Anda di halaman 1dari 31

Uji BST

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan dalam bidang farmasi saat ini berpengaruh
terhadap

pengujian

yang

dilakukan.

Sekali

pengujian

dapat

memberikan manfaat dan hasil yang banyak sehingga tidak lagi


menggunakan banyak waktu untuk melakukan pengujian berulangulang. Sepertinya halnya pengujian tentang kandungan kimia dari
suatu bahan alam, selain yang didapatkan zat yang berkhasiat kita
juga dapat menentukan efek toksisitas dari suatu senyawa.
metode kimiawi atau fisika merupakan metode yang digunakan
untuk mengukur aktifitas kebanyakan obat atau bahan alam secara
cepat dan teliti dengan menggunakan alat modern, misalnya dengan
spektrofotometer ultraviolet/infrared, dan polarograf. Untuk obat yang
struktur kimianya belum diketahui dan untuk sediaan tak murni atau
campuran dari beberapa zat aktif, metode ini tidak dapat dilakukan.
Obat-obat ini diukur dengan metode biologis, yaitu dengan bio-assay,
dimana aktifitas ditentukan oleh organisme hidup (hewan, kuman)
dengan membandingkan efek obat tersebut dengan efek suatu
standar internasional.

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
Dengan menggunakan atau melihat kematian dari hewan
percobaan sebagai suatu respon dari pengaruh suatu senyawa yang
diuji inilah yang merupakan uji toksisitas. Angka kematian hewan
percobaan tersebut dihitung sebagai Median lethal

concenration.

Brine shrimp lethality test dalah uji pendahuluan suatu senyawa


yang memiliki keuntungan dimana hasil yang diperoleh lebih cepat
(24 jam), tidak mahal, mudah pengerjaannya dari pengujian lanilla.
Efek toksik dapat diketahui atau diukur dari kematian larva karena
pengaruh bahan uji
Hal diatas yang melatar belakangi dilakukannya uji toksisitas
dimana ini sangat penting untuk mengetahui dan melihat efek
toksisitas yang paling efektif dari sampel yang digunakan.
I.2 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara
pengujian BST ( Brine Shrimp Lethality Test ) pada Larva Udang
(Artemia salina Leach).
I.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk melihat toksisiitas
berdasarkan konsentrasi efektif yang bersifat letal pada larva udang
( Artemia salina Leach ).
I.4 Prinsip Percobaan

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
Penentuan toksisiitas berdasarkan konsentrasi efektif pada
ekstrak etanol

yang ditandai dengan adanya kematian pada larva

udang (Artemia salina ) selama 1 x 24 jam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
telah terbukti memiliki korelasi dengan daya sitotoksis senyawa anti
kanker. Selain itu, metode ini juga mudah dikerjakan, murah, cepat
dan cukup akurat Lebih dari itu uji larva udangini juga digunakan untuk
praskrining

terhadap

senyawa-senyawa

yang

diduga

berkhasiatsebagai antitumor. Dengan kata lain, uji ini mempunyai


korelasi

yang

positif

denganpotensinya

sebagai

antikanker

(Anderson, 1991).
Artemia salina Leach merupakan komponen dari invertebrata
dari fauna pada ekosistemperairan laut. Udang renik ini mempunyai
peranan yang penting dalam aliran energi danrantai makanan.
Spesies invertebrata ini umumnya digunakan sebagai organisme
sentinelsejati berdasarkan pada penyebaran, fasilitas sampling, dan
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
luasnya karakteristik ekologidan sensifitasnya terhadap bahan kimia
(Calleja M.C, Persoone G, 1992)
Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya
keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Paracelsus
pada tahun 1564 telah meletakkan dasar penilaian toksikologis
dengan mengatakan, bahwa dosis menetukan apakah suatu zat kimia
adalah racun (dosis sola facit venenum). Sekarang dikenal banyak
faktor yang menentukan apakah

suatu zat kimia bersifat racun,

namun dosis tetap merupakan faktor utama yang terpenting. Untuk


setiap zat kimia, termasuk air, dapat ditentukan dosis kecil yang tidak
berefek sama sekali, atau suatu dosis besar sekali yang dapat
menimbulkan keracunan dan kematian. Untuk zat kimia dengan efek
terapi,

maka

dosis

yang

adekuat

dapat

menimbulkan

efek

farmakoterapeutik. (Ganiswara, 1995)


Kebanyakan obat dapat diukur aktivitasnya secara cepat dan
teliti dengan metode kimiawi atau fisika, dengan mnggunakan alat
modern, misalnya dengan spektrofotometer ultraviolet/infrared. Dan
polarograf. (Tjay, 2002).
Untuk obat yang struktur kimianya belum diketahui dan untuk
sediaan tak murni atau campuran dari beberapa zat aktif, metode ini
tidak dapat dilakukan. Obat-obat ini diukur dengan metode biologis,
yaitu dengan bio-assay, dimana aktivitas ditentukan oleh organisme
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
hidup (hewan, kuman) dengan membandingkan efek obat tersebut
dengan efek suatu standar internasional. (Tjay, 2002)
Bio-assay dan penggunaan satuan biologis umumnya
ditinggalkan segera setelah terwujud suatu metode fisiko-kimiawi;
selanjutnya kadar dinyatakan dalam gram atau mg. Cara inilah yang
dilakukan pada tubokurarin (1955), kloramfenikol (1956) dan penisilin
(1960). Obat-obatan yang dewasa ini masih distandarisasi secara
biologis adalah ACTH, antibiotika polimiksin dan basitrasin, vitamin A,
faktor pembeku darah, sediaan antigen dan antibodi, digitalis, pirogen
dan insulin (meskipun struktur kimia dan pemurniannya sudah
dikenal). (Tjay, 2002)
Toksikologi merupakan ilmu yang lebih tua dari Farmakologi.
Disiplin ini mempelajari sifat-sifat racun zat kimia terhadap makhluk
hidup dan lingkungan. Sedikitnya 50.000 zat kimia kini digunakan oleh
manusia dan karena tidak dapat dihindarkan, maka kita harus sadar
tentang bahayanya. (Ganiswara, 1995)
Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan
dan kebahayaan zat yang diuji. Adapun sumber zat toksik berasal dari
alam maupun bahan sintetik ( Anonim).
Ada

beberapa

kemungkinan

untuk

menggolongkan

toksikologi diantaranya : (Mustchler, 1991)

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
1. Efek

toksis

akut,

yang

langsung

berhubungan

dengan

pengambilan zat toksik.


2. Efek toksik kronik, yang pada umumnya zat dalam jumlah sedikit
diterima tubuh dalam jangka waktu yang lama sehingga akan
terakumulasi mencapai konsentrasi toksik dan dengan demikian
menyebabkan terjadinya gejala keracunan.
Efek toksik yang terjadi Sangat bervariasi dalam sifat, organ
sasaran maupun mekanisme kejanya.efek toksik dapat bersifat
( Anonim) :
1. Lokal ; yaitu hanya terjadi pada tempat bahan toksik besentuhan
dengan tubuh, misalnya pada saluran pencernaan, iritasi gas,
atau uap saluan nafas
2. Sistemik ; terjadi hanya setelah toksikan tersekap dan tersebar
kebagian

tubuh

yang

lain.

Umumnya

toksikan

hanya

mempengaruhi satu atau baberapa organ saja.


3. Reversible ; bila efek yang ditimbulkan dapat hilang dengan
sendirinya atau dapat hilang beberapa waktu setelah pemaparan
toksikan tertentu.
4. Irreversible ; yaitu efek yang menetap atau justru bertambah
parah setelah pemaparan toksikan berhenti.
Kanker berasal dari bahasa Yunani yaitu kartunus :
kepiting, artinya pembentukan jaringan baru yang abnormal dan
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
bersifat ganas, suatu kelompok sel dengan mendadak menjadi liar
dan

memperbanyak

diri

secara

pesat

dan

terus-menerus

(Ganiswarna, 1995).
Adapun sifat Umum Kanker yaitu (Ganiswarna, 1995: 565 )
1. Pertumbuhan berlebihan umumnya berbentuk tumor
2. Gangguan deferensiasi dari sel dan jaringan sehingga mirip
jaringan mudigah
3. Bersifat invasif,mampu tumbuh dijaringan sekitar
4. Bersifat metastatik,menyebar ke tempat lain
5. Memiliki hereditas bawaan,turunan sel kanker juga dapat
menyebabkan kanker
6. Adanya pergeseran metabolisme
Belakangan ini telah banyak pengujian tentang toksisitas
yang dikembangkan untuk pencarian produk alam potensial sebagai
bahan antineoplastik, metode pengujian tersebut antara lain simple
brench-top bioassay (terdiri dari brine shrimp lethality test, lemna
minor bioassay dan grown-gall potato disc bioassay) dan pengujian
pada sel telur bulu babi ( Mclaughlin, 1991) .
1. Dengan berdasarkan pemikiran bahwa efek farmakologi adaolah
toksikologi sederhanan pada dosis yang rendah dan sebagian
besar

senyawa

antitumor.

Senyawa

yang

mempunyai

kemampuan membunuih sel kanker dalam dalam kultur sel .


Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
pengujian ini adalah pengujian letalitas yang sederhana dan
tidak spesifik untuk aktufitas tumor, tetapi merupakan andikator
toksisitas yang baik dan menunjukan korelasi yang kuat dengan
pengujian anti tumor lainnya seperti uji sitotoksitas dan uji
leukemia tikus. Karena kesederhanaan prosedur pengerjaan,
biaya yang rendah serta kolerasinya terhadap pengujian
toksisitas dan pengujian antitumor menjadikan brine

shrimp

lethality test sebagai uji hayati pendahuluan untuk aktifitas anti


tumor yang sesuai dan dapat dilakukan secara rutin.
2. Lemmna minor bioassay terutama digunakan sebagai uji
pendahuluan terhadap bahan yang dapat menghambat dan
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan pengujian ini
dapat diamati bahwa senyawa anti tumor alami juga dapat
menghambat

pertumbuhan

lemmna, walaupun

kolerasinya

dengan pengujian anti tumor lanilla kurang baik. Oleh karena itu,
pengujian ini lebih diarahkan untuk mencari herbisida dan
stimulan pertumbuhan tanaman baru.
3. Grown-gall potato bioassay merupakan metode pengujian
toksisitas yang relatif cepat pengerjaannya, tidak mal, tidak
memerlukan hewan percobaan serta menunjukan korelasi yang
Sangay baik dengan uji antitumor lanilla. Disebabkan bakteri
gram negatif agrobakterium tumefaciens yang selanjutnya
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
menyebabkan pertumbuhan jeringan tumor secara otonom dan
tidak dipengerahui oleh mekanisme control normal tumbuhan.
Pengujian dilakukan tumor grwon-gall pada urbi kentang yang
infeksikan dengan bakteri agrobakterim tumefaciens.
Suatu metode yang menggunakan udang laut artemia
salina leach diajukan sebagai suatu bioassay sederhana untuk
penelitian produk alamiah hdala brine shrimp lethality test
metode ini mangunakan hewan uji artemia salina leach yang
merupakan udang-udangan primitif sederhana dan efektif dalam
ilmu biologi dan toksikologi. Prosedur penentuan LC50 dalam
mg/ml dari ekstrak dilakukan dalam mdium air asin. Besarnya
aktifitas adari ekstrak ditjukan sebagai toksisitas terhadap larva
udang ( Anonim, 2006).
Brine shrimp lethality test dalah uji pendahuluan suatu
senyawa yang memiliki keuntungan yaitu hasil yang diperoleh
lebih cepat (24 jam), tidak mahal, mudah pengerjaannya dari
pengujian lainnya karena tidak membutuhkan peralatan dan
latihan khusus/ sampel yang digunakan relatif sedikit. Efek toksik
dapat diketahui atau diukur dari kematian larva karena pengaruh
bahan uji ( Anonim,2006).
Pengertian tentang LC50 adalah konsentrasi dari statu
senyawa kimia diudara atau dalam air yang dapat menyebabkan
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
50% kematian pada statu populasi hewan uji atau makhluk hidup
tertentu. Sedengkan LD50 adalah dosis dari statu senyawa kimia
yang dapat menyebabkan 50% kematian hewan uji yang diberikan
pada setiap individu yang telah ditentukan atau yang lebih tepat
dalah dosis tunggal yang diperoleh secara statistik dari suatu
bahan yang dapat menyebabkan 50% kematian hewan uji
(Mayer , 1982)
Penggunaan
ketoksikan

dengan

LC50

dimaksudkan

perlakuan

terhadap

untuk
hewan

pengujian
uji

secara

berkelompok yaitu pada saat hewan uji dipaparkan suatu bahan


kimia melaluui udara maka hewan uji tersebut akan menghirupnya
atau percobaan toksisitas dengan media air. Sedangkan LD 50
digunakan untuk menguji ketoksikan suatu bahan nimia dengan
rute pemberian secara oral atau intraperitonial pada hewan uji
(Mayer , 1982).
Nilai LC50 dapat digunakan untuk menentukan tingkat efek
toksik suatu senyawa sehingga dapat juga untuk mempediksi
potensinya sebagai anti kanker ( Anonim,2005).
II.1 Uraian Bahan
Etanol (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi

: AETHANOLUM

Nama Lain

: Etanol, etil alkohol

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
Rumus molekul : CH5OH
Pemerian

: Cairan tidak berwarna, jernih, dan mudah


menguap, bau khas, rasa panas mudah terbakar
dan memberikan nyala biru.

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air, dan eter serta


dalam kloroform.

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari

Kegunaan

: Sebagai Pelarut

II.3 Uraian Hewan coba


1. Klasifikasi Hewan Coba
http://en.wikipedia.org/wiki/Scientific_classification

2.

Kingdom

Animalia

Phylum

Artrophoda

Sub Phylum

Crutaceae

Kelas

Bronchociopoda

Ordo

Anostrata

Famili

Artemidae

Genus

Artemia

Spesies

Artemia salina Leach.

Morfologi (Mudjiman, 1988)


Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
Istilah untuk telur artemia yang benar adalah siste yaitu telur
yang telah berkembang lebih lanjut menjadi embrio dan kemudian
diselubungi oleh

cangkang yang kuat dan tebal. Cangkang ini

berguna untuk melindungi terhadap pengaruh terhadap, benturan


keras, sinar ultraviolet dan mempermudah pengapungan.
Cangkang telur artemia secara garis besar dibagi dua yaitu
korion yang bagian

luar

dan kutikula emnbrionik yang dibagian

dalam. Diantara dua lapisan tersebut terdapat lapisan ketiga yang


dinamakan selaput kutikuler luar.
Korion sendiri yang tebalnya 6 8 mikrometer, masih dibagi
lagi menjadi dua bagian yaitu lapisan paling luar yang namakan
lapisan peripheral (terdiri dari selaput luar dan lapisan kortial) dan
lapisan alveolar yang berada dibawahnya. Selaput kurtikuler yang
tebalnya 0,5 mikrometer, merupakan selaput biologis yang tersusun
tiga.
Kutikula embrionim yang tebalnya 1,8 2,2

mikrometer,

dibagi menjadi dua bagian lagi, yaitu lapisan fibrosa di bagian atas
dan selaput kurtikuler dalam dibawahnya. Selaput ini nantinya
merupakan selaput penetasan yang memmbungkus embrio.
Bagian luar korion banyak mengandung hematin (derivat
haemoglobin) yaitu sejenis lpopretein. Karena hematin itulah makan

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
telurnya jadi berwarna coklat. Ini penting untuk melindungi embrio
dari pengaruh buruk sinar ultraviolet.
Diameter sebutir telur Artemia berkisar berkisar antara 200350 mikrometer (0,2 0,3 mm), sedangkan berat keringnya sekitar 3,
65 mikrogram, yang terdiri dari 2,9

mikrogram embrio dan 0,75

mikrogram cangkangnya.
3.

Uraian tentang larva (Mudjiman, 1988)


Telur-telur Artemia yang kering direndam dalam ir laut
bersuhu 25o C, akan menetes dalam waktu 24 36 jam. Dari dalam
cangkangnya keluarlah larva yang dikenal dengan istilah nauplis.
Dalam perkembangan selanjutnya, larva akan mengalami 15 kali
perubahan bentuk merupakan satu tingkatan. Larva tingkat I
dinamakan instar I, tingkat II instar II, tingkat III instar III, demikian
seterusnya sampai instar XV, setelah itu berubalah menjadi Artemia
dewasa.
Larva yang baru saja menetas masih dalam tingkatan instar
I, bentuknya bulat lonjong dengan panjang sekitar 400 mikron (0,04
mm) dan beratnya 15 mikrogram. Warna kemerah-merahan karena
masih banyak mengandung makanan cadangan.
Anggota badannya terdiri dari sepasang sungut kecil
(antenula atau antenna I) dan sepasang sungut besar (antenula atau
antenna II) dibagian dan seterusnya.
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
Anggota badannya trdiri dari sungut kecil (antenula atau
anntenna I) dan sepasang sungut besar (antenna II), dibagian depan
diantara ke dua sungut kecil terdapat bintik merah yang tidak lain
adalah mata naupilisnya (oselus). Dibelakang sungut besar terdapat
mandibula (rahang) dan rudimeter kecil. Sedangkan pada bagian
perut (ventral) sebelah depan terdapat labrum.
Pada pangkal sungut besar (antena II) terdapat bangun
seperti duri yang menghadap ke belakang

(gnotobasen seta)

bangunan ini merupakan ciri khusus untuk membedakan burayak


instar I, instar II dan instar III. Pada banyak instar I (baru menetes)
gnotobasen setannya masih belum berbuluh dan juga belum
bercabang.
Sekitar 24 jam setelah menetas, burayak akan berubah
menjadi instar II. Lebih lama lagi akan berubah menjadi instar III.
Pada tingkatan instar II, gnotobesan setanya sudah berbulu tapi
masih belum bercabang. Sedangkan pada instar II, selain berbulu
gnotobasen seta tersebut sudah bercabang dua.
Pada tingkatan instar II, burayak mulai mempunyai mulut,
saluran pencernaan dan dubur. Oleh karena itu mereka mulai
mencari makan, bersamaan dengan itu cadangan makanannya
juga sudah mulai habis. Pengumpulan makannya dengan cara
menggerak-gerakannya antena II-nya. Selain untuk mengumpulkan
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
makanan antena II jua berfungsi untuk bergerak. Tubuh instar II
dan instar II sudah lebih panjang dari instar I.
Pada tingkatan selanjutnya, disebelah kanan dan kiri
mata nauplius mulai terbentuk sepasang mata majemuk. Mula-mula
masih bertangkjai. Kemudian secara berangsur-angsur berubah
menjadi bertangkai. Selain itu, dibagian samping badannya (kanan
dan kiri) juga berangsur-angsur tumbuh tunas kainya (torakopoda).
Mula-mula tumbuh dibagian depan kemudian berturut-turut oleh
bagian-bagian yang lebih ke belakang. Setelah menjadi instar XV,
kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang, maka berakhirlah
masa burayak dan berubah menjadi Artemia dewasa.
Artemia dewasa bentuknya telah sempurna, dengan
ukuran panjang 1 cm dan beratnya 10 mg. Artemia dewasa dapat
hidup selama beberapa bulan (sampai 6 bulan) . sementara itu
setiap 4 5 hari sekali mereka dapat beranak (pada lingkungan
yang baik) atau bertelur (pada lingkungan yang baik) sebanyak 50
300 ekor atau butir. Anak artemia (nauplisus) sudah menjadi
dewasa dalam waktu 14 hari. Jadi pada keadaan lingkungan yang
baik Artemia akan memperbanyak

diri secara cepat dengan

melahirkan anak. Apabila keadaan berubah menjadi buruk, mereka


segera memproduksi telur, yang nantinya mampu bertahan selama
keadaan buruk tersebut berlangsung. Sedangkan Artemia dewasa
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
akan segera mati. Apabila keadaan buruk telah berlalu telur-telur
Artemia akan menetas.

BAB III
METODE KERJA

III.1. Alat Yang Digunakan


Alat

yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain

aerator, batang pengaduk, corong, gelas kimia, gelas ukur, karet


gelang, lampu, mikropipet, pipet tetes, penangas air, sak plastik,
spoit, statif, timbangan digital,toples,dan vial.

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
III.2.Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan antara lain air laut, air suling
aluminium foil, ekstrak beruwas laut, etanol, larva udang.
III.3. Hewan Coba
Hewan Coba yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
larva udang (Artemia salina Leach).
III.4. Cara Kerja
III.4.1. Pemilihan dan Pemeliharaan Hewan Coba
Penyiapan larva udang (Artemia salina Leach) :
a. Disiapkan 50 mg telur udang (Artemia salina leach)
b. Dimasukkan dalam toples yang telah berisi 250 mL air
laut
c. Kemudian diletakkan di bawah cahaya lampu yang telah
dilengkapi dengan aerator pada suhu 25 oC
d. Setelah didiamkan selama 24 jam sambil terus diamati,
telur udang tersebut akan menetas dan menjadi larva
e. Larva yang telah berumur 48 jam, digunakan sebagai
hewan uji aktivitas ketoksikan.
III.4.2. Penyiapan Bahan
Pembuatan Ekstrak Beruwas Laut
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
b. Ditimbang 800 gram beruas laut kemudian dimaserasi
dengan 2,5 L

etanol buat ekstrak beruwas laut hingga

didapatkan konsentrasi 10 mg/ml.


III.4.3. Perlakuan Hewan Coba
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dimasukkan dalam vial ekstrak beruwas laut dengan
menggunakan mikropipet dengan konsentrasi berbedabeda 1 g/ml, 10 g/ml, 100 g/ml, dan 1000 g/ml.
Kemudian dicukupkan dengan 5 ml air laut.
c. Dimasukkan 10 ekor larva udang (Artemia salina Leach)
d. Dicukupkan 10 ml air laut
e. Diinkubasi selama 1x24 jam
f. Diamati kematian larva udang dan dihitung Lc50.
g. Untuk tiap sampel dilakukan pengulangan sebanyak 3x
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
IV.1 Data Pengamatan
Konsentras
i
1 g/ml

Jumlah
vial
1
2
3

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Jumlah
kematian
3
3
1

Total

% kematian

23,33%

Dewi

Uji BST
1
2
3
1
2
3
1
2
3

10 g/ml

100 g/ml

1000 g/ml

5
6
6
7
8
7
9
10
9

17

56,67%

22

73,33%

28

93,33%

x2

y2

x.y

4,29

18,40

5,18

26,83

5,18

5,62

31,59

11,24

6,48

42

19,44

17,28

14

100,42

35,86

y=a+bx

x . xy

2
x
2
n ( x )
( x 2 . y )
a=

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
6 2
3 ( 14 )
( 14 17,28 )(6 35,86)

241,92215,16
4236

26,76
6
4,46

x y

x 2
n ( x 2 )
n ( xy )
b=
6

3 ( 14 )
3 ( 35,86 ) (6 17,28)

107,58103,68
4236

3,9
6

0,65

Untuk Lc50

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
x=Lc 50
y= probit
y=a+bx

x=

ya
b

54,46
0,65

0,83

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
L c50=anti log x
anti log 0,83
6,76

g
ml

n.w

30

5,11

0,634

19,02

30

5,76

0,503

15,09

30

6,41

0,302

9,06

Jumlah

43,17

1
b

1
0,65

1,53

SE log Lc 50=

n. w

1,53
43,17

1,53
26,57

0,233

SE Lc 50=Lc 50 2,303 SE log Lc50


6,76 2,303 0,233
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
3,63

g
ml

BAB V
PEMBAHASAN
uji permulaan untuk mengetahui aktivitas dari suatu zat atau
senyawa yang terkandung dalam suatu ekstrak atau suatu isolat murni
merupakan metode pengujian BST dengan menggunakan Artemia salina
yang dianggap memiliki korelasi dengan daya sitotoksik senyawasenyawa antikanker, sehingga sering dilakukan untuk skrining awal
pencarian senyawa antikanker. Metode ini dikenal sebagai metode yang
cepat, mudah, merah, dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
Artemia salina merupakan kelompok udang-udangan dari phylum
Arthopoda. Mereka berkerabat dekat dengan zooplankton lain seperti
copepode dan daphnia (kutu air). Artemia hidup di danau-danau garam
(berair asin) yang ada di seluruh dunia. Udang ini toleran terhadap selang
salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris tawar hingga jenuh garam.
Secara alamiah salinitas danau dimana mereka hidup sangat bervariasi,
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
tergantung pada jumlah hujan dan penguapan yang terjadi. Apabila kadar
garam kurang dari 6 % telur artemia akan tenggelam sehingga telur tidak
bisa menetas, hal ini biasanya terjadi apabila air tawar banyak masuk
kedalam danau dimusim penghujan. Sedangkan apabila kadar garam
lebih dari 25% telur akan tetap berada dalam kondisi tersuspensi,
sehingga dapat menetas dengan normal.
Dalam pengujian toksisitas ini digunakan metode BST karena
memiliki keuntungan yaitu hasil yang diperoleh lebih cepat (25 jam), tidak
mahal, mudah pengerjaannya dari metode-metode yang lainnya karena
tidak membutuhkan peralatan dan latihan khusus. Sampel yang
digunakan pun relatif sedikit. Dimana efek toksik dapat diketahui atau
dapat diukur dari kematian larva karena pengaruh bahan uji.
Pada percobaan ini digunakan botol vial yang berisi Ekstrak etanol
beruwas laut dengan konsentrasi 1 g/ml, 10 g/ml, 100 g/ml, dan 1000
g/ml. Kemudian dicukupkan dengan 5 ml air laut.
Pada penetasan telur larva digunakan Aerator dimaksudkan untuk
membantu proses penetasan larva udang.
Digunakan Larva udang sebagai sampel karena dianalogikan larva
udang (Artemia salina) memiliki pembelahan sel yang sama dengan
pembelahan sel kanker.
Pelarut yang digunakan untuk ekstrak yaitu etanol sebab etanol
bersifat semipolar dimana dengan kesemi polaran yang dimilikinya
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
tersebut dapat melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat polar maupun
nonpolar.
Pengujian dilakukan pada hewan uji Larva Udang (Artemia salina)
setelah berumur 48 jam, karena pada umur tersebut larva udang
mengalami pertumbuhan yang cepat sehingga diasumsikan sebagai
pertumbuhan sel yang abnormal.
Pada percobaan ini dilakukan pula replikasi sebanyak 3 kali
replikasi dengan maksud untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat atau
meyakinkan dan tetap ekonomis, walaupun sebenarnya replikasi tersebut
dapat dilakukan lebih dari 3 kali.

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST

BAB VI
PENUTUP
VI.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat di simpulkan bahwa :

Nilai Lc50 =

6,76

g
ml

g
ml

3,63

artinya untuk konsentrasi

kematian pada persen ke- 50 akan berefek toksik apabila berada

g
pada diatas angka 6,76 ml

angka 3,63

g
ml

dan tidak berefek pada dibawah

Hasil percobaan BST menggunakan ekstrak etanol beruwas laut


mempunyai harga Lc50 yaitu 0,83.

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
VI.2 Saran
Sebaiknya praktikan dan asisten bekerjasama dengan baik
pada saat praktikum sehingga praktikum berjalan dengan lancar dan
selesai tepat waktu.

LAMPIRAN
SKEMA KERJA BST ( BRINE SHRIMP LETARLY TEST)
1. Penyiapan larva udang ( Artemia salina )
50 mg telur aritemia

200 ml air larut


(pH 7 8 + cahaya lampu + suhu 250 C)

Menetas selama 24 jam


( Dibiarkan selama 48 jam )
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
2. Perlakuan larva udang
Ekstrak metanol akar penawar

Vial yang telah berisi 5 ml air laut

1 : 10

1 : 50

1 : 100

1 : 200

1 : 1000

10 ekor larva + suspensi ragi ad dalam 10 ml air laut

Dibuat 3 kali perlakuan

Disimpan + pencahayaan selama 1 x 24 jam

Diamati jumlah larva yang mati


3. Perlakuan kontrol metanol 1 %
Metanol 1 %

Vial yang telah berisi 5 ml air laut

1 : 10

1 : 50

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

1 : 100

1 : 200

1 : 1000
Dewi

Uji BST

10 ekor larva + suspensi ragi ad dalam 10 ml air laut

Dibuat 3 kali perlakuan

Disimpan + pencahayaan selama 1 x 24 jam

Diamati jumlah larva yang mati

DAFTAR PUSTAKA
Anonim , 2007 , Penutun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi II,
UMI , Makassar.
Dirjen POM , 1979 , Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Dirjen POM , 1995 , Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Larva udang
&action=edit&section=2 : Copyright 2005, IPTEKnet. All rights reserved.
Ganiswarna, S , 1995 , Farmakologi dan Terapi Edisi IV, Farmakologi
dan Terapi kedokteran I , Jakarta.
Mayer,B , dkk , 1982 , Brine shrimp, Aconverient General Bioassay or
Active Plant Constituent , Plan med, Vol.45.
Mc, Lauglin, 1991 , 1991 , A Blind Coparison of Simple Bench top
Bioassay and Human Tumour Cel Citotoxicities as Antitumor
Prescreens, Natural Product Chemistry, Elsivier, Amsterdam, 1
Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST
Mudjiman, 1989. Udang Renik air Asin (Artemia Salina), Bharta Karya
Aksar : Jakarta

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN
BRINE SHRIMP LETHALITY TEST
( UJI BST)

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Uji BST

NAMA

FIFIT SARI

STAMBUK

150 2010 162

KELAS

W3

KELOMPOK

II (DUA)

ASISTEN

DEWI YULIANA S.Si,M.Farm, APt

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012

Fifit Sari
Yuliana,S.Si,M.Farm,Apt.
1502010162

Dewi

Anda mungkin juga menyukai