Anda di halaman 1dari 7

Kerajaan Waigeo

dengan pusat kekuasaannya di Wewayai, pulau Waigeo; kerajaan Salawati, dengan pusat
kekuasaan di Samate, pulau Salawati Utara;
Penguasa Kerajaan Waigeo (sejak abad ke-16 bawahan Ternate): Gandun (19001918)Tahun 1660, Voc memang sempat menandatangani perjanjian dengan sultan Tidore di
mana Tidore mengakui protektorat Belanda atas penduduk Irian barat. Perjanjian ini jelas
meliputi penduduk kepulauan antara Maluku dan Irian. Yang jelas juga, Tidore sebenarnya
tidak pernah menguasai Irian. Jadi protektorat Belanda hanya merupakan fiksi hukum.
Tidore menganggap dirinya atasan Biak. Pada masa itu, pedagang Melayu mulai
mengunjungi pulau Irian. Justru pandangan Tidore ini yang menjadi alasan Belanda
menganggap bagian barat pulau ini adalah bagian dari Hindia Belanda. Sejak abad ke-16,
selain di Kepulauan Raja Ampat yang termasuk wilayah kekuasaan Sultan Bacan dan Sultan
Ternate, kawasan lain di Papua yaitu daerah pesisir Papua dari pulau Biak (serta daerah
sebaran orang Biak) sampai Mimika merupakan bagian dari wilayah mandala Kesultanan
Tidore, sebuah kerajaan besar yang berdekatan dengan wilayah Papua. Tidore menganut
adat Uli-Siwa (Persekutuan Sembilan), sehingga provinsi-provinsi Tidore seperti Biak,
Fakfak dan sebagainya juga dibagi dalam sembilan distrik (pertuanan).

KERAJAAN MISOOL
Kerajaan Misool Kerajaan Terumbu Karang di Raja Ampat.
Secara geografis tanah Papua memiliki kedekatan relasi etnik dan kebudayaan dengan
Maluku. Dalam hal ini Fakfak memiliki kedekatan dengan Maluku Tengah, Tenggara dan
Selatan, sedangkan dengan Raja Ampat memiliki kedekatan dengan Maluku Utara. Oleh
karena itu, dalam membahas sejarah masuknya Islam ke Fakfak kedua alur komunikasi dan
relasi ini perlu ditelusuri mengingat warga masyarakat baik di Semenanjung Onim Fakfak
maupun Raja Ampat di Sorong, keduanya telah lama menjadi wilayah ajang perebutan
pengaruh kekuasaan antara dua buah kesultanan atau kerajaan besar di Maluku Utara
(Kesultanan Ternate dan Tidore). Nampaknya historiografi Papua memperlihatkan bahwa
yang terakhir inilah (Kesultanan Tidore) yang lebih besar dominasinya di pesisir pantai
kepulauan Raja Ampat dan Semenajung Onim Fakfak. Walaupun demikian tidak berarti
bahwa Ternate tidak ada pengaruhnya, justru yang kedua ini dalam banyak hal sangat
berpengaruh.

Dengan adanya pengaruh kedua kesultanan Islam ini di Raja Ampat, Sorong dan Fakfak,
maka telah dapat diduga (dipastikan) bahwa Islam masuk ke Raja Ampat dan Semenanjung
Onim Fakfak serta sebagian besar wilayah pantai selatan daerah Kepala Burung pada
umumnya termasuk kaimana di dalamnya adalah wilayah lingkup pengaruh kedua
kesultanan itu.
proses masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan
militer. Penyebaran Islam tersebut dilakukan secara damai dan berangsur-angsur melalui
beberapa jalur, diantaranya jalur perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan
pesantren dan lain sebagainya, akan tetapi jalur yang paling utama dalam proses Islamisasi
di nusantara ini melalui jalur perdagangan, dan pada akhirnya melalui jalur damai
perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu
penyebaran Islam masih relatif terbatas hanya di sekitar kota-kota pelabuhan. Para
pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat
baru itu.
Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua ini,
sebagai berikut: 1. terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal
dimasa lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek,
Lapintol, dan Beo di distrik Waigeo.2. tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang
berupa cerita dari mulut ke mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.3. Naskahnaskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid
kuno.4. Di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno brhuruf Arab.
Lima manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar
berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al Quran yang ditulis dengan
tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab
lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan
kumpulan doa.
Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1214 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari
kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur.
Mereka masuk melalui Mes, ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya
ditulis di atas daun koba-koba, Pohon khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas
bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di
wilayah Indonesia Timur.

KERAJAAN SALAWATI
Muhammad Aminuddin Arfan seorang tokoh Muslim dari Kerajaan Islam Salawati yang turut
mengantar kedatangan OC.Ottow dan GJ.Geissler Sang Bapak Gereja di Papuadi Pulau

Mansinam, dibuang dan diasingkan ke Maros karena menentang penjajahan Belanda dan
meninggal di sana. Habis manis sepah dibuang.Muhammad Aminuddin Arfan adalah orang
penting di Kerajaan Salawati. Ia adalah adik kandung Raja Salawati. Pada saat itu Kerajaan
Salawati merupakan bagian dari kekuasaan kerajaan Islam Ternate. Sesuai prosedur
wilayah, setiap tamu yang akan berkunjung ke Papua, mereka harus minta izin ke penguasa
kawasan di Salawati yang merupakan bagian kekusaan Ternate. Itu pula yang dilakukan
Kerajaan Ternate. Sembari membawa dua orang missionaris berkebangsaan Jerman, Ottow
dan Geissler dengan kapal khusus berwarna putih, utusanKerajaan Ternate pamit dulu
dengan Penguasa Kerajaan Salawati, sekaligus meminta beberapa orang untuk
mendampingi missionaris yang akan melakukan tugas penginjilan di pulau Mansinam,
Manukwari.Pulau Mansinam dipilih lantaran dianggap masih dihuni mayoritas Animisme.
Setelah dua bulan memperkenalkan Ottow dan Geisler kepada kepala-kepala adat, barulah
Muhammad Aminuddin Arfan kembali ke Salawati.Ironisnya, selang berapa waktu
setelahnya, Muhammad Aminuddin Arfan yang memang anti Belanda ditangkap dan
diasingkan di Maros. Beliau tidak diperkenankan pulang, dan dibiarkan di sana hingga
wafatnya. Di sinilah liciknya para penjajah Salibis. Ditulung malah Mentung (dibantu malah
melukai), kata peribahasa Jawa. Air susu dibalas dengan air tuba.Mungkin karena keadaan
yang demikian itulah maka perkembangan dakwah Islam di Papua menjadi amat lambat,
bahkan mungkin (pernah) terhenti sama sekali.
Semoga membantu...

KERAJAAN SAILOLOF
Kerajaan Sailolof bertempat di desa Sailolog, selatan Salawati dan satiu dari empat kerajaan
di Pulau Raja Ampat, Papua.
Wilayah
Wilayah Sailolof berada di kawasan Kepala Burung (Pulau Katimin, sepanjang Sele Strain,
Seget, Gisim, Kalabar), Pulau Salawati, di barat Pulau Batanta, Pulau Meoskapal dan pulau
Kofiau. Saat ini, bekas wilayah Sailolof dipenuhi oleh distrik Seget, di selatan Sorong, Misol
dan Berau.
Struktur Pemerintahan
Pemerintahan Pusat
1.Fun Kalana: gelar tradisional yang digunakan monarki Sailolof. Dalam tugasnya, Kalana

dibantu beberapa staf istana, yaitu Sawoi (punggawa raja), Kapitin (kepala bidang logistik),
Punta (asisten khusus di bidang komunikasi).
2.Rat adat: lembaga yang memiliki otoritas untuk memutuskan dan mengawasi pelaksanaan
kebijakan istana, membentuk peraturan, memberi arahan pada Kolano dan mengurusi halhal keagamaan. Lembaga ini dipimpin oleh Kolano dan tersusun atas petugas kerajaan
sebagai berikut:
- Jojou: pembantu Kalana yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan kerajaan
dengan koordinasi dari istana.
- Ukum: petugas kerajaan untuk urusan peraturan.
- Dumlaha: petugas istana untuk mengatur perayaan adat tradisi.
- Mirino: petugas kerajaan untuk mengumpulkan pajak.
- Sudasmoro: petugas kerajaan untuk mengubah beberapa kewajiban khusus terkait hal-hal
supranatural.
Pemerintah daerah
Kepala pemerintah daerah adalah Marinpnu sebagai kepala desa dan Ulison sebagai kepala
klan.

KERAJAAN FATAGAR
Pada tahun 1880-an adalah salah satu kerajaan yang paling penting dari Onin atau daerah Fak
Fak.Pada saat itu orang papua berhak pergi untuk tinggal di pulau Seram, di mana mereka juga
mempunyai keluarga disana. Kemudian nenek moyang dari raja Fatagar kembali dan dinobatkan
sebagai raja. Semua raja-raja yang berkuasa Fatagar dikenal sebagai raja yang cukup baik dan
bijaksana.Kini dia adalah politisi penting di kabupaten Fak Fak, yaitu Raja Said Arobi Uswanas
dari kerajaan Fatagar.
Sebagian besar kerajaan di sini diperintah oleh dinasti keturunan dari dinasti Rumbati, atau
dibuat secara lokal semi-kerajaan (kemudian independen) oleh Rumbati. Fatagar adalah salah
satu akar kerajaan dan dinasti turunan dari dinasti Rumbati.

KERAJAAN RUMBATI

Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah memerintah
sejak lama. Beliau dikenal karena keinginannya memperkenalkan dan membawa Islam
kepada orang-orang disekitarnya. Keberadaan dinasti raja ini adalah dinasti kedua yang
mana pernah memerintah di Patipi.
Raja pertama masih dalam pemerintahan di abad ke-20 bahkan, sempat diperintah olehnya
selama dua kali periode raja pada waktu itu, ketika dinasti kedua memerintah. Raja yang

memerintah kini adalah sebatas wilayah Raja Bupati, yaitu Raja Patipi ketika Raja Bupati,
Ahmad Iba dianggap sebagai penguasa ke-16 kerajaan Patipi.
Ketika saudara kandungnya Raja Usman Iba meninggal, ia menjadi bupati karena anak raja
mewariskannya sebagai penerus atau ahli waris (putra raja almarhum) disaat ia masih
mempelajari yaitu Raja Muda Atarai Iba. Hal ini tidak diketahui, ketika ahli waris tahta akan
dinobatkan sebagai raja baru. Bupati adalah pensiunan pegawai dari departemen perikanan
kabupaten Fak Fak.

KERAJAAN KOWIAI
Kerajaan-kerajaan yang terdapat di daerah Kowiai (Bomberai Selatan) adalah kerajaan
Kowiai, sering disebut juga dengan nama kerajaan Namatota, dengan pusat kekuasaan di
pulau Namatota dan kerajaan Aiduma dengan pusat kekuasaan di pulau Aiduma

KERAJAAN AIDUMA
Kerajaan adiduma di Indonesia diperkirakan kejayaannya blangsung antara abad ke-13
sampai dengan abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong olh maraknya
lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dr Jazirah Arab|Arab, India,
Persia, Tiongkok, dll. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi bdasarkan wilayah pusat
pemerintahannya, yaitu di Sumatera, Jawa, Maluku, & Sulawesi. Sejarah kerajaan islam di
Nusantara.

KERAJAAN KAIMANA
Kaimana pusat penyebaran Islam di Papua
Menurut Umar Sabuku, yang juga imam Masjid Nurul Falah, Kampung Bumi
Surmai (Bumsur), Distrik Kaimana, masuknya Islam pertama kali dibawa oleh
Imam Dzikir di Borombouw pada tahun 1405.
"Penyebaran agama Islam masuk melalui interaksi perdagangan dengan
pedagang dari luar Papua seperti dari Sumatera, Sulawesi, dan Maluku. Imam
Dzikir kemudian menetap di Pulau Adi dan mengajarkan Islam yang kemudian
diterima oleh keluarga kerajaan," urainya.

Pada tahun 1898, perkembangan Islam semakin membesar ketika Naro'E,


menggantikan Nduvin, ayahnya menjadi Raja Sran Kaimana V. Pada saat itu,
Naro'E menikah dengan anak kepala suku di Kaimana.
Menurut Umar, strategi ini untuk memperbesar kerajaan sekaligus untuk
bertahan dari pengaruh Belanda yang sudah mulai masuk ke wilayah Papua.
Dijelaskan Umar, perkembangan Islam di Kaimana banyak dipengaruhi oleh
budaya Islam Sumatera, khususnya Aceh dan Maluku (Ternate hingga Tidore di
Maluku Tengah). Alasannya karena seni budaya Islam yang berkembang di
Kaimana lebih banyak menggunakan rebana dan tifa.
"Selain itu, peninggalan Islam yang terbesar di daratan Papua adalah bahasa
Melayu (bahasa Indonesia) sehingga bahasa ini menjadi bahasa pemersatu
bahasa berbagai suku di Papua," jelas Umar.
Hal senada juga diungkapkan Muridan Widjojo, peneliti LIPI yang pernah
meneliti perkembangan Islam di Maluku dan Papua. Menurutnya, Islam di
Kaimana sudah ada sejak abad XVI-XVII, efek samping dari kegiatan
perdagangan, khususnya rempah-rempah di daerah ini.
Meski Islam sudah ada sejak abad XVI, menurut Muridan, tidak ada
perkembangan berarti hingga akhir parus pertama abad XX. Kerajaan yang ada
di Kaimana dan Fak-Fak bersifat longgar dan rajanya mendapat legitimasi dari
kerajaan yang lebih besar di daerah tersebut, yakni Kesultanan Tidore.
"Pada dasarnya yang disebut raja itu adalah makelar atau perantara sekaligus
pedagang (penjual dan pengumpul). Mereka mendapat gelar raja dari
Kesultanan Tidore, namun dengan imbal upeti,

Anda mungkin juga menyukai