Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Lembaga Penjamin Simpanan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga
independen

yang

berfungsi

menjamin

simpanan

nasabah

perbankan di Indonesia. Badan ini dibentuk berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan yang ditetapkan pada 22 September 2004. Undangundang ini mulai berlaku efektif 12 bulan sejak diundangkan
sehingga pendirian dan operasional LPS dimulai pada 22
September 2005. Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di
wilayah Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan
LPS.
Di dalam perekonomian modern dewasa ini diperlukan suatu
sistem

penyangga

ekonomi

yang

kokoh

sehingga

dapat

menumbuhkan kepercayaan para pelaku ekonomi yang bernaung


dibawahnya, dan yang menjadi salah satu tiang penyangganya
adalah LPS. Hal itu tercermin dari salah satu fungsi dari LPS yakni
menjamin simpanan nasabah.
B. Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan
LPS berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut
aktif

dalam

menjaga

stabilitas

sistem

perbankan

sesuai

kewenangannya. Sejak tanggal 22 Maret 2007 dan seterusnya,


nilai simpanan yang dijamin LPS maksimum sebesar Rp100 juta
per nasabah per bank, yang mencakup pokok dan bunga/bagi
hasil yang telah menjadi hak nasabah. Bila nasabah bank
memiliki simpanan lebih dari Rp100 juta maka sisa simpanannya
akan dibayarkan dari hasil likuidasi bank tersebut.

Tujuan kebijakan publik penjaminan LPS tersebut adalah


untuk melindungi simpanan nasabah kecil karena berdasarkan
data distribusi simpanan per 31 Desember 2006, rekening
bersaldo sama atau kurang dari Rp100 juta mencakup lebih dari
98% rekening simpanan.
Sejak terjadi krisis global pada tahun 2008, Pemerintah
kemudian mengeluarkan Perpu No. 3 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang
Lembaga Penjamin Simpanan yang mengubah nilai simpanan
yang dijamin oleh LPS menjadi Rp2.000.000.000 (dua milyar
rupiah). Perpu ini dapat disesuaikan kembali, apabila krisis global
meluas atau mereda, LPS juga turut aktif dalam memelihara
stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannnya.
Lembaga Penjamin Simpanan juga memiliki fungsi, wewenang
dan juga tugas tersendiri yang bertujuan untuk kenyamanan
nasabah. Diantara fungsi, wewenang dan tugas dari LPS sebagai
mana disebutkan dalam Undang-Undang adalah:
Fungsi dari Lembaga Penjamin Simpanan :
1. Menjamin simpanan para nasabah penyimpan
2. Turut aktif dalam memelihara stabilitas system perbankan
sesuai kewenangan.
Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS):
1. Merumuskan

dan

menetapkan

kebijakan

pelaksanaan

penjaminan simpanan.
2. Melaksanakan penjaminan simpanan.
3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka
turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan.
4. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan
penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik.

5. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak


sistemik.
Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS):
1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.
2. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank
pertama kali menjadi peserta.
3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.
4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan
bank,

laporan

keuangan

bank,

dan

laporan

hasil

pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan


bank.
5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas
data tersebut pada angka 4.
6. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran
klaim.
7. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain
untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS,
guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.
8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat
tentang penjaminan simpanan.
9. Menjatuhkan sanksi administratif.
C. Tujuan Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan
Dibentuknya Lembaga Penjamin Simpanan bertujuan untuk
menumbuhkan

kembali

rasa

aman

masyarakat

untuk

bertransaksi dengan bank dalam hal simpanan sehingga muncul


kembali rasa kepercayaan mereka terhadap bank. Maksud dan
tujuan dibentuknya LPS menurut UU No.24/2004 adalah untuk
menyempurnakan program penjaminan simpanan nasabah bank
dalam rangka mendukung system perbankan yang sehat dan

stabil guna menunjang terwujudnya perekonomian nasional yang


stabil dan tangguh.
Krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia
pada tahun 1998 ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank yang
mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat
pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi,
pemerintah

mengeluarkan

beberapa

kebijakan

diantaranya

memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank,


termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee). Hal ini
ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998
tentang "Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum"
dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang
"Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan
Rakyat".
Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat
menumbuhkan

kembali

kepercayaan

masyarakat

terhadap

industri perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang


terlalu luas menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi
pengelola bank maupun masyarakat. Untuk mengatasi hal
tersebut dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah
penyimpan serta menjaga stabilitas sistem perbankan, program
penjaminan

yang

digantikan

dengan

sangat

luas

sistem

lingkupnya

penjaminan

tersebut
yang

perlu

terbatas.

Dibentuknya Lembaga Penjamin Simpanan bertujuan untuk


menumbuhkan

kembali

rasa

aman

masyarakat

untuk

bertransaksi dengan bank dalam hal simpanan sehingga muncul


kembali rasa kepercayaan mereka terhadap bank.
D. Syarat-Syarat Suatu Pinjaman Dapat di Jamin Oleh
Lembaga Penjamin Simpanan

Selain memenuhi besaran nilai simpanan yang dijamin,


nasabah juga perlu memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Simpanan nasabah tercatat dalam pembukuan bank;
2. Nasabah tidak memperoleh bunga simpanan yang melebihi
tingkat bunga wajar yang ditetapkan oleh LPS/nasabah
tidak menerima imbalan yang tidak wajar dari bank; dan
3. Nasabah tidak melakukan tindakan yang merugikan bank,
misalnya memiliki kredit macet di bank tersebut.
E. Peserta Penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan
Peserta Penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan yaitu
sesuai Pasal 37B Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 tentang
Perbankan, setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang
disimpan pada bank yang bersangkutan. Untuk menjamin
simpanan masyarakat pada bank tersebut dibentuk LPS.
Dalam Pasal 12 UU LPS ketentuan tersebut dipertegas
dengan menyebutkan bahwa setiap bank yang melakukan
kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib menjadi
peserta penjaminan LPS. Jenis bank tersebut meliputi bank
umum dan BPR, termasuk bank nasional, bank campuran, dan
bank asing, serta bank konvensional dan bank syariah.
F. Simpanan Yang Dapat Dijamin
1. Simpanan yang dijamin meliputi giro, deposito, sertifikat deposito,
tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu
2. Simpanan nasabah Bank berdasarkan Prinsip Syariah
3. Simpanan yang dijamin merupakan simpanan yang berasal dari
masyarakat, termasuk yang berasal dari bank lain
4. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah hasil
penjumlahan saldo seluruh rekening Simpanan nasabah pada Bank
tersebut, baik rekening tunggal maupun rekening gabungan (joint account)
5

5. Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang


diperhitungkan bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan
tersebut yang dibagi secara prorata dengan jumlah pemilik rekening.
6. Dalam hal nasabah memiliki rekening yang dinyatakan secara tertulis
diperuntukkan bagi kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo
rekening tersebut diperhitungkan sebagai saldo rekening pihak lain
(beneficiary) yang bersangkutan
G. Peranan Nyata Lembaga Penjamin Simpanan
Pada sub bab ini, kami mengambil satu contoh nyata dari
peranan Lembaga Penjamin Simpanan akhir-akhir ini yaitu pada
kasus

Bank

Century.

Setelah

pailitnya

century,

LPS

memberhentikan aliran dana kepada Century. Aliran Dana


Lembaga Penjamin Simpanan pada Bank Century atau secara
teknis disebut sebagai penyertaan modal sementara (PMS) yang
dikucurkan dalam kurun waktu delapan bulan dari Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) yang mencapai sejumlah Rp6,7 triliun
adalah salah satu tata cara penanganan terhadap bank gagal
yang dilakukan oleh Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK)
yang beranggotakan Menteri Keuangan, Bank Indonesia (BI) dan
Lembaga Pengawas Perbankan (LPP) dalam hal ini termasuk bank
gagal dalam dampak sistemik, untuk saat sekarang Lembaga
Pengawas Perbankan (LPP) masih berada dalam naungan lingkup
kerja pada Bank Indonesia (BI). Kemudian dalam perkembangan
selanjutnya Bank Century diubah nama menjadi Bank Mutiara.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai pelaksana
penjaminan

pembayaran

bagi

dana

masyarakat

berkaitan

dengan produk-produk jasa perbankan tetapi dalam pengucuran


dana pada Bank Century akhirnya justru menimbulkan polemik
politik dibandingkan dengan penegakan hukum bahkan pada
tanggal 30 November 2009 dalam sebuah jumpa pers di Jakarta,
6

Mustar

Bona

Ventura

dan

Ferdi

Simaun,

aktivis

Benteng

Demokrasi Rakyat (Bendera) menyebutkan sejumlah nama yang


dikatakan ikut menerima sejumlah aliran dana dari pengucuran
dana Lembaga Penjamin Simpanan pada Bank Century dan
dengan tanpa menyebutkan sumber data hanya dikatakannya
sebagai data-data yang diumumkan berdasarkan dari jaringan
aktivis Jakarta, Bandung, Cianjur dan Bogor, keesokan harinya
sejumlah nama yang disebutkan melakukan pelaporan pada
Polda Metro Jaya terhadap apa yang dikatakan sebagai berita
fitnah

dan

pencemaran

nama

baik.

Presiden

SBY

ikut

menyatakan bahwa tidak pernah ada temuan itu dan silakan cek
dari kebenaran berita itu, berita itu merupakan fitnah luar biasa
dan perlu diselesaikan supaya keadilan ditegakkan dan masih
menurut presiden, masyarakat berhak mendapatkan informasi
yang terbuka dan sebenar-benarnya soal kasus Bank Century.
Presiden mendukung proses supaya persoalan yang mendapat
perhatian luas publik itu terbuka secara terang dan jelas, saya
prihatin dengan berita yang beredar yang tidak berlandaskan
kebenaran.

saya

nilai

berita

itu

fitnah.

berita

itu

sudah

keterlaluan.
Kehebohan politik berujung pada tanggal 1 Desember2009
dalam Sidang Paripurna Pengesahan Panitia Hak Angket Bank
Century terhadap usulan penggunaan Hak Angket DPR yang
diusulkan

oleh

503

Anggota

DPR

tersebut

disahkan

dan

disetujuinya penggunaan hak angket untuk mengungkap skandal


Bank Century dengan didukung oleh seluruh fraksi yang berada
di DPR yakni 9 Fraksi. dengan fokus penyelidikan angket, yakni:
1. Mengetahui
peraturan

sejauh

mana

perundangan

pemerintah
yang

melaksanakan

berlaku,

terkait

keputusannya untuk mencairkan dana talangan (bail out)

Rp 6,76 triliun untuk Bank Century. Adakah indikasi


pelanggaran peraturan perundangan, baik yang bersifat
pidana maupun perdata.
2. Mengurai secara transparan komplikasi yang menyertai
kasus pencairan dana talangan Bank Century. Termasuk
mengapa bisa terjadi perubahan Peraturan Bank Indonesia
secara mendadak, keterlibatan Kabareskrim Mabes Polri
ketika itu, Komjen Susno Duadji, dalam pencairan dana
nasabah Bank Century, dan kemungkinan terjadi konspirasi
antara para pemegang saham utama Bank Century dan
otoritas perbankan dan keuangan pemerintah.
3. Menyelidiki ke mana saja aliran dana talangan Bank
Century, mengingat sebagian dana talangan tersebut oleh
direksi Bank Century justru ditanamkan dalam bentuk
Surat Utang Negara (SUN) dan dicairkan bagi nasabah
besar (Budi Sampoerna). Sementara kepentingan nasabah
kecil

justru

terabaikan.

Adakah

faktor

kesengajaan

melakukan pembobolan uang negara demi kepentingan


tertentu, misalnya politik, melalui skenario bail out bagi
Bank Century.
4. Menyelidiki mengapa bisa terjadi pembengkakan dana
talangan menjadi Rp 6,76 triliun bagi Bank Century?
Sementara Bank Century hanyalah sebuah bank swasta
kecil yang sejak awal bermasalah, bahkan saat menerima
bail out, bank ini dalam status pengawasan khusus.
Rasionalkah alasan pemerintah bahwa Bank Century patut
diselamatkan karena mempunyai dampak sistemik bagi
perbankan nasional secara keseluruhan.
5. Mengetahui

seberapa

besar

kerugian

negara

yang

ditimbulkan oleh kasus bail out Bank Century dan sejumlah

kemungkinan penyelamatan uang negara bisa dilakukan.


Sebab lain penegakan hukum, di tengah berbagai kesulitan
hidup

yang

dialami

masyarakat

kebanyakan,

aspek

penyelamatan uang negara ini sangat penting untuk


dijadikan perioritas demi memenuhi rasa keadilan rakyat.
Selanjutnya, uang negara yang dapat diselamatkan bisa
digunakan untuk kepentingan meningkatkan kesejahteraan
rakyat pada umumnya.
Hasil penggunaan hak konstitusional Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) yang seharusnya menghasilkan secara tegas
dengan menyatakan dalam sebuah pendapat keadaan hasil
pernyelidikan parlemen tidak pula membuahkan kejelasan hasil
pengungkapkan bukti-bukti atau temuan-temuan yang didapat
dalam persidangan-persidangan dengan menyatakan pendapat
konstitusional sebagai terbukti atau tidak terbukti ini tidak terjadi
malahan

memberikan

rekomendasi

kepada

Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK), Kepolisian dan kejaksaan agar


menindak lanjuti laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang
sebenarnya merupakan bidang kerja dari Badan Akuntabilitas
Keuangan Negara (BAKN DPR) dan kemudian oleh presiden
dalam dalam pidatonya mengatakan sebagai praktik- praktik
buruk

yang

penuh

prasangka

jahat

demikian.

Kehidupan

bermasyarakat dan berbangsa memerlukan pertalian sosial yang


merupakan modal untuk kerja bersama di segala bidang.
H. Memahami Penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan
Menjadi

nasabah

bank

sangat

diharapkan

memahami

penjaminan Pemerintah (LPS) agar dipastikan dana kita aman.


Kita jangan buru-buru memperhitungkan keuntungan yang tinggi
dari

penempatan

dana

tanpa

memperhatikan

factor

keamanannya.

Lalu

pertanyaannya,

apa

saja

syarat-syarat

penjaminan Pemerintahitu? Apakah semua simpanan di bank


sudah langsung dijamin keamanannya?
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari
kita lihat dulu latar belakang kenapa simpanan masyarakat di
bank dijamin oleh Pemerintah. Krisis moneter dan perbankan
yang menghantam Indonesia pada tahun 1998 ditandai dengan
dilikuidasinya 16 bank. Ini mengakibatkan menurunnya tingkat
kepercayaan
mengatasi
beberapa
seluruh

masyarakat
krisis

sistem

perbankan.

Untuk

terjadi,

pemerintah

mengeluarkan

kebijakan diantaranya

memberikan

jaminan atas

kewajiban

yang

pada

pembayaran

bank,

termasuk

simpanan

masyarakat (blanket guarantee). Hal ini ditetapkan dalam


Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang "Jaminan
Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum" dan Keputusan
Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang "Jaminan Terhadap
Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat".
Jadimenjawabpertanyaan-pertanyaan tersebut diatas sudah
jelas bahwa semua simpanan di bank sudah pasti dijamin
Pemerintah melalui LPS senilai maksimum Rp2 milyar per
nasabah per bank. Cukupkah syarat penjaminan oleh LPS sampai
disitu? Ternyata tidak. LPS secara tegas menyatakan bahw ada
nanasabah yang layak dibayar harus memenuhi syarat 3T yakni:
1. Tercatat dalam pembukuan bank,
2. Tingkat

suku

bunga

tidak

melebihi

tingkat

bunga

penjaminan dan
3. Tidak melakukan tindakan yang merugikan bank.
Lalu apakah sudah sampai disitu dana nasabah dianggap
aman? Masih juga tidak. Yang lebih penting nasabah mesti lebih
jeli melihat bank-bank yang memiliki kinerja baik dan sehat.

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga Penjamin Simpanan adalah lembaga independen bentukan
pemerintah

yang

dibentuk

berdasarkan

Undang-Undang

dengan

tujuan

menumbuhkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan setelah


terjadinya krisis moneter yang mengakibatkan dilikuidasinya beberapa bank di
Indonesia. Lembaga Penjamin Simpanan berfungsi menjamin simpanan nasabah
bank dan turut aktif dalam menjaga stabilitas sistem

perbankan sesuai

kewenangannya. Oleh karena itu, dalam melaksanakan fungsinya, LPS


mempunyai

tugas

merumuskan

dan

menetapkan

kebijakan

pelaksanaan

penjaminan simpanan serta melaksanakan penjaminan simpanan.


11

Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dibentuklah Forum Koordinasi


Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK), yang salah satu anggotanya adalah LPS.
LPS melakukan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik setelah
FKSSK menyerahkan penanganannya kepada LPS. dan LPS menjamin simpanan
nasabah sesuai peraturan perundang-undangan.
B. Saran
Dengan adanya lembaga penjamin simpanan keuntungan
yang didapat oleh nasabah sangatlah diperlukan karena LPS ini
menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam
menjaga stabilitas sistem perbankan sesuai kewenangannya.
Oleh karena itu bank harus bertanggung jawab sepenuhnya atas
kepercayaan nasabah terhadap bank yang menjamin simpanan
mereka sehingga mereka tidak akan khawatir.

12

Anda mungkin juga menyukai