Anda di halaman 1dari 39

PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON

DINAS KESEHATAN

UPT PUSKESMAS KLANGENAN


Jl. Otista No. 07 ( 0231 ) 341363
Klangenan Cirebon ( 45194 )

KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS KLANGENAN


NOMOR :
2016
TENTANG
PANDUAN UPAYA PROMOSI KESEHATAN
DI UPT PUSKESMAS KLANGENAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA UPT PUSKESMAS KLANGENAN


Menimbang

:
a. Bahwa

dalam

rangka

penyelenggaraan

Upaya

Kesehatan Masyarakat Promosi Kesehatan di UPT


Puskesmas Klangenan di perlukan adanya panduan
pelaksanaan promosi kesehatan;
b. Bahwa sehubungan dengan butir (a) di atas perlu
adanya

panduan

dalam

pelaksanaan

Promosi

Kesehatan yang di tetapkan dengan Keputusan Kepala


UPT Puskesmas Klangenan;
Mengingat

: 1. Undang

Undang

No.

36

Tahun

2009

tentang

Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia

Nomor 1193 / Menkes / SK / X / 2004 tentang


Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan;

4. Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor 1114 / Menkes / SK / VIII / 2004 tentang


Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia

Nomor 585 / Menkes / SK / V / 2007 tentang


Pedoman

Pelaksanaan

Promosi

Kesehatan

di

Puskesmas;
6. Peraturan Bupati Cirebon Nomor 36 tahun 2009
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis ( UPT ) Pusat Kesehatan Masyarakat (
Puskesmas

pada

Dinas

Kesehatan

Kabupaten

Cirebon;
MEMUTUSKAN
Menetapkan

: KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS KLANGENAN


NOMOR

TENTANG PANDUAN

UPAYA KESEHATAN PROMOSI KESEHATAN DI UPT


PUSKESMAS KLANGENAN;
Kesatu

: Panduan Upaya Kesehatan Promosi Kesehatan ini di


pergunakan sebagai acuan pelaksanaan teknis kegiatan
upaya kesehatan promosi kesehatan di UPT Puskesmas
Klangenan;

Kedua

: Daftar panduan upaya kesehatan Promosi Kesehatan


tersebut tertera pada lampiran surat keputusan ini yang
merupakan bagian yang tidak terpisah;

Ketiga

: Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan


dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan akan di adakan perbaikan / perubahan
sebagaimana mestinya;
Ditetapkan di
Pada tanggal

: Klangenan
:

2016

KEPALA UPT PUSKESMAS KLANGENAN

LAMPIRAN
NOMOR
TANGGAL
TENTANG

dr. H. ASEP FIRMANSJAH, MHKes.


NIP 197009042001121002
: KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS KLANGENAN
:
:
: PANDUAN UPAYA PROMOSI KESEHATAN DI UPT
KLANGENAN

DAFTAR PANDUAN UPAYA PROMOSI KESEHATAN


DI UPT PUSKESMAS KLANGENAN TAHUN 2016

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) Rumah Tangga.


2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) Sekolah.
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) Institusi Kesehatan.
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) Tempat Tempat Umum.
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) Perkantoran.
6. Pengembangan Desa Siaga.
7. Pengelolaan Posyandu.
8. Penyuluhan.
9. Komunikasi Interpersonal / Konseling ( KIP / K )
10.
Kunjungan Rumah.

KEPALA UPT PUSKESMAS KLANGENAN

dr. H. ASEP FIRMANSJAH, MHKes.


NIP 197009042001121002

BAB I
DEFINISI OPERASIONAL
A.

RUMAH TANGGA, KEPALA KELUARGA DAN KELUARGA


1. Rumah tangga adalah wahana atau tempat dari bapak, ibu, dan
anaknya serta anggota keluarga lain dalam melaksanakan kehidupan
sehari hari.
2. Kepa keluarga ( KK ) adalah nama seseorang sebagai penanggung
jawab suatu keluarga.
3. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
bapak, ibu, dan anak anaknya serta anggota keluarga.

B.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) adalah sekumpulan
perilaku yang di praktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat


menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan masyarakatnya.
2. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang anggota atau
penghuninya sudah menerapkan PHBS dalam kehidupannya sehari
hari yaitu memenuhi 7 indikator PHBS di rumah tangga dan 3
indikator Gaya Hidup Sehat GHS ).
3. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan bayi
yang di lakukan oleh dokter / bidan termasuk perdampingan bidan
oleh paraji.
4. Memberi bayi ASI Ekslusif adalah bayi usia 6 12 bulan pada saat
pendataan hanya di beri ASI saja sejak lahir samapi usia 6 bulan,
tidak di beri makanan dan minuman lain, kecuapi pemberian air
putih untuk minum obat pada saat bayi sakit.
LULUS ASI EKSLUSIF = jika bayi berumur sampai dengan 180 hari
( 0 6 bulan ) hanya mendapat ASI saja.
Bila bayi berusia < 6 bulan ( 1 sampai dengan 5 bulan ) yang masih
mendapatkan ASI saja harus di catat untuk keperluan pembinaan
selanjutnya. Keluarga yang mempunyai bayi < 6 bulan menjadi
sasaran pembinaan agar bayi lulus mencapai ASI Ekslusif.

5. Menimbang bayi dan balita setiap bulan adalah menimbang bayi dan
balita mulai umur 0 sampai 59 bulan setiap bulan dan di catat dalam
Kartu Menuju Sehat ( KMS ) berturut turut dalam 3 bulan terakhir.
6. Menggunakan air bersih adalah atau rumah tangga atau keluarga
yang menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari hari ( mandi,
mencuci, dan memasak ) yang memenuhi syarat fisik ( tidak
berwarna, tidak keruh, tidak perlu di isi. Maka pengertian rumah
tangga ber PHBS adalah yang memenuhi 4 indikator PHBS dan 3
indikator GHS.

BAB II
RUANG LINGKUP DAN TATA LAKSANA
A.

Sosialisasi
Sosialisasi PHBS di lakukan kepada kelompok PKK desa, aparat desa,
tokoh masyarakat, kader, karang taruna.

B.

Pengumpulan data
Pengumpulan data di lakukan setahun sekali yang di laksanakan oleh
kader kesehatan di posyandu.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Mengetahui jumlah rumah tangga dan kepala keluarga yang di desa.
2. Menyiapkan formulir PHBS, stiker PHBS sesuai jumlah rumah tangga
yang di data.
3. Stiker langsung di tempel pada saat di lakukan pendataan.
4. Pelatihan teknik pengumpulan data termasuk penjelasan definisi
operasional dari setiap indikator bagi petugas pengumpul data.
5. Kader kader mengumpulkan data 7 indikator PHBS, 3 indikator Gaya
Hidup Sehat ( GHS ), 5 indikator Keluarga sadar gizi ( Kadarzi ) serta
data kematian WUS di masing masing rumah tangga. Kader
melakukan pengamatan di sekitar lingkungan rumah pada saat
pengumpulan data untuk mendukung kebenaran jawaban dari
masing masing rumah tangga.
6. Kader menggali informasi lebih

dalam

tentang

kebiasaan,

kepercayaan, sikap, norma, budaya, hambatan dan potensi yang ada.


C.

Pengolahan data
1. Rekapitulasi hasil pengumpulan data.

2. Setipa rumah tangga akan di klasifikasi sebagai rumah tangga sehat


atau rumah tangga tidak sehat, keluarga sadar gizi atau keluarga
atau keluarga tidak sadar gizi.
Klasifikasi rumah tangga sehat adalah apabila rumah tangga tersebut
memenuhi 7 indikator PHBS dan 3 indikator GHS. Namun apabila
tidak ada ibu melahirkan dan atau tidak ada balita, maka indikator 1,
2, dan 3 tidak perlu di isi. Maka pengertian rumah tangga ber PHBS
adalah yang memenuhi 4 indikator PHBS dan indikator GHS.
3. Perhitungan rumah tangga sehat dan keluarga sadar gizi.
Perhitungannya jumlah rumah tangga sehat yaitu jumlah rumah
tangga yang di kategorikan sehat di bagi dengan seluruh jumlah
rumah tangga yang di data di wilayah tersebut di kali dengan 100 %.
4. Perhitungan presentasi dari tiap tiap indikator PHBS / Kadarzi,
sehingga dapat di gunakan sebagai data dasar untuk melakukan
intervensi

pembinaan

pada

indikator

PHBS

Kadarzi

yang

presentasinya masih rendah.


Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah rumah tangga
yang memenuhi salah satu indikator PHBS / Kadarzi di bagi dengan
jumlah rumah tangga yang di data di kali 100 %.
D.

Pemetaan
Pemetaan di lakukan di setiap wilayah hasil pendataan.
Strata PHBS di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Strata PHBS I apabila rumah tangga sehat mencapai < 25 %.
2. Strata PHBS II apabila rumah tangga sehat mencapai 25 % - 49 %.
3. Strata PHBS III apabila rumah tangga sehat mencapai 50 % - 75 %.
4. Strata PHBS IV apabila rumah tangga sehat mencapai > 75 %.
Strata Kadarzi di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Strata Kadarzi I apabila rumah tangga sehat mencapai < 25 %.
2. Strata Kadarzi II apabila rumah tangga sehat mencapai 25 % - 49
%.
3. Strata Kadarzi III apabila rumah tangga sehat mencapai 50 % - 75
%.
4. Strata Kadarzi IV Strata PHBS IV apabila rumah tangga sehat
mencapai > 75 %.

E.

Perencanaan
Dalam perencanaan di laksanakan perumusan masalah, penentuan
prioritas masalah, penentuan tujuan, penentuan kegiatan, menyusun
jadwal kegiatan yang akan di laksanakan.
Kegiatan ini di lakukan di antaranya :
Perumusan masalah.
Menentukan prioritas masalah.
Menetukan tujuan


F.

Menentukan kegiatan.

Penggerakkan dan pelaksanaan kegiatan intervensi


Penggerakkan dan pelaksanaan adalah upaya yang dilakukan sesuai
dengan rencana kegiatan, merupakan implementasi dari kegiatan
intervensi terpilih.
Kegiatan tersebut dapat berupa :
Promosi PHBS / Kadarzi kepada setiap keluarga melalui konseling /
kunjungan rumah oleh kader, kepada kelompok masyarakat melalui

penyuluhan kelompok oleh forum masyarakatdesa beserta jajarannya.


Gerakan gerakan pemberdayaan masyarakat dalam PHBS / Kadarzi
misalnya gerakan pemberantasan sarang nyamuk, gerakan jumat
bersih, gerakan tidak buang air sembarangan dan sebagainya.

BAB III
MONITORING DAN EVALUASI

Pemantauan dan penilaian di laksanakan untuk mengetahui seberapa


jauh kegiatan yang di lakukan telah berjalan dan mencapai hasil seperti yang
di harapkan. Pemantauan kegiatan di lakukan dalam pertemuan bulanan
tingkat desa. Kendala yang muncul perlu di bahas dan di carikan solusinya.
Cara pemantauan dapat di laksanakan dengan melakukan kunjungan
lapangan ke rumah tangga rumah tangga atau dengan melihat laporan
pelaksanaan kegiatan. Penilaian di lakukan dengan pendataan kembali dalam
jangka waktu 1 tahun.
Guna mengukur keberhasilan PHBS / Kadarzi di rumah tangga maka
perlu di lakukan monitoring dan evaluasi dengan menggunakan indikator
keberhasilan.

Indikator

adalah

suatu

petunjuk

yang

membatasi

fokus

perhatian suatu penilaian. Indikator PHBS / Kadarzi di rumah tangga di bagi


menjadi

indikator

masukan,

proses

dan

keluaran.

Indikator

masukan

berkaitan dengan penunjang pelaksanaan. Indikator proses menggambarkan


bagaimana kegiatan peningkatan PHBS / Kadarzi berjalan dan indikator
keluaran menggambarkan hasil kegiatan peningkatan PHBS / Kadarzi rumah
tangga.
A.

Indikator masukan.
Adanya kebijakan penyelenggaraan PHBS / Kadarzi rumah tangga.
Adanya pembiayaan kegiatan PHBS / Kadarzi.
Adanya kader yang telah di latih PHBS / Kadarzi di rumah tangga.
Adanya kader aktif yang membina PHBS / Kadarzi di rumah tangga.

B.

Indikator proses
Adanya pelatihan PHBS / Kadarzi di rumah tangga bagi kader.
Adanya rencana kegiatan peningkatan PHBS / Kadarzi di rumah

tangga.
Adanya konseling / kunjungan rumah / penyuluhan PHBS / Kadarzi

di rumah tangga.
Adanya pencatatan awal dan perkembangan peningkatan PHBS /

Kadarzi di rumah tangga untuk setiap rumah tangga.


Frekuensi konseling / kunjungan rumah / penyuluhan PHBS /

Kadarzi di rumah tangga.


Adanya gerakan masyarakat dalam penerapan PHBS / Kadarzi.

Adanya kegiatan inovatif dalam peningkatan PHBS / Kadarzi di rumah


tangga.

C.

Indikator keluaran

Indikator keluaran di bagi atas indikator tunggal PHBS maupun kadarzi


dan indikator komposit / gabungan PHBS maupun kadarzi yang di sebut
sebagai rumah tangga sehat dan keluarga sadar gizi.
1. Indikator tunggal
Indikator tunggal PHBS adalah presentase dari :
a) Ibu bersalin di tolong oleh tenaga kesehatan.
b) Ibu yang memberi bayi ASI Ekslusif ( ASI saja sejak lahir sampai
berusia 6 bulan )
c) Ibu / keluarga yang menimbang bayi dan balitanya di setiap bulan.
d) Rumah tangga yang anggota keluarganya menggunakan air bersih.
e) Rumah tangga yang anggota keluarganya mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun.
f) Rumah tangga yang anggota keluarganya menggunakan jamban
sehat.
g) Rumah tangga yang anggota keluarganya memberantas jentik
nyamuk di rumahnya.
h) Rumah tangga yang anggota keluarganya makan buah dan sayur
setiap hari
i) Rumah tangga yang anggota keluarganya melakukan aktifitas fisik
setiap hari.
j) Rumah tangga yang anggota keluarganya tidak merokok di dalam
rumah.
2. Indikator komposit / gabungan
Indikator komposit / gabungan PHBS adalah presentase rumah
tangga ber PHBS yang di ukur dari proporsi rumah tangga yang
memenuhi 7 indikator PHBS dan 3 indikator gaya hidup sehat.
Apabila di dalam rumah tangga tersebut tidak ada ibu yang
melahirkan dan tidak ada balita ( indikator 1, 2, dan

3 tidak

berlaku ), maka pengertian rumah tangga sehat adalah rumah tangga


yang memenuhi 7 indikator dari 10 indikator.
Indikator komposit / gabungan kadarzi adalah presentase keluarga
sadar gizi yang di ukur dari keluarga yang memenuhi 5 indikator
kadarzi. Apabila di dalam keluarga tersebut tidak ada :

Bayi dan balita ( indikator 1 dan 2 tidak berlaku ) maka pengertian


keluarga sadar gizi adalah keluarga yang memenuhi 3 indikator

dari 5 indikator.
Ibu hamil dan ibu nifas ( indikator 5 tidak berlaku ) maka

memenuhi 4 indikator dari 5 indikator.


Bayi, balita, ibu hamil dan ibu nifas ( indikator 1,2, dan 5 tidak
berlaku ) maka pengertian keluarga sadar gizi adalah keluarga
yang memenuhi 2 indikator dari 5 indikator.

Data cakupan ( indikator keberhasilan ) agar di manfaatkan untuk di


analisis dan rencana tidak lanjut.

BAB IV
DOKUMENTASI
Kegiatan pendataan dan pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )
Rumah Tangga perlu di dokumentasikan baik itu dalam bentuk pelaporan
ataupun bentuk foto kegiatan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan upaya
kesehatan masyakat khususnya kegiatan PHBS Rumah Tangga bertujuan agar
dapat di ketahui semua hasil kegiatan PHBS Rumah Tangga yang telah di
lakukan. Pelaporan PHBS Rumah Tangga di susun setiap bulan dan di
laporkan kepada Kepala Puskesmas dan di kirim ke Dinas Kesehatan. Selain
laporan bulanan juga membuat laporan PHBS yang di masukkan ke dalam
laporan tahunan promosi kesehatan.

BAB I
DEFINISI OPERASIONAL
1. Memelihara rambut agar bersih dan rapih adalah mencuci rambut
secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut yang
bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau dan tidak
berkutu. Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat di lakukan
oleh dokter kecil kesehatan / guru UKS minimal seminggu sekali.
2. Memakai pakaian bersih dan rapih adalah memakai baju yang tidak
ada kotornya, tidak berbau dan rapih. Pakaian yang bersih dan rapih di
peroleh dengan mencuci baju setelah di pakai dan di rapihkan dengan di
setrika. Memeriksa baju yang di pakai dapat di lakukan oleh dokter
kecil / kader kesehatan / guru UKS minimal seminggu sekali.
3. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih adalah memotong
kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan membersihkannya
sehingga tidak hitam / kotor. Memeriksa kuku secara rutin dapat di
lakukan oleh dokter kecil / kader kesehatan / guru UKS minimal
seminggu sekali.
4. Memakai sepatu bersih dan rapih adalah memakai sepatu yang tidak
ada kotoran menempel pada sepatu, rapih, misalnya di talikan bagi

sepatu bertali, dsb. Sepatu bersih di peroleh bila sepatu di bersihkan


setiap kali sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang di pakai siswa dapat di
lakukan oleh dokter kecil / kader kesehatan / guru UKS minimal
semingu sekali.
5. Berolahraga teratur dan terukur adalah siswa / guru / masyarakat
sekolah lainnya melakukan olahraga / aktifitas fisik secara teratur
minimal 3 kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat
memelihara kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran
tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit.
Olahraga dapat di lakukan di halaman secara bersama sama, di ruangan
olahraga khusus ( bila tersedia ) dan juga di ruangan kerja bagi guru /
karyawan sekolah berupa senam ringan di kala istirahat sejenak dari
kesibukan kerja. Sekolah di harapkan membuat jadwal teratur untuk
berolahraga

bersama,

serta

menyediakan

alat

sarana

untuk

berolahraga.

6. Tidak merokok di sekolah adalah anak sekolah / guru / masyarakat


sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah. Merokok berbahaya bagi
kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok Dalam 1
batang rokok yang di hisap akan di keluarkan 4000 bahan kimia
berbahaya di antaranya : nikotin ( menyebabkan ketagihan dan
kerusakan jantung serta pembuluh darah ); Tar ( menyebabkan
kerusakan sel paru paru dan kanker ) dan CO ( menyebabkan
berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen ), sehingga sel sel
tubuh akan mati ). Tidak merokok di lingkungan sekolah dapat
menghindarkan adalah anak sekolah / guru / masyarakat sekolah dari
kemungkinan terkena penyakit penyakit tersebut di atas. Sekolah di
harapkan membuat peraturan di larang merokok di lingkungan sekolah.
Siswa / guru / masyarakat bisa saling mengawasi di antara mereka
untuk

tidak

merokok

di

lingkungan

sekolah

dan

di

harapkan

mengembangkan kawasan tanpa rokok / kawasan bebas asap rokok.


7. Tidak menggunakan NAPZA adalah anak sekolah / guru / masyarakat
sekolah tidak menggunakan NAPZA ( Narkotika PsikotropikaZat Adiktif ).

Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik maupun psikis


pemakainya.
8. Memberantas jentik nyamuk adalah adanya upaya untuk memberantas
jentik di lingkungan sekolah yang di buktikan dengan tidak di temukan
jentik nyamuk, pada tempat tempat penampungan air, bak mandi,
gentong air, vas bunga, pot bunga atau alas pot bunga, wadah
pembuangan air dispenser, wadah pembuangan air kulkas, dan barang
barang bekas / tempat tempat yang bisa menampung air yang ada di
lingkungan sekolah. Memberantas jentik di lingkungan sekolah di
lakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ), melalui kegiatan
menguras dan menutup tempat tempat penampungan air, mengubur
barang barang bekas dan menghindari gigitan nyamuk. Dengan
lingkungan bebas jentik di harapkan dapat mencegah terkena penyakit
akibat gigitan nyamuk, sperti demam berdarah, cikingunya, malaria dan
kaki

gajah.

Sekolah

di

harapkan

membuat

peraturan

untuk

melaksanakan PSN minimal 1 minggu sekali.


9. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat adalah anak sekolah /
guru / masyarakat sekolah menggunakan jamban / WC / kakus leher
angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai
pembuangan

akhir

saat

buang

air

besar

dan

buang

air

kecil.

Menggunakan jamban yang bersih dan sehat setiap kali buang air besar
ataupun buang air kecil, dapat menjaga lingkungan sekolah menjadi
bersih, sehat dan tidak berbau.
Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada di sekitar
lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat atau serangga
yang

dapat

menularkan

penyakit,

seperti

diare,

disentri,

typus,

kecacingan dan penyakit lainnya. Sekolah di harapkan menyediakan


jamban yang memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup
untuk seluruh siswa serta terpisah antara siswa laki laki dan
perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai adalah 1:30 untuk
laki laki, dan 1:20 untuk perempuan.
10.
Menggunakan air bersih adalah

anak

sekolah

guru

masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari


hari di lingkungan sekolah. Sekolah di harapkan menyediakan sumber
air yang bisa berasal air sumur terlindung, air pompa, mata air
terlindung, penampungan air hujan, air ledeng dan air dalam kemasan
( sumber air berasal dari sumur pompa, sumur, mata air terlindung

bejarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau


limbah / WC ). Air di harapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi
kebutuhan dan tersedia setia saat.
11.
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun adalah anak
sekolah / guru / masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum
makan, sesudah buang air besar / sesudah buang air kecil, sesudah
beraktifitas dan atau setiap kali tangan kotor dengan memekai sabun
dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang
kuman kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun
selain membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di
tangan. Di harapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta
dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti diare, disentri,
kolera, typus, kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan
akut ( ISPA ) dan flu burung.
12.
Membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah ( sampah
basah, sampah kering, sampah berbahaya ) adalah anak sekolah /
guru / masyarakat sekolah membuang sampah pada tempat sampah
yang tersedia. Di harapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara
sampah oeganik, non organik dan sampah bahan berbahaya. Sampah
selai kotor dan tidak sedap di pandang juga mengandung berbagai
kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah
yang tersedia akan sangat membantu anak sekolah / guru / masyarakat
sekolah terhindar dari kuman penyakit.

13.

Mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah adalah anak

sekolah / guru / masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari


kantin / warung sekolah atau bekal yang di bawa dari rumah. Sebaiknya
sekolah menyediakan warung sekolah sehat dengan makanan yang
mengandung gizi seimbang dan bervariasi, sehingga membuat tubuh
sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun dan proses belajar
berjalan baik.
14.
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan adalah siswadi timbang berat badan dan di ukur tinggi badan
setiap

bulan

agar

di

ketahui

tingkat

pertumbuhannya.

Hasil

penimbangan dan pengukuran di bandingkan dengan standar berat

badan dan berat badan sehingga di ketahui apakah pertumbuhan siswa


normal atau tidak normal.
15.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) adalah sekumpulan
perilaku yang di praktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan individu / keluarga / kelompok dapat
menolong dirinya sendiridalam bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.
16.
Sekolah adalah tempat berkumpul dan beraktifitas bagi siswa
dalam menimba ilmu pengetahuan. Sekolah yang di maksud mencakup
TK / RA, SD / MI, SMP / MTs, SMA / SMK / MA termasuk
penyelenggara non formal / pesantren ( PAUD, baik pemerintah maupun
swasta ).
17.
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu
mempraktekkan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan Sekolah
Sehat.
18.
Sekolah Sehat adalah sekolah yang telah menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat dlamkegiatan sehari hari di sekolah sehingga
terwujudnya sekolah sehat.

BAB II
RUANG LINGKUP

I.

TUJUAN DAN MANFAAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


SEKOLAH
Pedoman pelaksanaan ini di buat untuk membantu melaksanakan

kegiatan PHBS di sekolah sebagai wujud tindak lanjut kegiatan Usaha


Kesehatan Sekolah ( UKS ) yang telah di kenal lebih dahulu dengan program
utamanya TRIAS UKS, yaitu : Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan
Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat. Tujuan umum TRIAS UKS adalah
meningkatkan

kemampuan

hidup

sehat

dan

derajat

kesehatan

serta

menciptakan lingkungan sekolah yang sehat sehingga tercapai pertumbuhan


dan perkembangan yang optimal dalam upaya membentuk manusia indonesia
yang berkualitas.
A.

Tujuan PHBS di Sekolah


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah mempunyai tujuan :
1. Tujuan Umum :
Memberdayakan setiap siswa, guru dan masyarakat lingkungan
sekolah agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang
kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan sekolah sehat.
2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap Siswa, Guru
dan Masyarakat di lingkungan sekolah.
b. Meningkatkan peran aktif setiap Siswa, Guru dan Masyarakat
lingkungan sekolah ber PHBS di sekolah.
c. Memandirikan setiap Siswa, Guru dan Masyarakat lingkungan
sekolah ber PHBS.

II.

MANFAAT PHBS DI SEKOLAH


1. Manfaat bagi siswa :
a. Meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
b. Meningkat semangat belajar.
c. Meningkat produktifitas belajar.
d. Menurunkan angka absensi karena sakit.

2. Manfaat warga sekolah :


a. Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap
pencapaian target dan tujuan.

b. Menurunnya biaya kesehatan yang harus di keluarkan oleh orang


tua.
c. Meningkatnya citra sekolah yang positif
3. Manfaat bagi sekolah :
a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah
b. Adanya buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah.
4. Manfaat bagi masyarakat :
a. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat.
b. Dapat mencontoh prilaku hidup bersih dan sehat yang di terapkan
oleh sekolah.
5. Manfaat bagi pemerintah provinsi / kabupaten / kota
a. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
provinsi / kabupaten / kota yang baik.
b. Dapat di jadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam
pembinaan PHBS di sekolah.
III.

SASARAN

PERILAKU

HIDUP

BERSIH

DAN

SEHAT

TATANAN

SEKOLAH
1. Siswa peserta didik.
2. Warga sekolah ( Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite
Sekolah, Orang Tua Siswa ).
3. Masyarakat lingkungan sekolah ( penjaga kantin, satpam dll ).
IV.

STRATA PELAKSANAAN PHBS SEKOLAH :


1. PHBS Strata Pratama ( STRATA PALING RENDAH )
a. Memelihara rambut agar bersih dan rapih.
b. Memakai pakaian bersih dan rapih.
c. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih.
d. Memakai sepatu bersih dan rapih.
e. Berolahraga teratur dan terukur.
f. Tidak merokok di sekolah.
g. Tidak menggunakan NAPZA.

2. PHBS Strata Madya ( STRATA MENENGAH )


a. Memelihara rambut agar bersih dan rapih.
b. Memakai pakaian bersih dan rapih.
c. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih.
d. Memakai sepatu bersih dan rapih.
e. Berolahraga teratur dan terukur.
f. Tidak merokok di sekolah.
g. Tidak menggunakan NAPZA.
h. Memberantas jentik nyamuk.
i. Menggunakan jamban bersih dan sehat
j. Menggunakan air bersih.
k. Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun.

l. Membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah ( sampah


basah, sampah kering, sampah berbahaya ).
3. PHBS Strata Utama
a. Memelihara rambut agar bersih dan rapih.
b. Memakai pakaian bersih dan rapih.
c. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih.
d. Memakai sepatu bersih dan rapih.
e. Berolahraga teratur dan terukur.
f. Tidak merokok di sekolah.
g. Tidak menggunakan NAPZA.
h. Memberantas jentik nyamuk.
i. Menggunakan jamban bersih dan sehat
j. Menggunakan air bersih.
k. Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun.
l. Membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah ( sampah
basah, sampah kering, sampah berbahaya ).
m. Mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah.
n. Menimbang berat badan, mengukur tinggi badan setiap bulan.

BAB III
TATA LAKSANA

A.

Strategi
1. Advokasi
Melaksanakan advokasi yakni pendekatan kepada para pengambil
keputusan / kebijakan. Tujuan advokasi adalah untuk memperoleh
dukungan dan kesepakatan ( dana, sarana, tenaga dan lain lain ).
2. Binaan suasana
Upaya ini di lakukan untuk membangun opini siswa / guru /
masyarakat sekolah guna mendukung penerangan PHBS sekolah.
Bina suasana di lakukan oleh para pimpinan sekolah, di dukung
tim / pokja sekolah di lingkungan sekolah.
3. Pemberdayaan

Sosialisasi PHBS di sekolah kepada siswa / guru / masyarakat

sekolah.
Gerakan gerakan sebagai implementasi PHBS di sekolah sesuai

dengan indikator PHBS di sekolah.


Pemantauan implementasi gerakan sadar PHBS di sekolah secara
berkala. Cara pemantauan dapat di laksanakan dengan melakukan
kunjungan

ke

sekolah

di

dukung

dengan

melihat

laporan

pelaksanaan kegiatan PHBS di sekolah.


B.

Langkah langkah pelaksanaan


1. Perencanaan
a. Pembentukan Tim inti PHBS
b. Analisa situasi
Melakukan kajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan tentang

pembinaan gerakan sadar PHBS sekolah.


Melaksanakan kajian awal PHBS di sekolah untuk memperoleh
data sebagai dasar untuk membuat kebijakan pembinaan
gerakan sadar

PHBS di

sekolah.

Responden

pemantauan

hendaknya mencakup seluruh siswa di seluruh kelas, di pilih

secara random. Jumlah responden 5 10 % dari jumlah siswa.


Penempatan pesan pesan PHBS di tempat tempat yang

strategis di sekolah.
Menetapkan penanggung jawab PHBS di sekolah dan mekanisme
pengawasannya.

Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi siswa, warga sekolah


dan masyarakat sekolah.

2. Pelaksanaan
a. Sosialisasi penerapan PHBS
Sosialisasi konsep PHBS di sekolah terhadap penanggung
jawab / pemantau tiap kelas, guru, siswa dan masyarakat

sekolah.
Penempatan pesan pesan PHBS di tempat tempat yang

strategis.
b. Penerapan Gerakan sadar PHBS
1) Penyediaan sarana prasarana di sekolah. Seperti air bersih,
jamban sehat, tempat cuci tangan, sarana olahraga, kantin
sehat dll.
2) Menanamkan nilai nilai untuk ber PHBS kepada siswa /
guru / masyarakat sekolah melalui kurikulum yang berlaku.
Untuk penegakkan nilai PHBS sebaiknya di sepakati sanksi

bagi pelanggar maupun reward / hadiah bagi para pelaksana


PHBS terbaik.
3) Menanamkan nilai nilai untuk ber PHBS melalui kegiatan
ekstra kurikuler seperti :
Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas.
Aktifitas kader kesehatan sekolah / dokter kecil.
Pemeriksaan kualitas air secara sederhana.
Pemeliharaan jamban sekolah.
Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah.
Demo / gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan

benar.
Pembudayaan olah raga yang teratur dan terukur.
Pemeriksaan rutin kebersihan kuku, rambut, telinga, gigi

dan sebagainya.
4) Melakukan bimbingan

hidup

bersih

dan

sehat

melalui

konseling.
5) Melaksanakan penyuluhan dan latihan ketrampilan.
6) Koordinasi dengan puskesmas untuk integrasi dengan program
UKS.
Antara lain tentang :
Dokter kecil / kader kesehatan, minimal 10 % dari total
siswa.

Ruang UKS.
Peralatan dan sarana UKS ( UKS Kit ).
Penjaringan kesehatan ( 1 tahun / 1 x untuk siswa kelas 1 ).
Penyuluhan kesehatan ( minimal 1 kali / bulan )
Pemeriksaan kesehatan siswa oleh guru UKS ( 1 kali /

minggu ).
Pramuka ( Saka Bhakti Husada, palang Merah Remaja ).
Pendataan UKS ( pengelompokkan ke dalam strata minimal,

standar, optimal, paripurna ).


7) Pemantauan dan penerapan sanksi.
3. Evaluasi
a. Pemantauan di lakukan secara periodik minimal 3 bulanan
mencakup aspek masukan, proses maupun keluaran. Pada
tahapan

selanjutnya

apabila

aspek

masukan

dan

proses

pembinaan di rasakan sudah cukup memadai, pemantauan 3


bulanan di lakukan hanya terhadap aspek keluaran. Responden
pemantauan hendaknya mencakup seluruh siswa di seluruh kelas,
di pilih secara random. Jumlah responden 5 10 % dari jumlah
siswa.

b. Pertemuan forum komunikasi implementasi PHBS di sekolah


sebaiknyarutin di lakukan minimal 6 bulan sekali di bawah
koordinasi Tim Pembina.

BAB IV
DOKUMENTASI
Kegiatan pendataan dan pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )
sekolah perlu di dokumentasikan baik itu dalam bentuk pelaporan ataupun
bentuk foto kegiatan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan upaya kesehatan
masyakat khususnya kegiatan PHBS sekolah bertujuan agar dapat di ketahui
semua hasil kegiatan PHBS sekolah yang telah di lakukan. Pelaporan PHBS
sekolah di susun setiap bulan dan di laporkan kepada Kepala Puskesmas dan
di kirim ke Dinas Kesehatan. Selain laporan bulanan juga membuat laporan
PHBS yang di masukkan ke dalam laporan tahunan promosi kesehatan.

BAB I
DEFINISI OPERASIONAL
I.

INDIKATOR
PHBS di institusi Kesehatan adalah upaya memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu
mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam mewujudkan Institusi Kesehatan sehat. Ada 7 perilaku penting
yang di harapkan di lakukan oleh karyawan / pegawai dan masyarakat
institusi kesehatan agar lingkungan institusi Kesehatan termasuk
kategori tempat kerja sehat, yaitu :
1. Menggunakan air bersih.
2. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir memakai sabun.
3. Menggunakan jamban sehat.
4. Membuang sampah pada tempatnya.
5. Tidak merokok di Institusi Kesehatan.
6. Tidak meludah sembarangan.

7. Memberantas jentik nyamuk dengan ikut membantu masyarakat di


Institusi Kesehatan saat Pemberantasan sarang Nyamuk ( PSN ).
II.

DEFINISI OPERASIONAL
1. Menggunakan air bersih adalah karyawan / pegawai menggunakan
air bersih untuk kebutuhan sehari hari di Institusi Kesehatan. Secara
fisik air bersih adalah air yang tidak keruh, tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa. Sumber air berasal dari sumur terlindung,
air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan, air ledeng
dan air dalam kemasan ( sumber air berasal dari sumur pompa,
sumur, atau air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat
penampungan kotoran atau limbah / WC ).
2. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
adalah karyawan / pegawai selalu mencuci tangan sebelum makan,
sesudah buang air besar / sesudah buang air kecil, sesudah
beraktifitas, atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan
air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir membuang kuman
kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain
membersihkan kotoran, juga dapat membunuh kuman yang ada di
tangan.

Di harapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta


dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti diare, disentri,
kolera, typus, cacingan, penyhakit kulit, infeksi saluran pernapasan
akut ( ISPA ) dan flu burungserta penularan antar pengunjung
melalui petugas.
3. Menggunakan jamban sehat adalah karyawan / pegawai saat buang
air besar dan buang air kecil menggunakan / WC / kakus leher angsa
tangki septik atau lubang penampungan kotoran. Menggunakan
jamban sehat setiap buang air besar dan buang air kecil dapat
berbau. Mengapa lingkungan di institusi kesehatan menadi bersih
dan tidak berbau. Di samping itu tidak mencemari sumber air yang
ada di sekitar lingkungan masyarakat tempat kerja serta menghindari
datangnya lalat atau serangga yang dapat menularkan penyakit
seperti diare, disentri, typus, cacingan, dan penyhakit lainnya.
4. Membuang sampah pada tempatnya adalah karyawan / pegawai
memilih tempat sampah dan membuang sampah pada tempat sampah

yang tersedia. Di harapkan tersedia tempat sampah yang terpilah


antara sampah organik, non organik dan sampah bahan berbahaya.
Sampah selain kotor dan tidak sedap di pandang juga mengandung
berbagai kuman penyakit. Pengelolaan sampah dari perkantoran di
harapkan dapat tuntas yaitu di ikuti dengan pengolahan sampah
organik, sampah non organik dan sampah berbahaya. Secara
bertahap setiap tempat kerja perkantoran minimal memilikiunit
pengelolaan sampah organik. Sampah medis hendaknya di kelola
sesuai dengan ketentuan yaitu di hancurkan incenerato.
5. Tidak merokok di lingkungan institusi kesehatan adalah karyawan /
pegawai tidak merokok di Institusi Kesehatan. Merokok berbahaya
bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok.
Dalam satu batang rokok yang di hisap akan di keluarkan 4000
bahan kimia berbahay di antaranya : nikotin ( menyebabkan
ketaguhan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah );

Tar

( menyebabkan kerusakan sel paru paru dan kanker ) dan CO


( menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen,
sehingga sel sel tubuh akan mati. Tidak merokok di Institusi
Kesehatan

dapat menghindarkan para karyawan / pegawai dari

kemungkinan terkena penyakit penyakit tersebut di atas. Tempat


kerja membuat peraturan di larang merokok di Institusi Kesehatan.

Para karyawan / pegawai bisa saling mengawasi di antara mereka


untuk tidak merokok di institusi kesehatan dan di harapkan
mengembangkan kawasan tanpa rokok / kawasan bebas asap rokok.
6. Tidak meludah sembarangan adalah karyawan / pegawai tidak
meludah sembarangan dan meludah di tempat yang telah di sediakan.
7. Memberantas jentik nyamuk di Institusi Kesehatan adalah upaya
ujntuk memberantas jentik di lingkungan Institusi Kesehatan yang di
buktikan dengan tidak di temukan jentik nyamuk pada tempat
tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vasbunga, pot
bunga / alas pot bunga, wadah pembuangan air kulkas dan barang
barang bekas / tempat tempat yang bisa menampung air yang ada
di institusi kesehatan. Memberantas jentik di lingkungan tempat kerja
di lakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ), melalui
kegiatan menguras dan menutup tempat tempat penampungan air,
mengubur barang barang bekas dan menghindari gigitan nyamuk.

Dengan lingkungan bebas jentik di harapkan dapat mencegah terkena


penyakit

akibat

gigitan

nyamuk,

seperti

demam

berdarah,

chikunguya, malaria dan kaki gajah.


8. Perilaku Hidup Bersiah dan Sehat ( PHBS ) adalah sekumpulan
perilaku yang di praktekkan atas kesadaran sebagai pembelajaran
yang menjadikan seseorang / keluarga / kelompok dapat menoling
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.
9. Institusi kesehatan adalah sarana yang di selenggarakan oleh
pemerintah / swasta atau perorangan yang di gunakan untuk
kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti : pusksmas,
puskesmas pembantu, pos kesehatan desa ( poskesdes ) dan klinik
swasta.
10. PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan
para karyawan / pegawai / pengunjung agar tahu, mau dan mampu
mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) serta
berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja dan lingkungan kerja
yang sehat.

BAB II
RUANG LINGKUP
A.

Tujuan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) institusi kesehatan
mempunyai tujuan :
1. Tujuan Umum
Memberdayakan

petugas

dan

masyarakat

lingkungan

institusi

kesehatan agar tahu, mau dan mampu menolong dirinya sendiri di


bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif
dalam mewujudkan institusi kesehatan yang sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di institusi
kesehatan.

b.
c.
d.
e.

Meningkatkan produktifitas kerja.


Mneciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Menurunkan angka penyakit akibat kerja / lingkungan kerja.
Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan
masyarakat dalam ber PHBS.

B.

Manfaat
1. Manfaat bagi karyawan / pegawai :
a. Meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
b. Meningkat produktifitasnya yang bedampak pada peningkatan
penghasilan dan ekonomi keluarga.
c. Pengeluaran rumah tangga lebih di tujukan untuk peningkatan
taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan.
d. Meningkatnya produktifitas kerja karyawan / pegawai yang
berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan.
e. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan.
2. Manfaat bagi institusi kesehatan
a. Terwujudnya institusi kesehatan dan lingkungan yang bersih dan
rapih.
b. Terhindarnya institusi kesehatan dan lingkungan dari sumber
penyakit.
c. Meningkatnya pencapaian target dan tujuan organisasi.
d. Meningkatnya citra institusi kesehatan yang positif.

3. Manfaat bagi masyarakat


a. Mempunyai lingkungan institusi kesehatan yang sehat.
b. Dapat menjaga perolaku hidup bersih dan sehat yang di terapkan
institusi kesehatan.
4. Manfaat bagi pemerintah provinsi / kabupaten / kota
a. Institusi kesehatan yang sehat menunjukkan kinerja dan citra
pemerintah provinsi / kabupaten / kota yang baik.
b. Anggaran untuk pengobatan penyakit / masalah kesehatan para
petugas

bisa

di

alihkan

untuk

peningkatan

kesejahteraan

pegawai / karyawan.
c. Dapat di jadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam
pembinaan PHBS di institusi kesehatan.
C.

Sasaran PHBS di Institusi Kesehatan


1. Karyawan / pegawai Institusi Kesehatan
2. Pimpinan Institusi Kesehatan
3. Masyarakat pengunjung / klien Institusi Kesehatan.

D.

INDIKATOR

Ada 7 perilaku penting yang di harapkan di lakukan oleh karyawan /


pegawai dan masyarakat institusi kesehatan agar lingkungan institusi
kesehatan termasuk kategori tempat kerja sehat, yaitu :
1. Menggunakan air bersih.
2. Mencuci tangan dengan air bersihyang mengalir dan memakai sabun.
3. Menggunakan jamban sehat.
4. Membuang sampah pada tempatnya.
5. Tidak merokok di institusi kesehatan.
6. Tidak meludah sembarangan.
7. Memberantas jentik nyamuki.

BAB III
TATA LAKSANA

A.

Strategi
1. Melaksanakan advokasi yakni pendekatan kepada para pengambil
keputusan / kebijakan. Tujuan advokasi adalah untuk memperoleh
dukungan dan kesepakatan ( dana, sarana, dan lain lain ) dalam
pelaksanaan dan penerapan PHBS institusi kesehatan.
Di harapkan seluruh jajaran mengambil kebiajakan menyadari betapa
pentingnya mendukung penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
( PHBS ) di institusi kesehatan.
2. Melakukan pembinaan suasana
Upaya ini di lakukan untuk membangun opini karyawan / pegawai
guna mendukung penerapan PHBS di institusi kesehatan.
Melakukan pemberdayaan karyawan / pegawai

Sosialisasi PHBS di institusi kesehatan kepada seluruh karyawan /

pegawai.
Gerakan gerakan sebagai implementasi PHBS di institusi

kesehatan sesuai dengan indikator PHBS di institusi kesehatan.


Pemantauan implementasi indikator PHBS di institusi kesehatan

secara berkala.
3. Melakukan pemberdayaan karyawan / pegawai
Sosialisasi PHBS di institusi kesehatan

kepada

seluruh

karyawan / pegawai.
Gerakan gerakan sebagai implementasi PHBS di institusi

kesehatan sesuai dengan indikator PHBS di institusi kesehatan.


Pemantauan implementasi indikator PHBS di institusi
kesehatansecara berkala.

B.

Langkah langkah
1. Perencanaan.
2. Pelaksanaan.
3. Pemantauan dan uvaluasi

C.

INDIKATOR KEBERHASILAN

BAB I
DEFINISI OPERASIONAL

A.

Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat ( UKBM ), yang di kelola dan di selenggarakan dari,
oleh,

untuk

pembangunan
memberikan

dan

bersama

keehatan,
kemudahan

masyarakat

guna
kepada

dalam

memberdayakan
masyarakat

penyelenggaraan
masyarakat

dalam

dan

memperoleh

pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka


kematian ibu dan bayi.
Pengintegrasian layanan sosial dasar di posyandu adalah suatu upaya
mensinergikan berbagai layanan yang di butuhkan masyarakat meliputi

perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak,


peningkatan

ekonomi

keluarga,

ketahanan

pangan

keluarga

dan

kesejahteraan sosial.
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang di bentuk atas
dasar kebutuhan masyarakat, di kelola oleh, dari, untuk dan bersama
masyarakat, dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas sektor
dan lembaga terkait lainnya.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat
non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang di hadapi,
potensi yang di miliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya
dengan memanfaatkan potensi setempat.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian
informasi kepada individu, keluarga atau kelompok ( klien ) secara terus
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta
proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar ( aspek sikap atau attitude ) dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang di perkenalkan ( aspek
tindakan atau practice ).

Pelayanan kesehatan dasar di posyandu adalah pelayanan kesehatan


yang mencakup sekurang kurangnya 5 ( lima ) kegiatan, yakni Kesehatan
Ibu dan Anak KIA ), Keluarga Berencana ( KB ), imunisasi, gizi dan
penanggulangan diare.

BAB II
RUANG LINGKUP

A.

Tujuan
1. Tujuan Umum :
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu ( AKI ), Angka
Kematian bayi ( AKB ), dan Angka Kematian Anak Balita ( AKABA ) di
indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan peran masyarakat dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI,
AKB dan AKABA.
b. Meningkatnya peran

lintas

sektor

dalam

penyelenggaraan

Posyandu, teruatama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan


AKABA.
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

B.

Sasaran
Saran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya :
1. Bayi
2. Anak balita
3. Ibu hamil, Ibu nifas dan Ibu menyusui.
4. Pasangan Usia Subur PUS ).

C.

Fungsi
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
ketrampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

D.

Manfaat
1. Bagi Masyarakat
a. Memperoleh kemudahan
pelayanan

kesehatan

untuk
dasar,

mendapatkan

informasi

terutama

berkaitan

profesional

dalam

dan

dengan

penurunan AKI, AKB dan AKABA.

b. Memperoleh

pelayanan

secara

pemecahan

masalahkesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.


c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu
dan pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.
2. Bagi kader, pengurus posyandu dan tokoh masyarakat.
a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan
yang terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam

membantu

masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan


penurunan AKI, AKB dan AKABA.
3. Bagi Puskesmas

a. Optimalisasi

fungsi

pembangunan

Puskesmas

berwawasan

sebagai

kesehatan,

pusat

pusat

penggerak

pemberdayaan

masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan


pusat pelayanan kesehatan primer.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam memecahkan
masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
4. Bagi sektor lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam memecahkan
masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait
dengan upaya penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi
setempat.
b. Meningkatkan

efisiensi

melalui

pemberian

pelayanan

secara

terpadu sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi ( tupoksi ) masing


E.

masing sektor.
Pengorganisasian
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi

posyandu

di

tetapkan

oleh

musyawarah

masyarakat pada saat pembentukan posyandu. Struktur organisasi


tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat di kembangkan sesuai
dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan sumber
daya. Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretais dan
bendahara serta kader posyandu yang merangkap sebagai anggota.
Contoh alternatif bagan kepengurusan pengorganisasian posyandu di
desa / keluarahan atau sebutan lainnya sebagai berikut :

Kepala
Desa / Kelurahan

Unit / Kelompok ( Nama Lain )


Pengelola Posyandu

Posyandu C
Posyandu A
Posyandu B
( Struktur organisasi di sesuaikan dengan kondisi wilayah setempat )
2. Pengelola Posyandu

Pengelola

Posyandu

di

pilih

dan

dari

masyarakat

pada

saat

musyawarah pembentukan posyandu. Kriteria pengelola posyandu


antara lain sebagai berikut :
a. Di utamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat
setempat.
b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu
memotifasi masyarakat.
c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
3. Kader Posyandu
Kader Posyandu yang selanjutnya di sebut kader adalah anggota
masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela.
F.

Kegiatan Utama
1. Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA )
a. Ibu hamil
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi
( pengukuran lingkar lengan atas ), pemberian tablet besi,
pemberian imunisasi Tektanus Toxoid, pemeriksaan tinggi
fundus uteri, temu wicara ( konseling )termasuk Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K )serta KB pasca
persalinan yang di lakukan oleh tenaga kesehatan di bantu oleh
kader.

Apabila

di

temukan

kelainan,

segera

rujuk

ke

Puskesmas.
2) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu di
selenggarakan Kelas Ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu
atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Ibu
Hamil antara lain sebagai berikut :
a) Penyuluhan : tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan
persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi.
b) Perawatan payudara dan pemberian ASI.
c) Peragaan pola makan ibu hamil.
d) Peragaan perawatan bayi baru lahir.
e) Senam ibu hamil.
b. Ibu nifas dan menyusui
Pelayanan yang di selenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup :
1) Penyuluhan / konseling kesehatan, KB pasca persalinanInisiasi
Menyusui Dini ( IMD ) dan ASI eklusif dan gizi.

2) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI ( 1


kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam
setelah pemberian kapsul pertama ).
3) Perawatan payudara.
4) Di lakukan pemeriksaan kesehatan

umum,

pemeriksaan

payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri ( rahim )dan


pemeriksaan Iochia oleh petugas kesehatan. Apabila di temukan
kelainan, segera di rujuk ke Puskesmas.
c. Bayi dan Anak Balita
Pelayanan posyandu untuk bayi dan anak balita harus di
laksanakan secara menyenangkan dan memacu kreatifitas tumbuh
kembangnya.

Jika

ruang

pelayanan

memadai,

pada

waktu

menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak di


gendong melainkan di lepas bermain sesama balita dengan
pengawasan orang tua di bawah pimpinan kader. Untuk itu perlu
di sediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita.
Adapun jenis pelayanan yang di selenggarakan posyandu untuk
balita mencakup :
1) Penimbangan berat badan.
2) Penentuan status pertumbuhan.
3) Penyuluhan dan konseling.
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas di lakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang.
Apabila di temukan kelainan, segera di rukuk ke Puskesmas.

2. Keluarga Berencana ( KB )
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat di berikan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga
kesehatan Puskesmas dapat di lakukan pelayanan suntikan KB dan
konsling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang
serta tenaga yang terlatih dapat di lakukan pemasangan IUD dan
implan.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya di laksanakan oleh petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang di berikan di sesuaikan dengan
program terhadap bayi dan ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu di lakukan oleh kader. Jenis pelayanan
yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini

gangguan pertumbuhan, Pemberian Makanan Tambahan PMT ) lokal,


suplementasi vitamin A dan tablet FE. Apabila di temukan ibu hamil
Kurang Energi Kronis ( KEK ), balita yang berat badannya tidak naik 2
kali berturut turut atau berada di bawah garis merah ( BGM ), kader
wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.
5. Pencegahan dan Penaggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu di lakukan dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan sehat ( PHBS ). Penanggulangan diare di
Posyandu di lakukan melalui pemberian oralit. Apabila di perlukan
penanganan lebih lanjut akan di berikan obat zinc oleh petugas
kesehatan.
G.

Kegiatan Pengembangan / Tambahan


Penambahan kegiatan baru sebaiknya di lakukan apabila 5 kegiatan
utama telah di laksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas
50 % serta tersedia sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan
baru

harus

mendapat

dukungan

dari

seluruh

masyarakat

yang

tercermin dari hasil Survey Mawas Diri ( SMD ) dan di sepakati bersama
melalui forum Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD ).
Pada saat ini telah di kenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang
telah di selenggarakan antara lain :
1. Bina Keluarga Balita.
2. Kelas Ibu Hamil dan balita.

3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial kejadian Luar


Biasa ( KLB ), misalnya : Infeksi Saluran Pernafasan Atas ( ISPA ),
demam berdarah dengue ( DBD ), gizi buruk, Polio, Campak, difteri,
Pertusis, Tetanus Neonatorum.
4. Pos Pendidikan Anak usia Dini ( PAUD ).
5. Usaha Kesehatan Gizi Masyarakat Desa UKGMD ).
6. Penyediaan air besih dan penyehatan lingkungan pemukiman ( PAB
PLP ).
7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
pekarangan, melalui Tanaman Obat Keluarga ( TOGA ).
8. Kegiatan ekonomi produktif, seperti : Usaha Peningkatan Pendapatan
KeluargaUP2K ), usaha simpan pinjam.
9. Tabungan Ibu Bersalin ( Tabulin ), Tabungan Masyarakat ( Tabumas ).
10. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga lansia ( BKL ).
11. Kesehatan Reproduksi Remaja ( KRR ).
12. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencildan
penyandang masalah kesejahteraan sosial.

BAB III
TATA LAKSANA
A. Waktu Penyelenggaraan
Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Hari dan waktu di pilih, sesuai
dengan hasil kesepakatan. Apabila di perlukan, hari buka posyandu
dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.
B. Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada pada
lokasi yang mudah di jangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan
tersebut dapat di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa /
keluarahan, balai RT / RW / Dusun, salah satu kios di pasar, salah satu
ruangan perkantoran atau tempat khusus yang di bangun secara
swadaya oleh masyarakat.
C. Penyelenggaraan Kegiatan
Kegiatan rutin Posyandu di selenggarakan dan di gerakkan oleh kader
Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait.
Pada saat penyelenggaraan Posyandu minimal jumlah kader adalah 5
( lima ) orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah langkah yang di
laksanakan oleh Posyandu, yakni yang mengacu pada sistim 5 langkah.
Kegiatan

yang

di

laksanakan

pada

setiap

langkah

serta

para

penanggungjawab pelaksanaannya secara sederhana dapat di uraikan


sebagai berikut :

Langkah
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima

Kegiatan
Pendaftaran
Penimbangan
Pengisian KMS
Penyuluhan
Pelayanan kesehatan

Pelaksanaan
Kader
Kader
Kader
Kader
Kader

atau

kader

bersamapetugas kesehatan
D. Tugas dan Tanggungjawab Pelaksana
Terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak. Adapun
tugas

dan

tanggungjawab

masing

masing

pihak

dalam

menyelenggaraan Posyandu adalah sebagai berikut :


1. Kader
Sebelum hari buka posyandu, antara lian :

a. Menyebarluaskan hari buka posyandu melalui pertemuan warga


b.
c.
d.
e.
f.

setempat.
Mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu.
Mempersiapkan sarana posyandu.
Melakukan pembagian tugas antar kader.
Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.
Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.

Pada hari buka posyandu, antara lain :


a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu.
b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung
ke posyandu.
c. Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan mengisi
buku register posyandu.
d. Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS.
e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kegiatan dan
gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT.
f. Membantu
petugas
kesehatan
memberikan
pelayanan
kesehatandan KB sesuai kewenangannya.
g. Setelah pelayanan posyandu selesai, kader bersama petugas
kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan
serta tindak lanjut.
Di luar hari buka posyandu, antara lain :
a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu : ibu hamil,
ibu nifas dan ibu menyusui serta bayi dan anak balita.

b. Membuat diagram batang ( balok ) SKDN tentang jumlah semua


balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja posyandu, jumlah
balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat ( KMS ) atau buku
KIA, jumlah balita yang datang pada hari buka posyandu dan
jumlah balita yang timbangan berat badannya naik.
c. Melakukan tindak lanjut terhadap
1) Sasaran yang tidak datang.
2) Sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan.
d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke
posyandu saat hari buka.
e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan
menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi
keagamaan.

BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Pencatatan
Pencatatan di lakukan oleh kadersegera setelah kegiatan di laksanakan.
Pencatatan di lakukan dengan menggunakan format baku sesuai dengan
program kesehatan, Sistim Informasi Posyandu ( SIP ) atau Sitim
Informasi Manajemen ( SIM ) yakni :
a. Buku register kelahiran dan kematian

bayi,

ibu

hamil,

ibu

melahirkan, dan nifas.


b. Buku register Wanita Usia Subur ( WUS ) dan Pasangan Usia Subur
( PUS ).
c. Buku register bayi dan balita yang mencatat jumlah seluruh bayi dan
balita di wilayah posyandu.
d. Buku catatan kegiatan pertemuan yang di selenggarakan oleh
posyandu.
e. Buku catatan kegiatan usaha apabila posyandu menyelenggarakan
kegiatan usaha.
f. Buku pengelolaan keuangan.
g. Dan lain lain sesuai kegiatan yang di laksanakan dan kebutuhan
posyandu yang bersangkutan.
2. Pelaporan
Pada dasarnya kader posyandu tidak wajib melaporkan kegiatannya
kepada puskesmas ataupun kepada sektorm terkait lainnya. Bila
puskesmas atau sektor terkait membutuhkan data tertulis yang terkait
dengan pelbagai kegiatan posyandu, puskesmas atau sektor terkait
tersebut harus mengambilnya langsung ke posyandu. Untuk itu setiap

puskesmas harus menunjuk petugas yang bertanggungjawab untuk


pengambilan data hasil kegiatan posyandu.

Mengetahui
Kepala UPT Puskesmas Klangenan

Pelaksana

dr. H. Asep Firmansjah, MHKes.


NIP 197009042001121002

Eva Kunaefa
NIP 198410072009122001

Anda mungkin juga menyukai