paling
sedikit
Rp.50.000.000,00
(Pasal 32 ayat 1).
2. Modal yang disanggupkan atau
ditempatkan diatur pada pasal 33 UU
No. 40 Tahun 2007. Paling sedikit
25% dari modal dasar sebagaimana
dimaksud dalam pasal 32 harus
ditempatkan dan disetor penuh (Pasal
33 ayat 1).
3. Modal yang disetor, yakni modal yang
benar-benar telah disetor oleh para
pemegang
saham
pada
kas
perseroan. Diatur pada pasal 34 UU
No.40 tahun 2007. Penyetoran atas
modal saham dapat dilakukan dalam
bentuk uang dan/atau dalam bentuk
lainnya (Pasal 34 ayat 1). Penyetoran
atas modal saham selanjutnya diatur
pada pasal 34 ayat 2 dan 3.
Perubahan atas besarnya jumlah
modal
perseroan
harus
mendapat
pengesahan dari Menteri Kehakiman,
sesudah itu didaftarkan dan kemudian
diumumkan seperti biasa.
Akta pendirian sebuah Perseroan
Terbatas (Perseroan) memuat anggaran
dasar Perseroan dan keterangan lain yang
berkaitan dengan pendirian Perseroan.
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UUPT) mengatur bahwa anggaran
dasar
Perseroan
harus
sekurangkurangnya memuat:
1. nama
dan
tempat
kedudukan
Perseroan;
2. maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha Perseroan;
3. jangka waktu berdirinya Perseroan;
4. besarnya jumlah modal dasar, modal
ditempatkan, dan modal disetor;
5. jumlah saham, klasifikasi saham
apabila ada berikut jumlah saham
untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang
melekat pada setiap saham, dan nilai
nominal setiap saham;
6. nama jabatan dan jumlah anggota
Direksi dan Dewan Komisaris;
petunjuk,
bahkan
bila
perlu
memberhentikan
direksi
dengan
menyelenggarakan
RUPS
untuk
mengambil keputusan apakah direksi
akan diberhentikan atau tidak.
1. persetujuan Menteri;
2. kemudian yang ditetapkan dalam
persetujuan Menteri;
3. pemberitahuan perubahan anggaran
dasar diterima Menteri atau tanggal
kemudian yang ditetapkan dalam akta
penggabungan
atau
akta
pengambilalihan.
Dalam perseroan terbatas selain
kekayaan perusahaan dan kekayaan
pemilik modal terpisah juga ada
pemisahan antara pemilik perusahaan dan
pengelola
perusahaan.
Pengelolaan
perusahaan dapat diserahkan kepada
tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya
( profesional ). Struktur organisasi
perseroan terbatas terdiri dari pemegang
saham, direksi, dan komisaris.
Dalam PT, para pemegang saham,
melalui
komisarisnya
melimpahkan
wewenangnya kepada direksi untuk
menjalankan
dan
mengembangkan
perusahaan sesuai dengan tujuan dan
bidang usaha perusahaan. Dalam kaitan
dengan tugas tersebut, direksi berwenang
untuk mewakili perusahaan, mengadakan
perjanjian dan kontrak, dan sebagainya.
Apabila terjadi kerugian yang amat besar
(di atas 50 %) maka direksi harus
melaporkannya ke para pemegang saham
dan pihak ketiga, untuk kemudian
dirapatkan.
Komisaris memiliki
pengawas
kinerja
perusahaan. Komisaris
pembukuan, menegur
fungsi sebagai
jajaran
direksi
bisa memeriksa
direksi, memberi
Isi RUPS :
1. Menentukan
direksi
dan
pengangkatan komisaris
2. Memberhentikan
direksi
atau
komisaris
3. Menetapkan besar gaji direksi dan
komisaris
4. Mengevaluasi kinerja perusahaan
5. Memutuskan
rencana
penambahan/pengurangan
saham
perusahaan
6. Menentukan kebijakan perusahaan
7. Mengumumkan
pembagian
laba
(dividen)
Menurut
Undang-undang
Perseroan
Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 hal-hal
dari hasil RUPS yang perlu mendapatkan
pengesahan dari Menteri Hukum dan Ham
adalah :
1. Perubahan atas nama perseroan
dan/atau
tempat
kedudukan
Perseroaan;
2. Perubahan Maksud dan Tujuan serta
kegiatan usaha perseroaan;
3. Perubahan jangka waktu berdirinya
Perseroaan;
4. Perubahan besarnya modal dasar;
5
5. Perubahan
pengurangan
modal
ditempatkan dan disetor; dan/atau
6. Perubahan Perseroan dari status
tertutup menjadi terbuka atau bisa
juga sebaliknya
Sementara itu hasil RUPS yang cukup
didaftarkan saja adalah:
1. Pengangkatan dan pemberhentian
Dewan Komisaris dan Direksi
2. Penambahan modal ditempatkan atau
disetor
Pemeriksaan
terhadap
Perseroan
Terbatas (Perseroan) dapat dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan data
atau keterangan apabila terdapat dugaan
bahwa:
1. Perseroan
melakukan
perbuatan
melawan hukum yang merugikan
pemegang saham atau pihak ketiga.
2. Anggota
Direksi
atau
Dewan
Komisaris
melakukan
perbuatan
melawan hukum yang merugikan
Perseroan atau pemegang saham
atau pihak ketiga.
Pemohon
dapat
mengajukan
permohonan pemeriksaan Perseroan
apabila pemohon telah meminta secara
langsung kepada Perseroan mengenai
data
atau
keterangan
yang
dibutuhkannya, tetapi Perseroan menolak
atau tidak memperhatikan permintaan
tersebut.
Permohonan
pemeriksaan
Perseroan dilakukan dengan mengajukan
permohonan secara tertulis beserta
alasannya ke Pengadilan Negeri yang
daerah
hukumnya
meliputi
tempat
kedudukan
Perseroan.
Permohonan
pemeriksaan Perseroan dapat diajukan
oleh:
1. 1 (satu) pemegang saham atau lebih
yang mewakili paling sedikit 1/10
(satu per sepuluh) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara.
2. Pihak
lain
yang
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan,
anggaran dasar Perseroan atau
perjanjian dengan Perseroan diberi
wewenang
untuk
mengajukan
permohonan pemeriksaan.
3. Kejaksaan untuk kepentingan umum.
Permohonan pemeriksaan Perseroan
yang diajukan oleh pemegang saham baru
dapat diajukan setelah pemegang saham
terlebih dahulu meminta data atau
keterangan kepada Perseroan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham, tetapi
Perseroan tidak memberikan data atau
keterangan tersebut.
Permohonan untuk mendapatkan data
atau keterangan tentang Perseroan atau
permohonan
pemeriksaan
untuk
mendapatkan data atau keterangan
tersebut harus didasarkan atas alasan
yang wajar dan itikad baik. Apabila
permohonan tersebut tidak didasarkan
atas alasan yang wajar dan/atau tidak
dilakukan dengan itikad baik, maka Ketua
Pengadilan
Negeri
dapat
menolak
permohonan tersebut.
Apabila
Pengadilan
Negeri
mengabulkan
permohonan,
Ketua
Pengadilan Negeri akan mengeluarkan
penetapan pemeriksaan dan mengangkat
paling banyak 3 (tiga) orang ahli untuk
melakukan pemeriksaan dengan tujuan
untuk mendapatkan data atau keterangan
yang diperlukan. Ahli yang ditunjuk adalah
orang yang mempunyai keahlian di bidang
yang akan di periksa dan orang yang
diangkat sebagai ahli tidak boleh berasal
dari anggota Direksi, anggota Dewan
Komisaris,
karyawan
Perseroan,
konsultan, dan akuntan publik yang telah
ditunjuk oleh Perseroan.
Ahli yang telah diangkat oleh Ketua
Pengadilan
Negeri
berhak
untuk
memeriksa
semua
dokumen
dan
kekayaan Perseroan yang dianggap perlu
6
bagian
dari
jumlah
suara
yang
dikeluarkan, kecuali anggaran dasar
menentukan kuorum kehadiran dan/atau
ketentuan
tentang
persyaratan
pengambilan keputusan RUPS yang lebih
besar. Selanjutnya, rancangan pemisahan
yang telah disetujui RUPS dituangkan ke
dalam Akta Pemisahan yang dibuat di
hadapan notaris dalam bahasa Indonesia.
Hubungan kerja yang terjadi antara
pengusaha dengan pekerja/buruh adalah
berdasarkan perjanjian kerja. Perjanjian
kerja
adalah
perjanjian
antara
pekerja/buruh dengan pengusaha atau
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat
kerja, hak dan kewajiban para pihak.
Apabila dilihat dari sisi pengusaha,
penutupan
perusahaan
(lock-out)
merupakan hak dasar pengusaha untuk
menolak pekerja/buruh sebagian atau
seluruhnya untuk menjalankan pekerjaan
sebagai akibat gagalnya perundingan.
Namun, pengusaha tidak dibenarkan
melakukan penutupan perusahaan (lockout)
sebagai
tindakan
balasan
sehubungan adanya tuntutan normatif dari
pekerja/buruh
dan/atau
serikat
pekerja/serikat buruh. Pasal 1 angka 24
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan)
mendefinisikan penutupan perusahaan
(lock out) sebagai tindakan pengusaha
untuk menolak pekerja/buruh seluruhnya
atau
sebagian
untuk
menjalankan
pekerjaan.
Penutupan perusahaan (lock out)
dilarang dilakukan pada perusahaanperusahaan yang melayani kepentingan
umum dan/atau jenis kegiatan yang
membahayakan
keselamatan
jiwa
manusia, meliputi rumah sakit, pelayanan
jaringan air bersih, pusat pengendali
telekomunikasi, pusat penyedia tenaga
listrik, pengolahan minyak dan gas bumi
serta kereta api.
dalam
wajib
melaksanakan
memperhatikan
1. Perseroan,
pemegang
saham
minoritas, karyawan Perseroan;
2. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari
Perseroan;
3. Masyarakat dan persaingan sehat
dalam melakukan usaha.
11