Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN PUSTAKA

INDUSTRIALISASI, PERKEMBANGAN KOTA, DAN


RESPONS MASYARAKAT: STUDI KASUS KOTA
GRESIK
Purnawan Basundoro
Journal Budaya, Sastra dan Bahasa
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
Vol.13 , No.2 , Hal. 133-140
Tahun 2001
Direview oleh : Farida Prasasti D.R (15/380996/GE/08053)

Studi mengenai perkembangan dari sebuah kota tidak dapat dilepaskan dari
studi mengenai sejarah industrialisasi kota yang bersangkutan. Sebagian besar kotakota

di

dunia

mengalami

perkembangan

yang

signifikan

setalah

masa

indurstrialisasinya. Sebagai contoh adalah kota London di Inggris yang mana mulai
mengalami kemajuan pesat pada abad ke-18 saat industrialisasi sedang gencar
dilakukan. Hal yang sama juga terjadi pada kota-kota di Indonesia meskipun tingkat
perkembangan dan jangka waktu yang diperlukan cenderung berbeda dengan kotakota di Negara barat. Salah satu kota di Indonesia yang berkembang akibat peran
dari industrialisasi adalah kota Gresik.
Kota Gresik secara administrative adalah salah satu kabupaten di provinsi
Jawa Timur. Menurut Purnawan Basundro (2001), urban development kota Gresik
merupakan hasil dari keberadaan industry-industri yang berkembang di wilayah

tersebut. Apabila ditilik dari sejarahnya, kota Gresik memang pernah menjadi salah
satu kota yang berpengaruh di Indonesia. Sebagai salah satu kota tua yang bahkan
pernah disebutkan dalam sejarah Majapahit, Gresik pernah menjadi pusat kegiatan,
khususnya dalam kegiatan perdagangan karena adanya pelabuhan Gresik yang
beroperasi pada abad ke-18. Kota Gresik pada abad itu dianggap merupakan tempat
yang cukup strategis dalam pelayaran internasional untuk berlabuhnya kapal-kapal
dari mancanegara pada masa kejayaan VOC. Gresik kala itu dijadikan sebagai salah
satu kabupaten bersama dengan Lamongan dan Sedayu. Namun, seiring dengan
jatuhnya VOC dan penjajahan Belanda yang mulai kacau akibat munculnya perang
dunia, banyak pelabuhan di Indonesia yang ditutup, salah satunya adalah pelabuhan
di kota Gresik karena dianggap kurang strategis. Penutupan dari pelabuhan tersebut
membawa dampak perekonomian dan juga social budaya di wilayah Gresik, dari
awalnya merupakan pusat kota, Gresik berubah menjadi kota yang stagnan tanpa
perkembangan hingga abad ke-19. Terlebih lagi, pada tahun 1934, status Gresik
sebagai Karesidenan atau kabupaten dihapus dan diganti oleh Surabaya.
Perkembangan kota Gresik kembali muncul pada tahun 1953, saat didirikan
pabrik semen Gresik di daerah tersebut. Keadaan masyarakat Gresik pada kala itu
masih berada pada sector agraris dan wiraswasta khususnya pada kerajinan. Tingkat
pendidikan

masyarakatnya

juga

masih

rendah.

Purnawan

Basundro(2001)

mengemukakan bahwa pada saat itu ada dua respon masyarakat Gresik terhadap
pembangunan pabrik semen Gresik. Respon pertama adalah apriori. Respon ini
diberikan oleh sebagian masyarakat wiraswasta dengan keadaan ekonomi yang
cukup baik. Menurut mereka, keberadaan pabrik semen Gresik tidak membawa
dampak karena mereka tidak mau bekerja pada pabrik tersebut dikarenakan
kepercayaan mereka yang lebih suka bekerja sendiri dibanding menjadi buruh orang
lain. Respon kedua adalah pasif, respon ini diberikan oleh masyarakat yang berada
pada batar luar Gresik yang didominasi oleh pedesaan dengan kegiatan bercocok
tanam yang intensif. Mereka kebanyakan berpendidikan rendah, sehingga

keberadaan pabrik semen Gresik tidak dapat memberikan mereka pekerjaan yang
lebih baik.
Melihat dari segi sejarah kota Gresik yang disajikan oleh penulis dari
berbagai sumber tersebut, maka dapat di simpulkan bahwa Gresik saat itu hanyalah
sebagai daerah kantong ekonomi, seperti yang diistilahkan oleh Anne Booth. Daerah
kantong ekonomi ini semata-mata hanya daerah industry yang menarik tenaga kerja
dari daerah luar, mengeksploitasi daerah kantong, dan kemudian mengirimkan hasil
barang ke daerah luar lagi untuk pendapatan yang juga akan dikirimkan ke daerah
luar. Daerah yang semacam ini biasanya hanya akan mendapatkan dampak polutan
dan pencemaran lingkungan saja, seperti kasus Freeport di Papua. Terbukti dengan di
klasifikasikannya daerah Gresik menjadi kawasan industry berpolutan tinggi karena
berada pada tepi laut Jawa.
Apabila mengacu pada Hendarto (1997), istilah perkembangan kota (urban
development) dapat diartikan sebagai suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang
menyangkut segala perubahan di dalam masyarakat kota secara menyeluruh, baik
perubahan sosial ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik. Dari pernyataan
tersebut

teori

mengenai

berkembangnya

kota

Gresik

dikarenakan

peran

industrialisasi oleh Purnawan Basundro maka dapat dikatakan sebagai benar adanya.
Kota Gresik mengalami perubahan social ekonomi, yakni dimana masyarakat yang
pada awalnya lebih berkonsentrasi pada sector agriculture dan kerajinan tangan
bertransformasi menjadi sector industry dan jasa. Pada segi social budaya, kota
Gresik juga telah berubah dari daerah yang tradisional menjadi pusat kota dengan
berbagai fasilitasnya, begitu pun dengan gaya hidup dari masyarakat Gresik sendiri.
Kemudian dari segi fisik, kota Gresik telah banyak mengalami perluasan. Tempattempat yang pada awalnya merupakan lahan terbuka telah banyak digunakan dalam
pembangunan, begitu pun dengan perkampungan di perbatasan Gresik telah berubah
masuk ke kawasan urban.

Purnawan Basundro (2001) menegaskan bahwa kehadiran industry industri


di Gresik yang diawali oleh pabrik semen Gresik dan kemudian disusul oleh pabrik
petrokimia dan lain sebagainya, membawa dampak yang sangat besar bagi
perkembangan kota Gresik. Perkembangan tersebut bahkan kembali menjadikan
Gresik sebagai salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur. Pernyataan ini
sesungguhnya kurang tepat. Perkembangan kota Gresik tidak hanya di sebabkan oleh
factor kemunculan sector industry di daerah tersebut, masih ada factor lain yang
sebenarnya sangat menentukan perkembangan dari kota Gresik itu sendiri. Factor
lain itu adalah adanya peran pemerintah beserta program-programmya. Kehadiran
pabrik semen Gresik memang sudah ada bahkan sebelum presiden Soeharto pada
kala itu mencanangkan program industrialisasinya, sehingga munculnya pabrik
semen tersebut tidak terlalu memiliki keterkaitan dengan kebijakan pemerintah.
Namun, perkembangan kota Gresik sendiri merupakan hasil dari peran pemerintah
yang membuat kebijakan mengenai pembangunan sekolah di berbagai tempat sekitar
tahun 1970-an. Kebijakan tersebut telah memperbaiki tingkat pendidikan masyarakat
Gresik yang rendah. Dari sanalah kemudian masyarakat mulai berpartisipasi dan
memanfaatkan keberadaan pabrik-pabrik atau indsutri di daerah mereka. Hal ini terus
berlanjut hingga berkembang ke sector jasa.
Keberadaan industry di suatu daerah tanpa peran pemerintah yang baik
cenderung akan merugikan masyarakat, seperti contohnya industry di Papua dimana
tidak diimbangi oleh peran pemerintah dalam memajukan tingkat pendidikan. Tidak
dapat dipungkiri bahwa Kota Gresik dapat berkembang seperti saat ini adalah karena
letak atau posisi Gresik sendiri yang berada di pulau Jawa, sehingga peran
pemerintah serta kebijakan-kebijakan yang dibuat dapat berlaku dengan baik.
Apabila kehadiran industry di Gresik tidak diimbangi oleh peran pemerintah dalam
pendidikan, maka kemungkinan besar Gresik hanya akan tetap menjadi daerah
kantong ekonomi, dimana industry justru mendatangkan bencana dan bukan
keuntungan untuk masyarakat setempat.

Journal mengenai perkembangan kota Gresik dan dampaknya terhadap


masyarakat oleh Purnawan Basundro ini terbilang cukup baik. Memang patut
diketahui bahwa tipe dari journal ini bukanlah journal ilmiah yang mengandalkan
data penelitian. Namun, journal ini cukup baik karena mengandalkan studi literature,
dimana data-data di dapatkan dari sejarah. Journal ini menarik untuk dikaji karena
menguak banyak fakta historis, dimana mungkin dapat juga dijadikan sebagai bahan
literature untuk penelitian lain yang berkaitan dengan rekonstruksi social, budaya,
ekonomi dan pembangunan masa lampau.

Daftar Pustaka
Alfana, M. A. F., Giyarsih, S. R., Aryekti, K., & Rahmaningtias, A. (2016). FERTILITAS
DAN MIGRASI: KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN UNTUK MIGRAN DI KABUPATEN
SLEMAN. NATAPRAJA, 3(1).
ANGGLENI, A., Rini Rachmawati, M. T., & Giyarsih, S. R. (2015). KINERJA PELAYANAN
PENGURUSAN KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK (KTP-el) DI KECAMATAN
RAMBANG DANGKU KABUPATEN MUARA ENIM (Doctoral dissertation, Universitas
Gadjah Mada).
DWIHATMOJO, R., Luthfi Muta'ali, M. T., & Giyarsih, S. R. (2015). Kajian Ruang
Terbuka Hijau di Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Doctoral dissertation,
Universitas Gadjah Mada).
Febriyanti, A. D., & Ariastita, P. G. (2013). Optimasi Penggunaan Lahan Perkotaan di
Kawasan Perkotaan Mejayan Kabupaten Madiun. Jurnal Teknik ITS, 2(2), C123-C128.

Giyarsih, S. R. (1999). Mobilitas Penduduk Daerah Pinggiran Kota. Majalah Geografi


Indonesia, 13(1999).
Giyarsih, S. R. (2010). URBAN SPRAWL OF THE CITY OF YOGYAKARTA, SPECIAL
REFERENCE TO THE STAGEOF SPATIAL TRANSFORMATION (Case Study at
Maguwoharjo Village, Sleman District). Indonesian Journal of Geography, 42(1), 49-60.
Giyarsih, S.R. 2010a. Pola Spasial Transformasi Wilayah di Koridor Yogyakarta-Surakarta
dimuat dalam Jurnal Forum Geografi, Fakultas Geografi UMS, 24(1) : 28-38.
Giyarsih, S. R. (2011). Gejala Urban Sprawl sebagai Pemicu Proses Densifikasi Permukiman
di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area) Kasus Pinggiran Kota Yogyakarta. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, 12(1), 39-45.
Giyarsih, S. R. (2015). Pemetaan Kelembagaan dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis
DAS Bengawan Solo Hulu. Jurnal Sains&Teknologi Lingkungan, 2(2).
Giyarsih, S. R. (2015). DAMPAK TRANSMIGRASI TERHADAP TINGKAT
KESEJAHTERAAN WARGA TRANSMIGRAN DI DESA TANJUNG KUKUH KECAMATAN
SEMENDAWAI BARAT KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI
SUMATERA SELATAN (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Giyarsih, S. R. (2016). Koridor Antar Kota Sebagai Penentu Sinergisme Spasial: Kajian
Geografi Yang Semakin Penting. TATALOKA, 14(2), 90-97.
Giyarsih, S. R., & Kurniawan, A. (2015). PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN
MASYARAKAT MISKIN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
KELURAHAN 3-4 ULU KOTA PALEMBANG (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah
Mada).
Giyarsih, Sri Rum, and Muhammad Arif Fahrudin Alfana. (2013). "The Role of Urban Area
as the Determinant Factor of Population Growth." Indonesian Journal of Geography 45.1.
Harini, R., Giyarsih, S. R., & Budiani, S. R. (2005). Analisis Sektor Unggulan dalam
Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia,
19(2005).
Hendarto, R. Mulyo. 1997. Teori Perkembangan dan Pertumbuhan Kota. Semarang:
Makalah Disukusi Rutin Fakultas Ekonomi.

Hidayat, O., & Giyarsih, S. R. (2012). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Universitas Gadjah
Mada Tentang Bahaya Penyakit AIDS. Jurnal Bumi Indonesia, 1(2).

Pristiani, Y. D., & Giyarsih, S. R. (2014). Evaluasi Pelaksanaan Program Business


Coaching Bagi Pemuda Wirausaha Baru Bank Indonesia Dan Implikasinya Terhadap
Ketahanan Ekonomi Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi di Bank Indonesia
Cabang Yogyakarta) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Purnawan Basundro. 2001. Industrialisasi, Perkembangan Kota, Dan Respons Masyarakat:
Studi Kasus Kota Gresik. Journal Budaya, Sastra dan Bahasa. Vol. 13 (2) : 133-140.
Setyono, J. S., Yunus, H. S., & Giyarsih, S. R. (2016). THE SPATIAL PATTERN OF
URBANIZATION AND SMALL CITIES DEVELOPMENT IN CENTRAL JAVA: A CASE
STUDY OF SEMARANG-YOGYAKARTA-SURAKARTA REGION. Geoplanning:
Journal of Geomatics and Planning, 3(1), 53-66.
Sriartha, I. Putu, and Sri Rum Giyarsih. (2015). "Spatial Zonation Model of Local Irrigation
System Sustainability (A Case of Subak System in Bali)." The Indonesian Journal of
Geography 47.2: 142.
Sriartha, I. Putu, Suratman Suratman, and Sri Rum Giyarsih. 2015. "The Effect of Regional
Development on The Sustainability of Local Irrigation System (A Case of Subak System in
Badung Regency, Bali Province)." Forum Geografi. Vol. 29. No. 1.
SUSANTI, S., M Baiquni, M. A., Giyarsih, S. R., & Si, M. (2015). STRATEGI
PENGHIDUPAN MASYARAKAT KORBAN LUMPUR PANAS SIDOARJO SETELAH
RELOKASI PERMUKIMAN DI DESA KEPATIHAN KECAMATAN TULANGAN
KABUPATEN SIDOARJO (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Tajuddin, L., Rijanta, R., Yunus, H. S., & Giyarsih, S. R. (2015). MIGRASI
INTERNASIONAL PERILAKU PEKERJA MIGRAN DI MALAYSIA DAN
PEREMPUAN DITINGGAL MIGRASI DI LOMBOK TIMUR. Jurnal Kawistara, 5(3).

Anda mungkin juga menyukai