Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

STUDI KASUS
4.1 Studi Kasus 1
Pada Studi Kasus 1 ini saya menyadur dari laporan tugas akhir
saudara Rahadian Aksono, Mahasiswa Teknik Geologi Angkatan 2008 yang
berjudul Peningkatan Daya Dukung Tanah dengan Metode Grouting :
Studi Kasus Kali Semarang, Jawa Tengah.
4.1.1

Lokasi Penelitian
Geomorfologi Kali Semarang adalah dataran fluvial. Satuan
dataran fluvial memiliki beda tinggi antara 1 2 m dengan persentase
lereng sebesar 0-2 %. Proses eksogenik yang berpengaruh terhadap
daerah penyelidikan yaitu erosi, transportasi dan sedimentasi.

4.1.2

Stratigrafi Lokasi Penelitian


Berdasarkan peta geologi regional Thanden (1996), satuan
stratigrafi yang terdapat pada daerah penyelidikan termasuk kedalam
alluvial. Aluvial merupakan hasil dari pengaruh sungai dan
lingkungan perairan laut yang ditandai pecahan terumbu karang dan
sisa vegetasi yang menghasilkan litologi alluvial yang terdiri dari

4.1.3

lempung.
Jenis Tanah Sebelum Grouting
Untuk mengetahui jenis tanah secara umum di wilayah pantai
kota

Semarang

berdasarkan

penelitian

Penelitian

Pusat

Pengembangan Geologi Kelautan Bandung tahun 2000 dengan


metode pendeteksian georadar, pemboran inti dan penyondiran
menyatakan kondisi litologi bawah permukaan wilayah pantai Kota
Semarang terdiri atas sedimen berfraksi halus yang bersifat lunak dan
pasiran bersifat relatif padat yang beralaskan batuan volkanik di
bawah kedalaman 20 25 meter. Sebaran tanah lunak (tanah dengan
tekanan konus [Qc] < 10 Kg/cm2) semakin tebal ke arah Timur Laut
Timur, dan menipis ke arah Barat Selatan. Oleh karena lokasi yang

22

akan didirikan bangunan polder di Kali Semarang terletak di sekitar


wilayah pantai Kota Semarang yang didominasi oleh tanah yang
bersifat lunak maka dilakukan pekerjaan penyelidikan tanah
uji sondir pada tiga titik pengujian. Alat yang digunakan berupa satu
unit alat sondir dengan kapasitas 2,5 ton. Pengujian Sondir dilakukan
untuk mengetahui pelawanan tanah yang dilakukan dengan cara
menusukkan bikonus/konus ke dalam tanah. Dari gesekan dan
tekanan bikonus yang terjadi di dalam tanah dihantarkan melalui
stang sondir bagian dalam yang kemudian dibaca pada manometer.
Dari data yang diperoleh maka dibuat grafik perlawanan tanah
dan hambatan konis. Dengan adanya grafik sondir maka dapat
diketahui kondisi dan kedalaman tanah untuk perencanaan pondasi.

Sondir 1
Berdasarkan pengeplotan yang dilakukan diperoleh di
kedalaman 5,0 sampai 20,00 meter berupa tanah lempung. Untuk
menggolongkan kekerasan sendiri menggunakan tabel dari
Terzaghi dan Peck (1984) dan diperoleh lempung sangat lunak
pada kedalaman 5,0 sampai 14,60 meter nilai conus resistance
berkisar antara 1,00 sampai 4,00 kg/cm2, dan lempung lunak
14,80 sampai 20,00 meter nilai conus resistance berkisar antara
5,00 sampai 8,00 kg/cm2.

Sondir 2
Penentukan jenis tanah dengan menggunakan grafik dari
Robertson (1986). Hasilnya kedalaman 4,40 sampai 20,00 meter
berupa tanah lempung. Sama seperti titik sondir 1 untuk
menggolongkan kekerasan menggunakan tabel dari Terzaghi dan
Peck (1984), diperoleh hasil berupa lempung sangat lunak pada
kedalaman 0,0 sampai 17,00 meter nilai conus resistance berkisar
antara 1,00 sampai 4,00 kg/cm2, dan lempung lunak 17,20 sampai
20,00 meter nilai conus resistance berkisar antara 5,00 sampai
10,00 kg/cm2.
23

Sondir 3
Penentukan jenis tanah dengan menggunakan grafik dari
Robertson (1986). Hasilnya kedalaman 0,0 sampai 20,00 meter
berupa tanah lempung. Sama seperti titik sondir 1 untuk
menggolongkan kekerasan menggunakan tabel dari Terzaghi dan
Peck (1984), diperoleh hasil berupa lempung sangat lunak pada
kedalaman 0,0 sampai 16,60 meter nilai conus resistance berkisar
antara 1,00 sampai 4,00 kg/cm2, dan lempung lunak 16,80 sampai
20,00 meter nilai conus resistance berkisar antara 5,00 sampai
10,00 kg/cm2.

Titik Sondir
Sondir 1
Sondir 2
Sondir 3

No
1
2
1
2
1
2

Kedalaman (m)

Conus Resistance

Sifat Lapisan Lempung

0,40 - 13,50
13,70 20,00
0,40 13,00
13,20 20,00
0,40 14,40
14,60 20,00

(kg/cm2)
14
5 10
1-4
58
14
5-8

Sangat Lunak
Lunak
Sangat Lunak
Lunak
Sangat Lunak
Lunak

Tabel 4.1 Perlawanan Konus dan Sifat Lapisan Tanah Sebelum Grouting

4.1.4

Grouting
Grouting merupakan salah satu metode untuk meningkatkan
daya dukung tanah atau batuan. Grouting merupakan salah satu
penanggulangan gerakan tanah melalui rekayasa kimia dan mekanis.
Pekerjaan grouting dilakukan dengan menyuntikkan pasta semen ke
dalam tanah atau batuan melalui lubang bor dengan tujuan menutup
diskontruksi terbuka, rongga-rongga dan lubang-lubang pada lapisan
yang dituju untuk meningkatkan kekuatan tanahnya. Grouting yang
dilakukan

di

Kali

Semarang

adalah

Compaction

grouting.

Compaction grouting merupakan grouting dimana material grouting


4.1.5

akan mengganti dan bercampur dengan tanah disekelilingnya.


Jenis Tanah Sesudah Grouting

24

Pada daerah ini seperti hasil sondir sebelum di-grouting


memiliki jenis tanah berupa lempung ketika diinterpretasikan jenis
tanahnya dengan memplotkan nilai qc dan FR pada grafik klasifikasi
tanah dari Robertson (1986). Pasir dan semen yang digunakan untuk
melakukan grouting hanya sebagian materialnya yang berukuran
lempung dan sedikit mengandung mineral lempung, sehingga akan
mempengaruhi nilai FR dan qc ketika dilakukan interpretasi
pembacaan hasil sondir. Berikut hasil sondir sesudah dilakukan
grouting :

Sondir 1
Uji sondir ini dilakukan 14 hari setelah pekerjaan grouting
selesai. Tabel kekerasan dari Terzaghi dan Peck (1984) digunakan
untuk menentukan tingkat kekerasan batuan, diperoleh pada
kedalaman 4,0 sampai 9,60 meter nilai conus resistance berkisar
antara 5,00 sampai 9,00 kg/cm2, kedalaman 9,80 sampai 12,40
meter nilai conus resistance berkisar antara 11,00 sampai 16,00
kg/cm2, kedalaman 12,60 sampai 20,00 meter nilai conus
resistance berkisar antara 18,00 sampai 33,00 kg/cm2.

Sondir 2
Uji sondir ini dilakukan 14 hari setelah pekerjaan grouting
selesai.Tabel kekerasan dari Terzaghi dan Peck (1984) digunakan
untuk menentukan tingkat kekerasan batuan, diperoleh lempung
lunak pada kedalaman 4,0 sampai 11,40 meter nilai conus
resistance berkisar antara 5,00 sampai 9,00 kg/cm2, lempung
teguh 11,60 sampai 16,40 meter nilai conus resistance berkisar
antara 10,00 sampai 20,00 kg/cm2, kedalaman 16,60 sampai 20,00
meter nilai conus resistance berkisar antara 23,00 sampai 30,00
kg/cm2.

Sondir 3
Uji sondir ini dilakukan 30 hari setelah pekerjaan grouting
selesai. Tabel kekerasan dari Terzaghi dan Peck (1984) digunakan
25

untuk menentukan tingkat kekerasan batuan, diperoleh lempung


lunak pada kedalaman 4,0 sampai 8,80 meter nilai conus
resistance berkisar antara 5,00 sampai 9,00 kg/cm2, lempung
teguh 9,00 sampai 14,60 meter nilai conus resistance berkisar
antara 18,00 sampai 35,00 kg/cm2, kedalaman 14,60 sampai 20,00
meter nilai conus resistance berkisar antara 36,00 sampai 55,00
kg/cm2.
Titik Sondir
Sondir 1
Sondir 2
Sondir 3

No
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Kedalaman (m)

Conus Resistance

Sifat Lapisan Lempung

0,40 - 13,50
13,70 20,00
12,60 20,00
0,40 13,00
13,20 20,00
16,60 20,00
0,40 14,40
14,60 20,00
14,80 20,00

(kg/cm2)
14
5 10
18 33
1-4
58
23,00 30,00
14
5-8
36 55

Sangat Lunak
Lunak
Kaku
Sangat Lunak
Lunak
Kaku
Sangat Lunak
Lunak
Kaku

Tabel 4.2 Perlawanan Konus dan Sifat Lapisan Tanah Setelah Grouting

4.1.6

Perbandingan Daya Dukung Tanah


Ada

berbagai

macam

rumus

yang

digunakan

untuk

menghitung daya dukung izin tanah (qall) antara lain menggunakan


rumus dari Schmertmann (1978), yaitu sebagai berikut :
qult = 5 + 0,34qc
qall = qult / Sf
Keterangan :
qc = nilai conus resistance
qult= daya dukung batas tanah
Sf = Faktor keamanan dengan nilai 3
qall = daya dukung izin tanah
Dari data yang telah diperoleh dari hasil perhitungan daya
dukung tanah tersebut dilakukan perbandingan kondisi sebelum dan
sesudah dilakukan grouting. Perbandingan hasil sondir sebelum dan

26

sesudah grouting sesuai dengan kedalaman maksimal. Data hasil


sondir sesudah grouting dilakukan dengan tujuan agar bisa
memperoleh perbandingan peningkatan sebenarnya dan seberapa jauh
peningkatannya.
Pada hasil sondir sebelum grouting diperoleh hasil daya
dukung tanah sekitar 22,33 25,73 ton/m2 atau 2,23 2,57 kg/cm2.
Nilai tertinggi dari sondir ini hanya 25,73 ton/m2 pada titik sondir 1
dengan kedalaman 20 m. Selanjutnya hasil daya dukung tanah
sesudah dilakukan grouting memiliki nilai 21,20 54,06 ton/m2 atau
2,12 5,46 kg/cm2. Nilai tertinggi dari sondir ini 54,06 ton/m2 dengan
kedalaman 20 m. Kapasitas daya dukung tanah yang dihasilkan
sesudah grouting sendiri akan terus meningkat dengan bertambahnya
waktu sampai mencapai kekerasan maksimal ketika mortar yang
disuntikkan telah kering.
Dari data yang telah diperoleh dari hasil perhitungan daya
dukung tanah tersebut dilakukan perbandingan kondisi sebelum dan
sesudah dilakukan grouting. Perbandingan hasil sondir sebelum dan
sesudah grouting sesuai dengan kedalaman maksimal data hasil sondir
sesudah grouting dilakukan dengan tujuan agar bisa memperoleh
perbandingan

peningkatan

sebenarnya

dan

seberapa

jauh

peningkatannya.
Pada hasil sondir sebelum grouting diperoleh hasil daya
dukung tanah sekitar 20,10 26,86 ton/m2 atau 2,01 2,68 kg/cm2.
Nilai tertinggi dari sondir ini hanya 26,86 ton/m2 pada titik sondir 1
dengan kedalaman 20 m. Selanjutnya hasil daya dukung tanah
sesudah dilakukan grouting memiliki nilai 22,33 50,67 ton/m2 atau
2,23 5,06 kg/cm2. Nilai tertinggi dari sondir ini 50,67 ton/m2 dengan
kedalaman 20 m. Kapasitas daya dukung tanah yang dihasilkan
sesudah grouting sendiri akan terus meningkat dengan bertambahnya
waktu sampai mencapai kekerasan maksimal ketika mortar yang
disuntikkan telah kering.

27

Dari data yang telah diperoleh dari hasil perhitungan daya


dukung tanah tersebut dilakukan perbandingan kondisi sebelum dan
sesudah dilakukan grouting. Perbandingan hasil sondir sebelum dan
sesudah grouting sesuai dengan kedalaman maksimal data hasil sondir
sesudah grouting dilakukan dengan tujuan agar bisa memperoleh
perbandingan

peningkatan

sebenarnya

dan

seberapa

jauh

peningkatannya.
Pada hasil sondir sebelum grouting diperoleh hasil daya
dukung tanah sekitar 20,10 28,00 ton/m2 atau 2,01 2,8 kg/cm2.
Nilai tertinggi dari sondir ini hanya 28,00 ton/m2 pada titik sondir 1
dengan kedalaman 20 m. Selanjutnya hasil daya dukung tanah
sesudah dilakukan grouting memiliki nilai 29,13 79,00 ton/m2 atau
2,91 7,9 kg/cm2. Nilai tertinggi dari sondir ini 79,00 ton/m2 dengan
kedalaman 20 m. Kapasitas daya dukung tanah yang dihasilkan
sesudah grouting sendiri akan terus meningkat dengan bertambahnya
waktu sampaimencapai kekerasan maksimal ketika mortar yang
disuntikkan telah kering. Pada prinsipnya penyebaran cairan grouting
memiliki prinsip pada kedalaman semakin kebawah maka kecepatan
penyebaran cairan grouting akan semakin lebih cepat daripada
kedalaman di atasnya. Efeknya kecepatan peningkatan daya dukung
tanah sesudah grouting semakin kebawah semakin lebih cepat
daripada di atasnya

4.2 Studi Kasus 2


Pada Studi Kasus 2 ini saya menyadur dari laporan tugas akhir
saudara Gilang Claresia, Mahasiswa Teknik Geologi Angkatan 2007 yang
berjudul Studi Peningkatan Kekuatan Tanah Sangat Lunak dengan
Metode Grouting Di Lokasi Pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai
Mayangan Probolinggo.
4.1.1 Kondisi Geomorfologi
28

Kondisi geomorfologi daerah penelitian , berupa daratan yang


memanjang dibatasi oleh lautan, dapat kita sebut sebagai daerah pantai.
Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Probolinggo
(Bakorsurtanal, 2001). Lokasi penelitian ini termasuk dalam satuan
daratan (Zuidam, 1983). Kemudian berdasarkan data sekunder yang
ada, wilayah Kota Probolinggo relatif berlereng (0-2%). Dari data
tersebut maka dapat diasumsikan bahwa wilayah Kota Probolinggo
sebagian besar wilayahnya berelief datar/ hampir datar (Zuidam,1983).
4.1.2

Litologi Daerah penelitian


Berdasarkan data stratigrafi regional, daratan daerah penelitian
termasuk dalam satuan alluvial (Qa). Hal ini sesuai dengan kondisi
dilapangan yaitu jenis litologi yang menyusun lokasi penelitian berupa
pasir dan lempung, yang merupakan penciri satuan alluvial.
Jenis litologi yang tampak dilapangan dilihat dari hasil
pemboran, lokasi penelitian tersususn atas 3 jenis satuan material lepas
yaitu berupa pasir berwarna hitam dengan konsistensi tidak kompak
(lepas) yang terletak pada kedalaman 0-4.00 m.
Kemudian lempung berwarna abu-abu pasiran terletak pada
kedalaman 4.00-6.00 m dan kedalaman 11.00-15.00 m dan yang
terakhir berupa lempung berwarna abu-abu dengan konsistensi lunak
terletak pada kedalaman 6.00-11.00 m yang tersebar di seluruh lokasi
penelitian.

4.1.3

Pengolahan data
Dalam pengolahan data ini, perlu diketahui bahwa tujuan awal
dalam penelitian ini adalah meningkatkan kekuataan tanah sangat
lunak pada wilayah pantai, untuk pembangunan sebuah dermaga
pelabuhan

perikanan

pantai

Mayangan

Probolinggo,

dengan

menggunakan sebuah jenis pondai turap atau dengan kata lain pondai
sheet

pile.

Pondasi

sheet

pile

merupakan

sebuah

pondasi

29

menggunaklan besi bertulang yang ditancapkan kedalam kedalaman


tertentu untuk menahan tanah agar tidak terjadi keruntuhan akibat
tekanan dari bangunan diatasnya dan aktivitas gelombang laut.
4.1.4

Hasil Pemboran
Pelaksanaan pemboran dilokasi penelitian dilakukan sebanyak
443 titik dengan menggunakan metode pemboran yang dilakukan
dengan menggunakan media air yang diinjeksikan kedalam tanah
untuk membantu masuknya casing bor kedalam permukaan tanah yang
menyebabkan tanah tersebut menjadi tertekan, sehingga cutting keluar
keatas permukaan. Kemudian berdasarkan cutting tersebut dapat
diketahui jenis tanahnya.
Ternyata dari seluruh pemboran tersebut (443 titik) hasil
deskripsi jenis litologinya sama. Oleh karena itu disini kan dijelaskan
beberapa contoh sebagai sampel, yaitu pada titk pemboran 94-97 c.
Dari hasil pemboran pada titik 94-97c serta beberapa pemboran
sebelum digrouting yang lainnya, terdapat beberapa kesamaan litologi,
yaitu hasil pemboran sedalam 15 m, dapat diketahui lokasi
pembangunan dermaga Mayangan Probolinggo tanahnya tersusun atas
pasir berwarna hitam, dan partikel antar butirnya lepas pada kedalaman
1-4 m, kemudian pada kedalaman 5-6 m tersusun atas lempung
berwarna abu-abu dan masih memiliki sifat pasiran seperti material
diatasnya. Pada kedalaman 7-11 m lokasi ini tersusun atas lempung
berwarna abu-abu dengan konsistensi yang lunak. Kemudian pada
kedalaman 12-15 m materialnya berupa lempung berwarna abu-abu
pasiran.

4.1.5

Hasil Sondir Sebelum Grouting


Sondir merupakan sebuah media yang digunakan untuk
mengetahui kekuatan tanah menggunakan media konus yang ditekan
kedalaam tanah sehingga kita mengetahui kekuatan tanah, berdasarkan
perlawanannya terhadap konus (qc). Alat yang digunakaan untukm

30

pelaksanaan penyondiran untuk penelitian tersebut berupa alat sondir


ringan dengan kekuatan tekan 250 kg/cm2.
Berdasarkan data sondir, pemboran serta grafik sondir atau
dutch penetration test yang terbentuk dapat diketahui jenis dan sifat
jenis lapisan tanah berdasarkan nilai conus resistance (qc) dan nilai
friction ratio (fr). Sehingga dari hal tersebut dapat diketahui
bagaimana kondisi bawah permukaan tanahnya. Berikut merupakan
proses pengolahan data sondir untuk mengetahui kondisi awal bawah
permukaan lokasi pembangunan dermaga Mayangan dengan cara
menganalisis hasil pengolahan data sondir sebelum digrouting yang
terbagi menjadi 4 titik lokasi penyondiran.
Titik

No

Kedalaman (m)

Sondir

Conus

Friction

Resistance

Ratio

Sifat Lapisan

rata-rata

rata-rata (%)

Tanah

6.3
7.6
10
12.1
1.2
3.3
7.3
6.2
4.8
1.4
4.4
5.4
5.6
3.9
0
0
2.1
0.7
3.8
5.0
2.99
2.94
0

Sangat lunak
Sangat lunak
Sangat lunak
Sangat lunak
Keras
Sangat lunak
Sangat lunak
Sangat lunak
Sangat lunak
Keras
Teguh
Teguh
Lunak
Lunak
Sangat lunak
Sangat lunak
Sangat kaku
Keras
Teguh
Sangat lunak
Teguh
Teguh
Sangat lunak

(kg/cm2)

Sondir 43

Sondir 39

Sondir 73

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5

0-4
4.20-6
6.20-11
11.20-14.20
14.40-14.60
0-4
4.20-6
6.20-11
11.20-14.20
14.40-14.60
0-4
4.20-4.60
4.80-6.00
6.20-7.60
7.80-11.00
11.20-12.20
12.40-13.20
13.40
0-0.80
1.00-3.20
3.40-4.00
4.20-5.20
5.40-6.00

1.5
2.2
1.9
1.5
190
1.6
1.9
0.7
1.3
140
14.9
12.3
7.0
9.6
0.0
0.0
54.0
150.0
16.40
0.70
11.5
16.0
0

31

Sondir 119

6
7
8

6.20-11.00
11.20-15.40
15.60-15.80

0.3
0
80.0

1.0
0
2.70

Sangat lunak
Sangat lunak
Kaku

Tabel 4.3 Hasil penyelidikan tanah sebelum digrouting dilokasi pembangunan pelabuhan
perikanan pantai Mayangan, Probolinggo

4.1.6

Hasil Pelaksanaan Sondir Setelah Grouting


Setelah metode pelaksanaan peningkatan kekuatan tanah
dengan metode grouting compaction selesai dilakukan, langkah
selanjutnya adalah pengecekan kondisi tanah setelah grouting dengan
menggunakan metode sondir. Diharapkan setelah grouting berlangsung
kekuatan tanah didaerah penelitian meningkat menjadi keras. Proses
pelaksanaan uji sondir setelah grouting sama dengan langkah sondir
sebelum grouting. Yaitu titik penyondiran diletakkan diantara lubang
pemboran. Kemudian data yang dibutuhkan untuk menganalisis
kondisi tanahnya berupa data conus resistance (qc) dan data friction
ratio (fr).
Berikut merupakan hasil pekerjaan sondir setelah grouting,
yang dilakukan sebanyak 3 kali percobaan sondir, berdasarkan
perbedaan umur grouting.

Titik

No

Kedalaman

Conus resistance

Friction Ratio

Sifat Lapisan

(m)

rata-rata

rata-rata (%)

Tanah

1
2
3
4
1
2
3
1
2
3
4
5

0.0-1.20
1.40-2.60
2.80-4.20
4.40
0.0-1.60
1.80-4.40
4.60
0.0-0.80
1.00-2.60
2.80-3.60
3.80-9.00
9.20-10.20

(kg/cm2)
2.3
29.3
53.5
160
2.3
29.3
120
0
7.2
22
39.7
91.7

1.8
3.0
2.2
3.1
4.1
3.8
2.5
0
4.8
2.7
4.1
2.9

Sangat lunak
Teguh
Kaku
Keras
Sangat lunak
Teguh
Keras
Sangat lunak
Lunak
Teguh
Kaku
Sangat keras

1
2
3

0.0-0.80
1.00-4.40
4.60-11.40

2.8
15.5
4.9

5.7
3.1
4.3

Sangat lunak
Teguh
Sangat lunak

Sondir

Sondir 1
(43 hari)
Sondir 2
(20 hari)

Sondir 3
(15 hari)
Sondir 38
(16 hari)

32

Sondir 40
(21 hari)
Sondir 43
(25 hari)

4
5
1
2
3
4
1
2

11.60-12.40
12.60
0.0-4.80
5.00-8.00
8.20-12.80
13.00
0.0-12.60
12.60

12.5
150
12.6
5.7
22.4
200
7.7
200

2.6
1.1
2.4
4.9
1.4
0.5
3.1
1.8

Teguh
Keras
Teguh
Lunak
Teguh
Keras
Lunak
Keras

Tabel 4.4 Hasil penyelidikan tanah setelah di grouting dilokasi pembangunan pelabuhan
perikanan pantai Mayangan, Probolinggo

4.1.7

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Tanah Berdasarkan Data Sondir


Untuk mengetahui apakah pelaksanaan grouting didaerah
penelitian berhasil meningkatkan kekuatan tanah, maka perlu diadakan
sebuah evaluasi mutu grouting dengan membandingkan 4 data sondir
sebelum grouting dan 6 data sondir sesudah grouting dari waktu ke
waktu.
a. Data sondir sebelum grouting : SD 43, SD 39, SD 73, SD 119
b. Data sondir setelah grouting : SD 1, SD 2, SD 3, SD 38, SD 40,
SD 43
Berikut merupakan hasil evaluasi peningkatan kekuatan tanah
lunak berdasarkan nilai conus resistance (qc). Berdasarkan 4 buah
sampel data sondir, 1 sampel sondir sebelum grouting dan 3 sampel
data sondir sesudah grouting.

4.1.8

Peningkatan kekuatan tanah / conus resistance (qc) berdasarkan umur


grouting dan kedalaman tanah keras
Berdasarkan nilai conus resistance (qc), kita dapat mengetahui
peningkatan kekuatan tanah daerah penelitian. Sebelum grouting
berlangsung pada kedalaman 15.80 m tanah berkonsistensi sangat
kaku. Kemudian setelah pelaksanaan grouting dilakukan kekuatan
tanahnya semakin meningkat.
Pada umur grouting 15 hari pada kedalaman 10.20 m,
konsistensi tanah mulai keras. Nilai conus resistance nya sebesar 120
kg/cm2. Dari nilai tersebut diketahui bahwa tanah keras dari kedalaman
15.80 m meningkat menjadi 10.20 m. Kemudian pada umur grouting

33

20 hari, pada kedalaman 4.60 m tanah mulai keras dengan nilai conus
resistance (qc) 160 kg/cm2. Dan yang terakhir pada umur grouting 43
hari pada kedalaman 4.40 m kekuatan tanah sudah mulai keras dengan
nilai conus resistance (qc) 160 kg/cm2. Dari analisis data diketahui
bahwa semakin lama umur grouting semakin keras nilai conus
resistance nya.
Keterangan

Sebelum grouting

qc (kg/cm2)
Sifat tanah
Kedalaman (m)

90.0
Sangat kaku
15.80

15 hari
120.0
Keras
10.20

Sesudah grouting
20 hari
43 hari
120.0
160.0
keras
Keras
4.60
4.40

Tabel 4.5 Peningkatan kekuatan tanah lunak setelah di grouting berdasarkan umur dan
kedalam tanah keras

34

Anda mungkin juga menyukai