NAMA KELOMPOK 2 :
1. WINDY Y. TASESEB
2. NOVI Y. ABINENO
3. RESTI M.K. THIUS
4. HEFER PANDIE
5. TAECORA NEONANE
6. ALFONS LEO
7. MUHAMMAD HUSEIN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
mempertahankan
nilai
gizi,
cita
rasa
dan
daya
tarik.
Proses
pemanasan kaleng yang dianggap aman adalah yang dapat menjamin bahan
makanan tersebut telah bebas dari karena bakteri tersebut menghasilkan
toksin yang mematikan dan paling tahan terhadap pemanasan.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
Tujuan
1.
2.
nabati
BAB II
PEMBAHASAN
parasit
yang
dapat
menyebabkan
penyakit
atau
pembusukan
(Winarno,1993).
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas
pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya
adalah aman, bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli
masyarakat.
A.Jenis-jenis teknik pengolahan dan pengawetan makanan
1.Pendinginan
Pendiginan
adalah
penyimpanan
bahan
pangan
di
atas
suhu
pangan dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12 sampai -24 0 C. Pembekuan
cepat (quick freezing) di lakukan pada suhu -24 sampai -40 0 C. Pendinginan
biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau
minggu tergantung pada macam bahan panganya, sedangkan pembekuan
dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau kadang
beberapa tahun. Perbedaan lain antara pendinginan dan pembekuan adalah
dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di dalam bahan
pangan. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat
membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan
dari penyimpanan dan di biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan
bakteri pembusuk kemudian berjalan cepat kembali. Pendinginan dan
pembekuan
masing-masing
juga
berbeda
pengaruhnya
terhadap
rasa,
tekstur, nilai gizi, dan sifat-sifat lainya. Beberapa bahan pangan menjadi
rusak pada suhu penyimpangan yang terlalu rendah.
2.Pengeringan
pengeringan
adalah
suatu
cara
untuk
mengeluarkan
atau
air
mikroorganisme
bahan
tersebut
tidak
dapat
di
kurangi
tumbuh
lagi
sampai
di
batas
dalamya.
sehingga
Keuntungan
pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi
lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan
pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan
transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih murah.
Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabila telah di
keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan biji-bijian. Penyedotan uap air
ini daoat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat berlangsung
dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut,
dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut.
Factor-faktor
yang
mempengaruhi
pengeringan
terutama
adalah
luas
permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan
waktu pengeringan.
3.Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan yang
berfungsi untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis,
perubahan kadar air. Teknologi pengemasan perkembangan sangat pesat
khususnya pengemas plstik yang dengan drastic mendesak peranan kayu,
karton, gelas dan metal sebagai bahan pembungkus primer.
Berbagai
jenis
bahan
pengepak
seperti
tetaprak,
tetabrik,
tetraking
merupakan jenis teknologi baru bagi berbagai jus serta produk cair yang
dapat dikemas dalam keadaan qaseptiis steril. Sterilisasi bahan kemasan
biasanya dilakukan dengan pemberian cairan atau uap hydrogen peroksida
dan sinar UV atau radiasi gama.
Jenis generasi baru bahan makanan pengemas ialah lembaran plstik
berpori yang disebut Sspore 2226, sejenis platik yang memilki lubang
lubang . Plastik ini sangat penting penngunaanya bila dibandingkan dengan
plastic yang lama yang harus dibuat lubang dahulu. Jenis plastic tersebut
dapat menggeser pengguanaan daun pisang dan kulit ketupat dalam proses
pembuatan ketupat dan sejenisnya.
4.Pengalengan
Namun, karena dalam pengalengan makanan digunakan sterilisasi
komersial (bukan sterilisasi mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau
mikroba lain (terutama yang bersifat tahan terhadap panas) yang dapat
merusak isi apabila kondisinya memungkinkan. Itulah sebabnya makanan
dalam kaleng harus disimpan pada kondisi yang sesuai, segera setelah
proses pengalengan selesai.
Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan
pangan yang dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan
benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara
komersial untuk membunuh semua mikroba patogen (penyebab penyakit) dan
pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan dapat
terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi,
atau perubahan cita rasa.
5.Penggunaan bahan kimia
Bahan
pengawet
dari
bahan
kimia
berfungsi
membantu
jenis
regenerasi
baru growth
substance sintesis
yang
melaporkan
bahwa
berat
dan
pembusukan buah leci dapat dikurangi bila buah buahan tersebut direndam
dalam larutan binomial hangat (0,05%, 520C ) selama 2 menit dan segera di
ikuti dengan pemanasan PVC (polivinil klorida ) dengan ketebalan 0,001 mm.
6.Pemanasan
penggunaan panas dan waktu dalam proses pemanasan bahan pangan
sangat berpengaruh pada bahan pangan. Beberapa jenis bahan pangan
seperti halnya susu dan kapri serta daging, sangat peka terhadap susu tinggi
karena dapat merusak warna maupun rasanya. Sebaliknya, komoditi lain
misalnya jagung dan kedelai dapat menerima panas yang hebat karena tanpa
banyak mengalami perubahan. Pada umumnya semakin tinggi jumlah panas
yang di berikan semakin banyak mikroba yang mati.
Pada proses pengalengan, pemanasan di tujukan untuk membunuh
seluruh mikroba yang mungkin dapat menyebabkan pembusukan makanan
dalam kaleng tersebut, selama penanganan dan penyimpanan. Pada proses
pasteurisasi, pemanasan di tujukan untuk memusnahkan sebagian besar
mikroba pembusuk, sedangkan sebagian besar mikroba yang tertinggal dan
masih hidup terus di hambat pertumbuhanya dengan penyimpanan pada suhu
rendah atau dengan cara lain misalnya dengan bahan pengawet. Proses
pengawetan dapat di kelompokan menjadi 3 yaitu: pasteurisasi, pemanasan
pada 1000C dan pemanasan di atas 1000 C.
7.Teknik fermentasi
.
fermentasi
bukan
hanya
berfungsi
sebagai
pengawet
sumber
pH
pangan
turun
di
bawah
5.0
sehingga
dapat
menghambat
pertumbuhan bakteri fekal yaitu sejenis bakteri yang jika dikonsumsi akan
menyebabkanakan muntah-muntah, diare, atau muntaber.
Bakteri laktat (lactobacillus) merupakan kelompok mikroba dengan habitat
dan lingkungan hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar ataupun laut),
tanah, lumpur, maupun batuan. tercatat delapan jenis bakteri laktat, antara
lain Lacobacillus acidophilus, L fermentum, L brevis,dll
Asam laktat yang dihasilkan bakteri dengan nilai pH (keasaman) 3,4-4
cukup untuk menghambat sejumlah bakteri perusak dan pembusuk bahan
makanan dan minuman. Namun, selama proses fermentasi sejumlah vitamin
juga di hasilnhkan khususnya B-12. Bakteri laktat juga menghasilkan
lactobacillin (laktobasilin), yaitu sejenis antibiotika serta senyawa lain yang
berkemampuan menontaktifkan reaksi kimia yang dihasilkan oleh bakteri
fekal di dalam tubuh manusia dan bahkan mematikannya , Senyawa lain dari
bakteri laktat adalah NI (not yet identified atau belum diketahui). NI bekerja
menghambat enzim 3-hidroksi 3-metil glutaril reduktase yang akan mengubah
NADH menjadi asam nevalonat dan NAD. Dengan demikian, rangkaian
senyawa lain yang akan membentuk kolesterol dan kanker akan terhambat.
8.Teknik Iradiasi
Iradiasi adalah
seperti pangan. Menurut Maha (1985), iradiasi adalah suatu teknik yang
digunakan untuk pemakaian energi radiasi secara sengaja dan terarah.
Sedangkan menurut Winarno et al. (1980), iradiasi adalah teknik penggunaan
energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan.
digunakan (Sofyan, 1984; Winarnoradiasi pengion adalah radiasi
partikel
Contoh
radiasi
pengion
yang
disebut
terakhir
ini
paling
pangan
menghasilkan
adalah
foton
radiasi
berenergi
elektromagnetik
tinggi
sehingga
yaitu
sanggup
radiasi
yang
menyebabkan
terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilaluinya. Jenis iradiasi ini
dinamakan radiasi pengion, contoh dan gelombang elektromagnetik et
al.,1980).
60
Co
137
kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai.
Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak
dapat diterima konsumen
Keamanan pangan iradiasi merupakan faktor terpenting yang harus
diselidiki sebelum menganjurkan penggunaan proses iradiasi secara luas.
Hal yang membahayakan bagi konsumen bila molekul tertentu terdapat
dalam jumlah banyak pada bahan pangan, berubah menjadi senyawa yang
toksik, mutagenik, ataupun karsinogenik sebagai akibat dari proses iradiasi.
sebagai
blanching,
berikut;
pengisian,
sortasi,
pencucian,
exhausting,
penutupan,
pengupasan,
processing
Pemotongan
atau
pengecilan
ukuran
dilakukan
dengan
untuk
sembarangan,
maka
akan
mengakibatkan
diskolorisasi,
yaitu
timbulnya warna yang gelap atau hilangnya warna asli maupun pemucatan
warna.
b. Proses blansir
Pemblansiran merupakan cara lain yang dapat digunakan untuk
membunuh mikroba patogen. Blansir adalah suatu cara perlakuan panas
pada bahan dengan cara pencelupan ke dalam air panas atau pemberian uap
panas pada suhu sekitar 82-93 derajat Celsius. Waktu blansir bervariasi
antara 1-11 menit tergantung dari macam bahan, ukuran, dan derajat
kematangan. Blansir merupakan pemanasan pendahuluan bahan pangan
f.
g.
mempermudah pengupasan
h.
i.
kontaminasi
mikroba
juga
dapat
dilakukan
dengan
penyimpanan bahan pangan dengan baik. Bahan baku segar seperti sayuran,
daging, susu sebaiknya disimpan dalam lemari pendingin. Proses pemasakan
juga dapat membunuh mikroba yang bersifat patogen.
Proses blansir dapat dilakukan dengan cara mencelup potonganpotongan buah dalam air mendidih selama 510 menit. Lama pencelupan
tergantung jenis dan banyak sedikitnya buah yang akan diolah. Secara
umum, proses blansir perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a.
Proses blansir harus dilakukan sesuai dengan suhu dan waktu blansir
yang telah ditetapkan
b.
c.
Air yang digunakan untuk proses blansir harus diganti secara rutin
Suhu akhir produk setelah blansir harus sudah mencapai suhu yang telah
ditetapkan; dan
d.
Proses pengisian
a.
Pembuatan medium
Medium yang dipergunakan untuk pengalengan ini ada 2 macam, yaitu
medium larutan gula yang dipergunakan untuk pengalengan buah dan cincau.
Medium yang dipergunakan untuk untuk sop sayur adalah kuah sop yang
telah
dimasak
dengan
rempah-rempah.
Medium digunakan dapat berupa sirop, larutan garam, kaldu atau saus
tergantung
produk
yang
akan
dikalengkan.
Penambahan
medium
ini
c.
Proses exhausting
Kaleng yang telah diisi dengan buah (dan sirop) kemudian dilakukan
proses exhausting. Tujuanexhausting adalah untuk menghilangkan sebagian
besar udara dan gas-gas lain dari dalam kaleng sesaat sebelum dilakukan
penutupan kaleng. Exhausting penting dilakukan untuk memberikan kondisi
vakum pada kaleng setelah penutupan, sehingga
(i) mengurangi kemungkinan terjadinya kebocoran kaleng karena
tekanan dalam kaleng yang terlalu tinggi (terutama pada saat pemanasan
dalam retort), sebagai akibat pengembangan produk, dan
(ii) mengurangi kemungkinan terjadinya proses pengkaratan kaleng
dan reaksi-reaksi oksidasi lainnya yang akan menurunkan mutu.
Tingkat kevakuman kaleng setelah ditutup juga dipengaruhi oleh perlakuan
blansir, karena blansir membantu mengeluarkan udara/gas dari dalam
jaringan. Exhausting dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
dengan cara:
(i) melakukan pengisian produk ke dalam kaleng pada saat produk
masih dalam kondisi panas,
(ii) memanaskan kaleng beserta isinya dengan tutup kaleng masih
terbuka, atau
(iii) secara mekanik dilakukan penyedotan udara dengan sistem
vakum.
Suhu dalam ruang exhausting adalah 80 90oC dan proses berlangsung
selama 8-10 menit. Suhu produk ketika keluar dari exhauster adalah sekitar
d. Proses sterilisasi
Setelah proses penutupan kaleng selesai, maka kaleng dimasukkan ke
dalam
keranjang
yang
dipersiapkan
untuk
proses
sterilisasi.
Proses
merupakan
proses
untuk
mematikan
mikroba.
Pada
perinsipnya ada dua jenis sterilisasi yaitu sterilisasi total dan sterilisasi
komersial.
Sterilisasi
komersial
yang
ditetapkan
di
industri
pangan
merupakan proses thermal. Karena digunakan uap air panas atau air
digunakan sebagai media pengantar panas, sterilisasi ini termasuk kedalam
1,05
bar.
Pada
suhu
dan
tekanan
tersebut
maka
semua
kondisi
produk
pangan
yang
disterilisasikan
(nilai
pH,
jumlah
jenis dan ketahanan panas mikroorganisme yang ada dalam bahan pangan.
karakteristik pindah panas pada bahan pangan dan wadah (kaleng).
Medium pemanas.
e.
e.Proses pendinginan
Pendinginan
perbedaan
tekanan
pasca
yang
sterilisasi
cukup
menjadi
besar
penting
yang
dapat
karena
timbul
menyebabkan
rekontaminasi dari air pendingin ke dalam produk. Untuk itu perlu dipastikan
bahwa air pendingin yang digunakan memenuhi persyaratan mikrobiologis.
Untuk industri besar, proses pendinginan biasanya dilakukan secara otomatis
di dalam retort, yaitu sesaat setelah katup uap dimatikan maka segera
dibuka katup air dingin. Untuk ukuran kaleng yang besar, maka tekanan
udara
dalam
retort
perlu
dikendalikan
sehingga
tidak
menyebabkan
bagian
atas
retort.
Pemasukan
air
mula-mula
dilakukan
secara
capai 38-42C. Aliran air pendingin kemudian dihentikan dan air dikeluarkan.
Tutup retort dibuka dan keranjang diangkat dari retort.
f. Pengeringan
Setelah kaleng dikeluarkan dari retort, maka kaleng dikeringkan dan
dibersihkan, untuk mencegah korosi atau pengkaratan pada sambungan
kaleng. Pengeringan dan pembersihan kaleng ini perlu dilakukan untuk
mencegah rekontaminasi (debu atau mikroba) yang lebih mudah menempel
pada kaleng yang basah.
g. Penyimpanan
Setelah itu disimpan dalam suhu ruang untuk mengetahui daya simpan
dan efektifitas sterilisasi. Pengamatan dilakukan selama 1 minggu dan
kaleng disimpan pada suhu 40-50oC. Jika dalam 1 minggu tersebut ada
kaleng yang menggembung, maka proses sterilisasi tidak berjalan dengan
baik dan hal ini ditandai dengan masih adanya aktivitas mikroorganisme.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa sebagian besar
produk masih dalam keadaan baik setelah disimpan selama 1 minggu.
Meskipun keseluruhan proses pengalengan bisa dikatakan aseptis, namun
tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya kerusakan, baik karena
berlalunya masa simpan (kadaluwarsa) ataupun karena kurang sempurnanya
proses
pengalengan.
Ada
beberapa
faktor
yang
dapat
menyebabkan
Suhu dan waktu pemanasan yang tidak memadai selama sterilisasi dapat
tumbuhnyaClostridium
mengakibatkan
botulinum. Clostridium
Olahan ikan yang satu ini memang kerap kali dijadikan solusi bagi
sebagian orang yang malas memasak ikan segar. Selain, rasanya yang enak
dan gurih kemudahan pengolahan yang ditawarkan membuat sarden semakin
akrab saja di kalangan masyarakat. Pengalengan ikan adalah salah satu
teknik pengolahan dengan cara memanaskan ikan dalam wadah kaleng yang
ditutup rapat untuk menonaktifkan enzim, membunuh mikroorganisme, dan
mengubah ikan dalam bentuk mentah menjadi produk yang siap disajikan
tetapi memiliki kandungan nilai gizi yang sedikit menurun karena proses
denaturasi protein akibat proses pemanasan bila dibandingkan dengan ikan
segar, namun lebih tinggi bila dibandingkan sumber protein nabati seperti
tahu dan tempe.
Metode
pengawetan
Nicholas Appert,
seorang
dengan
ilmuwan
cara
pengalengan
Prancis.
ditemukan
Pengalengan
oleh
makanan
(hermetic)
dalam
suatu
wadah,
baik
kaleng,
gelas,
atau
alumunium.
Pada pengawetan pangan, secara teknis ada beberapa cara yang
menggunakan prinsip mikrobiologis yaitu mengurangi jumlah seminimal
mungkin
mikroorganisme
pembusuk,
mengurangi
kontaminasi
dengan
cara
pemanasan
dan
radiasi.
Pemusnahan
denaturasi
protein,
serta
menonaktifkan
enzim
yang
langsung oleh
2.
pabrik
akan
langsung
diproses.
Tahapan
pertama
disebut
dengan
4.
yang sudah terisi ikan masuk kedalam exhaust box yang panjangnya +12 m,
di dalam exhaust box ikan dimasak dengan menggunakan uap panas yang
dihasilkan oleh boiler. Suhu yang digunakan + 800C, proses pree cooking ini
5.
Penghampaan
(Exhausting). Penghampaan
dilakukan
dengan
menambahkan medium pengalengan berupa saos cabai atau saos tomat dan
minyak sayur (vegetable oil). Suhu saos dan minyak sayur yang digunakan
adalah
+80
menggunakan
0C.
Pengisian
filler.
Pada
saos
dilakukan
prinsipnya
proses
secara
mekanis
penghampaan
dengan
ini
dapat
6.
Penutupan
Wadah
Kaleng
(Seaming). Penutupan
wadah
kaleng
besar
dioperasikan
dengan
kecepatan
200
kaleng
permenit
adalah tutup kaleng yang sudah terlebih dahulu diberi kode tanggal
kedaluwarsa diruang jet print.
untuk
kaleng
besar.
Sterilisasi
dilakukan
dengan
memasukkan
dan
Pengepakan. Ikan
kalengan
yang
sudah
pengistirahatan(Rested
area)
untuk
menunggu
giliran
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pangan secara umum bersifat mudah rusak ( perishable), karena kadar air
yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan
pangan itu sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin
besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis
internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak.
untuk mengawetkan makanan dapat dilakukan dengan beberapa teknik baik
yang menggunakan teknologi tinggi maupun teknologi sederhana. Caranya
pun beragam dengan berbagai tingkat kesulitan. Namun inti dari pengawetan
makanan
adalah
suatu
upaya
untuk
menahahn
laju
pertumbuham
pendinginan
2.
pengeringan
3.
pengalengan
4.
pengemasan
5.