Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Mola hidatidosa merupakan salah satu dari penyakit trofoblas. Penvakit trofoblas ialah
penyakit yang mengenai sel-sel trofoblas dimana terjadi suatu keabnormalan konsepsi plasenta
yang disertai sedikit atau bahkan tanpa perkembangan janin. Di dalam tubuh wanita sel
trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar kehamilan sel-sel trofoblas dapat
ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas yang berasal dari
kehamilan disebut sebagai Gestational Trophoblastic Disease, sedangkan yang berasal dari
teratoma disebut Non Gestational Throphoblastic Disease. Mola hidatidosa adalah kehamilan
abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik. Ciri-cirinya adalah
stroma villus korialis langka vaskularisasi dan edematous. Sebagian atau seluruh vili korialisnya
mengalami degenerasi berupa gelembung yang menyerupai anggur. Mola hidatidosa dibedakan
atas 2 macam berdasarkan ada atau tidaknya janin, yaitu mola komplit dan mola parsial. Disebut
mola komplit apabila tidak ditemukan janin sedangkan bila disertai janin atau bagian dari janin
disebut mola parsial1.
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya yang
kini telah diakui adalah faktor ovum (ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan), usia ibu yang terlalu muda atau tua (36-40 tahun) beresiko 50% terkena
penyakit ini, imunoselektif dari sel trofoblast, keadaan sosioekonomi yang rendah,paritas tinggi,
defisiensi vitamin A, kekurangan protein, infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120 kehamilan)
daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di Indonesia, mola hidatidosa dianggap
sebagai penyakit yang penting dengan insiden yang tinggi (data RS di Indonesia, 1 per 40
persalinan), faktor risiko banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih berupa
hospital based. Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas
35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetic. Pada kebanyakan kasus, mola hidatidosa
tidak berkembang menjadi keganasan, namun sekiar 2-3 kasus per 1000 wanita, mola hidatidosa dapat
berubah menjadi ganas dan disebut koriokarsinoma. 2

Diagnosis mola hidatidosa berdasarkan anamnesis, wanita yang tidak mendapat haid
beberapa bulan, mual dan muntah berlebihan, kemudian mengalami perdarahan dari jalan lahir,
perut terasa membesar. Selanjutnya pada pemeriksaan, uterus tumbuh cepat melebihi umur
kehamilannya, tidak ditemukan tanda-tanda pasti kehamilan berupa balotemen, gerakan janin
ataupun bagian janin pada palpasi dan pada auskultasi tidak terdengar bunyi jantung janin. 2
Kadar -HCG membantu memperkuat diagnosis mola hidatidosa dimana kadar -HCG pada
mola hidatidosa lebih tinggi dibanding kadar -HCG pada kehamilan biasa dengan umur yang
sama.3 Pada kehamilan yang normal dengan USG akan terlihat bayangan janin beserta kantung
janin. Sedangkan pada mola hidatidosa yang nampak hanya dinding uterus dimana tidak terlihat
janin kecuali pada mola yang parsial. Gambaran khas yang dapat terlihat dengan USG yaitu
gambaran badai salju (snow like pattern). Namun saat ini dengan kemajuan teknologi, hasil USG
memberikan gambaran vesicular pattern sound. Bila gelembung mola mempunyai diameter yang
lebih besar, gambarannya tampak seperti rangkaian buah anggur (grape de raisins).2
Pengelolaan mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap, yaitu: perbaikan keadaan umum,
pengeluaran jaringan mola, terapi profilaksis dengan sitostatika dan pemeriksaan lanjut (follow
up).3
Mola hidatidosa dapat menimbulkan mortalitas yang tinggi jika tidak ditangani dengan
serius. Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan yang baik pada penderita mola hidatidosa
maupun penemuan dini tumor trofoblas sesudah evakuasi mola sangat penting sebagai upaya
untuk menekan mortalitas akibat penyakit ini.
Berdasarkan pada hal-hal tersebut di atas,berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus
tentang mola hidatidosa yang ada di RSUP Prof. R.D Kandou Manado.

Anda mungkin juga menyukai