Anda di halaman 1dari 10

PETA KONSEP

PARADIGMA POLITIK HUKUM NASIONAL

BAGIAN 2

Pancasila: Dasar dan


Ideologi yang Kuat

Pancasila sebagai
Paradigma Hukum

Pancasila termuat di dalam


pembukaan UUD 1945, Pancasila
sangat cocok dijadikan platform
kehidupan bangsa

Kerangka berfikir,
sumber nilai dan
orientasi arah
Konfigurasi politik tertentu
melahirkan produk hukum
dengan karakter tertentu

Belajar dari Pengalaman


Orla dan Orba

Pancasila sebagai
Paradigma Politik
Hukum

Terjadi tolak tarik konfigurasi


politik yang demokratis dan
otoriter
Di Indonesia terbagi atas 3
periode
UUD yang sama dapat
melahirkan konfigurasi politik
yang berbeda pada periode
yang berbeda
Amandemen atas UUD
1945

Agenda Pembaruan
Hukum

Perubahan Konfigurasi
Politik
Peguatan Uji Materiil
Peraturan Perundangundangan
Sebagai pelayan
masyarakat

Hukum dan
Perkembangan
Masyarakat

Sebagai alat pendorong


kemajuan masyarakat
Hukum saat ini tidak
bekerja secara efektif,
sering dimanipulasi

Penjelasan:
Pancasila sebagai Paradigma Politik Hukum dapat dijelaskan dalam
beberapa uraian yaitu Pancasila: Dasar dan Ideologi yang kuat. Karena
pancasila posisinya tidak dapat di ganggu gugat. Alasannya, Pancasila
sangat cocok dijadikan platform kehidupan bersama bagi bangsa Indonesia
yang sangat majemuk agar tetap terikat erat sebagai bangsa yang bersatu,
dan pancasila termuat didalam Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya ada
pernyataan kemerdekaan oleh bangsa sehingga jika Pancasila diubah, berarti
Pembukaan UUD pun diubah. Dan jika Pembukaan UUD diubah maka
kemerdekaan yang pernah dinyatakan dianggap menjadi tidak ada atau
bubar.
Dalam kedudukannya sebagai dasar dari ideologi yang kuat, maka
Pancasila itu harus dijadikan paradigma (kerangka berpikir, sumber nilai, dan
orientasi arah) dalam pembangunan hukum termasuk semua upaya
pembaruannya. Pancasila sebagai dasar negara memang berkonotasi yuridis
dalam arti melahirkan berbagai peraturan perundang-undangan yang
tersusun secara hierarkis dan bersumber darinya.
Pembaruan hukum yang berparadigma Pancasiloa berarti perubahan
atas hukum-hukum yang ada atau pembuatan hukum-hukum baru yang
memuat dan mamancarkan nilai-nilai Pancasila. Belajar dari pengalam Orba
dan Orla, dalam studi yang dilakukan oleh Prof Mahfud diperoleh kesimpulan
sebagai berikut.
Pertama, konfigurasi politik tertentu melahirkan produk hukum dengan
karakter tertentu. Kedua, dalam sepanjang sejarah perkembangan bangsa
Indonesia, telah terjadi tolak tarik konfigurasi politik yang demokratis dan
konfigursi politik yang otoriter. Ketiga, sejarah perkembangan politik di
Indonesia tebagi atas tiga periode. Keempat, UUD yang sama dapat
melahirkan konfigurasi politik yang berbeda pada periode yang berbeda.
Dalam upaya pembaruan hukum itu harus dilakukan dengan
menjadikan Pancasila sebagai paradigmanya, sebab Pancasila merupakan
cita hukum, staastsfundamentalnorm yang nilai-nilainya diterima scara nyata
oleh masyarakat sebagai dasar dan acuan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Agenda pembaruan hukum menajdikan Pancasila sebagai paradigma
dapat diarahkan pada tiga hal pokok berikut. Pertama, Amandemen atas

UUD 1945. Kedua, Perubahan konfigurasi politik. Ketiga, Penguatan uji


peraturan perundang-undangan.
Pembangunan hukum yang mencakup upaya-upaya pembaruan
tatanan hukum di Indonesia haruslah dilakukan secara terus menerus agar
hukum dapat memainkan peran dan fungsinya sebagai pedoman bertingkah
laku dalam hidup bersama yang imperatif dan efektif sebagai penjamin
keadilan di dalam masyarakat.

BAGIAN 3

Hukum sebagai
Produk Politik
Konfigurasi
Politik dan
Produk Hukum

Konfigurasi
politik
demokratis
Konfigurasi
politik otoriter
Produk Hukum
responsif/otonom
Produk Hukum
Konservatif/ortod
oks
Periode 19451959

Konfigurasi
Politik dan
Karakter Produk
Hukum

Tolak Tarik:
Demokrasi dan
Otoriterisme

Periode 19591966
Periode 19661998
Hukum tentang
Pemilu

Karakter Produk
Hukum

Simpul Temuan

Hukum tentang
Pemda
Hukum tentang
Agraria

Uji Materi
Peraturan
PerundangUndangan

Penjelasan:
Konfigurasi politik dan Karakter produk hukum dijelaskan dalam
beberapa uraian: yaitu Hukum sebagai produk politik, hukum merupakan

produk politik sehingga karakter isi hukum akan sangat ditentukan oleh
konfigurasi politik yang melahirkannya. Setiap produk hukum merupakan
produk keputusan politik sehingga hukum dapat dilihat sebagai kristalisasi
dari pemikiran politik yang saling berinteraksi dikalangan politisi.
Variabel konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter, sedangkan variabel karakter produk hukum dibagi
atas produk hukum yang berkarakter responsif dan produk hukum yang
berkarakter ortodoks/konservatif. Secara lebih rinci dinyatakan bahwa
Konfigurasi politik yang demokratis akan melahirkan produk hukum
responsif dan Konfigurasi politik yang otoriter akan melahirkan produk
hukum ortodoks/konservatif.
Sepanjang sejarah Indonesia selalu terjadi tolak-tarik antara
konfigurasi politik demokratis dan konfigurasi politik otoriter. Walaupun
konstitusi yang berlaku di Indonesia menjadikan demokrasi sebagai salah
satu asas yang paling menonjol namun tidak semua konstitusi dapat
melahirkan konfigurasi politik yang demokratis. Bahkan, dibawah sebuah
konstitusi yang sama dapat melahirkan konfigurasi politik yang berbedabeda pada periode yang berbeda-beda pula.
Karena produk hukum merupakan refleksi dari konfigurasi politik yang
melahirkannya, maka ada kemungkinan bahwa setiap produk hukum itu
lebih sarat dengan muatan politik yang mungkin bertentangan dengan
hukum yang lebih tinggi yang menjadi dasarnya. Dengan kata lain,
kemungkinan UU sebagai produk politik memuat isi yang tidak sesuai
dengan UUD. Untuk itu, disarankan agar judicial review terhadap UU segera
dilembagakan.

Penjelasan:
Konstruksi politik hukum nasional dijelaskan dalam beberapa uraian
yaitu cakupan politik hukum secara sederhana adalah arahan atau garis
resmi yang dijadikan dasar pijak dan cara untuk membuat dan
melaksanakan hukum dalam rangka mencapai tujuan bangsa dan negara.
Dalam konteks politik hukum jelas bahwa hukum adalah alat yang bekerja
dalam sistem hukum tertentu untuk mencapai tujuan negara atau citacita masyarakat Indonesia.
Pada umumnya dikatakan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah
membentuk masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Tujuan
negara tersebut harus diraih oleh negara sebagai organisasi tertinggi bangsa
Indonesia yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan cita-cita masyarakat yang ingin dicapai yang
dikristalisasikan di dalam tujuan negara, dasar negara, dan cita hukum
diatas, maka yang diperlukan adalah suatu sistem hukum nasional yang
dapat dijadikan wadah atau pijakan dan kerangka kerja politik hukum
nasional. Dengan demikian, sistem hukum nasional adalah sistem hukum
yang berlaku di seluruh Indonesia yang meliputi semua unsur hukum (seperti
isi, struktur, budaya, sarana, peraturan perundang-undangan dan semua sub
unsurnya) yang antara satu dengan yang lain saling bergantung dan yang
bersumber dari Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945.
Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945 memuat tujuan, cita hukum,
dan norma dasar negara Indonesia yang harus menjadi tujuan dan pijakan
dari politik hukum dan mengandung nilai-nilai khas yang bersumber dari
pandangan dan budaya bangsa Indonesia yang diwariskan oleh nenek
moyang.
Nilai-nilai khas yang kemudian mengkristalkan tujuan, dasar, cita
hukum dan norma dasar negara Indonesia yang kemudian melahirkan hukum
nasional Indonesia yang khas pula, diuraikan secara singkat yaitu Nilai
kepentingan: Antara Individualisme dan Kolektivisme, Konsepsi Negara
Hukum: Antara Rechtsstaat dan the Rule Law, Hukum dan Masyarakat:
Antara alat pembangunan dan Cermin Masyarakat,dan Negara dan Agama:
Religious Nation State.

BAGIAN 1

Sebagai Legal Policy


Politik Hukum

Tujuan Negara

Sistem Hukum
Nasional

Sebagai Alat untuk menilai


apakah hukum yang dibuat
sesuai/tidak dengan legal
policy
Pembukaan UUD 1945
Alinea keempat
Unsur sistem hukum:
substance, structure, culture
Nilai Kepentingan:
Antara Individualisme dan
Kolektivitas

Hukum Nasional:
Hk Pancasila, Hk
Prismatik
Konstruksi Politik
Hukum Nasional

Konsepsi Negara Hukum: Antara


Rechtsstaat dan the Rule of law
Hukum dan Masyarakat:
Antara Alat pembangunan dan Cermin
masyarakat
Negara dan Agama: Religious Nation
State
Pijakan Penuntutan

Kerangka Pikir Politik


Hukum Nasional

Prolegnas sebagai Potret Politik


Hukum
Prolegnas sebagai Rencana Materi
Hukum
Prolegnas sebagai Instrumen
(Mekanisme)

Judicial Review

Hukum Sebagai Produk


Politik

MK

Dua Jalur Judicial Review

Beberapa Persoalan
Kebulatan Pemikiran

Penegakkan hukum oleh aparat,


budaya hukum, perda yang
melewati batas proporsional

MA

Anda mungkin juga menyukai