +3

10 bulan

8,4

66 +1,28

Baik

6 bulan
3 bulan

5,8
2,6

<-3

Sangat
pendek

(0)-(-1)

Gizi
baik

(-1)-(-2)

Normal

(-1)

Gizi
baik

(-1)-(-2)

Normal

(-1)

Gizi
baik

<-3

Sangat
pendek

(0)-(-1)

Gizi
baik

-3

Pendek

-2

Gizi
baik

(-2)-(-3)

Pendek

<-3

Gizi
buruk

<-3

Sangat
pendek

Baik

47 -1,0

Baik
(-2)-(-3)

Gizi
kurang

<-3

53 2,25

Gizi
kurang

Sangat
pendek

<-3

Gizi
buruk

<-3

Sangat
pendek

(-1)-(-2)

Gizi
baik

(-1)-(-2)

Normal

(0)-(-1)

Gizi
baik

(0)-(-1)

Normal

(-2)-(-3)

Gizi
kurang

<-3

Sangat
pendek

3 bulan

3,9
tahun

6,9

78 -3

Gizi
kurang

9 bulan

7,6

68 -0,16

Baik

2 tahun
3 bulan

11

86 -0,4

Baik

1 tahun
10 bulan

8,3

74 -0,4

Baik
0

Gizi
baik

-2

Normal

52 +2,33

Gizi
lebih

-2

Gizi
baik

normal

(-2)-(-3)

Gizi
kurang

-1

Normal

<-3

Gizi
buruk

<-3

Sangat
kurang

1 bulan

4,9

60 -0,2

Gizi
kuang

Baik

Gizi
lebih

(-2)-(-3)

4,5

5 bulan

5,5

68 -3,06

Gizi
buruk

3 bulan

4,3

58 -2,20

Gizi
buruk

2 tahun

68 -1,42

Baik

Normal

70 -3,14

Gizi
buruk

(-1)-(-2)

1 tahun

Gizi
buruk

<-3

p
L

8 bulan

7,2

66 -0,5

Baik

-1

Gizi

-1

Normal

baik

RD
MS
MR
DA
IMA
SIP
NH
MK
Arm

HF
MIH
BDA
Sa
IGR
M AA

Mrg
M
Sibrari
Al Fatih

2 bulan
16 hari

4,5

55 +0

-1

Gizi
baik

(-1)-(-2)

Normal

(0)-(+1)

Gizi
baik

(-2)-(-3)

Pendek

Baik

6 bulan

7,8

60 +3,6

Obesitas

pendek

6,9

59 +2,4

Gizi
baik

(-2)-(-3)

4 bulan

Gizi
lebih

(0)-(-1)

Obesitas

>+3

80 -2,1

gizi
kurang

+3

1,5
Bulan

Sangat
tinggi

(0)-(-1)

normal

1 tahun

72 +0,24

Baik

Gizi
baik

(-1)-(-2)

(-1)-(-2)

Gizi
baik

(0)-(-1)

Normal

(-1)-(-2)

Gizi
baik

(-1)-(-2)

Normal

+2

Gizi
baik

+3

Normal

(-1)-(-2)

Gizi
baik

Normal

(0)-(-1)

Gizi
baik

<-3

Perawakan
sangat
pendek

-3

Gizi
kurang

-3

Normal

(+1)(+2)

Gizi
baik

-2

baik

(-1)

Gizi
baik

(-2)-(-3)

Normal

(-2)

Gizi
baik

<-3

Perawakan
pendek

(0)-(-1)

Gizi
baik

(-1)-(-2)

Normal

(-2)-(-3)

Gizi
kurang

<-3

Perawakan
sangat
pendek

-3

Gizi
kurang

-2

Normal

L
P

9 bulan
5 bulan

8,2
9
7,5
5,5
5,7

70 (-1)-(-2)
60 0,8

Baik

1 bulan

3 bulan
23 hari

1 tahun
1 bulan
2 hari

8,3

69 +0,14

Baik

7 bulan
6 hari

63 -1,33

Baik

5,5

60 -0,2

Baik

56 +1,4

Baik
Baik

2 bulan

6,8

56 +4

Obesitas

6 bulan

6,5

60 +1,25

Baik

4 bulan

9 bulan

1 tahun
9 bulan

1 tahun

5,7
8,5

8,4
7

56 -1,650
68 +0,75

Baik
Baik

68 +0,57

Baik

71 -2,00

gizi
kurang

RA
BA

MH
PAK
SU
RW
AC
FA
Ad
RAG

KRS

NLD

JL

2 bulan

8,6

52 +1,25

Baik

5 bulan

5,8

61 -1,6

gizi
kurang

3 bulan

1 tahun
5 bulan

1 tahun
8 bulan

12,
6

7 bulan

3,2

5,6

50 -0,33

3 tahun
6 bulan

8
8

<-3

Perawakan
sangat
pendek

(-1)

Gizi
baik

(-1)-(-2)

Normal

<-3

Gizi
buruk

-2

Normal

65 -2,83

Gizi
kurang

(-1)-(-2)

Gizi
baik

(-2)-(-3)

Normal

(-1)-(-2)

Gizi
baik

(0)-(+1)

Normal

(-1)

Gizi
baik

(-1)-(-2)

Normal

(-2)-(-3)

Gizi
kurang

(-2)-(-3)

Pendek

<-3

Gizi
buruk

<-3

Perawakan
sangat
pendek

<-3

Gizi
buruk

<
3

Perawakan
pendek

(0)-(+1)

Gizi
baik

+2

Normal

gizi
kurang

Gizi
buruk

80 +2,77

75 -2,78

4,2

<-3

Normal

7,8

4 bulan

Perawakan
pendek

-1

11 bulan

(-2)-(-3)

Gizi
baik

Gizi
kurang

+1

Baik

2 tahun

(-2)-(-3)

Gizi
lebih

65 -0,5

Normal

Baik

6,8

7,8

-3

75 -0,1

9 bulan

9 bulan

Gizi
baik

gizi baik

(+1)(+2)

68 0,12

Baik

80 -1,750

Baik

42 (-1)-(-2)

75 -1,57
70 -0,28

gizi baik

Baik
Baik

Tabel Berat Badan per Umur (BB/U) menurut WHO 2006


Status Gizi (BB/U)
Jumlah
Obesitas
3
Gizi lebih
0
Gizi baik
56
Gizi kurang
15
Gizi buruk
11
Total
85

Persentase (%)
3,53
0
65,88
17,65
12,94
100

Diagram Status Gizi menurut BB/U

Tabel Panjang Badan per Umur (PB/U) menurut WHO 2006


Status Gizi (PB/U)
Jumlah
Persentase (%)
Perawakan sangat tinggi
3
3,53
Normal
51
60
Perawakan Pendek
13
15,3
Perawakan sangat pendek
18
21,17
Total
85
100
Diagram Status Gizi menurut PB/U

Tabel Berat Badan per Panjang Badan (BB/PB) menurut WHO 2006
Status gizi (BB/PB)
Obesitas
Gizi lebih
Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk
Total

Jumlah
4
7
59
12
3
85

Persentase
4,71
8,23
69,42
14,11
3,53
100

Diagram Status Gizi menurut BB/PB

Tabel Pasien Gagal Tumbuh (BB/U) (PB/U) < -2 SD menurut WHO 2006
BB/U < (-2SD)

Jumlah PB/U < (-2SD)

Jumlah Keterangan

Gizi kurang

15

Perawakan
pendek

13

Gizi Buruk

11

Perawakan sangat 18
pendek

Total

26

Total

Gagal tumbuh

31

57 pasien

3.7 Tabel Penyakit Penyerta


Penyakit Penyerta
Anemia
Penyakit Jantung Bawaan
Seizure
Kelainan Kongenital
Infeksi
Marasmus
Total

Jumlah Pasien
44
2
2
6
5
4
63

Persentase (%)
69,8
3,2
3,2
9,52
7,93
6,4
100

Grafik Yang tidak memiliki penyakit penyerta dengan yang memiliki penyakit penyerta

34,11
65,89

3.8 Tabel Cara Pulang


Cara Pulang
Membaik
PP
Pindah RS
Meninggal
Total
Grafik Cara Pulang

Jumlah
52
29
2
2
85

Persentase (%)
61,1
34,1
2,4
2,4
100

3.9 Tabel Lama Perawatan


Lama Perawatan
<3 hari
3-5 hari
6-10 hari
>10 hari
Total

Diagram Lama Perawatan

Jumlah
8
23
39
15
85

Persentase (%)
9,4
27,1
45,9
17,6
100

3.10 Tabel Klasifikasi sesuai kelompok lama rawat inap dan cara pulang

Cara pulang

< 3 Hari
Jumlah

PP
Meninggal
Membaik
Pindah RS
Total pasien

5
1
2
8 orang

Persentase (%)
62,55
12,5
25
-

Diagram Perawatan 3-5 Hari

Cara pulang

3-5 Hari
Jumlah

Persentase
(%)

PP
Meninggal
Membaik
Pindah RS
Total pasien

11
1
11
23

47,8
4,40
47,8
-

Diagram Perawatan 3-5 Hari

Cara pulang
PP
Meninggal
Membaik
Pindah RS
Total pasien

Diagram Perawatan 6-10 Hari

6-10 Hari
Jumlah
11
28
39

Persentase (%)
28,3
71,7
-

Cara pulang
PP
Meninggal
Membaik
Pindah RS
Total pasien
Diagram Perawatan > 10 Hari

>10 hari
Jumlah
3
10
2
15

Persentase (%)
20
66,7
13,3

DAFTAR PUSTAKA

1. Supriyono Pangribowo. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita.


Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
2. Dahlan, Z. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pulmonologi. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
3. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. 2013. Kemenkes RI. Jakarta.
4. World Pneumonia Day. 2014. World Pneumonia Day 2014 Pneumonia Fact Sheet.
5. Rahajoe, NN, Bambang s, Darmawan, BS. 2015. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta.
IDAI.
6. WHO/UNICEF. 2013. End preventable deaths: Global Action Plan for Prevention
and Control of Pneumonia and Diarrhoea.
7. Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6, Volume 2: Penerbit EGC. Jakarta.
8. Soedarsono. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru FK
UNAIR. Surabaya
9. Behrman RE, Vaughan VC, 1992, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi 12,
Penerbit EGC, Jakarta, hal: 617-628.
10. Isselbacher, et al, Harrison, 1995, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Vol.
2, Penerbit EGC, Jakarta, hal. 906-909.
11. WHO. 2014. Revised WHO classifications and Treatment of Childhood Pneumonia at
Health Facilities.
12. Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai