2015 Sub Kegiatan Pengendalian Kerusakan Tanah Utk Produksi Biomassa Di Kab Banyuwangi PDF
2015 Sub Kegiatan Pengendalian Kerusakan Tanah Utk Produksi Biomassa Di Kab Banyuwangi PDF
Kerjasama
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya buku "LAPORAN" Pengembangan Data dan Informasi
Lingkungan Hidup (Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa) tahun
2015 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku laporan ini merupakan bagian dari
rangkaian laporan dalam proses Pengembangan Data dan Informasi Lingkungan
Hidup Tahun Anggaran 2015.
Laporan ini berisikan tentang hasil kegiatan meliputi database data spasial
dan informasi tentang kerusakan tanah untuk produksi biomassa pada wilayah
administrasi Timur dan Utara di Kabupaten Banyuwangi. Penyusunan laporan ini
didasari oleh kerjasama pihak Pemerintah Kabupaten Banyuwangi,
khususnya
15 Juni 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1-1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1-1
1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................ 1-2
1.3 Manfaat ......................................................................................... 1-2
1.4 Landasan Hukum ........................................................................... 1-3
BAB 2 RUANG LINGKUP KEGIATAN, KERANGKA DASAR DAN METODE
PENELITIAN ....................................................................................... 2-1
2.1 Ruang Lingkup Kegiatan ................................................................. 2-1
2.1.1 Tahap Persiapan .................................................................... 2-1
2.1.2 Tahap Survei dan Penelitian .................................................... 2-2
2.1.3 Tahap Penyelesaian ................................................................ 2-3
2.2 Metode Penelitian ........................................................................... 2-3
BAB 3 KONDISI FISIK WILAYAH STUDI ......................................................... 3-1
3.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Banyuwangi ................................... 3-1
3.2 Potensi Sumberdaya Alam ............................................................... 3-5
3.2.1 Kondisi Topografi .................................................................... 3-5
3.2.2 Ketinggian Wilayah .................................................................. 3-9
3.2.3 Kedalaman efektif tanah .......................................................... 3-11
3.2.4 Iklim ....................................................................................... 3-12
3.2.5 Kondisi Jenis Tanah ................................................................. 3-19
iii | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Peta Kerja dan Peta Status ........ 2-8
Gambar 3.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Banyuwangi ..................... 3-4
Gambar 3.2 Peta Ketinggian Kabupaten Banyuwangi .................................... 3-8
Gambar 3.3 Rata-rata Hujan Wilayah Di Kabupaten Banyuwangi .................. 3-18
Gambar 3.4 Peta Jenis Tanah Kabupaten Banyuwangi .................................. 3-24
Gambar 3.5 Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Banyuwangi .......................... 3-27
Gambar 3.6 Peta Pembagian Zonasi Rencana Survey Kerusakan Tanah Kabupaten
Banyuwangi .............................................................................. 3-34
Gambar 4.1 Peta Potensi Kerusakan Tanah Kawasan Budidaya Lokasi Sebaran
Titik Sempel Verifikasi Kabupaten Banyuwangi ........................... 4-3
Gambar 4.2 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Banyuwangi ...... 4-5
Gambar 4.3 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Cluring .............. 4-7
Gambar 4.4 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Gambiran .......... 4-9
Gambar 4.5 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Genteng ............ 4-11
Gambar 4.6 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Giri ................... 4-13
Gambar 4.7 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Glagah .............. 4-15
Gambar 4.8 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Kabat ................ 4-17
Gambar 4.9 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Kalipuro ............ 4-19
v | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
Gambar 4.10 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Licin ................ 4-21
Gambar 4.11 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Muncar ............ 4-23
Gambar 4.12 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Rogojampi ....... 4-25
Gambar 4.13 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Sempu ............ 4-27
Gambar 4.14 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Singojuruh ....... 4-29
Gambar 4.15 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Songgon .......... 4-31
Gambar 4.16 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Srono .............. 4-33
Gambar 4.17 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Tegalsari ......... 4-35
Gambar 4.18 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada kecamatan Wongsorejo ..... 4-37
Gambar. 4.22. Grafik Berat Volume Hasil Uji Laboratorium.4-68
Gambar. 4.23. Grafik Porositas Hasil Uji Laboratorium..4-69
Gambar. 4.24. Grafik Permeabilitas Hasil Uji Laboratorium...4-70
Gambar. 4.25. Grafik pH Tanah Hasil Uji Laboratorium.4-71
Gambar. 4.26. Grafik Daya Hantar Listrik Hasil Uji Laboratorium...4-72
Gambar 4.19 Peta Status Kerusakan Kabupaten Banyuwangi
Survey Tahun 20154-69.4-82
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penilaian Potensi Kerusakan Tanah Menurut Jenis Tanah ............. 2-4
Tabel 2.2 Penilaian Potensi Kerusakan Tanah Berdasarkan Kemiringan Lahan 2-5
Tabel 2.3 Penilaian Potensi Kerusakan Tanah Menurut Curah Hujan ............ 2-6
Tabel 2.4 Penilaian Kerusakan Tanah Menurut Penggunaan Kalah ................ 2-7
Tabel 2.5 Kriteria Kelas Potensi Kerusakan Tanah Menurut Jumlah Skor ...... 2-9
Tabel 2.6 Kriteria Baku Kerusakan Tanah Di Lahan Kering ............................ 2-13
Tabel 3.1 Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi ............................................
3-2
Tabel 3.2 Luas Wilayah Setiap kecamatan Menurut kemiringan Lahan di Kabupaten
Banyuwangi ..................................................................................... 3-6
Tabel 3.3 Kelerangan Lahan Di Kabupaten Banyuwangi ................................ 3-7
Tabel 3.4 Luas Wilayah (km2) Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Ketinggian
Tempat ............................................................................................ 3-10
Tabel 3.5 Rata-rata Suhu Udara (0C) dan Kelembaban Relatif (%) Setiap Bulan di
Kabupaten Banyuwangi .................................................................. 3-12
Tabel 3.6 Tinggi Hujan Pada Stasiun Hujan di Kabupaten Banyuwangi ......... 3-15
Tabel 3.7 Skor Kerusakan pada Stasiun Hujan di Kabupaten Banyuwangi .... 3-16
Tabel 3.8 Jenis tanah Di Kabupaten Banyuwangi ........................................... 3-23
Tabel 3.9 Penggunaan Lahan Di Kabupaten Banyuwangi .............................. 3-25
Tabel 3.10 Produktivitas Beberapa Tanaman Pangan .................................... 3-28
Tabel 3.11 Produktifitas Beberapa Tanaman Hortikultura ............................... 3-30
Tabel 3.12 Luas Panen, Rata-Rata Produksi Dan Total Produksi Menurut Jenis
Buah-Buahan ................................................................................ 3-31
Tabel 3.13 Jumlah Titik Rencana Survey Untuk Pengambilan Sampling Tanah
Kabupaten Banyuwangi Wilayah Administrasi Timur dan Utara .... 3-33
Tabel 4.1 Potensi Kerusakan Tanah di Kabupaten Banyuwangi ..................... 4-2
Tabel 4.2 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Banyuwangi ................ 4-4
Tabel 4.3 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Cluring......................... 4-6
Tabel 4.4 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Gambiran .................... 4-8
Tabel 4.5 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Genteng ...................... 4-10
Tabel 4.6 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Giri .............................. 4-12
Tabel 4.7 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Glagah ........................ 4-14
Tabel 4.8 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Kabat........................... 4-16
Tabel 4.9 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Kalipuro ....................... 4-18
Tabel 4.10 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Licin........................... 4-20
Tabel 4.11 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Muncar ...................... 4-22
Tabel 4.12 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Rogojampi ................. 4-24
Tabel 4.13 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Sempu....................... 4-26
Tabel 4.14 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Singojuruh ................. 4-28
Tabel 4.15 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Songgon .................... 4-30
Tabel 4.16 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Srono ........................ 4-32
Tabel 4.17 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Tegalsari ................... 4-34
Tabel 4.18 Potensi Kerusakan tanah pada kecamatan Wongsorejo ............... 4-36
Tabel 4.19 Hasil Pengamatan, Pengukuran Serta Hasil Analisa Contoh Tanah di
Laboratorium Parameter Kerusakan Tanah Kab. Banyuwang4-39
Tabel 4.20. Jumlah Titik Sampel tanpa Faktor Pembatas...4-59
Tabel 4.21. Jumlah Titik Sampel berdasarkan Faktor Pembatas Porositas...4-59
Tabel 4.22. Jumlah Titik Sampel berdasarkan Faktor Pembatas Derajat
Pelulusan Air..4-60
Tabel 4.23. Jumlah Titik Sampel berdasarkan Faktor Pembatas
Pesentase Koloid..4-61
Tabel 4.24. Jumlah Titik Sampel berdasarkan Faktor Persentase
koloid, Porositas4-62
Tabel 4.25. Jumlah Titik Sampel berdasarkan Faktor Persentase koloid, Derajat
Pelulusan Air...4-62
Tabel 4.26. Jumlah Titik Sampel berdasarkan Faktor Pembatas Persentas
koloid, Porositas, Derajat pelulusan air..4-63
Tabel 4.27. Jumlah Titik Sampel berdasarkan Faktor Pembatas
Sebaran batuan...4-63
Tabel 4.28. Rekapitulasi Evaluasi Status Kerusakan Tanah...4-74
Tabel 4.29. Status Kerusakan Tanah dan Faktor Pembatas serta luasannya di
Kabupaten Banyuwangi....4-81
BAB 1
PENDAHULUAN
LAPORAN
PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA
KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Biomassa adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya yaitu bunga, biji,
buah, daun, ranting, batang, dan akar termasuk tanaman yang dihasilkan
oleh kegiatan pertanian, perkebunan dan hutan tanaman, sedangkan produksi
biomassa adalah bentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya tanah untuk
menghasilkan biomassa.
Pemanfaatan lahan
biomassa. Pemanfaatan
memiliki
lahan
tujuan
yang
utama untuk
tidak
bijaksana
produksi
sering
melalui
kemerosotan
keanekaragaman
hayati,
banjir,
longsor,
kekeringan, penuruan kualitas tanah dan air hingga perubahan iklim ditingkat
global yang saat ini kita hadapi. Kerusakan tanah untuk produksi biomasa
dapat disebabkan oleh polusi (pengasaman, pestisida, logam berat), erosi,
pencemaran fisika dan kimia untuk produksi biomassa.
Status kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah kondisi tanah
ditempat dan waktu tertentu yang
baku
Pengendalian
LAPORAN
Manfaat
Pengendalian Kerusakan Tanah untuk produksi biomassa diwilayah
LAPORAN
Landasan Hukum
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan informasi status
Bidang
Lingkungan
Hidup
Daerah
Provinsi
dan
daerah
Kabupaten/Kota.
LAPORAN
BAB 2
RUANG LINGKUP KEGIATAN,
KERANGKA DASAR DAN
METODE PENELITIAN
LAPORAN
PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA
KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
BAB 2
Sempu, Singojuruh,
tujuan
kegiatan, jenis data yang akan digunakan, asumsi yang digunakan, luas
lokasi/daerah kegiatan serta intensitas) dan pembuatan peta kerja.
Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan
antara lain
penetapan yang jelas tentang tujuan kegiatan, jenis data yang akan
digunakan, asumsi yang digunakan dalam evaluasi, luas lokasi/daerah
kegiatan serta intensitas. Dalam kegiatan ini tujuan utama yang diinginkan
adalah menggali potensi daerah serta menyediakan informasi yang lengkap
dan akurat tentang kerusakan tanah. Dengan tujuan tersebut, maka jenis
data yang diperlukan akan terdiri dari data primer mengenai kualitas dan
karakteristik lahan yang diperoleh dari survei lahan serta data sekunder yang
berupa peta-peta dasar antara lain peta topografi, peta penggunaan lahan,
peta jenis tanah, peta administrasi dan serta peta curah hujan.
2-1 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
peta yang dibutuhkan peta curah hujan, peta topografi, peta jenis tanah, peta
kemiringan lereng, peta penggunaan lahan. Dengan mengintegrasikan petapeta tersebut diatas dari Bakosurrtanal dengan hasil ground cheking dari hasil
pendigitasian dan pengukuran topografi dilapangan diharapkan didapatkan
peta lahan dan atau tanah kritis skala 1:25.000 sebagai dasar persyaratan
pengendalian kerusakan tanah untuk produksi biomassa. Dari peta tersebut
didapatkan potensi kerusakan tanah. Proses pengintegrasian ini dibantu oleh
LAPORAN
kenampakan
erosi
dan
usaha
konservasi
tanah
serta
LAPORAN
peta yang dibutuhkan peta curah hujan, peta topografi, peta jenis tanah, peta
kemiringan lereng, peta penggunaan lahan.
1. Peta Jenis Tanah
Peta tanah diperlukan sebagai bahan untuk penilaian potensi
kerusakan tanah. Informasi utama yang diambil dari peta ini adalah jenis
tanah. Jenis tanah yang diperoleh dari peta tanah tergantung dari skala peta.
Semakin detil skala peta tersebut, semakin banyak informasi sifat tanah yang
diperoleh. Jenis (klasifikasi) tanah yang digunakan dapat beragam, umumnya
menggunakan sistem klasifikasi Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, USDA) dan
kadang-kadang juga disertakan padanannya dari klasifikasi Puslittan dan FAO.
Berdasarkan sistem klasifikasi Soil Taxonomy, di In donesia tersebar
10 ordo tanah, yaitu Histosols yaitu ordo untuk tanah basah dan
Entisols, Inceptisols, Vertisols, Andisols, Alfisols, Ultisols, Oxisols,
serta Spodosols yaitu ordo untuk tanah lahan kering.Dalam menduga
potensi kerusakan, tanah-tanah dikelompokkan ke dalam 5 (lima)
kelas potensi kerusakan tanah. Nilai rating potensi kerusakan tanah
(dapat dilihat pada tabel) diberikan terutama berdasarkan pendekatan
nilai erodibilitas tanah.
Tabel 2.1 Penilaian Potensi Kerusakan Tanah Menurut Jenis Tanah
Tanah
Potensi
Simbol
Rating
Skor
Kerusakan
Pembobotan
Tanah
(rating x
bobot)
Vertisol tanah dg
Sangat
regim kelembaban
ringan
T1
aquik
Oxisol
Ringan
T2
Alfisol, Mollisol,
Sedang
T3
Ultisol
LAPORAN
Inceptisols,
Tinggi
T4
Sangat
T5
10
Entisol, Histosols
Spodosol, Andisol
tinggi
2.
Peta Lereng
Dalam kaitannya dengan kerusakan tanah, tingkat kemiringan lereng
Potensi
Simbol
Rating
Skor Pembobotan
(%)
Kerusakan Tanah
18
Sangat Ringan
1,1
9 15
Ringan
1,2
16 25
Sedang
1,3
26 40
Tinggi
1,4
12
>40
Sangat Tinggi
1,5
15
(rating x bobot)
LAPORAN
Agroklimat dan Hidrologi Bogor. Klas curah hujan tahunan dalam kaitannya
dengan potensi kerusakan tanah disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3 Penilaian Potensi Kerusakan Tanah Menurut Curah Hujan
Curah Hujan
Potensi Kerusakan
Simbol
Rating
Skor pembobotan
(mm/tahun)
Tanah
< 1000
Sangat rendah
H1
1000-2000
Rendah
H2
2000-3000
Sedang
H3
3000-4000
Tinggi
H4
12
>4000
Sangat tinggi
H5
15
(rating x bobot)
LAPORAN
Potensi Kerusakan
Simbol
Rating
Tanah
Skor
Pembobotan
- Hutan Alam
- Sawah
- Alang-alang
Sangat Rendah
T1
Rendah
T2
Sedang
T3
Tinggi
T4
Sangat Tinggi
T5
10
murni subur
- Kebun
Campuran
- Semak Belukar
- Padang Rumput
- Hutan Produksi
- Perladangan
- Tegalan
(Tanaman
Semusim)
- Tanah Terbuka
Arcg GIS. Prinsip kerja dari software ini adalah dengan mengoverlay peta
yang sudah didapat sehingga mengahasilkan peta kerusakan tanah.
LAPORAN
O
V
E
R
L
A
Y
Gambar 2.1. Diagram alir proses pembuatan peta kerja dan peta status dan
potensi kerusakan lahan (Sumber:Lampiran 2 Petunjuk Teknis
Permen No.20 Tahun 2008 )
Analisa spasial, sistem proyeksi dan koordinat menggunakan metode
Universal Transverse Mercator (UTM). Sistem koordinat dari UTM adalah
meter, sehingga dimungkinkan analisa yang membutuhkan informasi dimensidimensi linier seperti jarak dan luas. Sistem proyeksi lazim digunakan dalam
pemetaan topografi sehingga sesuai untuk pemetaan tematik termasuk
pemetaan potensi kerusakan tanah.
Metode yang digunakan dalam analisis tabular adalah metode
skoring. Pada unit analisis hasil tumpangsusun atau overlay data spasial
dilakukan dengan menjumlahkan skor. Hasil penjumlahan skor digunakan
untuk klasifikasi penentuan tingkat potensi kerusakan tanah. Klasifikasi
tingkat kerusakan tanah menurut penjumlahan skor dengan parameter
kerusakan tanah digunakan untuk mengelompokkan terhadap akumulasi
tematik berdasarkan Tabel 2.6. Kriteria pembagian kelas potensi kerusakan
tanah menurut jumlah skor disajikan pada Tabel 2.5
LAPORAN
Tabel 2.5 Kriteria Kelas Potensi Kerusakan Tanah Menurut Jumlah Skor
Simbol
Skor Pembobotan
PR I
Sangat Rendah
< 15
PR. II
Rendah
15 24
PR. III
Sedang
25 34
PR. IV
Tinggi
35 44
PR. V
Sangat Tinggi
45 - 50
contoh
tanah
di
setiap
lokasi
dilakukan
dengan
pengeboran tanah untuk tanah terusik dan pengambilan tanah tidak terusik
dengan menggunakan ring sample. Pengambilan contoh tanah dilakukan
pada kedalaman 0 30 cm. Pengambilan contoh tanah terusik dilakukan
untuk analisa berat isi, porositas, tekstur, pengukuran pH H2O, redoks, daha
hantar listrik dan mikro organisme. Pengambilan contoh tanah tidak terusik
dilakukan untuk pengukuran permeabilitas.
c. Metode Pengamatan Biofisik Lahan
Pengamatan biofisik lahan yang diamati antara lain koordinat lokasi,
kedalam tanah, lereng, penggunaan lahan beserta vegetasinya, kenampakan
erosi dan usaha konservasi tanah serta pengumpulan data iklim. Pengamatan
koordinat lokasi dilakukan dengan menggunakan Global Positioning System
(GPS). Kedalaman tanah efektif sangat mempengaruhi pertumbuhan akar
tanaman menembus tanah. Kedalaman tanah efektif yang baik untuk
pertumbuhan akar tanaman yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat
ditembus
akar
tanaman.
Kedalaman
tanah
efektif
pada
umumnya
LAPORAN
LAPORAN
pembatas ruang gerak akar tanaman. Sebaran batuan ini diamati secara
langsung dari persentase sebaran batuan/kerikil yang ada terhadap luas
satuan pemetaan.
Derajat pelulusan air juga dikenal dengan istilah permeabilitas.
Permeabilitas tanah ini menunjukan kecepatan bergeraknya suatu cairan pada
suatu media berpori (dalam hal ini adalah tanah) dan kemampuan tanah
untuk memindahkan air. Pada umumnya permeabilitas tanah dipengaruhi oleh
tekstur tanah.
Laju pergerakan air di dalam tanah sangat penting ditinjau dari aspek
pertanian. Gerakan ini bisa berupa masuknya air ke dalam tanah, gerakan air
ke dalam akar-akar tanaman, aliran air pada proses pengatusan dan
penguapan air dari permukaan tanah
b. Metode Analisa Contoh Tanah
Persiapan Contoh Tanah
Contoh tanah yang berasal dari lapangan tidak langsung dianalisa,
tetapi terlebih dahulu harus dikeringanginkan pada suhu udara ruang selama
2 3 hari di dalam ruang pengering. Tujuan pengeringan adalah untuk
menurunkan kandungan kadar air contoh tanah sehingga diperoleh contoh
tanah dengan kadar air kurang lebih seragam. Setelah tanah cukup kering,
kemudian ditandai dengan label khusus dan dimasukan ke dalam kantong
plastik. Tanah-tanah tersebut sebelum dianalisa, dihaluskan terlebih dahulu
dengan menggunakan alat penggerus dari porselin dan diayak dengan ukuran
2 mm. Contoh tanah setelah melalui perlakuan tersebut sudah siap untuk
dianalisa secara kuantitatif.
Metode Analisa dan Pengukuran Kadar Unsur
pH (kemasaman) Tanah
Kemasaman tanah ditetapkan dengan dua metode yaitu pengenceran
LAPORAN
Tekstur Tanah
Tekstur tanah sebenarnya merupakan perbandingan antara fraksi-
fraksi tanah yang terdiri dari pasir, debu dan liat. Oleh karena itu penetapan
tekstur tanah dilakukan dengan cara mengukur kadar masing-masing frkasi
(pasir, debu dan liat) menggunakan metode Granuler (pipet). Hasil
pengukuran ini dinyatakan dalam persen berat tanah.
e. Interpretasi Data untuk Kerusakan Tanah
Untuk mengetahui faktor pembatas untuk kerusakan tanah dilakukan
dengan metode penyesesuaian (matching) antara hasil penelitian dengan
kriteria baku kerusakan tanah berdasarkan Lampiran Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 150 Tahun 2000 Tanggal 23 Desember 2000 tentang
Kriteria Baku Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa. Adapun kriteria
tersebut sebagai berikut.
LAPORAN
AMBANG KRITIS
1.
- Ketebalan solum
< 20 cm
2.
- Kebatuan permukaan
> 40 %
3.
- komposisi fraksi
4.
- Berat isi
5.
- Porositas total
< 30 %; > 70 %
6.
7.
- p (H20) 1 : 2,5
8.
9.
- Redoks
200 mV
10.
- Jumlah mikroba
BAB 3
KONDISI FISIK
WILAYAH STUDI
LAPORAN
PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA
KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
BAB 3
Jawa Timur, Indonesia yang terletak di ujung paling timur Pulau Jawa dengan
posisi geografis terletak antara 70 43 - 80 46 Lintang Selatan dan 1130 53
1140 38 Bujur Timur. Batas Wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi ini
sebelah utara adalah Kabupaten Situbondo, sebelah timur adalah Selat
Bali, sebelah selatan
sebelah barat
Sebagian
besar
wilayah
Kabupaten
Banyuwangi
masih
LAPORAN
diantaranya
merupakan
wilayah
perkotaan.
Adapun
yang
termasuk
KECAMATAN
Luas (Km2)
Bangorejo
Banyuwangi
26,73
Cluring
69,06
Gambiran
47,46
Genteng
54,49
Giri
17,08
Glagah
50,28
Glenmore
Kabat
10
Kalibaru
187,41
11
Kalipuro
199,61
12
Licin
112,65
13
Muncar
14
Pesanggaran
456,09
15
Purwoharjo
125,67
134,34
321,26
83,39
87,37
LAPORAN
16
Rogojampi
77,41
17
Sempu
99,57
18
Siliragung
157,19
19
Singojuruh
43,87
20
Songgon
21
Srono
22
Tegaldlimo
23
Tegalsari
24
Wongsorejo
Total
207,77
73,93
561,77
53,79
343,93
3.592,25
LAPORAN
LAPORAN
3.2
Wongsorejo,
Kalipuro,
Licin,
Songgon,
Sempu,
Glenmore,
Giri,
Glagah,
Songgon
dan
Wongsorejo.
Pembagian
luas
LAPORAN
Luas
Kecamatan
Ha
Bangorejo
13.434,16
3,74%
Banyuwangi
2.673,21
0,74%
Cluring
6.906,13
1,92%
Gambiran
4.746,69
1,32%
Genteng
5.449,57
1,52%
Giri
1.708,81
0,48%
Glagah
5.028,94
1,40%
Glenmore
32.126,95
8,94%
9
10
11
Kabat
Kalibaru
Kalipuro
8.339,46
18.741,80
19.961,06
2,32%
5,22%
5,56%
12
Licin
11.265,17
3,14%
13
Muncar
8.737,35
2,43%
14
Pesanggaran
45.609,62
12,70%
15
Purwoharjo
12.567,56
3,50%
16
Rogojampi
7.741,89
2,16%
17
Sempu
9.957,77
2,77%
18
Siliragung
15.719,78
4,38%
19
Singojuruh
4.387,93
1,22%
20
Songgon
20.777,59
5,78%
21
Srono
7.393,20
2,06%
22
Tegaldlimo
56.177,35
15,64%
23
Tegalsari
5.379,89
1,50%
24
Wongsorejo
34.393,36
9,57%
Total
359.225,24
100%
Berdasarkan tabel 3.2, dapat dijelaskan bahwa total luas seluruh kecamatan
di kabupaten Banyuwangi adalah 359.225,24 ha. Luas wilayah terbesar
berada di kecamatan Tegaldlimo seluas 56.177,35 ha, sedangkan luas wilayah
terkecil berada di kecamatan Giri seluas 1.708,81 ha.
LAPORAN
ringan,
9,53%
dikategorikan
berpotensi
sedang,
4,44%
Kelerengan
Potensi
Kerusakan
Simbol
Rating
Skor
< 8
Sangat Ringan
L1
272.126,19
75,75%
Ringan
L2
34.853,91
9,70%
Sedang
L3
34.236,61
9,53%
Tinggi
L4
12
15.953,69
4,44%
Sangat Tinggi
L5
15
8 - 15
15 - 25
25 - 40
> 40
Total
Luas (ha)
Prosentase
2.054,84
0,57%
359.225,24
100,00%
LAPORAN
LAPORAN
Daerahnya
terbagi
atas
dataran
tinggi
yang
berupa
daerah
LAPORAN
Kecamatan
Bangorejo
Banyuwangi
Cluring
Gambiran
Genteng
Giri
Glagah
Glenmore
Kabat
Kalibaru
Kalipuro
Licin
Muncar
Pesanggaran
Purwoharjo
Rogojampi
Sempu
Siliragung
Singojuruh
Songgon
Srono
Tegaldlimo
Tegalsari
Wongsorejo
Total
Ketinggian Tempat
(m dpl)
0 500
0 100
0 500
0 500
0 500
0 500
0 1.000
0 > 3.000
0 500
100 3.000
0 > 3.000
100 3.000
0 100
0 2.000
0 500
0 500
100 3.000
0 1.000
0 500
100 > 3.000
0 500
0 500
0 500
0 3.000
Luas (ha)
13.434,16
2.673,21
6.906,13
4.746,69
5.449,57
1.708,81
5.028,94
32.126,95
8.339,46
18.741,80
19.961,06
11.265,17
8.737,35
45.609,62
12.567,56
7.741,89
9.957,77
15.719,78
4.387,93
20.777,59
7.393,20
56.177,35
5.379,89
34.393,36
359.225,24
LAPORAN
Banyuwangi,
Kabat,
Rogojampi,
Muncar,
Tegaldlimo,
LAPORAN
3.2.4 Iklim
Keadaan iklim di suatu daerah sangat besar peranannya terhadap
berbagai kegiatan usaha, khususnya di bidang pertanian. Analisis iklim yang
perlu diketahui antara lain suhu udara, kelembaban relatif dan curah hujan.
Kondisi suhu udara dan kelembaban relatif disajikan pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Rata-rata Suhu Udara (oC) dan Kelembaban Relatif (%) setiap
Bulan di Kabupaten Banyuwangi
Bulan
Suhu Udara
Rata-rata Kelembaban
Januari
(oC)
26,7
Februari
27,7
81
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
27,4
24,8
27,5
27,0
26,1
26,0
26,3
28,2
82
83
84
86
82
78
77
75
Nopember
27,4
82
Desember
27,2
83
(%)
86
LAPORAN
orografik
dianggap
sebagai
pemasok
airtanah,
danau,
LAPORAN
LAPORAN
Nama
Sidomulyo
Wongsorejo
Bajulmati
Pasewaran
Mailang
Kebondalem
Purwoharjo
Cluring
Plosorejo
Sumberberas
Bwi.Cabang Dinas
Kawah ijen
Licin
Dadapan
Tambong
Kabat
Rogojampi
Grajagan
Tegaldlimo
Songgon
Turuskumbo
Gambor
Alasmalang
Blambangan
Genteng I
Genteng II
Jambewangi
Sepanjang
Pager Gunung
Pesanggaran
Kesilir
Karangtambak
Karangdoro
Lokasi Sta.Hujan
Sidodadi
Alasrejo
Bajulmati
Watukebo
Watukebo
Tegalsari
Purwoharjo
Cluring
Tampo
Sumberberas
Penganjuran
Tamansari
Licin
Dadapan
Kalirejo
Macanputih
Lemahabangdewo
Purwoasri
Tegaldlimo
Songgon
Sukamaju
Gambor
Alasmalang
Sukonatar
Gentengkulon
Gentengkulon
Jambewangi
Karangharjo
Karangharjo
Sumbermulyo
Sukorejo
Kandangan
Karangdoro
Jumlah
Kecamatan
Wongsorejo
Wongsorejo
Wongsorejo
Wongsorejo
Wongsorejo
Gambiran
Purwoharjo
Cluring
Cluring
Muncar
Banyuwangi
Glagah
Glagah
Kabat
Kabat
Kabat
Rogojampi
Tegaldlimo
Tegaldlimo
Songgon
Srono
Singojuruh
Singojuruh
Srono
Genteng
Genteng
Sempu
Kalibaru
Glenmore
Pesanggaran
Bangorejo
Pesanggaran
Gambiran
1995
2390
1158
1742
2359
2645
2255
2716
2465
2167
1941
1414
2293
2947
1385
2123
1749
1584
1522
1419
995
708
2235
1859
2148
2577
3455
2127
2588
698
2133
1733
613
2805
1996
1647
1040
821
1906
1672
1643
715
1307
1544
1050
780
331
2032
1135
1509
1247
1575
755
743
995
708
1774
1545
1785
1163
1280
2127
1819
698
1397
534
149
1707
1997
1270
967
1478
937
1097
1337
965
1196
1006
707
836
937
1406
801
1035
854
906
795
715
870
1058
997
968
861
620
314
1547
1192
1658
1133
1029
727
1348
1998
2173
2536
3573
3967
2557
1755
1654
1543
1791
1784
1142
1998
2012
1360
1856
1661
1217
1150
1049
870
1558
1392
1925
1360
1039
2370
1646
3332
2441
2097
2178
1419
1039
1999
2421
1116
3012
2944
1919
2833
2826
1023
2188
1833
1755
3240
3260
1978
2201
2252
2660
1214
1877
870
2608
2637
2014
2677
2455
2270
2454
3064
2631
1860
1685
1664
2443
2000
1254
1010
1271
2746
2492
2663
1644
2236
2076
1766
1625
2538
2908
1718
1909
1486
611
1599
1309
1860
708
394
1423
2745
1870
2300
1987
3950
2678
2302
1933
1846
2407
2001
2156
730
823
1831
570
2193
1823
1619
1779
1215
1227
1233
3009
1190
1327
1064
1682
892
874
1758
2235
2177
1946
1033
2588
2710
1443
2621
2641
1890
1569
1291
2013
2002
1144
942
863
1732
1034
1948
1370
1396
1714
1178
681
744
1404
1439
844
783
1782
1045
1430
3614
2023
1476
2018
1352
2296
2304
2238
1470
2191
1688
1929
752
1760
2003
1144
686
1039
1831
995
1914
690
1473
1350
970
704
1210
1825
1395
1327
783
1576
1230
1131
1198
1752
1462
1670
1275
2600
2892
2963
2778
3578
1874
2034
626
1472
2004
653
702
1109
2215
1644
1648
780
1396
1714
1132
1602
957
1857
1256
1292
785
1685
1045
1430
3614
1459
1462
2018
1632
2343
2269
2238
1863
3505
1688
1929
752
1760
2005
1041
996
979
2021
1756
1472
1052
936
1591
1234
1796
1260
1929
1315
1409
1093
2027
941
1131
3338
2077
1727
1660
1421
1659
1675
2057
1828
3348
1508
1857
1026
731
2006
1091
1005
665
1958
1875
1022
864
1068
1970
1258
1050
1051
1790
1238
1130
1217
1955
1077
1527
3367
2311
2126
2019
1597
1565
1765
2025
2204
2653
1476
2222
1578
567
2007
748
598
537
2140
1235
1302
1624
1395
1391
1217
1137
598
1920
931
1067
1201
1623
697
1037
3398
1882
2135
1776
1568
1816
1816
2112
2548
2843
1647
3147
445
493
2008
1220
1505
921
2664
979
1723
1907
1989
1595
1399
1159
1340
2537
957
1172
1281
2211
949
1504
3298
2013
1746
1809
1736
1104
1233
2284
5074
2415
1464
2766
745
606
2009
428
538
855
1707
646
2316
1631
1366
1514
794
1372
1224
1985
1179
1081
1124
1552
598
1003
2166
1983
1708
1788
1469
2140
2231
1798
2983
2360
1675
2264
1221
1401
1968
1246
1017
1863
2239
1917
1671
1533
1559
1619
1572
1584
1516
1737
1518
LAPORAN
Stasiun Hujan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Bajulmati
Sidomulyo
Mailang
Pasewaran
Wongsorejo
Kawah Ijen
Licin
Bwi. Cabang Dinas
Songgon
Kabat
Dadapan
Jambewangi
Alas Malang
Sepanjang
Genteng 1
Rogojampi
Tambong
Gambor
Genteng 2
Turus Kumbo
Pager Gunung
Blambangan
Pager Gunung
Plosorejo
Cluring
Curah Hujan
(mm)
1381,47
1431,26
1606,95
2314,47
1142,11
1323,58
2227,47
1178,22
2802,16
1319,95
1263,89
2282,08
1922,58
2866,01
2018,95
1813,89
1453,58
1950,89
2153,26
1937,70
2551,32
1694,26
2551,32
1744,97
1451,74
Potensi Kerusakan
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Simbol
Rating
Skor
H2
H2
H2
H3
H2
H2
H3
H2
H3
H2
H2
H3
H2
H3
H3
H2
H2
H2
H3
H2
H3
H2
H3
H2
H2
2
2
2
3
2
2
3
2
3
2
2
3
2
3
3
2
2
2
3
2
3
2
3
2
2
6
6
6
9
6
6
9
6
9
6
6
9
6
9
9
6
6
6
9
6
9
6
9
6
6
Luas
Ha
142.29
1.188.39
4.451.30
9.172.80
14.534.93
13.497.19
13.492.02
13.086.20
17.549.08
5.212.44
2.936.97
17.461.25
3.415.03
17.268.91
6.233.10
6.112.47
5.442.51
4.797.70
6.330.36
4.610.22
13.608.91
7.915.06
409.62
3.285.18
6.634.28
%
0.04%
0.33%
1.24%
2.55%
4.05%
3.76%
3.76%
3.64%
4.89%
1.45%
0.82%
4.86%
0.95%
4.81%
1.74%
1.70%
1.52%
1.34%
1.76%
1.28%
3.79%
2.20%
0.11%
0.91%
1.85%
LAPORAN
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Kebondalem
Karangdoro
Tegaldlimo
Sumber beras
Sumber beras
Purwoharjo
Kesilir
Karangtambak
Pesanggaran
Grajagan
1910,05
1574,21
1259,25
1310,68
1310,68
1525,16
2063,16
1251,84
1807,58
1085,05
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
H2
H2
H2
H2
H2
H2
H3
H2
H2
H2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
6
6
6
6
6
6
9
6
6
6
5.111.83
1.42%
10.505.82
2.92%
2.876.17
0.80%
8.666.31
2.41%
1.624.96
0.45%
6.298.44
1.75%
9.558.65
2.66%
31.474.73
8.76%
19.690.53
5.48%
64.629.56 17.99%
Berdasarkan tabel 3.7, Curah hujan tertinggi berada pada stasiun hujan Sepanjang sebesar 2866,01 mm. Sedangkan
curah hujan terendah berada pada stasiun hujan Wongsorejo sebesar 1142,11 mm. Hampir seluruh stasiun hujan di wilayah
kabupaten Banyuwangi berada dalam potensi kerusakan yang rendah kecuali stasiun hujan Pasewaran, Licin, Jambewangi,
Sepanjang, Genteng 1, Genteng 2, Pager Gunung dan Kesilir.
LAPORAN
LAPORAN
3.2.5.
jenis
tanah
aluvial
kelabu/kecoklatan
dengan
litosol
dan
LAPORAN
kriteria
USDA
wilayah
kecamatan-kecamatan
di
merupakan
tanah
Ultisol
mempunyai
potensi
kerusakan
LAPORAN
diduga dari erupsi gunung Raung. Adapun uraian jenis tanah tersebut sebagai
beikut.
1.
Tanah Latosol
Ciri dan sifat tanah, sudah berkembang, terbentuk horison secara
lengkap A, B, C, R, tekstur geluh lempungan, struktur gumpal,
terbentuk konsistensi teguh bila Basahan lekat agak liat, pH 5,5 6,0
KTK dan kejenuhan Basahan sedang-rendah, jeluk (kedalaman) tanah
sedang, kesuburan dan potensi untuk pertanian rendah-sedang.
Sebagian besar jenis tanah ini telah mengalami erosi berat, tinggal tipis
bahkan muncul singkapan batuan indah (rock out crops) yang disebut
tanah litosol. Tanah latosol terdapat pada elevasi 800 m dengan bahan
induk abu volkan dan tuff.
2.
Tanah Regosol
Ciri dan sifat
sedang-tinggi.
Tanah
regosol
terdapat
pada
wilayah
perbukitan.
3. Grumusol
Grumusol merupakan tanah lempung berat (lempung > 30 %), kerak
kali berwarna gelap, didataran luas yang mempunyai musim kering
tegas. Selama musim kering tanah ini mengerut dan meretak lebar dan
dalam dengan pola polygonal. Dalam musim kering agregat tanah
kecil-kecil dari lapisan permukaan jatuh ke dalam retak dan mengisinya
sebagian. Waktu hujan dating, tanah menjadi basah dan lempung
membengkak. Oleh karena retak terisi tanah guguran, terjadi tekanan
dari dalam lapisan tanah bawahan yang menyebabkan sebagian
lapisan tanah ini terdorong kea rah permukaan. Hal ini mengakibatkan
pembentukan timbulan mikro yang tidak beraturan. Kadar bahan
organic 1 %.
LAPORAN
4.
Andosol
Andosol adalah abu dan pasir vulkanik yang nberasal dari tanah stabil
yang dalam dan bertekstur ringan sampai sedang yang terdapat pada
dataran tinggi vulkanik utama. Horison permukaan yang dibentuknya
berwarna hitam kelam
Andosol
mempunyai
erodibilitas
tinggi
kjika sangat
terganggu. Lapisan hard-pan dapat terbentuk yang terdiri dari bahanbahan pemaceous atau Gritty. Tingkat kesuburannya sedang sampai
tinggi dengan kandungan fosfat terfiksasi cenderung banyak sekali.
5.
Tanah Aluvial
Ciri dan sifat tanah, berlapis oleh proses pengendapan, tekstur geluh
lempung debuan-lempung pasiran, struktur pejal, konsistensi teguh
bila Basahan lekat, permeabilitas lambat, drainage jelek, pH 6,0 6,5,
kapasitas tukar kation dan kejenuhan Basahan tinggi, kesuburan dan
potensi tanah untuk pertanian sedang-tinggi. Tanah Aluvial terdapat
pada wilayah yang didominasi oleh bentuklahan dataran aluvial dan
dataran aluvial pantai.
6.
Tanah Mediteran
Ciri dan sifat tanah, tanah telah berkembang susunan harison A, B, C,
R, tekstur geluh lempungan, struktur granuler-gumpal, konsistensi
teguh bila Basahah lekat, warna merah kekuningan (5YR 4/6),
permeabilitas agak lambat-sedang, pH 6,5 7,0, KTK dan kejenuhan
Basahah sedang, kesuburan dan potensi tanah untuk pertanian
rendah-sedang.
Tanah
Mediteran
terdapat
pada
wilayah
yang
LAPORAN
Jenis Tanah
1
2
3
4
5
6
15
16
17
18
7
8
9
10
11
12
13
14
8
8
8
8
8
8
Luas
km2
33.63
114.66
122.00
149.56
131.30
204.03
%
0.94%
3.19%
3.40%
4.16%
3.66%
5.68%
4
4
4
3
8
8
8
6
7.07
320.48
72.33
84.26
0.20%
8.92%
2.01%
2.35%
T3
Sedang
Sedang
T3
T3
3
3
6
6
Alfisol
Sedang
T3
359.14 10.00%
Inceptisol
Vertisol
Tinggi
Sangat
Ringan
Tinggi
Tinggi
T4
T1
4
1
8
2
145.84
75.85
T4
T4
4
4
8
8
365.56 10.18%
130.56 3.63%
Klasifikasi Tanah
USDA
Entisol
Entisol
Entisol
Inceptisol (aquept)
Inceptisol
Entisol
Potensi
Kerusakan
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Inceptisol
Inceptisol
Entisol
Ultisol
Simbol
Rating
Skor
T4
T4
T4
T4
T4
T4
4
4
4
4
4
4
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
T4
T4
T4
T3
Ultisol
Sedang
Alfisol
Alfisol
Entisol/Inceptisol
Entisol/Inceptisol
1.243.32 34.61%
0.62
32.05
0.02%
0.89%
4.06%
2.11%
LAPORAN
LAPORAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Potensi
Kerusakan
Sangat Rendah
Sangat Rendah
Sangat Rendah
Sangat Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi
Sedang
Tinggi
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rating
Skor
1
1
1
1
3
4
2
4
5
3
4
1
2
4
4
2
2
2
2
6
8
4
8
10
6
8
2
4
8
8
km2
855.55
185.67
35.34
48.00
131.16
1.32
288.30
283.02
0.10
569.47
33.80
887.94
248.35
19.62
4.61
Luas
Prosentase
23.81%
5.17%
0.98%
1.34%
3.65%
0.04%
8.03%
7.88%
0.00%
15.85%
0.94%
24.72%
6.91%
0.55%
0.13%
Sumber: Hasil pengolahan peta tata guna lahan dari Balai DAS, Bondowoso
Hutan
lahan
kering
primer
merupakan
hutan
yang
tumbuh
berkembang pada habitat lahan kering yang dapat berupa hutan dataran
rendah, perbukitan dan pegunungan, atau hutan tropis dataran tinggi, yang
masih kompak dan belum mengalami intervensi manusia atau belum
3-25 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
Pada
beberapa
lokasi,
hutan
mangrove
berada
lebih
LAPORAN
LAPORAN
pada
Sektor
Pertanian
mempunyai
peran
penting
dan
Kecamatan
Padi
Sawah
(kwt/ha)
Padi
Ladang
(kwt/ha)
Jagung
(kwt/ha)
Kedelai
(kwt/ha)
Kacang
Tanah
(kwt/ha)
Ubi Kayu
(kwt/ha)
1.
Pesanggaran
66,07
43,59
66,82
18,20
15.33
193,43
2.
Siliragung
65,95
42,22
66,65
18,23
15.56
188.67
3.
Bangorejo
69,61
62,73
64,55
19,17
16,00
190,00
4.
Purwoharjo
80,38
66,59
20,82
16,67
0,00
5.
Tegaldlimo
77,27
50,40
68,80
20.18
15,71
188,29
6.
Muncar
73,35
55,00
67,76
20,99
0,00
7.
Cluring
72,78
56,68
65,08
18.79
15.58
189.00
8.
Gambiran
74,42
54,69
18.97
15.00
192.20
9.
Tegalsari
70,98
52,30
57,69
18,82
15.77
192.08
10.
Glenmore
67,13
56,64
54,05
16.15
193,44
11.
Kalibaru
59,82
57,69
16,15
245.38
12.
Genteng
65,32
63,40
49,58
18,07
16,00
245,91
13.
Srono
70,01
62,04
18,64
15.00
186,47
14.
Rogojampi
63,86
50,64
18,63
16,06
179,20
15.
Kabat
63,27
62,80
55,02
18,33
15,00
184,77
LAPORAN
16.
Singojuruh
50,25
55,68
20,00
15.63
17.
Sempu
66,46
62,50
55,35
18,12
15.89
199,50
18.
Songgon
66,62
55,71
16,36
188,54
19.
Glagah
59,74
53,31
15.50
187,14
20.
Licin
62,23
54,72
15.96
181,79
21.
Banyuwangi
57,09
52,50
15.38
180.00
22.
Giri
58,14
55,67
15.52
180.00
23.
Kalipuro
55,02
55,95
16.05
187,42
24.
Wongsorejo
59,22
51,06
62,68
17.76
16.07
190,88
65,87
27,47
62,70
19,82
15,88
191,86
Rata-rata
198,80
LAPORAN
Jenis Tanaman
1.
Bayam
2.
Luas Panen
( Ha )
Produksi
(ton)
Produktivitas
(Kw/Ha)
Kriteria
(Djaenudin dkk,
2000)
37
170,10
45,98 Rendah
Kangkung
161
1.467,00
91,12 Rendah
3.
Buncis
164
1.356,80
82,73 Tinggi
4.
Kacang Panjang
446
3.068,00
68,79 Sedang
5.
Tomat
211
1.942,90
92,08 Tinggi
6.
Ketimun
93
1.477,10
158,83 Tinggi
7.
Kembang Kol
71
902,20
127,07 Tinggi
8.
Terung
238
2.785,80
117,05 Tinggi
9.
Cabe Besar
1.090 12.044,50
110,50 Tinggi
10.
Cabe Kecil
2.851 19.871,50
69,70 Tinggi
11.
Bawang Merah
12.
13.
124
1.219,50
96,35 Tinggi
Sawi
79
948,00
120,00 Sedang
Kobis
112
935,90
83,56 Rendah
LAPORAN
Tabel 3.12 Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Menurut Jenis
Buah-buahan di Kabupaten Banyuwangi
No.
Jenis Tanaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Alpukat
Belimbing
Duku/Langsat
Durian
Jambu Biji
Jambu Air
Jeruk Siam
Jeruk Besar
Mangga
Manggis
Nangka
Nanas
Pepaya
Pisang
Rambutan
Salak
Sawo
Markisa
Sirsak
Sukun
Anggur
Melinjo
Petai
Melon
Semangka
Buah Naga
Luas
Panen (
Ha )
Produksi
(ton)
Produktivitas
(Kw/Ha)
280,39
3.294,60
489,80
3.727,40
133,86
1.060,60
595,00
9.085,70
188,88
1.762,30
118,91
886,00
8.252,00 222.804,00
14,35
87,90
2.442,10
20.818,90
1.590,50
20.199,40
533,70
6.350,00
6,99
201,30
159,37
8.538,60
3.693,50
82.926,50
2.625,70
13.627,40
119,42
4.721,40
148,67
3.647,00
0,13
0,90
52,86
839,40
105,20
1.263,70
0,36
5,90
114,34
472,40
238,38
9.893,00
581,00
17.430,00
1.774,00
47.365,80
678,80
16.630,60
117,50
76,10
79,23
15270
93,30
74,51
270,00
61,24
85,25
127,00
118,98
287,93
535,78
224,52
51,90
395,37
245,31
65,43
158,80
120,21
165,23
32,73
415,01
300,00
267,00
245,00
Kriteria
(Djaenudin
dkk, 2000)
Sangat tinggi
*
*
*
*
*
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
*
Tinggi
Tinggi
Tinggi
*
Tinggi
*
*
*
*
*
*
*
*
Tinggi
*
LAPORAN
pengambilan
sampling
tanah
untuk
verifikasi
lapangan,
diprioritaskan pada kelas potensi kerusakan tanah tinggi dan sedang dengan
ketentuan jumlah sampling 4 titik per 100 hektar. Hasil overlay peta 4 faktor
penentu potensi kerusakan tanah menunjukkan, terdapat 9 kecamatan pada
zona timur dan utara yang mempunyai potensi kerusakan tanah dengan kelas
tinggi dan sedang. Sehingga dapat dilakukan pengambilan sampling tanah.
Adapun kecamatan tersebut yaitu kecamatan Gambiran, Genteng, Glagah,
Kalipuro, Licin, Sempu, Songgon, Tegalsari, wongsorejo. Adapun jumlah
sampling tanah yang diambil 89 titik survey dapat dilihat pada tabel 3.13.
Peta zonasi rencana survey potensi kerusakan tanah Kabupaten Banyuwangi
dapat dilihat pada gambar 3.6.
LAPORAN
Tabel 3.13 Jumlah Titik Rencana Survey Untuk Pengambilan Sampling Tanah
Kabupaten Banyuwangi Wilayah Administrasi Timur dan Utara
No.
Kecamatan
1.
Banyuwangi
2.
Cluring
3.
Gambiran
4.
Genteng
5.
Giri
6.
Glagah
7.
Kabat
8.
Kalipuro
9.
Licin
10.
Muncar
11.
Rogojampi
12.
Sempu
13.
Singojuruh
14.
Songgon
15.
Srono
16.
Tegalsari
17.
Wongsorejo
Status Potensi
Kerusakan Tanah
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
TOTAL
Jumlah
Titik
4
8
1
9
21
5
1
20
17
3
Total
4
8
1
9
21
5
21
17
3
89
LAPORAN
Gambar 3.6. Peta Pembagian Zonasi Rencana Survey Potensi Kerusakan Tanah Kabupaten Banyuwangi
BAB 4
Identifikasi Kondisi
Kerusakan Tanah
LAPORAN
PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA
KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
BAB 4
kawasan
budidaya
untuk
produksi
biomassa.
Setelah
proses
penyaringan areal kerja efektif, maka luas areal menjadi berkurang karena
informasi peta yang akan digunakan hanya pada kawasan budidaya khusus
untuk produksi biomassa yaitu kegiatan pertanian, perkebunan dan hutan
tanaman. Adapun identifikasi kondisi kerusakan tanah terdiri dari berbagai
parameter yaitu (1) potensi kerusakan tanah untuk kawasan budidaya, (2)
peta potensi kerusakan tanah per kecamatan untuk kawasan budidaya, (3)
analisa hasil laboratorium tanah dan (4) peta status kerusakan tanah.
4.1
LAPORAN
Potensi Kerusakan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Berdasarkan
Tabel
4.1
km
27,709
1863,313
426,062
8,024
2325,110
diketahui
Luas
Ha
2770,945
186331,350
42606,257
802,470
232511,022
bahwa
mayoritas
%
1,19%
80,14%
18,32%
0,35%
100,00%
Kabupaten
LAPORAN
Gambar 4.1 Peta Potensi Kerusakan Tanah Kawasan Budidaya Sebaran Titik Sempel Verifikasi Tanah Kabupaten Banyuwangi
LAPORAN
4.2
Sempu, Singojuruh,
Kecamatan Banyuwangi
Tabel 4.2 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Banyuwangi dalam
Areal Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
Ha
Luas
km2
0,000
816,671
0,000
0,000
0,000
8,16
0,000
0,000
816,671
8,16
%
0,00%
100%
0,00%
0,00%
100%
LAPORAN
Gambar 4.2 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Banyuwangi (Kawasan Budidaya)
LAPORAN
B. Kecamatan Cluring
Tabel 4.3 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Cluring dalam Areal
Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
Ha
0,000
6426,378
0,000
0,000
6426,378
Luas
km2
0,000
64,26
0,000
0,000
64,26
%
0,00%
100%
0,00%
0,00%
100%
LAPORAN
Gambar 4.3 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Cluring (Kawasan Budidaya)
4-7 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
C.
Kecamatan Gambiran
Tabel 4.4 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Gambiran dalam
Areal Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
0,000
4187,125
318,484
0,000
4505,609
Luas
km2
0,000
41,87
3,18
0,000
45,05
%
0,00%
92,93%
7,07%
0,00%
100%
LAPORAN
Gambar 4.4 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Gambiran (Kawasan Budidaya)
4-9 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
D.
Kecamatan Genteng
Tabel 4.5 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Genteng dalam
Areal Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
0,000
3238,496
307,600
0,000
3546,096
Luas
km2
0,000
32,38
3,07
0,000
35,46
%
0,00%
91,33
8,67
0,00%
100%
LAPORAN
Gambar 4.5 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Genteng (Kawasan Budidaya)
4-11 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
E.
Kecamatan Giri
Tabel 4.6 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Giri dalam Areal
Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
1,202
1577,481
0,000
0,000
1578,683
Luas
km2
0,012
15,77
0,000
0,000
15,78
%
0,08%
99,92%
0,00%
0,00%
100%
Berdasarkan Tabel 4.6 pada kecamatan Giri terdapat dua kelas potensi
kerusakan tanah yaitu sangat rendah dan rendah. Diketahui bahwa mayoritas
kecamatan Giri memiliki potensi kerusakan tanah rendah, yaitu sebesar
1577,481 ha atau 99,92%. Sedangkan untuk potensi kerusakan tanah sangat
rendah hanya sebesar 1,202 ha atau 0,08 dari total wilayah areal kerja
produktif (kawasan budidaya) di kecamatan Giri.
LAPORAN
Gambar 4.6 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Giri (Kawasan Budidaya)
4-13 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
F. Kecamatan Glagah
Tabel 4.7 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Glagah dalam Areal
Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
0,000
2471,377
147,789
0,000
2619,166
Luas
km2
0,00
24,71
1,47
0,00
26,19
%
0,00%
94,36
5,64
0,00%
100%
LAPORAN
Gambar 4.7 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Glagah (Kawasan Budidaya)
4-15 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
G.
Kecamatan Kabat
Tabel 4.8 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Kabat dalam Areal
Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
51,104
7111,154
36,642
0,000
7198,900
Luas
km2
0,51
71,11
0,36
0,00
71,98
%
0,71%
98,78%
0,51%
0,00%
100%
LAPORAN
Gambar 4.8 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Kabat (Kawasan Budidaya)
4-17 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
H.
Kecamatan Kalipuro
Tabel 4.9 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Kalipuro dalam Areal
Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
Simbol
Luas
km2
ha
Sangat Rendah
PR 1
0,000
0,00
0,00%
2
3
4
Rendah
Sedang
Tinggi
PR 2
PR 3
PR 4
12404,616
2038,506
21,118
14464,240
124,04
20,38
0,21
144,64
85,76%
14,09%
0,15%
100%
TOTAL
LAPORAN
Gambar 4.9 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Kalipuro (Kawasan Budidaya)
4-19 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
I.
Kecamatan Licin
Tabel 4.10 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Licin dalam Areal
Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
1719,203
3671,826
1334,538
0,228
6725,795
Luas
km2
17,19
36,71
13,34
0,002
67,25
%
25,56%
54,59%
19,84%
0,01%
100%
LAPORAN
Gambar 4.10 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Licin (Kawasan Budidaya)
4-21 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
J.
Kecamatan Muncar
Tabel 4.11 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Muncar dalam Areal
Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
0,000
7038,030
0,000
0,000
7038,030
Luas
km2
0,00
70,38
0,00
0,00
70,38
%
0,00%
100%
0,00%
0,00%
100%
LAPORAN
Gambar 4.11 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Muncar (Kawasan Budidaya)
4-23 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
K. Kecamatan Rogojampi
Tabel 4.12 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Rogojampi dalam
Areal Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
0,000
6175,924
2,38
0,000
6178,304
Luas
km2
0,00
61,75
0,02
0,00
61,78
%
0,00%
99,96
0,04
0,00%
100%
LAPORAN
Gambar 4.12 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Rogojampi (Kawasan Budidaya)
4-25 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
L.
Kecamatan Sempu
Tabel 4.13 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Sempu dalam Areal
Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
0,000
9144,409
862,772
0,000
10007,181
Luas
km2
0,00
91,44
8,62
0,00
100,07
%
0,00%
91,38%
8,62%
0,00%
100%
LAPORAN
Gambar 4.13 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Sempu (Kawasan Budidaya)
4-27 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
M.
Kecamatan Singojuruh
Tabel 4.14 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Singojuruh dalam
Areal Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
Luas
Simbol
ha
1
2
3
4
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
TOTAL
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
4076,979
0,000
0,000
0,000
4076,979
km2
40,76
0,00
0,00
0,00
40,76
%
100%
0,00%
0,00%
0,00%
100%
LAPORAN
Gambar 4.14 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Singojuruh (Kawasan Budidaya)
4-29 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
N.
Kecamatan Songgon
Tabel 4.15 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Songgon dalam
Areal Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
Luas
km2
0,000
8422,938
1381,915
3,540
9808,393
0,00
84,22
13,81
0,03
98,08
%
0,00%
85,87%
14,09%
0,04%
100%
LAPORAN
Gambar 4.15 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Songgon (Kawasan Budidaya)
4-31 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
O.
Kecamatan Srono
Tabel 4.16 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Srono dalam Areal
Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
0,000
6648,747
0,000
0,000
6648,747
Luas
km2
0,00
66,48
0,00
0,00
66,48
%
0,00%
100%
0,00%
0,00%
100%
LAPORAN
Gambar 4.16 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Srono (Kawasan Budidaya)
4-33 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
P.
Kecamatan Tegalsari
Tabel 4.17 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Tegalsari dalam
Areal Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
0,000
3013,897
1381,855
0,000
4395,752
Luas
km2
0,00
30,13
13,81
0,00
43,95
%
0,00%
68,56%
31,44%
0,00%
100%
LAPORAN
Gambar 4.17 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Tegalsari (Kawasan Budidaya)
4-35 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
Q.
Kecamatan Wongsorejo
Tabel 4.18 Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Wongsorejo dalam
Areal Kerja Produktif (Kawasan Budidaya)
NO
1
2
3
4
Simbol
PR 1
PR 2
PR 3
PR 4
ha
0,000
25491,594
5566,845
172,152
31230,591
Luas
km2
0,00
254,91
55,66
1,72
312,30
%
0,00%
81,62%
17,82%
0,56%
100%
LAPORAN
Gambar 4.18 Peta Potensi Kerusakan Tanah pada Kecamatan Wongsorejo (Kawasan Budidaya)
4-37 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
4.3
makhluk
adalah
hidup
bagian
penting
dalam
menunjang
di bidang
kehidupan
pertanian,
tanah
itu pun
dikurangi
menjadi
dengan
berkurang
upaya
atau
konservasi
rendah. Kerusakan
tanah
tanah.
tanah
Konservasi
mengurangi
dan
mencegah
kerusakan
tanah
dengan
cara
pelestarian.
Faktor pembatas kerusakan tanah dilakukan sesuai dengan tuntutan
perencanaan pembangunan dan perkembangan wilayah yang memperhatikan
aspek kelestarian sumberdaya lahan atau tanah. Penentuan faktor pembatas
kerusakan
tanah
dilakukan
dengan
metode
penyesuaian
(matching)
berdasarkan interpretasi data baik dari lapangan maupun hasil analisa contoh
tanah sesuai Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 150
Tahun 2000 Tanggal 23 Desember 2000 tentang Kriteria Baku Kerusakan
Tanah untuk Produksi Biomassa. Adapun hasil penyesuaian tersebut disajikan
pada Tabel 4.19.
LAPORAN
Tabel 4.19. Hasil Pengamatan, Pengukuran Serta Hasil Analisa Contoh Tanah di Laboratorium Parameter Kerusakan Tanah
Wilayah Kabupaten Banyuwangi
No.
SPL
1.
Koordinat
(UTM)
X : 184242
Y : 9071101
2.
3.
4.
5.
6.
X : 183800
Y : 9071209
X : 183241
Y : 9072311
X : 182687
Y : 9072750
X : 182274
Y : 9068873
X : 182717
Y : 9068544
7.
8.
9.
X : 182941
Y : 9068103
X : 182615
Y : 9067
X : 182617
Y : 9067215
Desa
Kecamatan
Lereng
(%)
Penggunaan
Lahan
Jenis
Tanaman
Jenis
Erosi
Elevasi
(m dpl)
Ketebalan
solum
(cm)
Kebatuan
permukaan
(%)
Gambiran
Gambiran
Perkebunan
Jati
Lembar
162
130
Gambiran
Gambiran
Perkebunan
Rambutan,
Kelapa
Lembar
164
75
Dasri
Tegalsari
Pertanian
Beririgrasi
Padi
Tanpa
Erosi
169
30
Tamansari
Tegalsari
Pertanian
Beririgrasi
Padi
Tanpa
Erosi
173
35
Tegalsari
Tegalsari
Pertanian
Beririgrasi
Padi
Tanpa
Erosi
125
30
Tegalsari
Tegalsari
Perkebunan
Jati
Lembar
134
132
Tegalsari
Tegalsari
Perkebunan
Jati
Lembar
130
150
Karangdoro
Tegalsari
Hutan
Produksi
Jati
Alur
124
108
Karangdoro
Tegalsari
Jati
Alur
129
112
Hutan
Produksi
LAPORAN
Koordinat
(UTM)
X : 181180
Y : 9067758
11.
X : 181183
Y : 9067426
12.
X : 181511
Y : 9067760
Desa
Kecamatan
Lereng
(%)
Karangdoro
Tegalsari
Karangdoro
Tegalsari
Karangdoro
Tegalsari
13.
X : 181185
Y : 9067094
Karangdoro
Tegalsari
14.
X : 181176
Y : 9068311
Karangdoro
Tegalsari
15.
X : 181748
Y : 9065548
Karangdoro
Tegalsari
16.
X : 183777
Y : 9074308
Setail
17.
X : 183333
Y : 9074858
Setail
18.
X : 183107
Y : 9075521
Setail
Genteng
Genteng
Genteng
4
6
Penggunaan
Lahan
Hutan
Produksi
Hutan
Produksi
Hutan
Produksi
Jenis
Tanaman
Jenis
Erosi
Elevasi
(m dpl)
Ketebalan
solum
(cm)
Kebatuan
permukaan
(%)
Jati
Lembar
107
180
Jati
Lembar
109
175
Jati
Lembar
116
175
Jati
Lembar
116
145
Jati
Lembar
117
150
Padi
Tanpa
Erosi
98
55
Padi, cabe
Tanpa
Erosi
192
30
Padi
Tanpa
Erosi
198
30
Padi
Tanpa
Erosi
208
31
Hutan
Produksi
Hutan
Produksi
Kawasan
pertanian
beririgasi
Kawasan
pertanian
beririgasi
Kawasan
pertanian
beririgasi
Kawasan
pertanian
beririgasi
1
2
LAPORAN
Koordinat
(UTM)
Desa
19.
X : 182778
Y :9075297
20.
X : 182885
Y : 9075740
Setail
21.
X : 185741
Y : 9077200
Genteng
kulon
22.
X : 183775
Y : 9074640
Setail
23.
X : 183227
Y : 9074193
Dasri
24.
X : 182345
Y : 9074187
Tamansari
25.
X : 196402
Y : 9097863
Tamansari
26.
X : 196183
Y : 9097529
Tamansari
Setail
Kecamatan
Genteng
Genteng
Genteng
Genteng
Tegalsari
Tegalsari
Licin
Licin
Lereng
(%)
Penggunaan
Lahan
Kawasan
pertanian
beririgasi
Kawasan
pertanian
beririgasi
Kawasan
pertanian
beririgasi
Kawasan
pertanian
beririgasi
Kawasan
pertanian
beririgasi
Kawasan
pertanian
beririgasi
Jenis
Tanaman
Jenis
Erosi
Elevasi
(m dpl)
Ketebalan
solum
(cm)
Kebatuan
permukaan
(%)
Padi
Tanpa
Erosi
208
32
Padi
Tanpa
Erosi
209
30
Padi
Tanpa
Erosi
226
70
Padi
Tanpa
Erosi
194
29
Padi
Tanpa
Erosi
196
30
Padi
Tanpa
Erosi
190
35
Kawasan
perkebunan
Kopi
Tanpa
Erosi
797
170
Kawasan
perkebunan
Kopi
Tanpa
Erosi
774
168
LAPORAN
Koordinat
(UTM)
Desa
27.
X : 195851
Y : 9097748
Tamansari
28.
X : 195520
Y : 9097746
Tamansari
29.
X : 195192
Y : 9097412
Tamansari
30.
X : 195736
Y : 9098412
Tamansari
31.
X : 195295
Y : 9098408
Tamansari
32.
X : 196508
Y : 9098417
Tamansari
33.
X : 197168
Y : 9098753
Tamansari
34.
X : 194419
Y : 9097517
Tamansari
Kecamatan
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Lereng
(%)
Penggunaan
Lahan
Jenis
Tanaman
Jenis
Erosi
Elevasi
(m dpl)
Ketebalan
solum
(cm)
Kebatuan
permukaan
(%)
Kawasan
perkebunan
Kopi
Tanpa
Erosi
784
173
Kawasan
perkebunan
Kopi
Tanpa
Erosi
786
216
Kawasan
perkebunan
Kopi
Tanpa
Erosi
781
181
Kawasan
perkebunan
Kopi
Tanpa
Erosi
810
175
Kawasan
perkebunan
Kopi
Tanpa
Erosi
775
167
Kawasan
perkebunan
Kopi
Erosi
Lembar
799
170
Kawasan
perkebunan
Kopi
Erosi
Lembar
785
180
Kawasan
hutan
produksi
Mahoni
Erosi
Alur
788
210
LAPORAN
Koordinat
(UTM)
Desa
35.
X : 194090
Y : 9097183
36.
X : 194750
Y : 9097519
37.
X : 197610
Y : 9098646
38.
X : 196840
Y : 9098308
Tamansari
39.
X : 195186
Y : 9098186
Tamansari
40.
X : 194635
Y : 9098183
Tamansari
41.
X : 198281
Y : 9097211
Kampunga
nyar
42.
X : 186511
Y : 9077427
Kluncung
Tamansari
Tamansari
Tegalarum
Kecamatan
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Glagah
Sempu
Lereng
(%)
Penggunaan
Lahan
10
Kawasan
hutan
produksi
Kawasan
perkebunan
Kopi
Tanpa
Erosi
Kawasan
perkebunan
Kopi
Kawasan
perkebunan
Jenis
Tanaman
Jenis
Erosi
Elevasi
(m dpl)
Ketebalan
solum
(cm)
Kebatuan
permukaan
(%)
Mahoni
Erosi
Alur
795
225
797
197
Tanpa
Erosi
769
185
Kopi
Erosi
Lembar
790
160
Kawasan
perkebunan
Kopi
Tanpa
Erosi
793
176
Kawasan
perkebunan
Kopi
Tanpa
Erosi
780
175
Kopi
Erosi
Lembar
613
168
Padi
Tanpa
Erosi
228
80
Kawasan
perkebunan
Kawasan
pertanian
beririgasi
LAPORAN
Koordinat
(UTM)
Desa
Kecamatan
Lereng
(%)
43.
X : 187098
Y : 9087836
Temuguruh
Sempu
37
44.
X : 188560
Y : 9083751
Temuguruh
45.
X : 184411
Y : 9078187
Setail
46.
X : 187140
Y : 9066695
Tegalsari
47.
X : 184585
Y : 9069333
Gambiran
48.
X : 181535
Y : 9064440
Karangdoro
49.
X : 184136
Y : 9070436
Gambiran
50.
X : 210520
Y : 9097514
Kalipuro
51.
X : 207160
Y : 9105350
Ketapang
Sempu
Genteng
Tegalsari
Gambiran
Tegalsari
Gambiran
Kalipuro
Kalipuro
17
3
2
2
2
Penggunaan
Lahan
Kawasan
hutan
produksi
Kawasan
hutan
produksi
Kawasan
pertanian
beririgasi
Kawasan
pertanian
beririgasi
Kawasan
pertanian
beririgasi
Kawasan
pertanian
beririgasi
Jenis
Tanaman
Jenis
Erosi
Eleva
si (m
dpl)
Ketebalan
solum
(cm)
Kebatuan
permukaan
(%)
Pinus, Mahoni
Erosi
Lembar
464
130
Kakao
Erosi
Lembar
309
105
Padi, cabe
Tanpa
Erosi
248
80
Padi, Jeruk
Tanpa
Erosi
112
85
Padi
Tanpa
Erosi
132
80
Jagung, Padi
Tanpa
Erosi
92
80
Kawasan
perkebunan
Jati, Mahoni
Tanpa
Erosi
140
135
Kawasan
perkebunan
Ilalang
Erosi
Lembar
101
70
Kawasan
perkebunan
Kopi
Tanpa
Erosi
496
90
LAPORAN
Koordinat
(UTM)
Desa
52.
X : 207139
Y : 9108559
Bangsring
53.
X : 206958
Y : 9119514
Watukebo
54.
X : 206411
Y : 9118847
Watukebo
55.
X : 211725
Y : 9098739
Ketapang
56.
X : 211726
Y : 9098518
Ketapang
57
X : 211501
Y : 9099180
Ketapang
58.
X : 208157
Y : 9104692
Ketapang
59.
X : 210702
Y : 9103491
Ketapang
60.
X : 212029
Y : 9102947
Ketapang
Kecamatan
Wongsorejo
Wongsorejo
Wongsorejo
Kalipuro
Kalipuro
Kalipuro
Kalipuro
Kalipuro
Kalipuro
Lereng
(%)
5
5
2
Penggunaan
Lahan
Kawasan
hutan
produksi
Kawasan
hutan
produksi
Kawasan
hutan
produksi
Kawasan
perkebunan
Jenis
Tanaman
Jenis
Erosi
Elevasi
(m dpl)
Ketebalan
solum
(cm)
Kebatuan
permukaan
(%)
Jati
Erosi
Lembar
216
140
Jati
Erosi
Lembar
227
130
Jati
Erosi
Alur
237
135
Tebu
Tanpa
Erosi
32
90
Kawasan
perkebunan
Tebu
Tanpa
Erosi
32
90
Kawasan
perkebunan
Jagung
Tanpa
Erosi
32
65
Kopi
Erosi
Alur
401
80
Jati
Tanpa
Erosi
200
90
Tanaman
Hutan
Erosi
Alur
127
30
60
49
4
36
Kawasan
hutan
produksi
Kawasan
hutan
produksi
Kawasan
hutan
konservasi
LAPORAN
Koordinat
(UTM)
Desa
61.
X : 211933
Y : 9100733
Ketapang
62.
X : 192664
Y : 9096177
Kluncung
63.
X : 192666
Y : 095845
Kluncung
64.
X : 192893
Y : 9094850
Kluncung
65.
X : 193122
Y : 9093745
Pakel
66.
X : 192441
Y : 9096397
Kluncung
67.
X : 186286
Y : 9077979
Tegalarum
68.
X : 185907
Y : 9084728
Jambewangi
69.
X : 189795
Y : 9096378
Bayu
Kecamatan
Kalipuro
Licin
Licin
Licin
Licin
Licin
Sempu
Sempu
Songgon
Lereng
(%)
Penggunaan
Lahan
Jenis
Tanaman
Jenis
Erosi
Elevasi
(m dpl)
Ketebalan
solum
(cm)
Kebatuan
permukaan
(%)
73
Kawasan
perkebunan
Jati
Longsor
116
25
42
Kawasan
perkebunan
Cengkeh,
kopi
Erosi
Lembar
741
180
Kawasan
perkebunan
Kopi,
Cengkeh
Erosi
Lembar
669
205
Kawasan
perkebunan
Mahoni,
Kelapa
Erosi
Lembar
614
165
Kawasan
perkebunan
Kopi,
Cengkeh
Erosi
Lembar
573
210
Kawasan
perkebunan
Kopi
Erosi
Lembar
759
220
Padi
Tanpa
Erosi
242
70
Pinus
Tanpa
Erosi
363
80
20
Tanpa
Erosi
883
76
35
3
5
76
Kawasan
pertanian
beririgasi
Kawasan
hutan
produksi
Kawasan
perkebunan
Kopi
LAPORAN
Koordinat
(UTM)
Desa
70.
X : 189251
Y : 9095267
Bayu
71.
X : 189255
Y : 9094714
Bayu
72.
X : 189917
Y : 9094719
Bayu
73.
X : 189588
Y : 9094384
Bayu
74.
X : 189701
Y : 9093942
Bayu
75.
X : 189705
Y : 9093500
Bayu
76.
X : 190695
Y : 9093839
Bayu
77
X : 190587
Y : 9093506
78.
X : 190368
Y : 9093283
Bayu
Bayu
Kecamatan
Songgon
Songgon
Songgon
Songgon
Songgon
Songgon
Songgon
Songgon
Songgon
Lereng
(%)
Penggunaan
Lahan
Jenis
Tanaman
Jenis
Erosi
Elevasi
(m dpl)
Ketebalan
solum
(cm)
Kebatuan
permukaan
(%)
Kawasan
perkebunan
Kopi, Lantoro
Erosi
Lembar
714
110
70
Kawasan
perkebunan
Kopi
Erosi
Alur
636
110
26
Kawasan
perkebunan
Pisang
Tanpa
Erosi
644
67
Kawasan
perkebunan
Jabon
Tanpa
Erosi
674
110
58
Kawasan
perkebunan
Karet, Jabon
Erosi
Alur
642
108
35
Kawasan
perkebunan
Pisang
Tanpa
Erosi
609
65
Kawasan
perkebunan
Cengkeh
Tanpa
Erosi
635
108
Kawasan
perkebunan
Cengkeh
Tanpa
Erosi
629
108
Kawasan
perkebunan
Jati
Tanpa
Erosi
607
110
LAPORAN
Koordinat
(UTM)
Desa
Kecamatan
79.
X : 190482
Y : 9092730
Bayu
80.
X : 190264
Y : 9092397
Bayu
81.
X : 190150
Y : 9092839
Bayu
Songgon
82.
X : 190581
Y : 9094391
Bayu
Songgon
83.
X : 190467
Y : 9094833
Bayu
84.
X : 190464
Y : 9095276
Bayu
85.
X : 190240
Y : 9095828
Bayu
86.
X : 190572
Y : 9095609
Bayu
87.
X : 189583
Y : 9095048
Bayu
Songgon
Songgon
Songgon
Songgon
Songgon
Songgon
Songgon
Lereng
(%)
Penggunaan
Lahan
Jenis
Tanaman
Jenis
Erosi
Elevasi
(m dpl)
Ketebalan
solum
(cm)
Kebatuan
permukaan
(%)
Kawasan
perkebunan
Karet, Jabon
Tanpa
Erosi
577
108
Kawasan
perkebunan
Pisang
Erosi
Alur
536
65
Kawasan
perkebunan
Karet, Jabon
Tanpa
Erosi
562
105
Kawasan
perkebunan
Pisang
Tanpa
Erosi
682
65
18
Kawasan
perkebunan
Pisang
Tanpa
Erosi
713
65
Kawasan
perkebunan
Pisang
Tanpa
Erosi
747
65
Kawasan
perkebunan
Pisang
Erosi
Alur
804
65
Kawasan
perkebunan
Pisang
Tanpa
Erosi
772
65
Kawasan
perkebunan
Pisang
Erosi
Alur
691
60
LAPORAN
Koordinat
(UTM)
Desa
88.
X : 189577
Y : 9095934
Bayu
89.
X : 189465
Y : 9096265
Bayu
Kecamatan
Songgon
Songgon
Lereng
(%)
Penggunaan
Lahan
Jenis
Tanaman
Jenis
Erosi
Elevasi
(m dpl)
Ketebalan
solum
(cm)
Kebatuan
permukaan
(%)
Kawasan
perkebunan
Kopi, Lantoro
Tanpa
Erosi
777
100
32
Kawasan
perkebunan
Pisang
Tanpa
Erosi
782
65
LAPORAN
Persentase
koloid
(% pasir;
% koloid)
Berat
isi
Porositas
total
Derajat
pelulusan
air
(cm/jam)
pH
(H20)
1 : 2,5
Daya
Hantar
Listrik
(mS/cm)
Redoks
(mV)
Jumlah
mikroba
(CFU/gram)
1.
35,76 ; 5,29
0,80
62,66
0,48
6,49
0,16
58,1
7,4 x 10 5
68,3
6,6 x 10
5
5
Pesentase koloid,
2.
29,03,30,87
0,81
37,08
0,58
6,15
0,19
3.
47,73; 5,09
0,85
67,74
0,70
6,05
0,20
65,9
5,8 x 10
4.
48,52; 21,82
0,88
63,40
0,72
6,75
0,14
28,3
1,6 x 10 6
Persentase koloid
5.
6.
29,05; 19,65
1,05
72,51
0,63
6,52
0,16
36,0
1,7 x 10 6
33,07; 14,98
0,93
68,95
0,62
6,60
0,15
43,7
6,1 x 10 4
7.
33,63; 14,07
0,87
63,13
0,65
5,90
0,19
65,4
1,1 x 10 6
8.
51,56; 14,48
0,86
61,63
2,95
6,75
0,17
24,0
5,5 x 10 6
Persentase koloid,
9.
42,70; 10,41
1,09
65,57
0,65
6,10
0,13
68,1
2,9 x 10 6
10.
54,39; 21,30
0,92
59,59
13,45
5,72
0,17
88,8
0,9 x 10 6
11.
48,83; 18,16
0,89
48,58
0,64
6,05
0,16
69,3
3,4 x 10 5
12.
44,29; 12,88
0,96
65,78
0,61
5,91
0,13
74,4
4,1 x 10 4
97,0
1,1 x 10
4,3 x 10
8,1 x 10
1,5 x 10
2,4 x 10
13.
14.
15.
16.
17.
18,46;39,97
30,42;27,37
14,95; 4,22
24,61; 10,13
18,97;33,62
0,83
0,86
0,99
0,89
0,83
57,69
48,62
65,61
65,11
54,43
0,43
0,24
0,.26
0,48
0,43
5,67
6,23
6,67
6,89
6,90
0,18
0,16
0,17
0,19
0,15
68,5
25,8
15,3
12,8
LAPORAN
Persentase
koloid
(% pasir;
% koloid)
Berat
isi
Porositas
total
Derajat
pelulusan
air
(cm/jam)
pH
(H20)
1 : 2,5
Daya
Hantar
Listrik
(mS/cm)
Redoks
(mV)
Jumlah
mikroba
(CFU/gram)
18.
59,90; 13,88
1,01
66,91
0,72
6,16
0,18
63,8
1,9 x 10 6
Persentase koloid
19.
39,58; 4,34
1,18
62,26
0,68
6,03
0,13
72,9
1,3 x 10 6
20.
23,63; 31,86
1,07
68,62
0,40
5,80
0,18
91,9
3,2 x 10 5
21.
10,10;85,17
1,16
62,31
0,40
6,27
0,16
52,4
8,9 x 10 5
22.
23.
30,58; 59,86
1,24
65,33
0,58
7,06
0,18
7,4
2,3 x 10 5
36,15; 24,28
1,10
66,30
0,63
6,82
0,19
20,7
8,9 x 10 5
24.
26,86; 36,32
0,88
66,67
0,48
6,55
0,14
36,8
2,3 x 10 5
25.
45,14;19,92
0,73
63,40
1,13
5,52
0,15
108,4
8,5 x 10 5
26.
16,52; 29,94
0,75
70,47
0,24
5,65
0,15
99,8
1,9 x 10 6
27.
18,74; 37,79
0,82
68,34
0,29
5,53
0,13
100,0
10,6 x 10 5
20,85; 33,19
0,83
52,56
0,47
5,67
0,13
91,6
1,6 x 10 6
11,11; 52,99
0,84
66,80
2,06
5,67
0,13
93,8
2,1 x 10 6
41,45;15,77
0,81
63,63
1,7984
6,09
0,18
68,6
5,2 x 10 5
Pesentase kolid
9,47; 29,99
0,85
65,59
0,20
6,03
0,13
76,9
1,9 x 10 6
38,73;23,02
0,79
81,34
0,13
5,94
0,18
81,6
7,1 x 10 5
37,92;56,16
0,88
59,57
0,12
5,83
0,16
87,9
14 x 10 4
38,66; 15,62
0,66
74,02
0,69
6,41
0,14
50,3
1,7 x 10 6
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
LAPORAN
Persentase
koloid
(% pasir;
% koloid)
Berat
isi
Porositas
total
Derajat
pelulusan
air
(cm/jam)
pH
(H20)
1 : 2,5
Daya
Hantar
Listrik
(mS/cm)
Redoks
(mV)
Jumlah
mikroba
(CFU/gram)
35.
40,34; 14,30
0,75
75,00
8,14
6,43
0,23
47,4
0,8 x 10 6
36.
39,60; 28,70
0,85
57,28
0,80
5,92
0,14
75,8
1,2 x 10 5
37.
39,70;14,98
0,85
68,51
3,4864
5,50
0,29
105,1
2,3 x 10 5
Pesentase koloid
38.
42,74; 26,77
0,77
52,70
2,9724
6,19
0,17
64,1
4,2 x 10 5
39.
31,80; 27,87
0,82
54,27
0,73
6,25
0,15
72,1
15 x 10 4
40.
26,76; 31,04
0,83
68,20
0,30
5,85
0,16
88,4
4,7 x 10 5
41.
22,30;27,01
1,03
57,31
2,8475
5,90
0,18
81,0
3,5 x 10 4
42.
6,59; 3,52
0,77
68,51
0,38
5,47
0,19
102,8
1,4 x 10 6
43.
20,53; 3,20
1,08
53,06
2,87
6,01
0,13
65,9
4,4 x 10 5
Pesentase koloid
44.
39,18; 30,77
1,07
54,46
0,24
6,02
0,13
68,4
8 x 10 4
45.
49,50; 22,87
0,98
58,55
1,13
6,48
0,14
39,1
1,7 x 10 6
46.
16,86; 42,50
0,93
33,11
1,40
6,85
0,16
17
3,4 x 10 5
47.
23,67; 14,20
0,99
63,63
0,51
6,70
0,17
30,7
1,8 x 10 5
48.
67,73; 4,91
1,30
53,94
73,2
6,62
0,19
34,7
5,1 x 10 5
Persentase koloid,
49.
36,17; 21,87
1,10
59,26
0,39
6,52
0,14
44,2
1,4 x 10 6
50.
36,17; 21,87
1,02
63,41
0,26
6,73
0,15
27,3
6,1 x 10 5
51.
16,68; 44,93
1,17
53,94
0,28
5,96
0,14
83,2
17,2 x 10 5
LAPORAN
Persentase
koloid
(% pasir;
% koloid)
Berat
isi
Porositas
total
Derajat
pelulusan
air
(cm/jam)
pH
(H20)
1 : 2,5
Daya
Hantar
Listrik
(mS/cm)
Redoks
(mV)
Jumlah
mikroba
(CFU/gram)
52.
48,47; 24,13
1,05
64,36
0,51
6,87
0,13
20,2
10,8 x 10 5
53.
16,86; 42,50
1,27
57,31
0,51
6,43
0,13
48,7
7,1 x 10 5
54.
41,71; 28,87
1,10
55,78
0,58
6,76
0,14
25,2
4,2 x 10 5
55.
61,41; 17,36
1,12
54,81
0,90
6,63
0,16
30,3
6,1 x 10 5
Pesentase koloid,
56.
50,14; 25,29
1,15
55,89
0,29
6,43
0,13
30,7
6,3 x 10 5
57.
33,87; 31,52
0,99
60,94
0,49
7,17
0,21
0,21
4,5 x 10 5
58.
56,64; 25,21
1,03
58,83
0,67
6,34
0,34
0,34
2,8 x 10 6
59.
19,53; 34,26
1,20
52,70
0,35
6,60
0,19
25,2
2,3 x 10 6
60.
25,30; 25,48
1,29
50,01
0,19
6,60
0,20
35,9
7,8 x 10 5
Sebaran batuan
61.
29,82; 32,81
1,08
56,02
2,16
7,68
0,13
35,3
1,9 x 10 6
Sebaran batuan
62.
16,80; 42,50
1,27
57,31
4,83
7,13
0,14
86,1
2,1 x 10 5
63.
61,51; 17,36
1,10
55,78
2,70
5,77
0,15
69,2
1,9 x 10 5
Persentase koloid
64.
42,74; 26,77
1,10
55,78
1,61
6,02
0,14
62,2
1,8 x 10 6
65.
11,52;43,12
0,95
48,14
4,39
6,02
0,15
48,7
1,9 x 10 6
66.
50,14; 25,29
0,86
51,68
2,71
6,57
0,14
71,0
1,5 x 10 5
67.
35,97;,25,35
1,20
54,47
0,48
6,05
0,16
45
1,3 x 10 6
68.
9,47; 29,99
1,08
56,02
2,16
6,33
0,14
64,2
5,8 x 10 5
LAPORAN
Persentase
koloid
(% pasir;
% koloid)
Berat
isi
Porositas
total
69.
41,71; 28,87
0,93
47,46
Derajat
pelulusan
air
(cm/jam)
2,05
70.
48,52; 12,57
0,80
70,86
71.
50,14; 25,29
1,14
72.
40,16;9,59
73.
6,24
Daya
Hantar
Listrik
(mS/cm)
0,15
1,36
7,26
0,22
15,2
1,3 x 10 6
Porositas
72,35
3.05
5,49
0,12
96,4
2,1 x 10 5
Porositas
0,87
64,05
3,48
5,75
0,15
85,8
2,7 x 10 6
Persentase koloid
48,47; 24,13
0,79
68,47
2,23
5,84
0,13
88,1
2,3 x 10 6
74.
25,30; 25,48
0,86
75,34
1,95
5,79
0,14
85,9
3,1 x 10 5
Porositas
75.
80,42; 7,67
0,61
75,70
13,35
6,50
0,17
42,0
1,2 x 10 6
76.
31,59;10,94
0,79
68,40
2,54
6,02
0,15
74,5
2,4 x 10 6
Persentase koloid
77.
29,82; 32,81
0,98
49,46
1,95
6,16
0,13
66,0
1,9 x 10 5
78.
25,46 ; 1,67
0,99
60,07
1,90
5,97
0,23
78,4
1,6 x 10 5
Persentase koloid
79.
20,85; 33,19
0,76
58,83
4,77
6,27
0,14
61,3
1,6 x 10 6
80.
26,61;17,72
0,75
61,22
2,38
6,15
0,13
- 15,2
2,1 x 10 6
Pesentase koloid
81.
80,68;22,00
0,97
55,78
6,90
5,95
0,14
96,4
1,6 x 10 5
82.
43,51; 17,15
0,80
72,91
0,68
6,09
0,16
85,8
2,1 x 10 6
83.
38,37;15,77
0,86
52,11
2,78
6,36
0,18
88,1
3,3 x 10 5
Pesentase koloid
84.
19,53; 34,26
0,92
62,60
4,68
7,51
0,14
85,9
2,2 x 10 6
85.
40,60;19,07
0,94
62,85
3,49
5,85
0,15
86,5
1,9 x 10 6
pH
(H20)
1 : 2,5
Redoks
(mV)
Jumlah
mikroba
(CFU/gram)
61,3
5,3 x 10 6
LAPORAN
Persentase
koloid
(% pasir;
% koloid)
Berat
isi
Porositas
total
Derajat
pelulusan
air
(cm/jam)
pH
(H20)
1 : 2,5
Daya
Hantar
Listrik
(mS/cm)
Redoks
(mV)
Jumlah
mikroba
(CFU/gram)
86.
45,92;13,85
0,75
70,24
3,57
6,19
0,17
66,5
5,2 x 10 5
87.
33,87; 31,52
1,01
57,20
1,24
6,51
0,16
47,4
3,1 x 10 5
88.
39,36; 4,25
0,71
61,47
2,87
6,09
0,13
71,9
1,2 x 10 6
Persentase koloid
89.
31,80; 27,87
0,73
74,74
2,76
6,27
0,18
47,9
0,9 x 10 6
Porositas,
LAPORAN
hampir semua lokasi terjadi eorosi. Masalah ini ditunjang dari tidak adanya
usaha konservasi tanah dan air.
Erosi merupakan peristiwa pengikisan permukaan tanah oleh aliran
permukaan, sehingga mengakibatkan butiran-butiran tanah terangkut ke
tempat lain yang lebih rendah tempatnya. Proses erosi ini, meliputi 3 (tiga)
proses, yaitu: (a) Penghancuran (detachment), (b) Pengangkutan (transport),
dan (c) Penimbunan/pengendapan (deposition). Laju erosi yang terjadi di
suatu wilayah, sangat berfluktuasi seiring dengan waktu.
Proses penghancuran (detachment), merupakan pelepasan partikel-partikel
tanah dari agregat tanah. Pelepasan partikel-partikel tersebut, dilakukan oleh
benturan tetesan air hujan dan aliran permukaan air hujan. Beberapa tanah
yang mempunyai kandungan liat relatif tinggi, bersifat kohesif diantara
partikel-partikel primer oleh kekuatan ikatan fisika dan kimia, sehingga untuk
melepaskan partikel-partikel tersebut diperlukan energi tertentu.
Untuk tanah yang didominasi oleh fraksi pasir, ikatan antar partikel
sangat lemah, atau dapat juga terjadi sebagian partikel dalam keadaan lepaslepas tanpa ikatan antara partikel yang satu dengan lainnya. Pada kondisi
tanah yang didominasi oleh fraksi pasir, energi yang diperlukan untuk
melepaskan partikel-partikel primer sangat kecil, atau bahkan tidak diperlukan
sama sekali, karena partikel-partikel primer sudah dalam keadaan tanpa
ikatan satu sama lainnya.
Pengangkutan (transport), adalah proses gerakan partikel-partikel
tanah di permukaan tanah. Pengangkutan partikel-partikel tanah miring oleh
4-56 | PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
LAPORAN
Sebagaimana diketahui bahwa, jika terjadi hujan dengan curah hujan tinggi,
durasinya lama, daerah tangkapan (resapan) air hujan rusak terutama bagian
hulu, maka air hujan yang jatuh tidak/kurang meresap dalam tanah, maka
akibatnya akan terjadi aliran permukaan dan kecepatan yang cukup besar.
Pengaruh dari kejadian ini akan terjadi banjir pada saat musim hujan dan
kekeringan pada musim kemarau karena kurangnya cadangan air dalam
tanah.
Pada saat terjadi banjir bukan saja air bah yang mengalir, akan tetapi
juga disertai aliran lumpur yang cukup besar. Kejadian ini biasanya disebut
banjir bandang. Kerugian dari kejadian ini, bukan hanya saja banyaknya
tanaman yang rusak atau hancur, akan tetapi sandang-pangan juga banyak
rusak atau hilang. Jika hal ini dinilai dengan rupiah, akan besar biaya yang
harus dikeluarkan untuk mengembalikan seperti kondisi semula.
Sebaran curah hujan yang tinggi terutama di daerah upland dapat
menyebabkan terjadi tanah longsor serta banjir di daerah hilir. Banjir juga
banyak terjadi karena curah hujan yang tinggi pada bulan-bulan tertentu. Air
merupakan sumber daya yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup
lainnya.
LAPORAN
Desa
Kecamatan
Pengguanan Lahan
Tamansari
Licin
Kawasan Perkebunan
38.
Tamansari
Licin
Kawasan Perkebunan
39.
Kampunganyar
Glagah
Kawasan Perkebunan
41.
Setail
Genteng
45.
Tegalsari
Tegalsari
46.
Tamansai
Licin
Kawasan Perkebunan
62.
Kluncung
Licin
Kawasan Perkebunan
64.
Kluncung
Licin
Kawasan Perkebunan
65.
Pakel
Licin
Kawasan Perkebunan
66..
Kluncung
Licin
Kawasan Perkebunan
68.
Jambewangi
Sempu
69.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
73.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
77.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
79.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
81.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
84.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
85.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
87.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
Desa
Kecamatan
Pengguanan Lahan
70.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
71.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
74.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
89.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
LAPORAN
Desa
Kecamatan
Pengguanan Lahan
1.
Gambiran
Gambiran
Kawasan Perkebunan
2.
Gambiran
Gambiran
Kawasan Perkebunan
13.
Karangdoro
Tegalsari
14.
Karangdoro
Tegalsari
17.
Setail
Genteng
20.
Setail
Genteng
21.
Gentengkulon
Genteng
22.
Setail
Genteng
23.
Dasri
Tegalsari
24.
Tamansaril
Tegalsari
25.
Tamansari
Licin
Kawasan Perkebunan
26.
Tamansari
Licin
Kawasan Perkebunan
27.
Tamansari
Licin
Kawasan Perkebunan
28.
Tamansari
Licin
Kawasan Perkebunan
31.
Tamansari
Licin
Kawasan Perkebunan
32.
Tamansari
Licin
Kawasan Perkebunan
33.
Tamansari
Licin
Kawasan Perkebunan
36.
Tamansari
Licin
Kawasan Perkebunan
40.
Tamansari
Licin
Kawasan Perkebunan
49.
Gambiran
Gambiran
Kawasan Perkebunan
50.
Kalipuro
Kalipuro
Kawasan Perkebunan
51.
Ketapang
Kalipuro
Kawasan Perkebunan
52.
Bangsring
Wongsorejo
53.
Watukebo
Wongsorejo
54.
Watukebo
Wongsorejo
56.
Ketapang
Kalipuro
Kawasan Perkebunan
57.
Ketapang
Kalipuro
Kawasan Perkebunan
LAPORAN
Desa
Kecamatan
Pengguanan Lahan
Ketapang
Kalipuro
59.
Ketapang
Kalipuro
67.
Tegalarum
Sempu
Desa
Kecamatan
Pengguanan Lahan
Tamansari
Licin
Kawasan Perkebunan
4.
Temuguruh
Sempu
8.
Karangdoro
Tegalsari
18.
Dasri
Tegalsari
30.
Tamansari
Tegalsari
37.
Karangdoro
Tegalsari
43.
Setail
Genteng
48.
Tamansari
Licin
55.
Ketapang
Kalipuro
Kawasan Perkebunan
63.
Kluncung
Licin
Kawasan Perkebunan
72.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
76.
Gambiran
Gambiran
78.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
80.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
83.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
88.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
LAPORAN
Desa
Kecamatan
Pengguanan Lahan
Tamansari
Licin
75.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
82.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
86.
Bayu
Songgon
Kawasan Perkebunan
Tabel 4.25. Jumlah Titik Sampel berdasarkan Faktor Persentase koloid, Derajat
Pelulusan Air
No.
SPL
6.
Desa
Kecamatan
Pengguanan Lahan
Tegalarum
Sempu
7.
Temuguruh
Sempu
9.
Gambiran
Gambiran
10.
Karangdoro
Tegalsari
11.
Setail
Genteng
12.
Tegalsari
Tegalsai
Kawasan Perkebunan
15.
Tegalsari
Tegalsai
Kawasan Perkebunan
16.
Karangdoro
Tegalsari
19.
Karangdoro
Tegalsari
42.
Karangdoro
Tegalsari
44.
Karangdoro
Tegalsari
47.
Setail
Genteng
LAPORAN
Desa
Kecamatan
Pengguanan Lahan
Kluncung
Licin
35.
Tegalsari
Tegalsari
Tabel 4.27. Jumlah Titik Sampel berdasarkan Faktor Pembatas Sebaran batuan
No .
SPL
60.
Desa
Kecamatan
Pengguanan Lahan
Ketapang
Kalipuo
61.
Ketapang
Kalipuro
Kawasan Perkebunan
LAPORAN
koloid secara umum kapasitas tukar kation akan semakin tinggi dan
kesuburannya juga tinggi. Secara umum kandungan koloid yang merupakan
faktor pembatas adalah rendah. Hal ini akan menyebabkan daya ikat dalam
pertukaran kation dalam tanah rendah sehingga apabila tanaman dibei pupuk
akan lolos/tercuci ke lapisan yang lebih dalam sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan tanaman. Akibatnya akan mempengaauhi produksi
tanaman.
Sebaran batuan/kerikil yang menjadi faktor pembatas ini melebihi
kriteria yang diperbolehkan. Sebaran batuan ini diamati secara langsung dari
persentase sebaran batuan/kerikil yang ada terhadap luas satuan
lahan.
LAPORAN
tanah. Berikut ini hasil analisis laboratorium dan pengamatan lapangan atas
masing-masing indicator kerusakan tanah.
4.4.1 Ketebalan Solum
Ketebalan solum adalah jarak vertikal dari permukaan tanah sampai ke
lapisan yang membatasi keleluasaan perkembangan sistem perakaran.
Pengukuran ketebalan solum dilakukan secara langsung pada keprasan tanah
yang ada di daerah lokasi titik sampel dengan menggunakan meteran, mulai
dari permukaan tanah sampai ke lapisan pembatas sistem perakaran.
Pengukuran ketebalan solum mengacu pada kebutuhan minimum perakaran
untuk dapat berkembang dengan baik, sehingga akan berdampak terhadap
pertumbuhan tanaman. Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan kondisi
kedalaman solum masuk dalam kategori tidak rusak karena berada di atas
ambang kritis yaitu antara 25 225 cm. ambang kritis untuk ketebalan solum
yaitu < 20 cm.
LAPORAN
LAPORAN
pasir memegang peran penting dalam menentukan tata air dalam tanah yang
berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan mengikat air oleh
tanah. Komposisi pasir yang makin meningkat kecepatan infiltrasi, tetapi
mengurangi kemampuan mengikat air dan aliran permukaan (Suripin, 2011).
Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan
kemampuan tanah dalam menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan
dan menyediakan hara bagi tanaman.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa beberapa wilayah
masuk kategori rusak karena nilai komposisi fraksinya berada di bawah
ambang kritis yaitu pada titik sampel nomor 1, 3, 6, 7, 8, 9, 12, 15, 17, 16,
18, 19, 21, 22, 30, 33, 34, 35, 37, 42, 43, 47, 48, 55, 58, 63, 70, 72, 75, 76,
78, 80, 81, 82, 83, 88. Fraksi koloid (klei) yang rendah dan kandungan pasir
yang tinggi dibeberapa titikl merupakan penyebab tanah tersebut menjadi
rusak karena proses terbentuknya tanah belum lanjut sehingga banyak
didominasi oleh mineral primer. Ambang kritis untuk komposisi fraksi < 18 %
koloid ; > 80 % pasir.
LAPORAN
LAPORAN
Pori makro tidak dapat menahan air, karena air akan diloloskan ke
bawah oleh gaya gravitasi. Pori mikro merupakan pori yang berukuran kecil
dengan membentuk pipa kapiler dan mampu menahan air, sehingga air
tersedia bagi tanaman. Porositas ini sangat dipengaruhi ukuran butiran tanah,
bahan organik, bentuk ukuran dan struktur tanah. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan bahwa sebagian besar kondisi porositas total tanah berada
diambang kritis, sehingga masuk kategori rusak. Titik sampel tanah yang
masuk dalam kategori rusak yaitu titik sampel nomor 5, 26, 32, 34, 35, 70,
71, 74, 75, 82, 86, 89. Tanah yang rusak disebabkan oleh porositas total yang
tinggi karena kandungan fraksi pasir yang sangat tinggi dan kandungan koloid
(klei) yang juga rendah sehingga tanah yang didominasi oleh fraksi pasir akan
meningkatkan porositas tanah. Ambang kritis untuk porositas total yaitu < 30
% ; > 70 %.
LAPORAN
erosi. Pelolosan air yang tinggi akan menyebabkan kemampuan tanah untuk
menyimpan air dan hara menjadi rendah. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan bahwa beberapa wilayah masuk kategori rusak yaitu titik
sampel nomor 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 41, 42, 44, 47, 48, 49,
50, 51, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60, 67, 75, 82. Permeabilitas tanah yang
rusak disebabkan oleh tingkat ruang pori tanah yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa permeabilitasnya tinggi sehingga air lebih mudah
meresap ke dalam tanah yang di dominasi oleh fraksi pasir. Ambang kritis
untuk permeabilitas yaitu yaitu < 0,7 cm/jam ; > 8,0 cm/jam.
kemungkinan
adanya
hara
yang
meracun
dan
3)
LAPORAN
LAPORAN
LAPORAN
adalah 107 cfu/g tanah. Mikroba tanah yang berkumpul di dekat perakaran
tanaman (rhizosfer) yang menghasilkan eksudat akar dan serpihan tudung
akar sebagai sumber makanan mikroba tanah. Populasi mikroba disekitar
rhizosfer didominasi oleh mikroba yang menguntungkan tanaman, maka akan
memperoleh manfaat untuk pertumbuhan dan perkembangannnya (Setiawati,
2006). Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah mikroba tidak masuk
kategori rusak karena jumlahnya melimpah jauh diatas ambang kritis yaitu
105 - 106. Ambang kritis jumlah mikroba < 102 cfu/gram.
LAPORAN
No.
SPL
Ketebalan
Solum
Kebatuan
Permukaan
Komp.
Fraksi
Pasir
BV
Porositas
Total
Permeabilitas
pH
(H2O)
1 : 2,5
DHL
Redoks
Jumlah
Mikroba
Skor
Total
Status
Kerusakan
Tanah
Simbol
1.
11
Rusak Ringan
R. I : p
2.
Rusak Ringan
R. I : p
3.
Rusak Ringan
R. I : f
4.
Rusak Ringan
R. I : f
5.
6.
Rusak Ringan
R. I : f, v, p
11
Rusak Ringan
R. I : f, p
7.
11
Rusak Ringan
R. I : f, p
8.
11
Rusak Ringan
R. I : f, p
9.
11
Rusak Ringan
R. I : f, p
10.
Rusak Ringan
R. I : f, p
11.
Rusak Ringan
R. I : f, p
12.
11
Rusak Ringan
R. I : f, p
Rusak Ringan
R. I : p
Rusak Ringan
R. I : p
11
Rusak Ringan
R. I : f, p
11
Rusak Ringan
R. I : f, p
11
Rusak Ringan
R. I : p
13.
14.
15.
16.
17.
LAPORAN
No.
SPL
Ketebalan
Solum
Kebatuan
Permukaan
Komp.
Fraksi
Pasir
BV
Porositas
Total
Permeabilitas
pH
(H2O)
1 : 2,5
DHL
Redoks
Jumlah
Mikroba
Skor
Total
Status
Kerusakan
Tanah
Simbol
18.
Rusak Ringan
R. I : f
19.
11
Rusak Ringan
R. I : f, p
20.
Rusak Ringan
R. I : p
21.
11
Rusak Ringan
R. I : p
22.
23.
11
Rusak Ringan
R. I : p
Rusak Ringan
R. I : p
24.
Rusak Ringan
R. I : p
25.
0
0
R. I : p
0
0
Rusak Ringan
0
0
0
0
0
0
26.
0
0
Rusak Ringan
R. I : p
27.
Rusak Ringan
R. I : p
28.
Rusak Ringan
R. I : p
29.
Rusak Ringan
R. I
Rusak Ringan
R. I : f
Rusak Ringan
R. I : p
Rusak Ringan
R. I : p
Rusak Ringan
R. I : p
10
Rusak Ringan
R. I : f, v
30.
31.
32.
33.
34.
LAPORAN
No.
SPL
Ketebalan
Solum
Kebatuan
Permukaan
Komp.
Fraksi
Pasir
BV
Porositas
Total
Permeabilitas
pH
(H2O)
1 : 2,5
DHL
Redoks
Jumlah
Mikroba
Skor
Total
Status
Kerusakan
Tanah
Simbol
35.
10
Rusak Ringan
R. I : f, v, p
36.
Rusak Ringan
R. I : p
37.
Rusak Ringan
R. I : f
38.
Rusak Ringan
R. I
39.
Rusak Ringan
R. I
40.
Rusak Ringan
R. I : p
41.
Rusak Ringan
R. I
42.
0
0
0
0
0
0
Rusak Ringan
R. I : f, p
0
0
10
0
0
0
0
43.
0
0
Rusak Ringan
R. I : f
44.
Rusak Ringan
R. I : f, p
45.
Rusak Ringan
R. I
46.
Rusak Ringan
R. I
47.
11
Rusak Ringan
R. I : f, p
48.
11
Rusak Ringan
R. I : f
49.
Rusak Ringan
R. I : p
50.
Rusak Ringan
R. I : p
51.
Rusak Ringan
R. I : p
LAPORAN
No.
SPL
Ketebalan
Solum
Kebatuan
Permukaan
Komp.
Fraksi
Pasir
BV
Porositas
Total
Permeabilitas
pH
(H2O)
1 : 2,5
DHL
Redoks
Jumlah
Mikroba
Skor
Total
Status
Kerusakan
Tanah
Simbol
52.
Rusak Ringan
R. I : p
53.
Rusak Ringan
R. I : p
54.
Rusak Ringan
R. I : p
55.
Rusak Ringan
R. I : p
56.
Rusak Ringan
R. I : p
57.
Rusak Ringan
R. I : p
58.
Rusak Ringan
R. I : p
59.
Rusak Ringan
R. I : p
60.
Rusak Ringan
R. I : b
61.
Rusak Ringan
R. I : b
62.
Rusak Ringan
R. I
63.
Rusak Ringan
R. I : f
64.
Rusak Ringan
R. I
65.
Rusak Ringan
R. I
66.
Rusak Ringan
R. I
67.
Rusak Ringan
R. I : p
68.
Rusak Ringan
R. I
LAPORAN
No.
SPL
Ketebalan
Solum
Kebatuan
Permukaan
Komp.
Fraksi
Pasir
BV
Porositas
Total
Permeabilitas
pH
(H2O)
1 : 2,5
DHL
Redoks
Jumlah
Mikroba
Skor
Total
Status
Kerusakan
Tanah
Simbol
69.
Rusak Ringan
R. I
70.
Rusak Ringan
R. I : v
71.
Rusak Ringan
R. I : v
72.
Rusak Ringan
R. I : f
73.
Rusak Ringan
R. I
74.
Rusak Ringan
R. I : v
75.
Rusak Ringan
R. I : f, v
76.
Rusak Ringan
R. I : f
77.
Rusak Ringan
R. I
78.
Rusak Ringan
R. I : f
79.
Rusak Ringan
R. I
80.
Rusak Ringan
R. I : f
81.
Rusak Ringan
R. I
82.
Rusak Ringan
R. I : f, v
83.
Rusak Ringan
R. I : f
84.
Rusak Ringan
R. I
85.
Rusak Ringan
R. I
LAPORAN
No.
SPL
Ketebalan
Solum
Kebatuan
Permukaan
Komp.
Fraksi
Pasir
BV
Porositas
Total
Permeabilitas
pH
(H2O)
1 : 2,5
DHL
Redoks
Jumlah
Mikroba
Skor
Total
Status
Kerusakan
Tanah
Simbol
86.
Rusak Ringan
R. I : f, v
87.
Rusak Ringan
R. I
88.
Rusak Ringan
R. I : f
89.
Rusak Ringan
R. I : v
LAPORAN
4.5
informasi tentang status, sebaran dan luasan kerusakan tanah pada wilayah
yang dipetakan. Penetapan status kerusakan tanah diperoleh dari hasil
verifikasi
pengambilan
sampel
tanah
dan
analisis
sampel
tanah
di
LAPORAN
Tabel 4.29. Status Kerusakan Tanah dan Faktor Pembatas serta luasannya di Kabupaten Banyuwangi
Keterangan
No
Simbol
R.If,v,p,b
Status
Kerusakan
Tanah
Rusak Ringan
Pembatas
Luas
Titik
Presentase
Koloid, 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8,
porositas,
Derajat 9, 10, 11, 12, 13, 14,
Pelulusan Air, Sebaran 15, 16, 17, 18, 19,
batuan
20, 21, 22, 23, 24,
25, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32, 33, 34,
35, 36, 37, 38, 39,
40, 41, 42, 43, 44,
45, 46, 47, 48, 49,
50, 51, 52, 53, 54,
55, 56, 57, 58, 59,
60, 61, 62, 63, 64,
65, 66, 67, 68, 69,
70, 71, 72, 73, 74,
75, 76, 77, 78, 79,
80, 81, 82, 83, 84,
85, 86, 87, 88, 89
Total
Jumlah
Polygon
m2
ha
62.415.000
6.241,50
100 %
62.415.000
6.241,50
100%
89
89
LAPORAN
Gambar 4.19 Peta Status Kerusakan Kabupaten Banyuwangi Survey Tahun 2015
BAB 5
KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
LAPORAN
PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA
KABUPATEN BANYUWANGI
LAPORAN
BAB 5
5.2 Rekomendasi
Rekomendasi
pengendalian
kerusakan
tanah
pada
dasarnya
merupakan bentuk pengelolaan yang bersifat partisipatif dari berbagai pihak pihak yang berkepentingan dalam memanfaatkan dan konservasi sumberdaya
alam. Pengelolaan partisipatif ini mempersyaratkan adanya rasa saling
mempercayai, keterbukaan, rasa tanggung jawab, dan mempunyai rasa
ketergantungan (interdependency) di antara sesama stakeholder. Demikian
pula masing-masing stakeholder harus jelas kedudukan dan tanggung jawab
yang harus diperankan.
Tujuan
umum
pengendalian
kerusakan
tanah
adalah
(1)
LAPORAN
pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi DAS; (2) terkendalinya
hubungan timbal balik sumberdaya alam dan lingkungan dengan kegiatan
manusia guna kelestarian fungsi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Sasaran umum pengendalian kerusakan tanah yang ingin dicapai pada
dasarnya adalah: (1) terciptanya kondisi hidrologis yang optimal; (2)
meningkatnya produktivitas lahan yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan
masyarakat; (3) tertata dan berkembangnya kelembagaan formal dan
informal
masyarakat
dalam
penyelenggaraan
pengelolaan
lahan
dan
penyelenggaraan
pengelolaan
lahan
secara
berkelanjutan;
(5)
untuk
peningkatan
biomasssa
untuk
lahan
yang
biomassa.
Pertimbangan
masukan
yang
diberikan
untuk
LAPORAN
Desember 2000 tentang Kriteria Baku Kerusakan Tanah untuk Produksi
Biomassa antara lain persentase kandungan koloid.
Persentase koloid yang rendah ini disebabkan lokasi lahan tersebut
terletak di daerah tengah ke atas dengan kemiringan lahan > 8 % dengan
penutup lahan yang kurang serta usaha konservasi tanah dan air yang kurang
memenuhi syarat. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya erosi pada saat
musim hujan. Seperti diketahui bahwa akibat erosi akan mengangkut lapisan
tanah bagian atas yang banyak mengandung fraksi koloid serta bahan
organik sehingga yang tertinggal hanya kandungan fraksi kasar. Dengan
kandungan fraksi koloid yang kurang maka kandungan unsur kapasitas tukar
kation dalam tanah sedikit. Dengan kandunga kapasitas tukar kation sedikit
akan mempengaruhi daya hantar listrik serta kesuburan tanah yang rendah
akibatnya produksi bbiomassa juga akan rendah.
Beberapa rekomendasi di dalam menangani kerusakan tanah :
(1)
(b)
antar
dusun
antar
desa/kelurahan
maupun
LAPORAN
mengganggu dan dilakukan di tanah yang tersisa (kosong).
Penanaman tersebut berada di atas lahan milik negara.
(2)
(b)
maupun
tidak
langsung
bagi
pembangunan
dan
Optimalisasi
peningkatan
produktivitas
sektor pertanian
dan
(c)
(d)
(4)
LAPORAN
pemecahan masalah yang sifatnya lebih substansial daripada
administratif.
(b)
(c)
Masing-masing
institusi
pemerintah
yang
terkait
mampu
(e)
sehingga
pemerintah
dengan
cepat
dapat
Arahan serta stake holder yang mungkin dapat dilibatkan untuk menangani
kerusakan tnh disajikan pada Tabel 5.1 dan Taabel 5.2 berikut.
LAPORAN
Tabel 5.1 Pelaksanaan Program Rehabilitasi Kerusakan Tanah di Kabupaten Banyuwangi
Faktor Penyebab
Solusi
Meminimalkan
semaksimal
mungkin peluang terjadinya
erosi, terutama di musim hujan
Arahan Program
1. Menyelenggarakan berbagai kegiatan penyuluhan tentang (a) optimalisasi
penanaman vegetasi penutup lahan, terutama tanaman yang bernilai
ekonomis, (b) sistem teras yang optimal guna mendukung upaya konservasi
tanah dan air,
(c) praktik usahatani searah kontur, serta (d) penggunaan
lahan yang sesuai/cocok (appro-priate land use).
2. Menyelenggarakan kegiatan sekolah lapang tenta
(a) optimalisasi
penanaman vegetasi penutup lahan, terutama tanaman yang bernilai
ekonomis, (b) sistem teras yang optimal guna mendukung upaya kon-servasi
tanah dan air,
(c) praktik usahatani searah kontur, serta (d) peng-gunaan
lahan yang sesuai/cocok (appropriate land use).
3. Membuat demoplot
(a) optimalisasi penanaman vegetasi penutup lahan,
terutama tanaman yang bernilai ekonomis,
(b) sistem teras yang optimal
guna men-dukung upaya konservasi tanah dan air, (c) praktik usahatani
searah kontur, serta (d) penggunaan lahan yang sesuai/cocok (appro-priate
land use), sebagai laboratorium show window.
4. Memberikan insentif pe-rangsang berupa bantuan berupa sarana dan
prasarana produksi usahatani bagi para petani dan/atau kelompok tani yang
akan dan/atau sedang menerapkan (a) me-nanam vegetasi penutup lahan,
terutama tanaman yang bernilai ekonomis, (b) memperbaiki sistem teras yang
optimal guna men-dukung upaya konservasi tanah dan air, (c) melakukan
usahatani searah kontur, serta (d) melakukan usaha-tani yang sesuai/cocok
LAPORAN
Solusi
Arahan Program
Meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan, serta kemauan
petani untuk semakin berminat
memperbaiki sistem teras yang
optimal guna mendukung upaya
konservasi tanah dan air
Tabel 5.2
No
Arahan Program
Stakeholder
Stakeholders
Utama
Pendukung
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan
Program (Tahun)
1
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani
Menyelenggarakan
kegiatan
sekolah
lapang
tentang
(a) optimalisasi penanaman vegetasi penutup lahan, terutama
tanaman yang bernilai ekonomis, (b) sistem teras yang optimal
guna mendukung upaya konservasi tanah dan air,
(c) praktik
usahatani searah kontur, serta (d) penggunaan lahan yang
sesuai/cocok (appropriate land use).
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani
LAPORAN
No
Arahan Program
Stakeholder
Stakeholders
Utama
Pendukung
Pelaksanaan
Program (Tahun)
1
Membuat demoplot
(a) optimalisasi penanaman vegetasi
penutup lahan, terutama tanaman yang bernilai ekonomis,
(b) sistem teras yang optimal guna mendukung upaya konservasi
tanah dan air, (c) praktik usahatani searah kontur, serta (d)
penggunaan lahan yang sesuai/cocok (appropriate land use),
sebagai laboratorium show window.
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani
Mengadakan
demoplot
usahatani
laboratorium show window.
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani
agroforestry
tentang
sebagai
LAPORAN
No
Arahan Program
Stakeholder
Stakeholders
Utama
Pendukung
Pelaksanaan
Program (Tahun)
1
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani; BPDAS;
Taman Nasional
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani; BPDAS;
Taman Nasional
LAPORAN
No
Arahan Program
10
penyuluhan
tentang
11
12
13
Stakeholder
Stakeholders
Utama
Pendukung
Pelaksanaan
Program (Tahun)
1
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani
LAPORAN
No
Arahan Program
Stakeholder
Stakeholders
Utama
Pendukung
14
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa;
Kelompok Tani; Perum
Perhutani; BPDAS;
Taman Nasional
15
Dinas PertanianKehutananPerkebunanPeternakan
Badan Pemberdayaan
Masyarakat &
Pemerintah Desa; Dinas
Pengairan, Dinas
Pekerjaan Umum;
Perum Perhutani;
BPDAS; Taman Nasional
Pelaksanaan
Program (Tahun)
1
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. Dan E. Rustiadi. 2008. Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan.
Cresspent Press dan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Kesesuaian lahan dan Perencanaan
Tataguna Lahan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
PERMENLH No. 20 TAHUN 2008. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal
Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1994 tentang Penataan Ruang.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations
Convention on Biologocal Diserty (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Mengenai Keanekaragama Hayati).
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindung dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
LAMPIRAN
LAPORAN
PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA
KABUPATEN BANYUWANGI
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
8.48
9.57
5.78
5.78
2.26
2.10
0.75
0.62
0.63
1.49
3.30
8.37
4.09
mm2
347.67
348.94
204.42
204.42
65.26
153.48
8.90
9.32
9.72
59.07
124.07
214.05
145.78
Struktur
korelasi
temporal
mm2
93.63
75.24
43.00
68.91
1.91
11.93
3.72
5.89
0.54
5.30
15.50
18.88
28.71
Proporsi interval
kering
0.65
0.53
0.76
0.76
0.86
0.88
0.90
0.95
0.94
0.91
0.85
0.58
0.80
0.00
0.20
35.00
0.40
28.00
0.60
0.80
21.00
14.00
7.00
1.00
Rata-Rata
1.20
1.40
1.60
1.80
0.00
2.00
Grafik 1. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Sukamaju Kecamatan Srono
Tabel 2 . Proporsi Interval Kering pada Sta. Hujan Karangharjo Kecamatan Glenmore
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
22.53
14.56
11.42
5.18
7.15
3.60
0.68
0.15
1.58
8.03
13.54
2.30
7.56
mm2
1194.65
650.22
420.41
257.26
461.53
120.87
6.61
0.98
53.32
448.35
652.46
47.56
359.52
Struktur
korelasi
temporal
mm2
223.57
24.70
43.00
39.78
127.38
13.43
0.96
-0.02
20.94
240.57
128.40
14.22
73.08
Proporsi interval
kering
0.34
0.41
0.54
0.74
0.70
0.77
0.90
0.98
0.89
0.73
0.53
0.85
0.70
0.00
0.20
35.00
0.40
28.00
0.60
0.80
21.00
14.00
7.00
1.00
Rata-Rata
1.20
1.40
1.60
1.80
0.00
2.00
Grafik 2. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Karangharjo Kecamatan Glenmore
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
4.99
5.40
3.82
3.68
3.06
0.95
0.66
0.04
0.88
1.49
3.35
3.54
2.66
mm2
173.36
168.19
115.36
152.25
89.62
33.69
34.11
0.20
96.80
119.28
126.49
156.02
105.45
Struktur
korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
77.06
-0.47
43.00
46.28
49.55
0.39
9.98
0.00
-0.77
-0.81
24.52
-1.77
20.58
0.75
0.73
0.81
0.81
0.86
0.95
0.98
0.99
0.99
0.96
0.86
0.88
0.88
0.00
0.20
35.00
0.40
28.00
0.60
0.80
21.00
14.00
7.00
1.00
Rata-Rata
1.20
1.40
1.60
1.80
0.00
2.00
Grafik 3. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Tampo Kecamatan Cluring
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
13.92
11.71
8.67
4.98
3.18
2.42
0.21
0.14
0.08
8.29
11.98
5.30
5.91
mm2
459.95
282.82
246.84
126.76
77.28
49.23
1.94
0.67
0.80
942.74
602.75
180.58
247.70
Struktur
korelasi
temporal
mm2
82.70
15.98
43.00
-1.02
6.39
4.45
0.39
-0.02
-0.01
423.28
123.02
51.32
62.46
Proporsi interval
kering
0.53
0.58
0.65
0.74
0.82
0.85
0.97
0.97
0.99
0.80
0.66
0.78
0.78
0.00
0.20
35.00
0.40
28.00
0.60
0.80
21.00
14.00
7.00
1.00
Rata-Rata
1.20
1.40
1.60
1.80
0.00
2.00
Grafik 4. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Tegalsari Kecamatan Gambiran
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
6.15
7.29
5.90
3.50
4.38
1.18
1.23
0.00
0.38
1.18
4.29
3.98
3.29
mm2
175.68
371.96
163.84
76.19
148.01
23.73
141.97
0.00
6.85
62.60
98.95
117.02
115.57
Struktur
korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
-4.37
8.60
43.00
21.57
35.25
3.85
21.71
0.00
-0.14
-1.40
10.67
14.18
12.74
0.73
0.77
0.77
0.82
0.82
0.92
0.98
1.00
0.98
0.96
0.79
0.81
0.86
0.00
0.20
35.00
0.40
28.00
0.60
0.80
21.00
14.00
7.00
1.00
Rata-Rata
1.20
1.40
1.60
1.80
0.00
2.00
Grafik 5. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Tegaldlimo Kecamatan Tegaldlimo
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
10.73
6.45
5.99
3.37
1.90
2.46
0.00
0.00
0.12
5.23
5.54
2.89
3.72
mm2
358.04
205.70
174.86
122.09
46.09
44.12
0.00
0.00
1.80
403.49
197.06
55.44
134.06
Struktur
korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
22.33
26.40
43.00
3.49
7.57
3.04
0.00
0.00
-0.01
195.56
46.24
6.41
29.50
0.56
0.67
0.70
0.82
0.89
0.83
1.00
1.00
0.99
0.86
0.73
0.81
0.82
0.00
0.20
35.00
0.40
28.00
0.60
0.80
21.00
14.00
7.00
1.00
Rata-Rata
1.20
1.40
1.60
1.80
0.00
2.00
Grafik 6. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
9.42
12.94
7.68
4.88
4.26
0.81
0.26
0.00
1.06
5.95
7.34
7.34
5.16
mm2
188.44
425.66
268.59
99.72
76.79
16.40
4.85
0.00
36.72
532.88
204.47
269.79
177.03
Struktur
korelasi
temporal
mm2
3.98
56.79
43.00
32.82
31.47
2.39
1.59
0.00
8.13
263.97
43.67
83.37
47.60
Proporsi interval
kering
0.46
0.48
0.61
0.71
0.73
0.93
0.98
1.00
0.95
0.89
0.69
0.69
0.76
0.00
0.20
35.00
0.40
28.00
0.60
0.80
21.00
14.00
7.00
1.00
Rata-Rata
1.20
1.40
1.60
1.80
0.00
2.00
Grafik 7. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Sukorejo Kecamatan Banjarejo
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
4.71
6.82
4.42
3.32
2.44
0.77
0.32
0.00
0.26
5.04
9.25
2.18
3.29
mm2
65.01
164.26
Struktur
korelasi
temporal
115.46
79.86
40.78
8.62
4.59
0.00
2.95
299.93
329.90
46.57
96.49
mm2
11.54
47.55
43.00
29.99
12.49
3.55
0.74
0.00
-0.07
145.01
118.85
9.09
35.15
Proporsi interval
kering
0.55
0.58
0.74
0.77
0.82
0.92
0.97
1.00
0.98
0.87
0.69
0.81
0.81
0.00
0.20
35.00
0.40
28.00
0.60
0.80
21.00
14.00
7.00
1.00
Rata-Rata
1.20
1.40
1.60
1.80
0.00
2.00
Grafik 8. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Kandangan Kecamatan Pesanggaran
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
9.56
13.10
8.20
4.22
3.54
1.34
0.24
0.00
1.32
5.27
10.58
6.74
5.34
mm2
280.28
526.30
352.47
92.72
71.22
46.29
5.18
0.00
30.95
297.66
406.73
258.76
197.38
Struktur
korelasi
temporal
mm2
62.82
98.04
43.00
9.42
15.19
6.48
-0.06
0.00
2.49
113.39
77.23
20.79
37.40
Proporsi interval
kering
0.46
0.49
0.64
0.73
0.77
0.89
0.98
1.00
0.88
0.81
0.62
0.60
0.74
0.00
0.20
35.00
0.40
28.00
0.60
0.80
21.00
14.00
7.00
1.00
Rata-Rata
1.20
1.40
1.60
1.80
0.00
2.00
Grafik 9. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Sumbermulyo Kecamatan Pesanggaran
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
5.76
9.49
4.86
2.56
3.84
1.27
0.66
0.00
0.00
1.50
5.22
4.06
3.27
mm2
136.41
502.69
142.46
45.86
107.15
27.54
45.43
0.00
0.00
46.93
196.58
136.22
115.61
Struktur
korelasi
temporal
mm2
-5.42
-25.41
43.00
13.57
18.10
8.10
4.36
0.00
0.00
32.45
90.49
2.49
15.14
Proporsi interval
kering
0.70
0.72
0.80
0.82
0.80
0.92
0.98
1.00
1.00
0.94
0.77
0.81
0.86
0.00
0.20
35.00
0.40
28.00
0.60
0.80
21.00
14.00
7.00
1.00
Rata-Rata
1.20
1.40
1.60
1.80
0.00
2.00
Grafik 10. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Purwoasri Kecamatan Tegaldlimo
Tabel 11 . Proporsi Interval Kering pada Sta.Hujan Genteng Kulon Kecamatan Genteng
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
6.26
8.54
6.58
3.58
3.07
1.70
4.20
2.32
2.49
3.15
6.46
6.64
4.58
mm2
200.86
246.60
395.97
104.26
90.91
33.99
263.37
236.38
87.83
228.81
174.04
257.55
193.38
Struktur
korelasi
temporal
mm2
12.99
7.82
43.00
8.96
0.07
4.71
1.46
-4.91
35.46
12.00
4.24
56.12
15.16
Proporsi interval
kering
0.71
0.56
0.64
0.76
0.76
0.81
0.67
0.84
0.86
0.86
0.68
0.74
0.74
Grafik 11. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Genteng Kulon Kecamatan Genteng
Tabel 12 . Proporsi Interval Kering pada Sta.Hujan Genteng Kulon Kecamatan Genteng
Bulan
Rata-rata
Varians
Struktur
korelasi
temporal
Sat
mm
mm2
mm2
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
7.28
10.67
8.87
3.69
3.05
3.54
3.46
3.38
3.26
2.66
3.23
6.00
4.92
194.82
324.88
82.74
22.67
43.00
29.17
22.53
11.41
10.35
12.15
11.62
17.23
11.83
40.38
26.26
458.67
126.59
63.13
98.12
98.86
96.43
96.92
48.20
100.95
234.21
161.81
Proporsi interval
kering
0.58
0.42
0.58
0.78
0.70
0.67
0.69
0.70
0.73
0.74
0.74
0.72
0.67
Grafik 12. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Genteng Kulon Kecamatan Genteng
Tabel 13 . Proporsi Interval Kering pada Sta.Hujan Alas Malang Kecamatan Singojuruh
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
9.38
9.61
4.92
2.90
4.19
1.48
3.41
3.41
6.56
3.06
4.32
9.83
5.26
mm2
332.92
150.54
197.01
67.62
210.00
16.38
141.79
141.79
597.77
95.71
124.22
602.37
223.18
Struktur
korelasi
temporal
mm2
110.17
-14.49
12.46
4.57
-7.80
-1.31
11.25
11.25
190.71
0.02
25.69
128.34
39.24
Proporsi interval
kering
0.78
0.86
0.85
0.96
0.92
0.90
1
0.90
0.93
0.92
0.90
0.79
0.89
Grafik 13. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Alas Malang Kecamatan Singojuruh
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
8.71
10.46
6.47
5.70
2.50
2.08
1.19
1.47
0.16
1.29
5.58
8.62
4.52
mm2
311.05
360.57
193.67
291.10
69.04
66.46
10.24
34.33
1.14
25.84
194.52
348.11
158.84
Struktur
korelasi
temporal
mm2
68.58
34.46
43.00
42.55
0.96
0.94
0.77
1.33
-0.03
13.51
27.46
48.17
23.48
Proporsi interval
kering
0.58
0.42
0.64
0.75
0.81
0.83
0.79
0.88
0.96
0.87
0.70
0.66
0.74
Grafik 14. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Sukonatar Kecamatan Srono
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
5.51
9.68
6.46
7.10
0.95
1.11
0.33
0.10
0.08
2.02
3.83
4.33
3.46
mm2
134.29
380.82
172.77
235.16
13.40
20.68
1.52
0.22
0.40
31.27
83.21
108.19
98.49
Struktur
korelasi
temporal
mm2
60.22
-24.19
41.56
156.59
3.62
-0.87
0.55
2.53
-0.10
23.84
12.63
58.21
27.88
Proporsi interval
kering
0.79
0.88
0.82
0.92
0.94
0.94
0.95
0.98
0.99
0.90
0.84
0.88
0.90
Grafik 15. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Penganjuran Kecamatan Banyuwangi
Bulan
Rata-rata
Varians
Struktur
korelasi
temporal
Sat
mm
mm2
mm2
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
9.15
9.66
5.99
4.10
2.13
1.18
1.80
0.50
1.61
2.66
6.29
8.23
4.44
255.81
287.73
24.98
-26.62
43.00
-12.07
-1.24
-1.14
4.95
0.74
39.93
15.59
32.05
49.15
14.11
183.35
132.09
32.31
29.39
28.45
5.30
81.03
115.21
179.16
302.63
136.04
Proporsi interval
kering
0.49
0.47
0.65
0.76
0.81
0.88
0.76
0.93
0.89
0.84
0.66
0.57
0.73
Grafik 16. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Cluring Kecamatan Cluring
Bulan
Rata-rata
Varians
Struktur korelasi
temporal
Sat
mm
mm2
mm2
Jan
6.06
124.96
-22.57
0.82
Feb
6.11
126.69
39.86
0.90
Mar
5.25
110.32
14.02
0.83
Apr
7.39
407.71
-31.53
0.92
Mei
1.05
13.01
0.80
0.94
Jun
1.65
65.07
-2.48
0.94
Jul
1.89
17.42
0.57
0.89
Agt
0.44
2.22
0.25
0.95
Sep
0.49
15.25
-0.25
0.99
Okt
4.37
221.62
-2.19
0.91
Nop
3.60
55.73
-1.50
0.85
Des
6.21
172.42
46.55
0.82
Rata-rata
3.71
111.04
3.46
0.90
Grafik 17. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Dadapan Kecamatan Kabat
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
8.85
13.78
13.11
8.36
4.70
3.63
0.73
1.00
1.48
1.18
2.57
8.38
5.65
mm2
397.90
602.49
435.57
242.70
153.18
110.91
6.01
10.89
44.30
20.92
68.15
413.54
208.88
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
117.80
101.76
43.00
-5.90
-8.94
23.44
1.78
-0.06
5.53
2.80
2.65
17.59
25.12
0.65
0.57
0.51
0.62
0.71
0.77
0.90
0.86
0.88
0.90
0.86
0.69
0.74
Grafik 18. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Gambor Kecamatan Singojuruh
Bulan
Rata-rata
Varians
Struktur korelasi
temporal
Sat
mm
mm2
mm2
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
10.70
10.23
10.23
3.74
0.84
0.24
0.15
0.00
0.00
0.85
4.02
4.26
3.77
287.34
204.44
40.08
54.98
16.22
2.27
11.81
0.82
0.48
0.00
0.00
-0.46
101.39
24.85
21.04
126.62
147.70
20.25
2.41
1.10
0.00
0.00
32.86
228.92
146.93
99.88
Proporsi interval
kering
0.55
0.46
0.67
0.84
0.96
0.97
0.98
1.00
1.00
0.95
0.87
0.78
0.84
Grafik 19. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Watukebo Kecamatan Wongsorejo
Bulan
Rata-rata
Varians
Struktur korelasi
temporal
Sat
mm
mm2
mm2
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
9.94
10.73
6.58
2.01
0.41
0.02
0.56
0.00
0.00
0.57
2.48
4.20
3.12
666.71
464.93
10.39
120.26
10.77
15.98
-0.17
0.00
-0.31
0.00
0.00
0.96
23.03
21.77
16.89
175.63
55.94
14.20
0.03
19.59
0.00
0.00
12.38
116.96
185.39
142.65
Proporsi interval
kering
0.696
0.560
0.600
0.856
0.984
0.992
0.984
1.000
1.000
0.960
0.936
0.760
0.86
Grafik 20. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Sidodadi Kecamatan Wongsorejo
Bulan
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
Rata-rata
mm
22.08
15.97
13.98
4.82
0.90
0.27
0.00
0.00
0.00
0.90
2.07
4.86
5.49
Varians
mm2
606.69
476.34
648.08
190.37
34.96
3.20
0.00
0.00
0.00
21.98
45.74
111.69
178.25
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
1.99
98.61
107.96
62.76
18.32
0.53
0.00
0.00
0.00
12.93
26.19
31.29
30.05
0.33
0.34
0.53
0.77
0.97
0.96
1.00
1.00
1.00
0.95
0.86
0.70
0.78
Grafik 21. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Watukebo Kecamatan Wongsorejo
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
3.30
3.52
6.85
1.13
1.94
2.40
0.00
0.00
0.38
19.41
10.81
34.67
7.03
mm2
65.21
77.21
104.47
16.26
22.66
60.87
0.00
0.00
4.26
190.54
13.28
122.78
56.46
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
15.42
9.79
43.00
2.57
4.83
24.32
0.00
0.00
0.00
159.75
8.63
46.44
26.23
0.78
0.72
0.74
0.97
0.95
0.97
1.00
1.00
0.99
0.75
0.76
0.75
0.87
Grafik 22. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Karangdoro Kecamatan Gambiran
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
9.94
10.73
6.58
2.01
0.41
0.02
0.56
0.00
0.00
0.57
2.48
4.20
3.12
mm2
666.71
464.93
175.63
55.94
14.20
0.03
19.59
0.00
0.00
12.38
116.96
185.39
142.65
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
10.39
120.26
43.00
15.98
-0.17
0.00
-0.31
0.00
0.00
0.96
23.03
21.77
19.58
0.70
0.56
0.60
0.86
0.98
0.99
0.98
1.00
1.00
0.96
0.94
0.76
0.86
Grafik 23. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Bajulmati Kecamatan Wongsorejo
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
7.94
11.11
7.35
4.63
7.66
4.90
4.39
1.88
1.78
3.90
5.69
7.73
5.75
mm2
404.47
506.16
310.18
147.69
503.11
316.32
326.06
30.53
69.63
138.90
198.36
316.07
272.29
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
7.94
73.95
94.87
14.82
61.95
115.52
63.97
6.25
4.67
32.45
43.51
42.84
46.89
0.62
0.50
0.59
0.75
0.56
0.79
0.82
0.82
0.89
0.79
0.66
0.67
0.71
Grafik 24. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Jambewangi Kecamatan Sempu
Tabel 25 . Proporsi Interval Kering pada Sta.Hujan Macan Putih Kecamatan Kabat
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
6.42
5.95
3.82
2.34
2.86
2.19
1.22
0.62
0.00
1.88
2.87
3.07
2.77
mm2
73.33
84.76
105.80
105.46
105.46
92.09
12.50
10.09
0.00
34.40
24.85
69.84
59.88
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
18.54
21.44
10.90
-3.02
27.15
9.48
5.27
0.46
0.00
8.20
8.15
13.28
9.99
0.47
0.51
0.73
0.85
0.77
0.86
0.86
0.94
1.00
0.85
0.67
0.78
0.77
Grafik 25. Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Macan Putih Kecamatan Kabat
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
7.74
9.20
6.97
3.38
4.66
3.47
0.46
0.60
0.20
1.32
3.54
5.16
3.89
mm2
233.63
192.27
148.22
55.67
183.13
98.99
2.49
6.15
6.15
25.09
64.49
185.88
100.18
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
53.18
28.30
21.42
3.88
11.27
23.91
0.47
0.92
-0.04
2.20
17.56
29.19
16.02
0.63
0.56
0.66
0.77
0.78
0.80
0.90
0.93
0.98
0.91
0.80
0.74
0.79
Grafik 26 . Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Tamansari Kecamatan Glagah
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
10.02
8.46
8.94
4.82
6.68
5.94
3.19
1.90
1.22
6.23
8.55
8.51
6.21
mm2
361.26
258.75
266.33
106.76
183.45
211.00
113.20
62.93
13.78
342.14
318.23
301.53
211.61
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
18.35
36.14
1.29
1.84
65.10
71.72
42.39
6.07
2.18
89.13
75.77
46.28
38.02
0.50
0.55
0.58
0.66
0.63
0.66
0.78
0.84
0.86
0.78
0.65
0.61
0.67
Grafik 27 . Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Licin Kecamatan Glagah
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
10.25
8.68
7.29
4.34
5.78
3.90
1.98
0.26
4.30
6.52
11.86
2.20
5.61
mm2
262.01
221.01
280.55
96.73
205.00
146.64
65.20
3.20
114.24
300.41
504.60
67.80
188.95
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
97.09
16.08
79.50
17.90
51.17
50.44
18.46
-0.07
56.70
134.88
350.13
22.41
74.56
0.54
0.57
0.70
0.75
0.77
0.82
0.88
0.98
0.81
0.80
0.66
0.88
0.76
Grafik 28 . Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Karangharjo Kecamatan Kalibaru
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
9.52
13.35
9.34
4.45
5.58
1.24
0.75
0.63
2.38
10.54
9.19
9.19
6.35
mm2
265.91
434.81
184.23
95.08
212.42
9.96
10.24
24.86
62.85
127.02
333.67
371.45
177.71
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
45.38
211.72
86.46
27.38
106.99
6.99
1.53
8.00
20.09
103.86
113.01
189.86
76.77
0.40
0.40
0.46
0.64
0.70
0.82
0.91
0.97
0.83
0.89
0.61
0.65
0.69
Grafik 29 . Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Songgon Kecamatan Songgon
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
7.10
8.48
3.51
1.66
0.41
0.02
0.71
0.00
0.00
0.22
1.36
2.88
2.20
mm2
229.01
338.93
65.82
28.79
13.71
0.07
24.21
0.00
0.00
2.53
50.22
121.91
72.93
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
-1.57
57.94
2.28
7.30
-0.17
0.00
9.72
0.00
0.00
-0.05
-1.32
14.31
7.37
0.67
0.58
0.69
0.85
0.98
0.99
0.98
1.00
1.00
0.98
0.94
0.83
0.87
Grafik 30 . Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Alasrejo Kecamatan Wongsorejo
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
7.19
11.06
13.30
11.20
3.65
3.55
0.71
1.63
0.08
0.40
1.43
6.29
5.04
mm2
326.95
605.56
595.55
473.05
38.10
79.10
4.87
15.09
0.28
5.95
38.59
153.00
194.67
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
43.18
122.82
43.00
92.20
2.26
26.14
-0.10
1.27
-0.01
-0.17
3.69
15.35
29.14
0.79
0.58
0.43
0.45
0.80
0.84
0.92
0.87
0.98
0.98
0.94
0.83
0.79
Grafik 31 . Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Lemahabangdewo Kecamatan Rogojampi
Bulan
Rata-rata
Varians
Sat
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-rata
mm
9.46
12.01
7.72
4.66
4.26
0.81
0.26
0.00
1.08
5.95
7.34
9.45
5.25
mm2
187.88
391.65
268.17
100.08
76.79
16.40
4.85
0.00
36.74
532.88
204.47
276.98
174.74
Struktur korelasi
temporal
Proporsi interval
kering
mm2
3.28
32.08
43.00
26.94
31.47
2.39
1.58
0.00
8.45
263.97
43.67
-4.73
37.68
0.45
0.48
0.60
0.73
0.73
0.93
0.98
1.00
0.94
0.89
0.69
0.65
0.75
Grafik 32 . Hubungan Proporsi Interval Kering dan Rata rata Hujan pada Sta.Hujan
Kalirejo Kecamatan Kabat
Desa
: Gambiran
Kecamatan : Gambiran
Koordinat : X: 184242 Y: 9071101
Desa
: Dasri
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 183241 Y: 9072311
Desa
: Tegalsari
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 182274 Y: 9068873
Desa
: Gambiran
Kecamatan : Gambiran
Koordinat : X: 183800 Y: 9071209
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 182687 Y: 9072750
Desa
: Tegalsari
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 182717 Y: 9068544
Desa
: Tegalsari
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 182941 Y : 9068103
Desa
: Karangdoro
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X : 182615 Y : 9067
Desa
: Karangdoro
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat
: X: 182617 Y : 9067215
Desa
: Karangdoro
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 181180 Y: 9067758
Desa
: Karangdoro
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 181183 Y: 9067426
Desa
: Karangdoro
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 181511 Y: 9067760
Desa
: Karangdoro
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 181185 Y: 9067094
Desa
: Karangdoro
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 181176 Y: 9068311
Desa
: Karangdoro
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 181748 Y: 9065548
Desa
: Setail
Kecamatan : Genteng
Koordinat : X: 183777 Y: 9074308
Desa
: Setail
Kecamatan : Genteng
Koordinat : X: 183333 Y: 9074858
Desa
: Setail
Kecamatan : Genteng
Koordinat : X: 183107 Y: 9075521
Desa
: Setail
Kecamatan : Genteng
Koordinat : X: 182778 Y: 9075297
Desa
: Gentengkulon
Kecamatan : Genteng
Koordinat : X: 185741 Y: 9077200
Desa
: Dasri
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 183227 Y: 9074193
Desa
: Setail
Kecamatan : Genteng
Koordinat : X: 182885 Y: 9075740
Desa
: Setail
Kecamatan : Genteng
Koordinat : X: 183775
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X: 182345
Y: 9074640
Y: 9074187
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 196402 Y: 9097863
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 195851
Y: 9097748
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 195192 Y: 9097412
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 196183
Y: 9097529
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 195520 Y: 9097746
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 195736
Y: 9098412
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 195295 Y: 9098408
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 196508
Y: 9098417
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 197168 Y: 9098753
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 194419
Y: 9097517
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 194090 Y: 9097183
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 194750 Y: 9097519
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X: 197610 Y: 9098646
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X : 196840Y : 9098308
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X : 195186Y : 9098186
Desa
: Tamansari
Kecamatan : Licin
Koordinat : X : 194635Y : 9098183
Desa
: Kampunganyar
Kecamatan : Glagah
Koordinat : X : 198281Y : 9097211
Desa
: Tegalarum
Kecamatan : Sempu
Koordinat : X : 186511Y : 9077427
Desa
: Tegalguruh
Kecamatan : Sempu
Koordinat : X : 187098Y : 9087836
Desa
: Tegalguruh
Kecamatan : Sempu
Koordinat : X : 188560Y : 9083751
Desa
: Setail
Kecamatan : Genteng
Koordinat : X : 184411Y : 9078187
Desa
: Tegalsari
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X : 187140Y : 9066695
Desa
: Gambiran
Kecamatan : Gambiran
Koordinat : X : 184585Y : 9069333
Desa
: KArangdoro
Kecamatan : Tegalsari
Koordinat : X : 181535Y : 9064440
Desa
: Gambiran
Kecamatan : Gambiran
Koordinat : X : 184136Y : 9070436
Desa
: Kalipuro
Kecamatan : Kalipuro
Koordinat : X : 210520Y : 9097514
Desa
: Ketapang
Kecamatan : Kalipuro
Koordinat : X : 207160Y : 9105350
Desa
: Bangsring
Kecamatan : Wongsorejo
Koordinat : X : 207139Y : 9108559
Desa
: Watukebo
Kecamatan : Wongsorejo
Koordinat : X : 206958Y : 9119514
Desa
: Watukebo
Kecamatan : Wongsorejo
Koordinat : X : 206411Y : 9118847
Desa
: Ketapang
Kecamatan : Kalipuro
Koordinat : X : 211725Y : 9098739
Desa
: Ketapang
Kecamatan : Kalipuro
Koordinat : X : 211726Y : 9098518
Desa
: Ketapang
Kecamatan : Kalipuro
Koordinat : X : 211501Y : 9099180
Desa
: Ketapang
Kecamatan : Kalipuro
Koordinat : X: 208157 Y: 9104692
Desa
: Ketapang
Kecamatan : Kalipuro
Koordinat : X : 210702Y : 9103491
Desa
: Ketapang
Kecamatan : Kalipuro
Koordinat : X : 212029Y : 9102947
Desa
: Ketapang
Kecamatan : Kalipuro
Koordinat : X : 211933Y : 9100733
Desa
: Kluncung
Kecamatan : Licin
Koordinat : X : 192664Y : 9096177
Desa
: Kluncung
Kecamatan : Licin
Koordinat : X : 192666Y : 095845
Desa
: Kluncung
Kecamatan : Licin
Koordinat : X : 192893Y : 9094850
Desa
: Pakel
Kecamatan : Licin
Koordinat : X : 193122Y : 9093745
Desa
: Kluncung
Kecamatan : Licin
Koordinat : X : 192441Y : 9096397
Desa
: Tegalarum
Kecamatan : Sempu
Koordinat : X : 186286Y : 9077979
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 189795Y : 9096378
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 189255Y : 9094714
Desa
: Jambewangi
Kecamatan : Sempu
Koordinat : X : 185907Y : 9084728
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 189251Y : 9095267
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 189917Y : 9094719
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 189588Y : 9094384
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 189701Y : 9093942
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 189705Y : 9093500
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 190695Y : 9093839
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 190587Y : 9093506
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 190368Y : 9093283
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 190482Y : 9092730
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 190264Y : 9092397
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 190150Y : 9092839
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 190581Y : 9094391
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 190467Y : 9094833
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 190464Y : 9095276
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 190240Y : 9095828
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 190572Y : 9095609
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 189583Y : 9095048
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 189577Y : 9095934
Desa
: Bayu
Kecamatan : Songgon
Koordinat : X : 189465Y : 9096265