Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman modern seperti sekarang ini, masalah kesehatan lingkungan
merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, dan saling berkaitan dengan
masalah masalah sosial yang lain. Penanganan masalah kesehatan
masyarakat tidak boleh hanya terfokus dari aspek di bidang kesehatan,
melainkan juga harus difokuskan pada masalah masalah yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat secara langsung seperti lingkungan,
adat istiadat serta kebiasaan masyarakat yang dapat menurunkan derajat
kesehatan. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu keadaan
lingkungan yang optimal dari segala aspek yang dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sehingga bisa memberikan pengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan lingkungan (Depkes, 2008). Hal hal yang
harus diperhatikan dalam mewujudkan kesehatan lingkungan antara lain
antara lain rumah yang sehat, adanya tempat pembuangan feses yang sesuai
standar, penyediaan air bersih, pengelolaan sampah yang sesuai standar,
penanganan limbah secara tepat, kebersihan kandang ternak dan lain
sebagainya.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Kediri dan Puskesmas Balowerti
pada bulan Juli sampai September tahun 2016 ditemukan kasus terbanyak
yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Balowerti yaitu kasus hipertensi
sebanyak 205 kasus, ISPA sebanyak 154 kasus, rematoid atritis sebanyak 96
kasus dan DM sebanyak 68 kasus. Dari data diatas dapat diketahui bahwa

kasus-kasus yang terjadi di wilayah Pesantren II adalah penyakit-penyakit


yang disebabkan oleh pola hidup.
Usaha kesehatan lingkungan merupakan tindakan memperbaiki atau
mengoptimalkan lingkungan agar dapat dijadikan sebuah media yang baik
untuk mencapai derajat kesehatan yang maksimal bagi masyarakat yang
tinggal di dalam lingkungan tersebut (Wahid et al., 2012). Usaha
memperbaiki dan meningkatkan kondisi lingkungan masyarakat dari waktu
ke waktu harus bervariasi dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan
tersebut. Usaha perbaikan lingkungan juga harus disesuaikan dengan
perkembangan tehnologi di bidang kesehatan lingkungan yang sudah sangat
bervariasi sehingga memudahkan dalam proses memodifikasi sebuah
lingkungan untuk dijadikan lingkungan yang sehat sesuai standar kesehatan.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah
penduduk lebih dari 200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan merupakan
salah satu masalah utama yang harus segera diselesaikan karena untuk
menjadi sebuah negara yang makmur, salah satu parameter utamanya adalah
kesehatan lingkungan dan masyarakatnya. Masyarakat dan komunitas sebagai
subyek pelayanan kesehatan yang utama seharusnya dilibatkan secara lebih
aktif dalam usaha peningkatan status kesehatan dengan cara mengikuti
seluruh kegiatan kesehatan yang sudah diprogramkan oleh pemerintah
khususnya di komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah kesehatan
sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga dan
kelompok dalam masyarakat.
Usaha untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama antar individu,
dan kelompok di pelayanan kesehatan komunitas yaitu dengan cara

menerapkan konsep keperawatan dan kesehatan komunitas, maka mahasiswa


Program Studi Profesi Ners STIKes Surya Mitra Husada Kediri
melaksanakan Praktek Klinik Keperawatan Komunitas dan Keluarga di RW
08 yang mencakut RT 30 32 Kelurahan Balowerti Kota Kediri dengan
menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa
mempunyai satu keluarga binaan yang beresiko tinggi derajat kesehatan
keluarganya menurun, yang tersebar di RT 30 RT 32 Kelurahan Balowerti
Kota

Kediri.

Pendekatan

secara

kelompok

dilakukan

dengan

cara

pembentukan posko kesehatan yang ada di wilayah Kelurahan Balowerti,


pembentukan kelompok kesehatan lanjut usia dalam wujud mengaktifkan
kembali program Posyandu lansia yang selama ini kurang diminati masyarakat
serta

memberdayakan

kader

kesehatan

dan

PKK

untuk

lebih

mensosialisasikan program program kesehatan. Dengan pendekatan dari


masing masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih
nyata kepada masyarakat khususnya di RT 30 RT 32 Kelurahan Balowerti
Kota Kediri.
Pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui kerjasama yang baik
dengan instansi instansi terkait seperti Puskesmas Balowerti, Kelurahan
Balowerti beserta seluruh komponen kelurahan untuk mengikutsertakan warga
dalam upaya pencegahan penyakit dan peningkatan erajat kesehatan.
Masyarakat yang diajak oleh Pokjakes diharapkan dapat mengenal masalah

kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan


bagi anggota keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan perawatan jika
ada

anggota

keluarga

yang

sakit

sesuai

dengan

kemampuan

dan

pengtahuannya, menciptakan lingkungan yang sehat serta memanfaatkan


fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Selain itu, selama proses belajar di Departemen Komunitas dan
Keluarga, mahasiswa harus mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi
dan sumber yang tersedia di komunitas untuk bekerjasama dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perubahan yang terjadi
sebelum dan setelah diberikan implementasi. Setelah diberikan implementasi
dan dilakukan evaluasi secara mendalam, diharapkan, masyarakat akan
mandiri dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman praktek klinik keperawatan
komunitas dan keluarga, mahasiswa mampu mengenali, mengamati
keadaan dan menanggulangi

masalah kesehatan masyarakat, serta

memberikan asuhan keperawatan komunitas dan keluarga di RT 30 RT


32 Kelurahan Balowerti Kota Kediri.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik klinik keperawatan komunitas,
mahasiswa mampu :

a.

Membina komunikasi yang efektif serta hubungan saling percaya


dengan seluruh tokoh masyarakat dan semua lapisan masyarakat.

b.

Menerapkan strategi yang tepat dalam mengkaji masalah yang ada


di komunitas dan keluarga.

c.

Mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data kesehatan


masyarakat.

d.

Menentukan prioritas masalah keperawatan yang ditemukan di


dalam komunitas.

e.

Menentukan diagnosis keperawatan komunitas untuk komunitas


yang spesifik berdasarkan analisa data.

f.

Bersama masyarakat menyusun perencanaan kegiatan dalam


menanggulangi masalah kesehatan yang terdapat pada masyarakat.

g.

Mengkoordinasi sumber daya yang ada di masyarakat untuk


membantu dan memperlancar pemberian implementasi keperawatan
komunitas terhadap masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

h.

Melaksanakan kegiatan bersama masyarakat dalam mengatasi


masalah kesehatan yang dihadapi yang sudah direncanakan.

i.

Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari


tiap masalah keperawatan yang telah ditemukan.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan

konsep

kesehatan

dan

keperawatan

komunitas secara nyata kepada masyarakat.


b. Belajar menjadi role model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas.

c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana


dalam menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan
interpersonal.
2. Bagi Masyarakat
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari
masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah
kesehatan yang di alami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan berusaha
untuk meningkatkan derajat kesehatannya.

3. Bagi Pendidikan
a. Sebagai salah satu parameter keberhasilan praktek Program Profesi
Ners STIKes Surya Mitra Husada Kediri khususnya di Departemen
Komunitas dan Keluarga.
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktek komunitas dan keluarga selanjutnya.
4. Bagi Profesi
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas dan
keluarga sehingga profesi mampu mengembangkan lebih maksimal.
D. Ruang Lingkup

Dalam penulisan laporan komunitas kami memberikan asuhan


keperawatan komunitas di RW VIII (RT 30, 31 dan 32) Kelurahan Balowerti
Kecamatan Kota Kediri dalam masalah lingkungan dan kesehatan.
E. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan penerapan
metode pendekatan asuhan keperawatan profesional yang meliputi biologis,
psikologis, sosial, dan kultural melalui asuhan keperawatan secara mandiri
maupun kolaborasi lintas sektor.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dimulai dengan pengkajian data keperawatan,
hasil analisis data, penapisan masalah, penentuan prioritas diagnosis
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi keperawatan dan
simpulan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawatan Kesehatan Komunitas
Perawatan kesehatan menurut Depkes (2007) adalah sebagai suatu
lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan hubungan antar manusia
dan keterampilan berorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi
kepada ketrampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga sosial
demi untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu individu,
keluarga, kelompok kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap
keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan kesehatan berkelanjutan
digunakan dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan
kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai dengan acuan

keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas


menurut American Nurses Association (ANA, 2006) didasarkan pada asumsi :
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2. Komponen pelayanan kesehatan melipurti pelayanan kesehatan primer,
sekunder dan tersier.
3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah pelayanan kesehatan primer sehingga keperawatan
komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Adapun unsur unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi
asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
2. Merupakan bidang ilmu kesehatan dengan spesifikasi keperawatan.
3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat).
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya promotif dan
preventif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat.
7. Bekerja secara team.
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.

9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah.


10. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Keyakinan

keperawatan

komunitas

yang

mendasari

praktek

keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :


1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat
diterima semua orang.
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan pemberi pelyanan dan
penerima pelayanan.
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan
perlu terjalin kerjasama yang baik dengan memanfaatkan komunikasi
terapeutik.
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik yang bersifat
mendukung maupun yang bersifat mengahambat.
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan komunitas.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut,
maka dapat dkembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan
praktek keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas,
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan baik secara bio psiko sosio kultural dan spiritual terhadap
kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan

penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Falsafah yang melandasi


keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri
dari 4 hal penting, yaitu : manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya masyarakat yang sehat.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
peningkatan derajat kesehatan.
4. Upaya promotif dan preventif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
konsumen

pelayanan

keperawatan

dan

kesehatan

dengan

tujuan

peningkatan status kesehatan masyarakat.


7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus menerus.

8. Individu

dalam

suatu

masyarakat

ikut

bertanggung

jawab

atas

kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan


berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
B. Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat dalam hal hal sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan dan keperawatan dan prioritas
masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan
khususnya dari disiplin ilmu keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan khususnya dari disiplin ilmu
keperawatan yang mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya promosi kesehatan melalui
pendidikan kesehatan.
i. Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam
menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta terwujudnya
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok kelompok resiko tinggi yang rawan
terhadap masalah kesehatan.

C. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang
mempunyai masalah kesehatan/perawatan.
1.

Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan karena ketidakmampuan
merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental
maupun sosial.

2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas
kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal
dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan
atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila
salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
dan keluarga keluarga yang ada di sekitarnya.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan

jenis

kelamin,

umur,

permasalahan,

kegiatan

yang

terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk


diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat


perkembangan dan petumbuhannya, seperti berikut :
1). Pasangan usia subur.
2). Ibu hamil.
3). Bayi baru lahir.
4). Balita.
5). Anak usia sekolah.
6). Remaja.
7). Usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1). Penderita penyakit menular, seperti: TBC, kusta, HIV dan
penyakit kelamin lainnya.
2). Penderita dengan penyakit tidak menular tetapi mengancam
nyawaseperti: penyakit Diabetes Mellitus, jantung koroner, cacat
fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
1). Wanita tuna susila
2). Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3). Kelompok-kelompok pekerja tertentu
4). Dan lain-lain
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1). Panti wredha.

2). Panti asuhan.


3). Pusat pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial).
4). Penitipan balita.
4. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas
yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok
individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk
mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan
muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan,
perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang
komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas
yang mencakup tiga aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui
proses individu dan kelompok dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas
program. Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas
mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan
yang terdiri dari tiga tingkat yaitu :
a. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan
spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan

kesehatan baik pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer


juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan
agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum
yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,
penyuluhan gizi bayi dan balita.
b. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk mendeteksi
penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan
kegiatan yang mengurangi faktor resiko diklasifikasikan sebagai
pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan
puskesmas.
c. Pencegahan tersier
Mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang
dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan
kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita
patah tulang.
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan,
berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian
masyarakat (Mubarak, 2009) adalah sebagai berikut :

a. Falsafah Keperawatan Komunitas


Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan baik bio psiko

sosio kultural spiritual terhadap kesehatan masyarakat dan


memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada
paradigma keperawatan secara umum dengan empat komponen dasar yaitu
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
b. Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (2008)
meliputi peran serta masyarakat (locality development), perencanaan sosial
melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial
berdasarkan kejadian saat itu (social action) (Mubarak, 2009).
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui
tahapan-tahapan berikut :
1) Tahap persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi
prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat ,
mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
2) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian
dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan kelompok
kerja kesehatan.
3) Tahap pendidikan dan pelatihan
Melalui kegiatan kegiatan pertemuan teratur dengan
kelompok masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan
keperawatan langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.
4) Tahap formasi kepemimpinan
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan
keterampialan

yang

mengikuti

perencanaan,

pengorganisasian,

pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan..


5) Tahap koordinasi

Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan


masyarakat.
6) Tahap akhir
Supervisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian
umpan balik dan masing masing evaluasi untuk perbaikan untuk
kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.
D. Ruang Lingkup Kesehatan Komunitas
Ruang lingkup praktek keperawatan komunitas dan keluarga meliputi
upaya upaya peningkatan kesehatan atau promotif, pencegahan atau
preventif, pemeliharaan kesehatan dan pengobatan atau kuratif, pemulihan
kesehatan atau rehabilitatif serta mengembalikan dan memfungsikan kembali
baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya atau resosialisasi.

1. Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan :
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat.
b. Peningkatan gizi.
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan.
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan.
e. Olahraga secara teratur.
f. Rekreasi.
g. Pendidikan seks.

2. Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui
c.

Posyandu,

Puskesmas maupun kunjungan rumah.


Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas

ataupun di rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui.

3. Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggotaanggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit
atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
a.

Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

b.

Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari


Puskesmas dan rumah sakit.

c.

Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu


bersalin dan nifas.

d. Perawatan payudara.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
4. Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompokkelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta,
TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan :

a.

Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti


penderita Kusta, patah tulang mapun kelainan bawaan

b.

Latihan latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit


tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke :
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.

5. Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu,
keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat,
diantaranya adalah kelompok kelompok yang diasingkan oleh
masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau
kelompok kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila
(WTS), tuna wisma dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosialisasi
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang
mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar
masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan
penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat
dimengerti.
E. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat
mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat
pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan
praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :

1.

Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu,


keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah
(school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di

daerah binaan kesehatan masyarakat..


2.
Penyuluhan dan pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka
merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3.

Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi

4.

Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka


hadapi

5.

Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan


penanganan lebih lanjut

6.

Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan


masyarakat

7.

Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan


kesehatan

8.

Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan


masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan
dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan
sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.

9.

Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan


komunitas.

10.

Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan


instansi terkait.

11.

Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh


individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan
keperawatan dan kesehatan.

F. Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah
(problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan
dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikaitkan dengan upaya
kesehatan dasar (PHC). Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa
setiap masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat akan dapat diatasi oleh perawat melalui keterampilan
melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam
melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan
pendekatan terhadap keluarga binaan disebut dengan family approach, maka
bila pembinaan keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke
Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case
approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri
dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.
G. Paradigma Keperawatan Komunitas
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok,
yaitu : manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins,

2007). Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi


individu, keluarga dan masyarakat.
1. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh
dari aspekbiologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang
mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya
kemauan menuju kemandirian pasien atau klien.
2. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri
atau

masyarakat

secara

keseluruhan.

Keluarga

dalam

fungsinya

mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan


fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan
aktualisasi diri.Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan
merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.Keluarga
sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki
ataupun

mengabaikan

masalah

kesehatan

didalam

kelompoknya

sendiri.Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit


yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh
anggota keluarga tersebut.
3. Masyarakat sebagai klien
Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur
oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki

identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan


kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan
peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang
berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif.
Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air,
udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah
mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang
dibawanyasejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut
saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam
menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
H. Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat,
metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan
ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
Kegiatan kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat
dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat adalah :
a.Pengumpulan data

Kegiatan

ini

dilakukan

untuk

mengidentifikasi

masalah

kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan


masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan
menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun
informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor
lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan
MC. Forlane 2003) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi,
populasi, nilai nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat
kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik,
pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai
dan efektif dalam langkah langkah selanjutnya.
b. Analisa data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh
dan disusun dalam suatu format yang sistematis.Dalam menganalisa data
memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor
stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di
komunitas. Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan.
Menurut Mueke (2007) masalah tersebut terdiri dari :
1) Masalah sehat sakit.
2) Karakteristik populasi.

3) Karakteristik lingkungan.
c. Perumusan masalah dan diagnosa keperawatan
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan
prioritasnya. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan dapat aktual,
ancaman resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat
antara lain sebagai berikut :

Masalah yang ditetapkan dari data umum.


Masalah yang dianalisa dari hasil kesenjangan pelayanan
kesehatan.
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan

yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam


kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan :

Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.


Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat..
Kemampuan dan sumber daya masyarakat.
Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat

Kriteria skala prioritas :

Perhatian masyarakat, meliputi : pengetahuan, sikap, keterlibatan


emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan
urgensinya untuk segera ditanggulangi.

Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu


kurun waktu tertentu.

Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat


menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat

Kemungkinan

masalah

mempertimbangkan

untuk

berbagai

dapat
alternatif

dikelola
dalam

dengan
cara-cara

pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, sarana


yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul,
1995).
d. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :

Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan.


Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan

dan keperawatan.
Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan

dilakukan.
e. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan
melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya
dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Halhal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan
kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut :

Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan

instansi terkait.
Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya.


Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
Level

pencegahan

komunitas terdiri atas:

dalam

pelaksanaan

praktik

keperawatan

a. Pencegahan primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsinya
dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi
yang

tepat

untuk

menghambat

proses

patologis,

sehingga

memprependek waktu sakit dan tingkat keparahan.


c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat
diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih
dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan
individu

kepada

tingkat

berfungsi

yang

optimal

dari

ketidakmampuannya.

f. Penilaian dan evaluasi


Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program
kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input),
pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang dilakukan
berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan

yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan


dalam melaksanakan penilaian, yaitu:
a) Daya guna
b) Hasil guna
c) Kelayakan
d) Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka
waktu berapa?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:

Keterangan :
: peran masyarakat

: peran perawat

Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan


klien dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat
lebih besar daripada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar
daripada perawat.

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga


yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu : mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota
keluarga,

menciptakan

lingkungan

yang

dapat

mendukung

upaya

peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan


kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.

BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN HASIL PENGKAJIAN

Asuhan keperawatan kesehatan komunitas yang dilaksanakan oleh


mahasiswa melalui praktek profesi keperawatan di masyarakat berlangsung mulai
tanggal 10 Oktober 2016 sampai dengan tanggal 03 Desember 2016. Pada praktek
profesi keperawatan komunitas ini mahasiswa STIKes Surya Mitra Husada Kediri
diberikan tugas untuk melakukan survei dan pengkajian di wilayah RT 30, RT 31
dan RT 32 yang merupakan bagian dari wilayah RW 08 Kelurahan Balowerti Kota
Kediri.
A. Kegiatan Praktek Klinik Keperawatan Komunitas
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan umum
Pada tahap persiapan, kegiatan praktek profesi keperawatan
komunitas diawali dengan kegiatan pembukaan yang dilaksanakan
tanggal 10 Oktober 2016 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai di
Gedung Pertemuan Kelurahan Balowerti. Dimana pada kesempatan
tersebut mahasiswa diterima langsung oleh Kepala Kelurahan
Balowerti, Kepala Puskesmas Baluwerti Kediri dan Clinical
Instrukture dari Puskesmas Baluwerti selaku pembimbing di lahan
praktek.
Pada pembukaan tersebut, mahasiswa banyak mendapatkan
bekal materi dan pengarahan dari pihak Kelurahan Balowerti yang
berkenaan dengan masalah keadaan demografi masyarakat

di

wilayah RW 08 Kelurahan Balowerti yang akan dijadikan lahan


praktek profesi. Mahasiswa dibekali juga materi gambaran kesehatan
umum di wilayah RW 08, Kelurahan Balowerti yang disampaikan
langsung oleh Ibu Clinical Instrukture dari Puskesmas Balowerti

Kota Kediri, serta mendapat masukan mengenai keadaan masyarakat


di wilayah RW 08 yang akan dijadikan wilayah praktek oleh
mahasiswa selama kurang lebih 8 minggu atau sekitar 2 bulan.
b. Pengorganisasian Kelompok
Untuk mempermudah pelaksanaan praktik dan sebagai
penanggung jawab kegiatan praktek dari mahasiswa, maka
dibentuk organisasi kelompok. Susunan panitia terlampir.
c. Persiapan Administrasi
Sebagai langkah selanjutnya, dipersiapkannya administrasi
untuk mengadakan konsolidasi dan perizinan kepada instansi terkait.
Surat perijinan diperoleh dari pendidikan yang harus disampaikan ke
RW 08.Selain itu, disusunlah administrasi untuk keperluan praktik
dari mahasiswa sendiri, yaitu format pengkajian kesehatan
komunitas, format asuhan keperawatan keluarga, administrasi
kesekretariatan dan administrasi keuangan.
d. Konsolidasi
Konsolidasi dan kerjasama dengan berbagai instansi terkait
dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2016 dengan mengajukan
permohonan izin dan kerjasama kepada bapak Kepala Kelurahan
Balowerti, Kepala Puskesmas Balowerti Kediri. Selanjutnya, secara
resmi mahasiswa diterjunkan pada tanggal 10 Oktober 2016 di
wilayah RW 08 Lingkungan Kelurahan Balowerti Kota Kediri
sebagai wilayah binaan mahasiswa STIKes Surya Mitra Husada
Kediri melalui perzjinan Ketua RT / RW setempat.
e. Orientasi dan Analisa Situasi
Orientasi dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :
Pembekalan yang diberikan oleh Ketua RW 08 Pertemuan
antara ketua RW 08 dengan mahasiswa dilakukan di rumah

Bapak ketua RW 08 pada tanggal 10 Oktober 2016 pukul 11:00


12.30 WIB. Masing masing Ketua RT 30 , RT 31 dan RT
32 yang merupakan wilayah dari RW 08 Kelurahan Balowerti
menerima

kehadiran

menyampaikan

maksud

mahasiswa,
dan

tujuan

dan

mahasiswa

praktek

profesi

keperawatan komunitas yang akan dilaksanakan. Masing


masing Ketua RT memberikan gambaran tentang keadaan
warga dan lingkungan RT 30, RT 31 dan RT 32 yang
merupakan wilayah dari RW 08 Kelurahan Balowerti secara

umum dan status kesehatan warga RT 30, RT 31 dan RT 32.


Orientasi dan analisa situasi selanjutnya dilakukan oleh
mahasiswa sendiri dengan membagi dalam satu kelompok
besar sesuai dengan jumlah RT, dan dilakukan pengenalan

lingkungan oleh mahasiswa sendiri.


f. Pembukaan
Pembukaan dilakukan sebagai bentuk pertemuan pertama
kali memasuki daerah binaan dan berinteraksi dengan warga.
Perencanaan dan pelaksanaan dapat dilihat pada uraian tahap
pelaksanaan kegiatan.
B. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
a. Pembukaan Praktek Klinik Keperawatan Komunitas
Pembukaan praktek keperawatan komunitas dilakukan pada hari
Senin tanggal 10 Oktober 2016 pukul 10.00 selesai di Gedung
Pertemuan Kelurahan Balowerti yang dihadiri oleh seluruh mahasiswa
STIKes Surya Mitra Husada Kediri berjumlah 20 orang , Kepala
Kelurahan Balowerti, Kepala Puskesmas Balowerti Kota Kediri, Clinical

Instructure Puskesmas Balowerti dan dosen pembimbing dari STIKes


Surya Mitra Husada Kediri. Acara dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan
acara serah terima mahasiswa kepada pihak Kelurahan Balowerti oleh
dosen pembimbing dari mahasiswa untuk selanjutnya dibimbing selama
kegiatan praktek profesi keperawatan komunitas berlangsung.
Dalam acara ini, diberikan pembekalan kepada mahasiswa seputar
lingkungan, kebiasaan, adat istiadat serta masalah kesehatan warga RW
08, Kelurahan Balowerti, profil wilayah Kelurahan Balowerti, profil
wilayah Puskesmas Balowerti Kota Kediri, profil wilayah RW 08
Balowerti, dan profil kesehatan secara umum. Pada saat itulah mahasiswa
resmi diterima oleh warga RW 08 Kelurahan Balowerti untuk selanjutnya
mendarmabaktikan diri untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat
RW 08, kelurahan Balowerti batas waktu yang ditentukan.
b. Pertemuan Warga dan Sosialisasi Pengkajian Data Kesehatan Komunitas
Setelah acara pembukaan dan serah terima tanggal 10 Oktober
2016 kemudian dilakukan pengenalan dan orientasi di RW 08 Kelurahan
Balowerti. Pada tanggal 11 Oktober 2016 dari pintu ke pintu rumah
warga dan menjelaskan tujuan kehadiran mahasiswa Stikes Surya Mitra
Husada Kediri berkunjung ke rumah rumah warga.
Atas kesepakatan antara warga dan mahasiswa dilakukan
pengkajian data mulai selasa tanggal 11 Oktober 2016 sampai 13 Oktober
2016 melalui ketua RT dan kader. Pada saat lain, mahasiswa telah
menyiapkan format pengkajian data kesehatan dan asuhan keperawatan
komunitas serta keluarga.
c. Pengkajian Data Kesehatan Komunitas

Pengkajian data kesehatan komunitas dilakukan pada tanggal 10


Oktober 2016 sampai 11 Oktober 2016 sesuai dengan kesepakatan antara
mahasiswa dan warga. Pelaksana adalah mahasiswa yang telah dibagi di
wilayah RT 30, RT 31 dan RT 32 yang termasuk wilayah RW 08
Kelurahan Balowerti bekerjasama dengan ketua RT dan kader posyandu.
Mekanisme pengumpulan data merupakan hak otonom kelompok RT
dengan tanpa meninggalkan prinsip pengkajian keperawatan komunitas.
Data komunitas yang dikumpulkan berdasarkan pada tujuan
menggali semua permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat untuk
selanjutnya dilakukan pemecahan masalah dengan menggunakan format
pengkajian komunitas yang telah dikonsultasikan pada pembimbing
profesi.
C. Data Demografi
Kelurahan Balowerti termasuk dalam Kecamatan Kota, Kota Kediri
memiliki luas wilayah 97425 Ha. Kelurahan Balowerti terletak di dalam
wilayah Kecamatan Kota, Kota Kediri Propinsi Jawa Timur yang berbatasan
dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Semampir.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kemasan.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Dandangan.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Semampir.
D. Distribusi Frekuensi
a. Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Laki-Laki
49%

Perempuan
51%

Gambar 3.1 Diagram distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin


di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang berjenis
kelamin laki laki berjumlah 49%, dan perempuan berjumlah 51%.
b. Distribusi frekuensi berdasarkan jumlah Bayi dan Balita

Bayi/Balita
0-11 bln

7%

12-59 bln

93%

Gambar 3.2 Diagram distribusi penduduk berdasarkan jumlah bayi dan


Balita di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun
2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang mempunyai
bayi/ balita 0- 11 bulan berjumlah 7%, dan 12-59 bulan berjumlah 93%.
c. Distribusi frekuensi berdasarkan jumlah WUS dan PUS

WUS/PUS
36%TH
WUS 15-45

PUS 15-45 TH
64%

Gambar 3.3 Diagram distribusi penduduk berdasarkan jumlah WUS dan


PUS di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun
2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, WUS 15 - 45 tahun
berjumlah 36 %, dan perempuan berjumlah 64 %.

d. Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Lansia

Lansia
28%
45-59 TH

>60 TH
72%

Gambar 3.4 Diagram distribusi penduduk berdasarkan usia lansia


PUS di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun
2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, Lansia yang usia
45- 59 tahun berjumlah 72%, dan Lansia usia >60 tahun berjumlah 28%.

Akses Yankes
1% 2%
Tenaga Kesehatan

Tradisional

Diobati Sendiri

97%

e.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Akses Pelayanan Kesehatan

Gambar 3.5 Diagram distribusi penduduk berdasarkan akses pelayanan


Kesehatan di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober
tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 anggota keluarga, yang bila
sakit berobat ke tenaga kesehatan berjumlah 97%, sedangkan yang bila
sakit berobat ke tradisional berjumlah 1%, dan yang bila sakit diobati
sendiri berjumlah 2%.

Jaminan Kesehatan
Jamkesda

Jamkesmas

Akses PNS/ Karyawan Swasta


28%

35%

Umum

BPJS 7%
Mandiri

10%
21%

f.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Jaminan Kesehatan

Gambar 3.6 Diagram distribusi penduduk berdasarkan akses pelayanan


Kesehatan di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober
tahun 2016.

Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang menggunakan


jaminan kesehatan jamkesda berjumlah 27%, yang menggunakan jaminan
kesehatan jamkesmas berjumlah 10%, yang menggunakan akses PNS/
Karyawan swasta berjumlah 21%, sedangkan yang tidak menggunakan
jaminan kesehatan ( umum ) berjumlah 7%, dan yang menggunakan
jaminan kesehatan BPJS Mandiri berjumlah 35%.

Letak Vector
Dekat Vektor

37%
Jauh Vektor

63%

g.

Distribu
si Frekuensi berdasarkan Letak Vektor

Gambar 3.7 Diagram distribusi penduduk berdasarkan letak vektor di


RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang letak
rumahnya dekat dengan vektor berjumlah 37%, dan letak rumahnya
jauh dengan vektor berjumlah 63%.

Cahaya
Terang

16%

Gelap
84%

h.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Cahaya

Gambar 3.8 Diagram distribusi penduduk berdasarkan cahaya di RW 08


Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang cahaya
rumahnya terang berjumlah 16%, dan cahaya rumahnya gelap berjumlah
84%.

Ventilasi
10%
Ada

Tidak ada
90%

i.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Ventilasi

Gambar 3.9 Diagram distribusi penduduk berdasarkan ventilasi di RW 08


Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang rumahnya ada
ventilasinya berjumlah 10%, dan rumahnya tidak ada ventilasinya
berjumlah berjumlah 90%.

Jendela
Ada

14%

Tidak ada
86%

j.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Jendela

Gambar 3.10 Diagram distribusi penduduk berdasarkan jendela di RW 08


Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari101 keluarga, yang rumahnya tidak
ada jendelanya berjumlah 14%, dan rumahnya ada jendelanya berjumlah
86%.

Lantai rumah
1% 11%
Tanah

Plester

Keramik

88%

k.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Lantai Rumah

Gambar 3.11 Diagram distribusi penduduk berdasarkan lantai rumah di


RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 anggota keluarga, yang
rumahnya berlantai tanah berjumlah 1%, sedangkan yang rumahnya
berlantai plester berjumlah 11% dan yang rumahnya berlantai keramik
berjumlah 81%.

Kebersihan
10%
Bersih

Kotor
90%

l.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Kebersihan

Gambar 3.12 Diagram distribusi penduduk berdasarkan kebersihan rumah


Di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang rumahnya
bersihberjumlah 90%, dan rumahnya kotor berjumlah 10%.

Tempat Sampah
6%
Tertutup

Terbuka

43%

Tidak ada

51%

m.

Distribus
i Frekuensi berdasarkan Tempat Sampah

Gambar 3.13 Diagram distribusi penduduk berdasarkan tempat sampah


di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang mempunyai
tempat sampah tertutp berjumlah 43%, sedangkan yang mempunyai
tempat sampahterbuka 6% dan yang tidak mempunyai tempat sampah
berjumlah 51%.

Usia Bayi/ Balita


6%
0-11 BLN

35%

12-36 BLN

37-59 BLN
59%

n.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Usia Bayi dan Balita

Gambar 3.14 Diagram distribusi penduduk berdasarkan usia bayi dan


Balita di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober
tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang usia
bayi/balita 0- 11 bulan berjumlah 6%, sedangkan usia bayi/balita 12- 36
bulan berjumlah 59%, dan usia bayi/ balita 37- 59 bulan berjumlah 35%.

Berat Badan Lahir


< 2,5

> 2,5
100%

o.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Berat Badan Lahir Balita

Gambar 3.15 Diagram distribusi penduduk berdasarkan berat badan


lahir balita di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober
tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, tidak ada berat
badan lahir < 2,5 dan yang berat badan lahir > 2,5 berjumlah 100%.

IMUNISASI

LENGKAP

TIDAK LENGKAP

100%

p.

D
istribusi Frekuensi berdasarkan Imunisasi

Gambar 3.16 Diagram distribusi penduduk berdasarkan kelengkapan


imunisasi balita di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan
Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, imunisasi lengkap
bejumlah 100% dan yang imunisasi tidak lengkap berjumlah 0%.

Pemberian ASI Saja


25%
< 6 bulan

> 6 bulan

75%

q.

Distrib
usi Frekuensi berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

Gambar 3.17 Diagram distribusi penduduk berdasarkan kelengkapan


imunisasi balita di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan
Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang memberikan
ASI diatas 6 bulan berjumlah 75%, dan yang memberikan ASI dibawah 6
bulan berjumlah 25%.

Menyapih
< 2 tahun

27%> 2 tahun

73%

r.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Kebiasaan Menyapih

Gambar 3.18 Diagram distribusi penduduk berdasarkan proses


Penyapihan di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan
Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang menyapih < 2
tahun berjumlah 27%, dan yang menyapih >2 tahun berjumlah 73%.

Kegiatan Posyandu
7%

Aktif datang
Jarang
Tidak pernah

93%

s.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Keaktifan Posyandu Balita

Gambar 3.19 Diagram distribusi penduduk berdasarkan keaktifan


Posyandu balita di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan
Oktober tahun 2016
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang mengikuti
kegiatan posyandu berjumlah 93%, yang jarang berjumlah 7% dan yang
tidak pernah datang berjumlah 0%.

Status Gizi
Gizi Baik

Gizi Kurang

100%

t.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Status Gizi Balita

Gambar 3.20 Diagram distribusi penduduk berdasarkan status gizi


balita di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun
2016.

Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, dengan status gizi


baik berjumlah 100%.

UMUR IBU
< 20 tahun

32%
20- 30 tahun

> 35

68%

u.

Distribusi Frekuensi
berdasarkan Umur Ibu

Gambar 3.21 Diagram distribusi penduduk berdasarkan umur ibu di RW


08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, dengan umur ibu
20- 35 tahun yang berjumlah 32%, dan umur ibu > 35 tahun yang
berjumlah 68%.

Status Imunisasi TT
T1

T2
12%

15%

25%

T3

19%

T4

T5

28%

v.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Status Imunisasi TT

Gambar 3.22 Diagram distribusi penduduk berdasarkan status imunisasi


TT di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun
2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang status
imunisasi T1 berjumlah 20%, yang status imunisasi T2 berjumlah 28%,
yang status imunisasi T3 berjumlah 25%, sedangkan status imunisasi T4
berjumlah 12%, dan yang status imunisasi T5 berjumlah 15%.

Jenis KB
MOW

MOP

7%

IUD IMPLAN SUNTIK KONDOM


17%
14%

62%
KALENDER PANTANG
BERKALA

w.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan Jenis KB

Gambar 3.23 Diagram distribusi penduduk berdasarkan jenis Keluarga


Berencana di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober
tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang menggunakan
KB suntik berjumlah 62%, yang KB IUD berjumlah 17%, yang KB
implan berjumlah 14%, sedangkan menggunakan pantang berkala
sebanyak 7 %.

Lama Menggunakan Alkon


27%
< 1 th

5%
1-5 th

>5 th
68%

x.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan Lama Menggunakan Alat Kontrasepsi

Gambar 3.24 Diagram distribusi penduduk berdasarkan lama memakai


alat kontrasepsi di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan
Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang menggunakan
alkon < 1 tahun berjumlah 5%, sedangkan yang menggunakan alkon 1 5
tahun berjumlah 68% dan yang menggunakan alkon > 5 tahun berjumlah
68 %.

Tempat Pelayanan KB
Puskesmas/ Pustu
Bidan Praktik
21%
4%
Klinik/ RS

Dokter Praktik
46%

29%

y.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Tempat Pelayanan KB

Gambar 3.25 Diagram distribusi penduduk berdasarkan tempat


pelayanan KB di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan
Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang tempat
pelayanan KB di Puskesmas/ Pustu

berjumlah

46%, yang tempat

pelayanan KB do bidan praktik ada 29%, sedangkan tempat pelayanan KB


di dokter praktik ada 4%, dan tempat pelayanan KB di klinik/ RS ada
21%.berjumlah 51%.

Sumber Air
6%
PAM

13%

SPT

SG

Sungai

80%

z.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan Sumber Air

Gambar 3.26 Diagram distribusi penduduk berdasarkan sumber air


di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun
2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang menggunakan
sumber air PAM berjumlah 13%, yang menggunakan sumber air SPT
berjumlah 81%, dan yang menggunakan sumber air SG berjumlah 6%.

Nilai Air
Bersih

4% 2% Bau
Kotor

Berwarna

94%

aa.

Distribusi
Frekuensi berdasarkan Nilai Air

Gambar 3.27 Diagram distribusi penduduk berdasarkan nilai air di RW


08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari dari 101 keluarga, nilai air yang
bersih berjumlah 94% nilai air yang kotor berjumlah 4%, nilai air yang
bau berjumlah 2% dan nilai air yang berwarna berjumlah 0%.

Air Minum
Dimasak

Mentah

100%

ab.

Distrib
usi Frekuensi berdasarkan Air Minum

Gambar 3.28 Diagram distribusi penduduk berdasarkan air minum di


RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016

Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga yang air minumnya


dimasak berjumlah 100% dan yang mengkonsumsi air mentah berjumlah
0%.

Jamban
Cemplung

Leher Angsa

Sanimas

Sungai

100%

ac.

Distribu
si Frekuensi berdasarkan Jenis Jamban

Gambar 3.29 Diagram distribusi penduduk berdasarkan air minum di


RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga yang memakai
jamban leher angsa berjumlah 100 %.

Kamar Mandi
Sungai

Ada/ Jumlah

Tidak Ada

100%

ad.

Distribus
i Frekuensi berdasarkan Kamar Mandi

Gambar 3.30 Diagram distribusi penduduk berdasarkan kamar mandi di


RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 anggota keluarga, yang
mempunyai kamar mandi berjumlah 100%.

Jentik
12%
(+)

(-)
88%

ae.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan Jentik

Gambar 3.31 Diagram distribusi penduduk berdasarkan ada tidaknya


jentik di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun
2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 anggota keluarga yang
jentiknya (-) berjumlah 100%.

Kebersihan Kamar Mandi


13%
Bersih

Kotor
87%

af.

Distrib
usi Frekuensi berdasarkan Kebersihan Kamar Mandi

Gambar 3.32 Diagram distribusi penduduk berdasarkan kebersihan kamar


mandi di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun
2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang kebersihan
kamar mandinya bersih berjumlah 87% dan yang kamar mandinya kotor
berjumlah 13%.

Lantai Kamar Mandi


1% 14%
Semen

Tanah

Keramik

85%

ag.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan Jenis lantai kamar Mandi

Gambar 3.33 Diagram distribusi penduduk berdasarkan jenis lantai kamar


mandi di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun
2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang lantai kamar
mandi jenis keramik berjumlah 83%, yang berlantai semen 14% dan yang
berlantai tanah berjumlah 1%.

Air Limbah
Teratur

Berserakan

Dimanfaatkan

2%

98%

ah.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan Air Limbah

Gambar 3.34 Diagram distribusi penduduk berdasarkan air limbah di


RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 anggota keluarga, yang
menggunakan air limbah secara teratur berjumlah 96%, yang berserakan
berjumlah 2% dan yang dimanfaatkan berjumlah 2%.

ai.

Pemanfaatan Pekarangan
8%
Ada

Tidak Ada
92%

D
istribusi Frekuensi berdasarkan Pemanfaatan Pekarangan

Gambar 3.35 Diagram distribusi penduduk berdasarkan pemanfaatan


pekarangan di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober
tahun 2016.

Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang tidak


memanfaatkan pekarangan berjumlah 92% dan yang memanfaatkan
pekarangan berjumlah 8%.

TOGA
2%
Ada

Tidak Ada
98%

aj.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan TOGA

Gambar 3.36 Diagram distribusi penduduk berdasarkan pemanfaatan


TOGA di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober
tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang tidak
menanam TOGA berjumlah 98% dan yang menanam toga berjumlah 2%.

Bangunan
29%
Permanen

Darurat
71%

ak.

Distribus
i Frekuensi berdasarkan Jenis Kandang

Gambar 3.37 Diagram distribusi penduduk berdasarkan jenis kandang


ternak di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober
tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang bangunanya
permanen berjumlah 71% dan yang darurat berjumlah 45%.

Letak
30%
Tersendiri

Seatap
70%

al.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan Letak Kandang

Gambar 3.38 Diagram distribusi penduduk berdasarkan letak kandang


ternak di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan Oktober
tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang letak
kandangnya tersendiri berjumlah 70% dan yang seatap berjumlah 30%.

Kebersihan
25%
Bersih

Kotor
75%

am.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan Kebersihan Kandang

Gambar 3.39 Diagram distribusi penduduk berdasarkan kebersihan


kandang ternak di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan
Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang kebersihan
kandang bersih berjumlah 75% dan yang kandang kotor berjumlah 25%.

Kebiasaan Sarapan
10%
Ya

Tidak
90%

an.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan Kebiasaan Sarapan

Gambar 3.40 Diagram distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan


Sarapan di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan
Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang sarapan
berjumlah 90% dan yang tidaksarapan berjumlah 10%.

Menu Gizi Seimbang


7%
Ya

Tidak
93%

ao.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan Menu Gizi Seimbang

Gambar 3.41 Diagram distribusi penduduk berdasarkan menu gizi


seimbang di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan
Oktober tahun 2016.

Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang menu gizi


seimbang berjumlah 93% dan yang tidak seimbang berjumlah 7%.

Garam Beriyodium
Ya

10%

Tidak
90%

ap.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan Penggunaan Garam Beryodium

Gambar 3.42 Diagram distribusi penduduk berdasarkan konsumsi


garam beryodium di RW 08 Kelurahan Balowerti Bulan
Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 keluarga, yang menggunakan
garam beryodium berjumlah 90% dan yang tidak menggunakan garam
beryodium berjumlah 10%.

Cara Penyimpanan
Wadah Terbuka

14%

Wadah Tertutup
86%

aq.

Distri
busi Frekuensi berdasarkan Cara Penyimpanan

Gambar 3.42 Diagram distribusi penduduk berdasarkan cara


penyimpanan beryodium di RW 08 Kelurahan Balowerti
Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 anggota keluarga, yang
menyimpan dengan wadah terbuka berjumlah 86% dan yang menyimpan
dengan wadah tertutup berjumlah 14%.

ar. Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Penyakit

Jenis Penyakit
Asam Urat

Stroke

DM

Glaukoma

Ca. Mamae

Lain - lain

Hipertensi

21%
3%
3%
14%

28%
10%
21%

Gambar 3.43 Diagram distribusi penduduk berdasarkan jenis penyakit


yang diderita di RW 08 Kelurahan Balowerti
Bulan Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 KK yang menderita penyakit
asam urat berjumlah 28%, diabetes melitus dan lain lain berjumlah 21 %,
hipertensi sebanyak 14%, stroke berjumlah 10%, glaukoma dan cancer
mamae sebanyak 3 %.
as. Distribusi Frekuensi berdasarkan Penyuluhan

Penyuluhan
Ya

Ya 3 bulan sekali

Ya, jika ada undangan

Tidak pernah

44%

23%
18%
16%

Gambar 3.43 Diagram distribusi penduduk berdasarkan penyuluhan


yang diderita di RW 08 Ke lurahan Balowerti Bulan
Oktober tahun 2016.
Berdasarkan gambar diatas, dari 101 KK yang mengetahui pernah
ada penyuluhan berjumlah 23 %, penyuluhan diadakan 3 bulan sekali

berjumlah 18 %, penyuluhan jika ada undangan 16 % dan tidak


mengetahui tentang adanya penyuluhan berjumlah 43 %.
E. Analisa Data
Data Subjektif
Masyarakat
mengatakan
kurang
mendapatkan
informasi kesehatan atau
penyuluhan kesehatan dari
petugas

Data Objektif
Masalah
Dari 101 KK, 43% atau Defisiensi
kesehatan
43 KK saat dilakukan komunitas.
survei mengatakan tidak
pernah ada penyuluhan di
lingkungan sekitar.
Kurang aktifnya kegiatan
penyuluhan kesehatan.

Lingkungan fisik

Keterbatasan
waktu
sebagian
besar
masyarakat
untuk
mencari
informasi
tentang kesehatan
Dari 101 KK didapatkan Perilaku
kesehatan
12% atau 12 KK saat cenderung beresiko.
dilakukan
survei
ditemukan
jentik
nyamuk.
Dari 101 KK didapatkan
51 % atau 51 KK tempat
sampahnya terbuka.

No

F. Penapisan Masalah
Masalah

KRITERIA

JU

KETERANGAN

ML
AH

Keperawatan
A B C D E F G H I J K L
1

Defisiensi
kesehatan
komunitas.

Perilaku
kesehatan
cenderung
beresiko

5 5 4 5 4 5 4

2 2 3

46

5 5 4 5 3 3 3

2 2 3

42

Keterangan Kriteria:
A. Sesuai dengan peran
perawat komunitas
B. Resiko terjadi
C. Resiko parah
D. Potensi untuk
pendidikan kesehatan
E. Interest untuk
komunitas
F. Kemungkinan diatasi
G. Relevan dengan
program
H. Tersedianya tempat
I. Tersedianya waktu
J. Tersedianya dana
K. Tersedianya fasilitas
L. Tersedianya sumber
daya
Keterangan
Pembobotan:
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi

G. Masalah yang ditemukan


1. Akses pelayanan kesehatan
- Diobati sendiri 1 %
- Tradisional 2 %
2.
Letak vektor
- Dekat vektor 37 %
3.
Cahaya
- Gelap 16 %
4.
Ventilasi
- Tidak ada 10 %
5.
Jendela
- Tidak ada 14 %
6.
Lantai rumah
- Tanah 1%
7.
Kebersihan
- Kotor 10 %
8. Tempat sampah
- Terbuka 51 %
- Tidak ada 6 %
9.
Kegiatan posyandu
- Jarang 7 %
10.
Nilai air
- Bau 2 %
- Kotor 4 %
11.
Jentik
- Positif (+) 12 %
12.
Kebersihan kamar mandi
- Kotor 13 %
13.
Air limbah
- Berserakan 2 %
14.
TOGA
- Tidak ada 98 %
15.
Kebersihan kandang
- Kotor 25 %
16.
Kebiasaan sarapan
- Tidak 10 %
17.
Menu gizi seimbang
- Tidak 7 %
18.
Garam beryodium
- Tidak 10 %
19.
Cara penyimpanan
- Wadah terbuka 86 %
20.
Jenis penyakit
- Asam Urat 28 %
- Diabetes Melitus 21 %
- Hipertensi 14 %

H. Prioritas Masalah Keperawatan


1. Defisiensi Kesehatan Komunitas
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko.
I. Diagnosis Keperawatan
1. Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan program tidak
seluruhnya mengatasi masalah kesehatan.
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan sikap negatif
terhadap pelayanan kesehatan.

J. Rencana Tindakan Keperawatan Komunitas


L.

P. W
a
k
t
u
Y.
M.

AA.

AB.
Defi

AD.
Setela

N.

X.
Tan
ggal

AF.

Q.
R

AX.
AY.
AZ. Ming
gu ke I11

BA.
1.Berikan pendidikan
kesehatan tentang
penyakit (pengertian,
BB. tanda dan gejala,
BC. pencegahan, dan
BD. penanganannya) yang
BE. diderita oleh masyarakat

BF.
2.Berikan pendidikan
kesehatan tentang masalah
kesehatan lansia
3.Berikan pendidikan
kesehatan tentang masalah
kesehatan anak dan balita
4.Pemberdayaan masyarakat
dalam memaksimalkan
program kesehatan di
komunitas

1. Mengetahui

pentingnya hidup
sehat.
2. Mampu
mendefinisikan
atau tahu tentang
penyakitpenyakit
lingkungan.
AE.

AC.
BG.

BH.
Peril

BI. BJ. Seluruh


lapisan
masyarakat
yang tinggal
di RW. 08

CA.
CB.

CC.
1. Beri
HE
pada
masyarakat RW 08
tentang arti lingkungan
yang
sehat
dan
penyuluhan
tentang
beberapa penyakit yang
disebabkan
oleh
lingkungan yang tidak
sehat (macam penyakit,
penyebab,
gejala
penyebaran
dan
pengobatan.
2. Motivasi
masyarakat
melalui kader atau tokoh
masyarakat untuk aktif
memelihara lingkungan

yang sehat.
3. Koordinasi
dengan
tokoh masyarakat untuk
menyelenggarakan kerja
bakti.
4. Berikan penjelasan cara
mencegah
terjadinya
penyakit
yang
disebabkan
oleh
lingkungan yang tidak
sehat (Diare, Typus,
Demam Berdarah).
5. Ajarkan tentang cara
hidup sehat
- Mencuci
tangan
sebelum makan.
- Memberantas
nyamuk, tikus, dsb.
- 3M
6. Rujuk segera apabila
ada anggota masyarakat
yang
menunjukkan
gejala dari penyakit

Cara mencegah
terhadap
penyakit.
Cara
penyebaran
penyakit.
Cara
menanggulangi
penyakit
yang
berhubungan
dengan
akibat
lingkungan yang

tidak sehat.
CD.
CE.
CF.
CG.
CH.
CI.
CJ.
CK.
CL.
CM.
CN.
CO.
CP.RENCANA KEGIATAN KOMUNITAS
CQ.

CR.

CS.

CT.

CU.

CV.

CW.

CX.

CY.

CZ.

DB.

DD.

DF.

DH.

DJ.

DL.

DA.

DC.

DE.

DG.

DI.

DK.

DN.

DP.

DR.

DT.

DV.

DX.

DM.

DQ.

DW.

DZ.

DO.

EA.

EB.

ED.

DS.

DU.

EF.

EH.

EE.
EC.

EO.

EP.

ER.

EG.

EI.

ET.

EV.

EU.

EW.

ES.
EQ.

DY.

EJ.

EL.

EK.

EM.

EX.

EZ.

EY.

FA.

EN.

FB.

FC.

FD.

FF.

FH.

FJ.

FG.
FE.

FM.
FI.

FK.

FP.
FQ. JIWA-KOMUNITAS

FR.
FS.
FT.
FU.

FL.

FN.

FO.

Anda mungkin juga menyukai