Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya
dinegara yang sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan
perinatal terjadi di negara berkembang, sedangkan di negara maju hanya 1-2%.
Sebenarnya sebagian besar kematian tersebut masih adapt dicegah apabila
mendapat pertolongan pertama yang adekuat (Manuaba, 2007:6).
Sri Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena
tiga kasus (kehamilan, persalinan, dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan
melahirkan akibat terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%),
partus lama (5%) dan abortus (5%). Perdarahan yang banyak menyebabkan
kematian ibu yang sekarang banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010).
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal
karena bortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggra adalah 4,2
juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di
Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600-900 ribu,
sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta setiap tahunnya, 2500 orang di
antaranya berakhir dengan kematian (Ulfah Ansor, 2006). Manuaba (2007),
mengemukakan diperkirakan terjadi gugur kandungan secara illegal pada
kehamilan yang tidak di inginkan sebanyak 2,5-3 juta orang/tahun dengan
kematian sekitar 125.000-130.000 orang/tahun di Indonesia.
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor resikonya meliputi usia
dan riwayat baortus berulang (Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian
abortus berulang karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia
lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada
kromosom dan penyakit kronis (Manuaba, 1998).
1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan dengan abortus eminen
2. Tujuan Khusus
a)
b)
c)
d)
e)

Dapat menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada abortus eminen


Dapat melakukan pengkajian pada klien abortus eminen
Dapat merumuskan diagnosa keperawatan
Dapat merencanakan intervensi keperawatan
Dapat melakukan evaluasi pada klien abortus eminen

C. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis dalam V bab, yaitu:
BAB I

: merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,


tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II

: berisi konsep dasar tentang konsep dasar penyakit abortus


eminen.

BAB III

: berisi tentang laporan kasus sesuai kasus yang dikelola yang


meliputi

pengkajian,

diagnosa

keperawatan,

intervensi,

implementasi dan evaluasi yang dilakukan pada klien.


BAB IV

: pembahasan yang membahas tentang kesenjangan antara teori dan


kasus yang sudah dikelola.

BAB IV

: penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Abortus Imminens
1. Pengertian Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut. Berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan

Berikut ini macam macam abortus:


a. Berdasarkan kejadiannya
1) Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan)
untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Abortus spontan dibagi atas:
a) Abortus imminens
Adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut
beberapa hari atau dapat berulang. Abortus imminens adalah terjadinya
perdarahan dari rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu,
dimana janin masih berada di dalam rahim dan tanpa disertai pembukaan
dari leher rahim. Apabila janin masih hidup maka kehamilan dapat
dipertahankan, akan tetapi apabila janin mengalami kematian, maka
dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dapat dilakukan
dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk melihat gerakan dan
denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan
melalui alat Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12
16 minggu.
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang
menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam
kondisi ini, kehamilan masih mungkin berlanjut dan dipertahankan.
Abortus imminens adalah abortus ini baru mengancam dan masih
ada harapan untuk mempertahankannya
b) Abortus insipiens
Adalah terjadinya perdarahan ringan atau sedang pada kehamilan
muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri.
c) Abortus komplit
Adalah terjadinya perdarahan sampai semua produk pembuahan
ataujanin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar.
d) Abortus habitualis
Adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut atau
lebih.

e) Abortus infeksio
Adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya
penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum
dapat menimbulkan septicemia, sepsis atau peritonitis.
f) Abortus septic
Adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
g) Missed abortion
Missed

abortion

terjadi

jika

sesudah

mengalami

abortus

imminens,perdarahan pervaginam berhenti namun produk pembuahan


meninggal dan tetap berada dalam rahim.
2) Abortus buatan
Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan
untuk mengakhiri proses kehamilan.
b. Berdasarkan pelaksanaannya
a) Abortus medisinalis (abortus therapeutik)
Abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital ibu hamil, jika
diteruskan kehamilannya , akan lebih membahayakan jiwa ibu sehingga
terpaksa dilakukanabortus spontan.

b) Abortus kriminalis
Abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan,
diantaranya akibat perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Sebagian
besar dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih sehingga dapat
menimbulkan komplikasi.
2. Etiologi
Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis,
mungkin mendekati 50% dari semua konsepsi. Penyebab abortus merupakan
gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.
4

Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:


a. Faktor Janin
Kelainan

yang

sering

dijumpai

pada

abortus

adalah

kelainan

perkembangan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya


menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:
1) Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau
kerusakan kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi)
2) Embrio dengan kelainan lokal
3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus
spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan
kromosom dan sebagian besar akan gugur.
b. Faktor Maternal
1) Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang
sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester
kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin
yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus.

2) Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella
zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomeilitis.
3) Bakteri- misalnya Salmonella typi.
4) Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
5) Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
6) Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi
atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
7) Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)
5

8) Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma
tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
a. Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum
sebelum minggu ke-8
b. Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil
9) Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks
inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.
10) Faktor psikosomatik pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
c. Faktor Eksternal
1) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak
janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
2) Obat-obatan
3) Antagonis asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya

tidak

menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di


buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin atau untuk pengobatan
penyakit ibu yang parah.
4) Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.
d. Faktor Resiko
1) Usia
Usia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia resiko untuk
hamil dan melahirkan. waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan
keguguran dapat terjadi pada usia yang masih muda, karena pada saat remaja
alat reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil.
2) Paritas ibu
Semakin banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin
tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.
Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas.
3) Riwayat abortus sebelumnya
Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%.
Beberapa studi meramalkan resiko setelah 3 abortus berurutan 30-45%
4) Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.
6

Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan antental dengan


baik adalah kelainan yang mungkin ada atau timbul pada kehamilan tersebut
cepat diketahui dan segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik pad
kehamilan
5) Pendidikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2012) bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka
kejadian tertinggi yaitu pada golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA).
Secara teoritis diharapkan wanita ynag berpendidikan lebih tinggi cenderung
lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.
6) Merokok
Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus. Bagi
wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko tersebut sekitar dua
kali lipat dibandingkan kontrol normal
7) Alkohol
Abortus spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat sering
mengkonsumsi alcohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Angka abortus
meningkat dua kali lipat pada wanita yang minum 2 kali setiap minggu, dan
tiga kali pada wanita yang mengkonsumsi alcohol
3. Patofisiologis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya karena
vili koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Mekanisme diatas
juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan
diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal
dalam cavum uteri.

Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih


melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan
pervaginam yang banyak.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir
mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus (Wiknjosastro, 2007:303-305). Janin biasanya sudah dikeluarkan
dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan
kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol
4. Gejala Klinis
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Terdapat perdarahan, disertai perut sakit.
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan
dan terjadi kontraksi otot rahim.
d. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontrasi otot rahim.
e. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil USG menunjukkan:
1)
2)
3)
4)

Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin.


Meragukan
Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah

mati
5) pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup

6) pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion


b. Data laboratorium:
1)
2)
3)
4)

Tes urine
hemoglobin dan hematokrit
menghitung trombosit
kultur darah dan urine

c. Pemeriksaan ginekologi :
1) Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
2) Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudahtertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
6. Komplikasi
a.
b.
c.
d.

Perdarahan
Perforasi
Infeksi
Syok
1) Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
2) Infeksi berat atau sepsis disebut syok septic atau endoseptik

7. Diagnosa
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi
melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali,
uterus membesar sebesar tuannya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes
kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit
pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini
disebabkan oleh penembusan vili koriales ke dalam desidua, pada saat

implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasannya sedikit, warnanya merah,


dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules.

8. Penanganan
a.

Istirahatbaring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam


pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.

b. Anjuran untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau


melakukan hubungan seksual.
c. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
d. Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik
e. Terapi defesiensi hormon pada abortus imminens
f. Asam mefenamat
Digunakan sebagai anti prostaglandin dan penghilang nyeri tetapi
efektifitasnya dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan
memuaskan.
g.
h.
i.
j.
k.

Penenang penobarbital 3 x 30 gram valium


Anti pendarahan: Adona , Transami
Vit B Komplek
Hormon progesteron
Penguat plasenta: gestanom, dhopaston

10

9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar dan
informasi yang akurat dan lengkap tentang klien dikumpulkan dan dianalisis
unuk mengevaluasi keadaan klien, maka pada pengkajian difokuskan pada:
Data Subyektif
1) Identitas Pasien
Nama : Dikaji dengan tujuan agar dapat

mengenal/memanggil

penderita dan tidak keliru dengan penderita lain


Umur : Dikaji untuk mengetahui usia aman untukkehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun Agama : Dikaji untuk menuntun
kesuatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan
pasien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan persalinan
Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan seharihari
Pendidikan : Berpengaruh pada tingkat penerimaan pasien terhadap
konseling yang diberikan serta tingkat kemampuan
pengetahuan ibu terhadap keadaannya
Pekerjaan : Berkaitan dengan keadaan pasien maka pekerjaan perlu
dikaji apakah keadaan terlalu berat sehingga dapat
meningkatkan risiko terjadinya keadaan yang lebih parah
Alamat : Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan
diperlukan bila mengadakan kunjungan pada pasien
2) Keluhan utama
keluhan utama berkaitan dengan kejadian yang dirasakan pasien,
dalam kasus abortus iminens pasien akan mengeluh keluar darah sedikit

11

ataupun banyak dari jalan lahir serta merasakan mules pada perut
bagian bawah.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu ditunjukkan pada pengkajian penyakit
yang diderita pasien yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan
yang sekarang. Perlu dikaji juga ibu mempunyai penyakit jantung,
asma, hipertensi, DM, karena jika penyakit-penyaki tersebut sudah
ada sebelum ibu hamil maka akan diperberat dengan adanya
kehamilan, dapat berisiko pada waktu persalinan.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui adakah penyakit
yang diderita pasien seperti: penyakit jantung, asma, hipertensi dan
DM.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui apakah ada riwayat
kembar pada keluarga, selain itu juga dikaji adakah riwayat
kecacatan pada keluarga.
4) Riwayat Obstetri
a) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi dikaji untuk mengetahui usia kandungan apakah
sudah aterm atau belum, melalui HPHT (hari pertama haid terakhir)
karena bila dijumpai ibu bersalin dengan preterm, (<37minggu)
merupakan kontraindikasi dilakukannya indikasi persalinan, selain
itu untuk mengetahui apakah ibu ada riwayat keputihan, karena jika
ada keputihan yang sifatnya patologis, maka ada kemungkinan
terjadi infeksi.
b) Riwayat kehamilan sekarang
Perlu dikaji untuk menyatakan tentang keadaan kehamilan ibu yang
sekarang ini.

12

5) Pola pemenuhankebutuhan sehari-hari


a) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang kebutuhan nutrisi ibu selama hamil, apakah
sudah sesuai dengan gizi seimbang untuk ibu hamil
b) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kebiasaan BAB (frekuensi,
jumlah, konsistensi, bau) dan kebiasaan BAK (warna, frekuensi,
jumlahdan terakhir kali ibu BAB atau BAK), karena jika ibu
mengalami kesulitan BAB maka kemungkinan ibu sering mengejan
sehingga uterus berkontraksi
c) Pola istirahat
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam ibu
tidur siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena berpengaruh
terhadap kesehatan fisik ibu
d) Personal hygiene
Menggambarkan pola hygiene pasien misalnya: berapa kali ganti
pakaian dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari dan keramas dalam
satu minggu. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien
menjaga kebersihan dirinya
e) Pola seksual
Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan seksual
dengan suami karena prostaglandin yang terkandung dalam sperma
dapat merangsang terjadinya kontraksi
f) Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat,
sehingga dapat mempengaruhi kehamilan
g) Psikososiospiritual
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon,
tanggapan, dukungan yang diberikan suami dan keluarga, serta

13

kecemasan pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang


terjadi dalam proses persalinan. Dalam kasus abortus iminens pasien
biasanya mengatakan takut dan cemas akan kehilangan bayinya.

Data Obyektif
1)

Keadaan umum dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadi


infeksi yang ditandai dengan suhu meningkat, nadi meningkat, untuk
mendukung kondisi selama hamil berjalan baik, maka keadaan umum
pasien dan tanda-tanda fisik hendaknya tidak ada masalah

2)

Pemeriksaan tanda vital


a) Tekanan darah
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tekanan sistolik dan
tekanan diastolik darah. Dengan pemeriksaan ini kita bisa menilai
adanya kelainan pada sistem kardiovaskuler. Tekanan darah normal
pada orang dewasa yaitu tekanan sistolik kurang dari 130 Mmhg dan
tekanan diastolik kurang dari 80 mmhg
b) Pemeriksaan nadi
Pemerikasaan ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan irama
detak jantung. Frekuensi nadi normal pada orang dewasa 60-90 kali
permenit
c) Pemeriksaan pernafasan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi pernafasan,
irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan. Frekuensi
pernafasan normal orang dewasa yaitu sekitar 16-20 kali permenit
d) Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan suhu tubuh ibu,sehingga
bisa digunakan untuk mendeteksi dini suatu penyakit. Pemeriksaan
ini bisa dilakukan melalui oral, rektal, dan aksila. Suhu tubuh normal
pada orang dewasa yaitu 36-37 0C

14

3) Antropometri
a) Berat Badan
Dikaji untuk menentukan pertambahan berat badan total atau untuk
membantu mengevaluasi keparahan edema yang disertai preeklamsi
b) Tinggi badan
Dikaji karena pada ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 140
cm, dicurigai adanya disproporsi sefalo pelvik
c) Lila
Untuk mengetahui berapa lingkar lengan atas ibu, karena bila kurang
dari 23,5 cm ibu menderita KEK ( Kekurangan Energi Protein).
4)

Pemeriksaan fisik pasien


Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada
organ tubuh pasien
a) Kepala : untuk mengetahui bentuk kepala, kulit kepala dan
kebersihan rambut
b) Muka : untuk mengetahui pucat karena anemia
c) Mata : dilihat dari konjungtiva pucat atau tidak, bila ditemukan
pucat berarti mengarah pada anemia, sklera kuning atau tidak bila
kuning mengarah pada hepatitis
d) Hidung : untuk mengetahui kebersihan hidung dan ada kelainan
pada hidung atau tidak
e) Telinga : untuk mengetahui kebersihan telinga
f) Mulut : untuk mengetahui apakah ada kelainan pada bibir, lidah dan
gigi
g) Leher : untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar
h) Dada : untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada pernafasan
normal atau tidak
i) Abdomen : untuk mengetahui ada tidaknya luka bekas operasi,
tumor,

linea

nigra,

dan

15

strie

gravidarum.

Pada

kasus

abortus iminens akan dikaji ada tidaknya nyeri perut bagian bawah
dan nyeri tekan.
j) Genetalia : Untuk mengetahui varises, tumor, tanda-tanda infeksi
atau penyakit menular seksual, jumlah perdarahan dan warna
perdarahan
k) Anus : Untuk mengetahui adanya haemoroid atau tidak
l) Ekstremitas : Pemeriksaan ekstremitas harus mencakup pengkajian
reflek tendon dalam, pemeriksaan adanya edema tungkai dan vena
verikosa dan pemeriksaan ukuran tangan dan kaki bentuk serta letak
jari tangan dan jari kaki, kelainan menunjukkan gangguan genetik
5)

Pemeriksaan Obstetri
a)

Inspeksi
Pada abdomen adakah bekas operasi SC, pembesaran uterus,
apakah ada ketegangan perut karena kehamilan, pada genetalia
dikaji jumlah perdarahan dan warna perdarahanyang keluar

b)

Palpasi
Apabila dari hasil palpasi ditemukan mal persentasi serta gemeli,
tinggi fundus uteri. Pada kasus abortus iminens belum dilakukan
palpasi karana umur kehamilan masih muda

c)

Auskultasi
Untuk mengetahui apakah DJJ < 120 atau > 160 kali permenit
berarti

kemungkinan

terjadi

gawat

janin

sampai

dapat

menyebabkan kematian janin, dalam kasus abortus iminens belum


dilakukan auskultasi
6)

Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan pada kasus abortus iminens untuk
mengetahui apakah kehamilan dapat berjalan normal apa tidak,
seperti:pemeriksaan laboratorium, USG, periksa panggul luar,

16

pemeriksaan panggul dalam, PP test, hasil pemeriksaan dalam


(vaginal toucher)
Diagnosa Keperwatan
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas s.d kurang pengetahuan
Intervensi Keperwatan
1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
1) Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus
memiliki karekteristik bervariasi
2) Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4) Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan
fisik

2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi


Tujuan :

17

Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi


Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi
perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih
buruk
2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi
organ reproduksi
3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
kemampuan/kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens,
istirahat mutlak sangat diperlukan
5) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rsional : Menilai kondisi umum klien
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala
maupun dsekripsi.
2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri
3) Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan
pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

18

4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab


Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart
keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin
merupakan tanda infeksi
2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang
lebih luar
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4) Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik
infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala
infeksi
6) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama semasa
perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan
ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi
system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada
pasangan.
5. Cemas b.d kurang pengetahuan
Tujuan :

19

Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap


penyakit meningkat
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
2) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
penialaian objektif klien tentang penyakit
3) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan
merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien
4) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi
menurunkan kecemasan
5) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk
meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga;
untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.D DENGAN ABORTUS EMINEN
DI BANGSAL PERIKESIT RUMAH SAKIT UMUM SEMARANG TAHUN
2016
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian

: 14 Juni 2016

Tanggal masuk

: 14 Juni 2016

Ruang/ Kelas

: Parikesit/3
20

No Rekam Medis

: 365089

Diagnosa medis

: Abortus Eminnen

1. Identitas Klien
Nama

: Ny D

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 36 tahun

Status perkawinan

: Menikah

Suku bangsa

: Jawa/ Indonesia

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Wirasawasta

Alamat

: Semarang

2. Penanggung jawab klien


Nama

: Tn K

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Semarang

Hubungan dengan klien: Istri

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri di daerah perut

21

2. Riwayat kesehatan saat ini : Klien dengan keadaan hamil datang ke


Poliklinik RSUD Semarang pada tanggal 14 Juni 2016 pada pukul 12.20
WIB dengan keluhan utama : klien mengeluh keluar darah 3 hari yang lalu
dan nyeri perut (+). Pada tanggal 14 Juni klien datang ke IGD jam 09.10
dengan keadaan umum klien baik, terpasang infuse RL di tangan kanan.
Klien lalu mendapatkan perawatan di ruang parikesit di kamar 7.1
1. Riwayat kesehatan masa lalu: Klien tidak memiliki riwayat penyakit masa
lalu dan belum pernah di operasi
sebelumnya
2. Riwayat kesehatan keluarga : Klien tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti DM,asma,
hipertensi dan
penyakit menular.
3. Riwayat kehamilan
: Pasien mempunyai riwayat kehamilan
G2 P1 A0, anak pertama klien lahir di bidan
secara
spontan
4. Riwayat menstruasi :
- Menarche
: 12Tahun
- Siklus Menstruasi
: 28 hari
- Lama Menstruasi
: 7 hari
- Banyaknya pembalut/hari : 4-5 pembalut/hari
- Disminore
: Tidak

No
1.

Riwayat KB :
o Anak pertama menggunakan kb suntik 3 bulan
o Selama pemakaian KB suntik, pasien tidak ada keluhan

Tahun

Tempat

2010

Lahir
Bidan

Lahir Secara
Aterm

Penolong

Berat / Jenis

Bidan

Kelamin
3200gr / Laki-laki Sehat

Spontan
2.

Hamil
Sekarang

C. Pengkajian Fungsional
1. Persepsi terhadap kesehatan : klien mengatakan ingin segera cepat sembuh
dan ingin pulang agar dapat melakukan aktivitas seperti dulu dirumah.

22

Keadaan

2. Pola bernapas : Klien mengatakan tidak merasa sesak dan tidak ada masalah
dalam pola nafas klien.
3. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Klien mengatakan mengatakan minum air putih seperti biasanya, tidak ada
perubahan pola minum, klien terpasang infus Ringer Laktat ditangan kanan
dengan tetasan 20 kali permenit.
4.Kebutuhan nutrisi dan metabolisme
Klien mengatakan tidak nafsu makan, klien mengatakan nafsu makanya
hanya sedikit, klien hanya menghabiskan setengah porsi dari 1 porsi makanan
yang di berikan.
5. Pola eliminasi BAK dan BAK
Klien mengatakan belum BAB dan BAK seperti biasa seperti sebelum
masuk rumah sakit
6. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengatakan dalam melakukan aktivitas dapat melakukan secara
mandiri
7. Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidur klien sedikit terganggu karena rasa nyeri klien masih
sering hilang timbul.
8. Pola Koping : klien mengatakan ingin segera sembuh dan ingin segra pulang,
klien memiliki semangat untuk sembuh dan sehat seperti biasa.
9. Kebutuhan rasa nyaman dan nyaman
Klien mengatakan sedikit nyeri pada abdomen saat bergerak, nyeri
terasa hilang timbul dengan skala nyeri 5 dengan waktu 4-6 detik.
10. Kebutuhan Personal Hygiene
Klien mengatakan mandi seperti biasa pagi dan sore, klien tampak rapi dan
bersih dan tidak bau.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran

: Compos mentis ( E:4, V:5, M:6)

2. Tanda-tanda vital
23

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Suhu

: 36,7 C

Nadi

: 92 kali per menit

Pernafasan

: 22 kali per menit

3. Kepala dan Rambut :

Rambut klien rapi dan bersih, warna hitam, tidak


rontok

4. Mata

: Mata klien simetris, pupil isokor, tidak


menggunakan alat bantu penglihatan, penglihatan
klien masih baik dan tidak anemis.

5. Hidung

: Hidung klien tidak polip, tidak lesi, pembau klien


masih baik.

6. Telinga (bibir, lidah )

: Keadaan telinga bersih dan tidak ada secret, bibir


klien
tampak lembab

7. Dada

: Bentuk dada simetris dan tidak ada kelainan


bentuk dada

A. Paru-paru
Inspeksi

: Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk


dada, tidak ada lesi.

Palpasi

: Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada


retraksi dinding dada

Perkusi

: Bunyi sonor

Auskultasi

: Tidak adanya suara napas tambahan ronki.

B. Jantung
Inspeksi

: Tidak ada pembesaran jantung

Palpasi

: Tidak ada pembesaran jantung

Perkusi

: Bunyi pekak

24

Auskultasi

: Terdengar suara jantung I (katup mitral dan


trikusoidalis) dan suara jantung II (aorta dan
pulmonal )

C. Abdomen
Inspeksi

: Tidak terlihat ada kelainan .

Auskultasi

: terdengar bising usus

Palpasi

: nyeri tekan (+), tidak ada benjolan

Perkusi

: suara perkusi timpani

8. Ekstremitas
Ekstremitas atas : tidak ada fraktur, tidak ada lesi, tangan kanan terpasang
infus RL dengan tetesa 20 kali per menit.
Ekstremitas bawa : tidak ada lesi, tidak ada fraktur.
9. Kulit dan kuku

: Kulit elastis dan CRT kurang dari 3 detik.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jenis
Hemoglobin
Hemoktokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
GDS

Nilai
9,8 dl
27,90
3.20
12,2/ul
181 ml
97

Normal
11,7-13,5
25-47
4.2-5.2
3,6-11,0
150-400
70-115

2. Terapi
No
1
2
3

Jenis
kalk
Asam mefanamat
RL

Dosis
1 tab / 24 jam
500 mg / 8

25

Indikasi
Obat pereda nyeri

Kontraindikasi

4
5

Premaston
Etabion

1 tab / 24 jam
1 tab / 24 jam

F. Analisa Data
No

Data Fokus

Etiologi

Masalah

1.

DS : Klien mengatakan nyeri pada

Kontraksi

Keperawatan
Nyeri

luka pada perut


P : Nyeri abdomen
Q : Nyeri seperti di remas-remas
R : Nyeri bagian abdomen
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul.

uterus

DO :
-

Ekspresi wajah klien


tampak meringis

kesakitan.
TTV :
TD : 110/70mmhg
S : 36,5 c

26

N : 80x/menit
RR : 20x/menit

2.

DS : -Klien mengatakan kurang

Kurang

mengetahui tentang penyakitnya

Pengetahu

DO : -Klien tampak cemas


-Klien tampak bingung
-klien tidak mengetahui tetang

Cemas

an

penyakitnya
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl
Tujuan
1
Rabu,
Setelah dilakukan tindakan

Intervensi
1. Mengkaji

Rasional
Untuk mengetahui

15 Juni

keperawatan selama 3 x 7 jam,

skala nyeri

perkembangan skala

2016

diharapkan nyeri dapat

klien

nyeri klien.

berkurang atau hilang dengan


kriteria hasil :
-

Nyeri berkurang

dengan skala (0-3)


Klien tampak

tenang dan nyaman.


Ekpresi wajah klien

2. Ajarkan

mengalihkan rasa nyeri

teknik

klien.

relaksasi
nafas dalam.
3. Monitor

tampak rileks

Untuk mengurangi dan

TTV klien.

Untuk mengetahui TTV


klie dalam keadaan
normal.

4. Terangkan
27

Meningkatkan koping

nyeri yang

klien dalam melakukan

diderita

guidance mengatasi

klien dan

nyeri

penyebabny
a
5. Kolaborasi

Mengurangi mengurangi

pemberian

rasa nyeri dapat

analgetika

dilakukan dengan
pemberian analgetika

oral / intravena
Ketidaktahuan dapat

Setelah dilakukan tindakan

16 Juni

keperawatan selama 1 x 7 jam,

pengetahuan

menjadi dasar

2016

diharapkan klien mengerti

/persepsi

peningkatan rasa cemas

tentang penykitnya dan rasa

klien dan

cemas klien hilang dengan

keluarga

kriteria hasil:

terhadap

1. Kaji tingkat

Kamis

Klien mengerti

penyakit

tentang
-

penyakitnya
Klien tidak tampak

2. Kaji derajat

Kecemasan yang tinggi

kecemasan

dapat menyebabkan

cemas
Rasa cemas klien

yang

penurunan penialaian

dialami

objektif klien tentang

hilang

klien

penyakit

3. Bantu klien

libatan klien secara aktif

mengidentif

dalam tindakan

ikasi

keperawatan merupakan

penyebab

support yang mungkin

kecemasan

berguna bagi klien dan

meningkatkan kesadaran

28

diri klien
4. Terangkan
hal-hal

Konseling bagi klien

seputar

sangat diperlukan bagi

aborsi yang

klien untuk

perlu

meningkatkan

diketahui

pengetahuan dan

oleh klien

membangun support

dan

system keluarga; untuk

keluarga

mengurangi kecemasan
klien dan keluarga.

29

I.
NO
1

Hari/tanggal
Selasa, 15 Juni
2016

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi
1. Mengajarkan klien teknik
relaksasi nafas dalam

Respon
S : Klien mengatakan
bersedia mengikuti teknik
relaksasi nafas dalam yang
di ajarkan
O : Klien tampak
mengikuti teknik nafas
dalam yang di ajarkan

2. Mengkaji skala nyeri klien.

S : Klien mengatakan nyeri


klien sedikit berkurang
-Klien mengatakan akan
melakukan relaksasi nafas
dalam jika nyeri timbul
kembali.
O : Ekspresi wajah klien
tampak tenang dan rileks

3. Melakukan monitor ttv


pada klien

S:O :TTV klien dalam


keadaan normal.

30

paraf
Arimbi

TD : 110/70mmhg
N : 80x/menit
S : 36 C
RR : 20x/menit

Rabu 12 Mei 2016

Mengkaji tingkat

S : Klien mengatakan tidak

pengetahuan/persepsi klien

mengerti

dan keluarga terhadap

O : Klien mendengarkan

penyakit

dengan baik.

2. Mengkaji derajat

S : Klien mengatakan

kecemasan yang dialami

cemas

klien

O : Klien tampak cemas


dan gelisah

3. Bantu klien

S : klien mengatakan

mengidentifikasi penyebab

cemas dengan

kecemasan

kandungannya
O : klien tamopak cemas

4. Terangkan hal-hal seputar

S : klien mengatakan

aborsi yang perlu diketahui

mengerti

oleh klien dan keluarga

O : klien tampak mengerti

31

Arimbi

J. EVALUASI
No.Dx
1

Hari / tanggal
kamis 16 Juni 2016

CatatanPerkembangan
S: Klien mengatakan

sudah

tidak

merasaka nyeri
O :.Ekspresi wajah klien tampak tenang

dan rileks
A : Masalah teratasi
P : Intevensi dihentikan
S: Klien mengatakan cemas berkurang
O :.Klien tampak tenang dan rileks
A : Masalah teratasi
P : Intevensi dihentikan

kamis 16 Juni 2016

32

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan membahasAsuhan Keperawatan Pada Klien Ny D Dengan
abortus eminen Di Bangsal Prikesit RSUD Semarang. Di samping itu penulis
akan membahas faktor pendukung, faktor penghambat dan kesenjangan dalam
pemberian asuhan keperawatan pada Ny D dengan abortus eminen sesuai dengan
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
Dari hasil pengkajian yang di dapat di mulai dari usia dimana teori dan kasus
NY.D tidak ada kesenjangan karena kasus abortus eminen sering terjadi pada ibu
hamil.
Dalam kasus ini klien memiliki riwayat kehamilan G2 P1 A0 dimana klien
termasuk wanita yang sudah melahirkan 1 kali.
Tetapi dalam pengkajian di riwayat keluarga klien tidak mempunyai penyakit
turunan.
Nyeri merupakan segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut
dan terjadi kapan saja ketika sesorang mengatakan bahwa merasakan nyeri. Nyeri
merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul apabila ada jaringan yang rusak
dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus
nyeri individu untuk berhubungan dengan orang lain, merawat diri dan
beraktivitas (Potter and Perry, 2009). Di dalam kasus Ny D ketika adanya
kontraksi uterus akan merasakan nyeri di perutnya. Pasien tidak memerlukan
bantuan

orang

lain

atau

pihak

kelarga

33

dalam

beraktivitas.

Penulis

mengkategorikan aktivitas pasien dalam tingkatan kedua dapat melakukan


aktivitas secara mandiri
Penulis memprioritaskan masalah nyeri karena nyeri adalah hal yang melelahkan
dan menuntut energi seseorang. Nyeri dapat menggangu hubungan personal dan
mempengaruhi makna kehidupan. Walaupun merupakan salah satu gejala yang
paling sering terjadi di biang medis, nyeri merupakan salah satu hal yang sulit
untuk di pahami. Seseorang yang merasakan nyeri merasa tertekan dan menderita
dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri, sehingga perawat bisa melakukan
intervensi untuk mengalihkan rasa nyeri dan meningkatkan kenyamanan

34

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Abortus Eminen adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa
berlanjut beberapa hari atau dapat berulang. Abortus imminens adalah
terjadinya perdarahan dari rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20
minggu, dimana janin masih berada di dalam rahim dan tanpa disertai
pembukaan dari leher rahim. Apabila janin masih hidup maka kehamilan
dapat dipertahankan, akan tetapi apabila janin mengalami kematian, maka
dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dapat dilakukan
dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk melihat gerakan dan denyut
jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan melalui alat
Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 16 minggu.
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini,
kehamilan masih mungkin berlanjut dan dipertahankan. Abortus imminens
adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya
5.2 Saran
1. Bagi mahasiswa diharapakan dengan adanya makalah asuhan keperawatan ini
dapat memperbanyak pengetahuan dari berbagai referensi lainnya.
2. Bagi perawat diharapkan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
tidak hanya sebagai pemberi asuhan keperawatan namun juga berperan aktif
dalam mencegah akan terjadinya suatu penyakit.
3. Bagi dunia keperawatan diharapakan kita sebagai tenaga kesehatan mampu
memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin, dan meningkatkan
kualitas perawat yang lebih bermutu.

35

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2011), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 2012, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC,
Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta
Kusmiati,Yuni,dkk.2011.Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta:Fitramaya
Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Pusdiknakes Depkes RI, WHO, JHPIEGO. 2009. Asuhan Kebidanan Post
Partum. Jakarta, Pusdiknakes RI.
Saifudin,Abdul
Bari.2010.Pelayanan
Neonatal.Jakarta:YBP

Kesehatan

Maternal

dan

SPWiknjosastro,
Hanifa,
2012.
IU.
Jakarta
:
YBP

SP
Mocthar, Rustam, 2009. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGCManuaba,
Ida Bagus Gede, 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kelurga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Uliyah. 2015. Perubahan pada Masa Kehamilan. Fitramaya: Yogyakarta.
Wildan dan Hidayat. 2010. Dokumentasi kebidanan. Jakarta: Salemba medika.

36

Anda mungkin juga menyukai