Buku Analisa SLHD Banten 2014 PDF
Buku Analisa SLHD Banten 2014 PDF
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Wilayah Banten, terutama Kota Tangerang dan Kabupaten
Tangerang,
serta
Kota
Tangerang
Selatan
adalah
kawasan
lingkungan
di
Provinsi
Banten
juga
sudah
1
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
1.2.1 Tujuan
antara lain:
2
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
berikut:
a. Sebagai sarana penyediaan data dan informasi lingkungan yang
dapat menjadi alat yang berguna dalam menilai dan menentukan
prioritas masalah.
b. Membantu membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan
perencanaan untuk membantu pemerintah daerah dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
c. Membantu menerapkan mandat pembangunan berkelanjutan .
1.3 Profil Provinsi Banten
Provinsi Banten adalah salah satu daerah pemekaran yang dulu
termasuk dalam wilayah Karesidenan Banten Provinsi Jawa Barat dan
terbentuk melalui Undang-undang No. 23 Tahun 2000. Pada awalnya,
Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten
Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang dan dua kota yaitu Kota
Tangerang, Kota Cilegon dan Kota tangerang Selatan. Dalam
3
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
4
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Gambar 1:
Persentase Luas Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
Wilayah Provinsi Banten yang memiliki bentang alam mulai dari
puncak gunung sampai laut memiliki sumberdaya alam cukup besar
berupa lingkungan darat, laut dan pulau-pulau kecil. Luas total wilayah
Provinsi Banten 17.342,92 km yang terdiri atas:
a. wilayah darat (4 kabupaten dan 4 kota) seluas 9.662,92 km;
b. wilayah laut sejauh 12 mil, seluas 7.680 km yang diukur dari
garis pantai tegak lurus ke arah laut lepas;
c. perairan kepulauan (dengan asumsi panjang pantai Provinsi Banten
400 km dan 1 mil laut = 1,6 km).
Adapun batas wilayah adalah sebagai berikut:
a. sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa;
b. sebelah Timur dibatasi oleh Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa
Barat;
c. sebelah Selatan dibatasi oleh Samudera Hindia;
d. sebelah Barat dibatasi oleh Selat Sunda.
5
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
1.4
Isu Prioritas
Berdasarkan pengumpulan data dan informasi, isu prioritas
2.
3.
4.
5.
6.
7.
6
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Tekanan (Pressure)
Dengan jumlah penduduk sebanyak 11.452.491 jiwa, Provinsi Banten
memiliki aktivitas yang kompleks. Sejumlah wilayah juga mengalami
peningkatan jumlah industri skala besar dan sedang, terutama yang
berpotensi memiliki limbah padat, cair, dan B3 yang besar seperti
industri tekstil, industri kayu, dan industri bahan kimia.
Banyaknya jumlah penduduk juga berbanding lurus dengan
kebutuhan energi, pengurangan luas kawasan hutan alami, dan
meningkatnya
limbah
harian
masyarakat.
Bahkan
untuk
7
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
3.
Respon (Response)
Untuk
menanggapi
permasalahan
pencemaran
lingkungan,
8
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
BAB 2
KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KECENDERUNGANNYA
2.1
9
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
di
Provinsi
pedesaan
kebutuhan
Masyarakat
yang
sumberdaya
terbatas
ekonominya
10
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
kelestarian
lingkungan
hidup.
Kerusakan
lahan
akibat
11
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
12
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Jawa Barat I Sub Seksi Serang mengelola Cagar Alam dan Taman Wisata
Alam. Disamping itu terdapat beberapa institusi lain yang menangani
kegiatan pembangunan kehutanan dan perkebunan di Provinsi Banten
yaitu Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Citarum-
Ciliwung, Balai Sertifikasi dan Pengujian Hasil Hutan (BSPHH) Wilayah
VII, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta,
Perusahaan Terbatas Perkebunan Negara (PTPN) VIII, Perkebunan Swasta
(PBS) dan Instansi Daerah Otonom berupa dinas teknis yang menangani
pembangunan kehutanan dan perkebunan (Bappeda Provinsi Banten,
2007).
1) Kawasan Konservasi
Dilihat dari luasnya, hutan di Provinsi Banten sebagian besar
berada dalam kawasan konservasi, seperti Taman Nasional Ujung
Kulon, Taman Nasional Gunung Halimun, Cagar Alam Rawa
Danau, Cagar Alam Tukung Gede, Cagar Alam Pulau Dua, Taman
Wisata Alam Carita, Taman Wisata Alam Pulau Sangiang, dan
Taman Wisata Alam Laut Sangiang. Dengan adanya usaha
konservasi hutan di Provinsi Banten ini diharapkan perlindungan
flora dan fauna yang ada di dalamnya semakin membaik, sehingga
keanekaragaman hayati di daerah tersebut tidak menurun.
Gambaran kondisi hutan di kawasan konservasi diuraikan berikut
ini:
a) Taman Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu dari enam
taman nasional di dunia yang telah ditetapkan UNESCO sejak
tahun 1992 sebagai warisan alam dunia. Taman Nasional ini
memiliki luas keseluruhan 122.956 hektar yang terdiri atas 78.619
13
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Luas
a.
Zona inti
47.250 ha
b.
Zona rimba
c.
d.
3.700 ha
e.
130 ha
f.
20 ha
Permasalahan utama yang terjadi di Taman Nasional Ujung
Kulon adalah meningkatnya kegiatan-kegiatan yang merusak
sumberdaya hutan seperti penebangan, perambahan, dan
pencurian yang dilakukan oleh penduduk.
b) Taman Nasional Gunung Halimun
Taman Nasional Gunung Halimun yang berada di Provinsi
Banten meliputi Kecamatan Cipanas, Muncang, dan Kecamatan
Cibeber Kabupaten Lebak. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 175/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003
14
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
ditegakkannya
peraturan
tentang
pengambilan
15
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
16
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
17
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Tahun
Produksi
Nilai Produksi
Produksi
Nilai Produksi
(m3)
(juta rupiah)
(m3)
(juta rupiah)
2000
2863,00
2066,81
10431,00
1385,02
2001
5297,00
3574,60
13784,00
2294,39
2002
6485,00
5673,79
8248,00
2243,48
2003
4114,00
9800,20
6219,00
2236,64
2004
16549,00
27174,65
9510,00
3448,85
2005
13944,30
19767,33
50731,74
1564,83
2006
14780,35
21678,35
8115,92
3059,11
2007
25884,29
40868,12
10049,70
3626,09
2008
16376,00
33063,14
47002,00
17004,96
2009
24296,37
49054,36
36716,01
13283,56
2010
17535,62
35404,42
28251,31
10221,11
2011
18355,10
32986,07
16009,08
9721,13
18
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
besar yakni 46.134,57 Ha dibandingkan Kab. Lebak (26.624 Ha) dan Kab.
Serang (5,78 Ha).
19
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Gambar
4:
Persentase
Luas
Tutupan
Lahan
Hutan
Tetap
Prov.
Banten
2013
20%
KSA-KPA
HL
47%
HPT
HP
28%
5%
Sumber: BPS Provinsi Banten 2014
2.1.4 Luas Lahan Kritis
Kabupaten Pandeglang memiliki luasan lahan kritis paling besar
yakni 33.379 Ha. Adapun menurut data BPS 2014, satu-satunya wilayah
yang memiliki luasan lahan sangat kritis adalah Kab. Lebak seluas
2.057,72 Ha. Hal ini disebabkan bahwa Kab. Pandeglang dan juga Kab.
Lebak memiliki kondisi geografis yang sebagian besarnya masih berupa
kawasan hutan. Namun kawasan tersebut belum dapat dimanafaatkan
secara optimal, sehingga didapati sejumlah kawasan berubah menjadi
lahan kritis dan kehilangan fungsinya.
2.1.5 Perkiraan Luas Kerusakan Hutan menurut Penyebabnya
Seperti halnya lahan, hutan di Provinsi Banten pun mengalami
kerusakan. Penyebab kerusakan tersebut terangkum dalam tabel SD-9.
Penyebab utama kerusakan hutan yaitu perambahan hutan yang
mengakibatkan kerusakan hutan seluas 21.192 Ha.
20
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
2.1.6 Pelepasan Kawasan Hutan yang dapat dikonversi Menurut
Peruntukkan
Selain mengalami kerusakan, hutan di provinsi Banten juga
dikonversi menjadi perunutkan lain berdasarkan SK. Menteri Kehutanan
yang dirangkum pada tabel SD-10. Luas hutan yang dikonversi menjadi
pemukiman (1.525,63 Ha), Perkebunan (1.067,15 Ha), Industri (2.026,49
Ha) dan Pertambangan (2.614,06 Ha) dan lainnya (28.54 Ha).
2.2
Keanekaragaman Hayati
Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 sebagai pengganti dari
dan
pelaksanaan
pengendalian
kemerosotan
21
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
4) Pemantauan
dan
pengawasan
pelaksanaan
konservasi
sebagai
penyelundupan
satwa,
akibat
dari
pencurian
plasma
nutfah,
perambahan
flora/fauna
yang
dilindungi.
Taman Nasional Ujung Kulon
merupakan kawasan konservasi
Gambar 5:
Badak Bercula Satu (Rhinoceros Sundaicus)
22
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
yaitu badak bercula satu (Rhinoceros Sundaicus). Selain hal tersebut di atas
Provinsi Banten memiliki Cagar Alam Rawa Danau yang merupakan
kawasan penyedia air baku dan satu-satunya reservoar air di wilayah
Provinsi Banten Bagian Barat.
Selain memiliki kawasan-kawasan hutan tersebut diatas, Provinsi
Banten memiliki juga kawasan konservasi khusus Baduy seluas 5.136,58
Ha berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 32 Tahun 2001
tentang Perlindungan atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy.
Berdasarkan data dan informasi, keadaan yang berkaitan dengan
pengelolaan atau pengendalian keanekaragaman hayati di Provinsi
Banten sepanjang tahun 2014 adalah sebagai berikut :
1) Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon saat ini memiliki
keanekaragaman flora dan fauna yang banyak dihuni, tidak kurang
dari 700 jenis flora, 30 jenis mamalia, 5 jenis reptil, 59 jenis amphibi,
240 jenis ikan, dan 33 jenis terumbu karang. Secara geografis
kawasan ini terletak di 1020232 - 1053737 BT dan 063043 -
065217 LS dan berada pada 2 kecamatan, yaitu Kec. Sumur dan
Kec. Cimanggu.
Jika dilihat dari perbandingan persentase jenis fauna yang
ada di Pulau Jawa, Taman Nasional Ujung Kulon merupakan
habitat bagi 26 persen mamalia di Jawa, 66 persen burung di Jawa,
dan 34 persen reptil di Jawa. Badak Jawa bercula satu (Rhinoceros
sondaicus) merupakan salah satu hewan langka dan satu-satunya
badak bercula satu yang masih hidup di dunia. Selain badak
bercula satu, Taman Nasional Ujung Kulon juga merupakan habitat
dari jenis lain yang telah terancam punah seperti Banteng (Bos
23
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Panjang
(Macaca
(Trachypithecus
dan
Kukang
Gambar 6:
24
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
menjadi
penyebab
meningkatnya
gangguan-
25
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
alam
di
kawasan
konservasi
menyebabkan
Alam
Rawa
ditetapkan
Gambar 7:
Cagar Alam Rawa Dano
26
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Tongtong
(Leptoptilos
javanicus),
Kuntul
Kerbau
Rhinolophidae,
Vespertillionidae,
27
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
28
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
29
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Air
Penyebaran sumberdaya air di Provinsi Banten secara alamiah
tidak merata, ada daerah yang memiliki potensi sumber air cukup tinggi
tetapi ada juga daerah yang minim sumber air. Potensi sumberdaya air di
wilayah Provinsi Banten digambarkan melalui kondisi sumber air
permukaan dan air tanah. Kuantitas air sungai relatif cukup tinggi
meskipun terjadi fluktuasi debit aliran yang cukup besar antara musim
hujan dan musim kemarau, sedangkan kualitasnya menunjukkan adanya
indikasi pencemaran di beberapa sungai.
Kebutuhan air akan meningkat seiring pertumbuhan kegiatan dan
jumlah penduduk Provinsi Banten. Kebutuhan ini harus tetap bisa
dipenuhi dari sumber-sumber air yang ada, sehingga diperlukan tindakan
pelestarian sumberdaya air, baik air permukaan maupun air tanah.
Mengantisipasi kebutuhan air yang terus meningkat, perlu
dilakukan identifikasi dan inventarisasi seluruh sumberdaya air yang ada,
termasuk kemungkinan pemanfaatan teknologi di bidang pemurnian air
(daur ulang, desalinasi air laut).
Air tanah secara umum memiliki potensi yang cukup tinggi,
meskipun di beberapa daerah terindikasi intrusi air laut dan terjadinya
eksploitasi air tanah yang cukup tinggi untuk kebutuhan industri karena
terbatasnya sumber air permukaan. Wilayah di Provinsi Banten yang
minim sumberdaya air ialah wilayah Kota Cilegon, sehingga suplai air
bersih Cilegon bergantung pada sumber air dari Kabupaten Serang (Rawa
30
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Danau) yang disalurkan oleh PT. KTI. Kalangan industri dan wisata
(terutama hotel) mengambil air tanah untuk memenuhi kebutuhannya.
2.3.1 Inventarisasi Sungai dan Danau/Situ/Rawa
Berdasarkan batas administratif, Kabupaten Pandeglang memiliki
60 sungai yang panjangnya bervariasi dari 2,65 km sampai dengan 30 km,
lebar sungai 1,5 m sampai dengan 45 m, kedalaman 0,3 m sampai dengan
2,1 m, dan debit sungai dari 0,01 m3/detik sampai dengan 115,90 m3/detik.
Kabupaten Lebak memiliki 16 sungai yang panjangnya bervariasi dari
12,08 km sampai dengan 147 km, kedalaman 2,98 m sampai dengan 9 m,
dan debit sungai dari 0,01 m3/detik sampai dengan 115,90 m3/detik. Data
selengkapnya terdapat pada tabel SD-12.
Sedangan, potensi air sungai dan situ/rawa berdasarkan Satuan
Wilayah Sungai (SWS) menunjukkan potensi sebagai berikut: Debit
terkecil rata-rata bulanan untuk SWS Ciujung-Ciliman, diketahui sebesar
0,03 m/dt yang diwakili oleh pengukuran di Rawa Danau pada stasiun
Cidangiang-Cibetung dalam periode Januari 2012 sampai Desember 2012,
sedang debit aliran terbesar rata-rata bulanan sebesar 246,25 m/dt diukur
di Sungai Ciujung, stasiun Bendung Pamarayan dalam periode Januari
2012 sampai Desember 2012.
Debit terkecil rata-rata bulanan SWS Cisadane-Ciliwung, sebesar
0,1 m/dt diwakili oleh pengukuran di Sungai Cidurian, stasiun Cikande
dalam tahun 2012, sedang debit terbesar rata-rata bulanan biasanya
diukur di Sungai Cisadane, akan tetapi pada tahun 2012 ini tidak
dilakukan pengukuran debit oleh pihak BPSDA Cisadane Provinsi Banten.
Potensi air permukaan yang tersimpan dalam bentuk situ atau
danau di ketiga wilayah sungai adalah: SWS Ciujung Ciliman, meliputi
31
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
32
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
33
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Tabel 4:
Kualitas Air Sungai di Provinsi Banten tahun 2014
Parameter Pencemar yang
melebihi
baku
mutu
Sungai
Kuantitas
Ciujung
bulanan = 61.479
Coliform
Cidurian
Panjang 81,5 km; luas 865 km2, Debit rata-rata TSS, BOD, COD,
bulanan = 54.523 m3/dt (st. Parigi)
Cisadane
BOD, COD
Beulah)
Cibanten
BOD,
COD,
Total
Coliform
2.4
Udara
Banyak kegiatan pembangunan dan aktifitas yang menekan
35
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
36
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
37
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
kualitas
udara
di
Gambar 9:
Kemacetan Lalu Lintas di Ciputat,
Tangerang Selatan
38
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
39
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
o Uji
kelayakan
terhadap
emisi
gas
buang
cerobong
perhubungan,
pertambangan,
rumah
sakit,
yang
bertanggung
jawab
dalam
pengelolaan
pencemaran
udara,
penyebabnya
dan
cara
pengendaliannya;
o Belum semua pabrik/industri memasang alat peredam emisi gas
buang pada cerobong, dan kendaraan bermotor belum
menggunakan knalpot/saringan emisi gas buang secara
baik/memadai.
c) Kabupaten Pandeglang
Dengan adanya PLTU Labuan makan beban pencemaran udara
yang dihasilkan di Kabupaten Pandeglang bertambah terutama
pada sumber pencemar tidak bergerak. Selama satu tahun oleh
pencemaran udara tidak bergerak di Kabupaten Pandeglang tahun
2010 (industri, rumah tangga dll) diperkirakan didominasikan oleh
gas CO2 ( 145.592 ton), partikel debu ( 15.879 ton), CO ( 1.827
40
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
41
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
42
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
terumbu
karang
di
sepanjang
pantai
yang
43
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Kabupaten/Kota Kecamatan/Desa
1
I
2
Kabupaten Tangerang
1 Kemiri
a. Karang Anyar
2 Kosambi
a. Salembaran
b. Salembaran Jati
3 Kronjo
a. Kronjo
b. Pagedongan
4 Mauk
a. Ketapang
b. Mauk Barat
5 Paku Haji
a. Kohot
b. Kramat
c. Sukawali
d. PM
6 Sukadiri
a. Pekayon
b. Rawa Kidang
7 Teluk Naga
a. Muara
b. Tangjung Burung
Jumlah I
II
Luas(Ha)
Dlm Kaw. Diluar Kaw.
Hutan
Hutan
3
4
Kabupaten Serang
1 Bojonegara
a. Bojonegara
b. Margagiri
2 Kasemen
a. Sawah Luhur
b. Pulau Dua
Kondisi
5
-
-
7,53
17,22
-
-
6,52
3,85
-
-
-
6,00
60,55
45,32
0,41
27,12
4,11
13,36
-
124,78
-
105,07
246,45
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
18,41
3,23
39,54
Rusak
Rusak
Rusak
7,96
55,81
10,42
-
-
-
30,00
-
-
-
-
-
Ket
6
44
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
3 Kramat Watu
a. Terate
4 Pontang
a. Domas
b. Linduk
c. Sukajaya
d. Wanayasa
5 Pulo ampel
a.Argawana
6 Tanara
a. Pedaleman
b. Tenjo Ayu
7 Tirtayasa
a. Lontar
b. Sujung
c. Susukan
d. tengkurak
Jumlah II
III
Kota Cilegon
1 Ciwandan
a. Kubangsari
b. Samangraya
c. Waruasari
2 Pulo Merak
Jumlah III
IV
Kabupaten Lebak
Kabupaten
Pandeglang
1 Malingping
a. D. Ampel/
Bagedur
Jumlah IV
1
2
3
4
5
Cigeulis
Pagelaran
Panimbang
Patia
Sumur
Jumlah V
Jumlah I s/d V
10,88
-
56,66
-
22,47
-
5,79
-
77,42
-
58,76
-
26,68
-
45,28
-
35,32
-
6,45
-
16,87
-
7,63
30,00
431,37
-
0,43
129,21
-
5,06
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Tdk Rsk
Tdk Rsk
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
TWA
P.
-
-
210,93
-
210,93
134,70
Sanglang
-
-
-
1,22
-
10,99
-
37,07
-
40,74
1.874,98
-
1.874,98
90,02
2.240,69
918,67
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Tdk Rsk
TUNK
Jenis
Ekosistem
Cilegon Serang
Terumbu
Karang
250
Pandeglang
Luas Total = 1635
Tangerang
Kota Serang
Lamun
424,5
140,05
Rusak = 679,34
Rusak= 23
Sedang = 504,888
Sedang= 21
Baik= 98
Luas Total=
-
Baik = 364,605
Padang
Lebak
Rusak=101,14
54
Sedang= 92,25
Baik= 421,61
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, 2012
46
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
47
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Tabel 7:
Permasalahan Abrasi Pantai di Propinsi Banten
Lokasi
Kabupaten/
No
Kota
Kecamatan
Desa
Yang
Sumber
Terabra
Penyebab
si (km)
1
Kab. Serang
- Tirtayasa
Lontar
3.000
Perusakan
mangrove,
pengambilan
pasir
pantai,
dan kerusakan
terumbu
karang
2
Kab.
Kronjo
Muncung
0.300
Proses
alam,
Tangerang
Kronjo
0.925
kegiatan
Pg. Ilir
0.650
pembukaan
Kemeri
Lontar
0.600
tambak,
Karang
0.500
penambangan
Anyar
0.700
pasir
Patramangga
dan kegiatan
la
reklamasi
pantai,
48
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Lokasi
Kabupaten/
No
Kota
Kecamatan
Desa
Yang
Sumber
Terabra
Penyebab
si (km)
Mauk
Mauk Barat
0.350
Ketapang
0.500
Margamulia
0.650
Tanjung
0.600
Anom
Sukadiri
Karang
0.150
Serang
Pakuhaji
Suryabahari
0.250
Sukawali
0.550
Kramat
0.650
Kohod
0.600
Tanjung
t.a.d
Burung
1.300
Tanjung
1.000
Pasir
t.a.d
Teluknaga
Muara
Lemo
Kosambi
Selembaran
1.500
Jaya
t.a.d
Selembaran
0.350
Jati
0.500
Kosambi
0.300
Barat
Kosambi
Timur
Dadap
3
Kota Cilegon -
Pulo Mekarsari
Merak
t.a.d
Alam,
dan tikungan
penambangan
Merak Beach
pasir
pantai
dan kegiatan
tambak
49
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Lokasi
No
Kabupaten/
Kota
Kecamatan
Desa
Yang
Sumber
Terabra
Penyebab
si (km)
4
Kab.
- Labuan
- Cigondang
t.a.d
Alam,
Pandeglang
t.a.d
pembukaan
hutan
Sumur
mangrove dan
Pagelaran
Jaya
Tanjung
penambangan
- Cikeusik
pasir laut di
pantai
Panimbang
5
Kab. Lebak
- Cihara
t.a.d
Alam
Panggaran
- Sukahujan
t.a.d
penambang-
an
gan
-
dan
pasir
pantai
Malimping
Sumber : Diolah dari berbagai sumber. Keterangan: t.a.d = tidak ada data.
Sedimentasi/akresi pantai dapat terjadi bila material pantai yang
terangkut/ terpindahkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan material
yang terendapkan. Peningkatan buangan sedimen ke dalam ekosistem
perairan akibat semakin tingginya laju erosi tanah yang disebabkan oleh
perusakan hutan, kegiatan pertanian, dan pembangunan sarana dan
prasarana di daerah aliran sungai. Kerusakan hutan akibat penebangan
hutan secara liar terjadi di daerah hulu sungai. Daerah hulu sungai
merupakan bagian dari ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS).
Kabupaten Lebak dan Pandeglang merupakan daerah hulu dari
beberapa sungai yang merupakan pemasok sumber air bagi daerah lain di
Propinsi Banten dan DKI Jakarta. Daerah yang diidentifikasikan terjadi
penebangan liar ialah Kecamatan Bojongmanik, Gunung Kencana, dan
Cipanas (Lebak); Gunung Karang, Pulosari, dan Aseupan (Pandeglang);
50
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
eutrofikasi.
Eutrofikasi
perairan
akan
menyebabkan
51
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
kehilangan ini jauh lebih besar dari nilai penggantinya yang selanjutnya
akan mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di perairan lepas
pantai yang memerlukan hutan mangrove sebagai nursery ground bagi
larva dan/atau stadium muda ikan dan udang serta ikan-ikan lainnya.
Selain berakibat abrasi, penggundulan hutan mangrove juga
mengakibatkan intrusi air laut sehingga air tawar menjadi langka. Daerah
yang mengalami intrusi air asin di Propinsi Banten antara lain adalah
Cikeusik, Panimbang, Pagelaran di Kabupaten Pandeglang dan menurut
laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang intrusi di
jumpai di Kasemen (yang berpengaruh sampai 1 km ke arah darat),
Argawana Pulo Ampel (0.5 km) dan Paku-Anyer (0.5 km). Intrusi ini
lebih disebabkan oleh adanya dampak tidak langsung dari abrasi,
kegiatan tambak, penambangan pasir pantai maupun akibat adanya
perusakan hutan bakau sehingga penahan intrusi air asinnya hilang,
masuknya air laut ke arah hulu sungai akibat adanya pasang laut ataupun
terdesaknya cadangan air tawar akibat berkurangnya tekanan air tanah
oleh berlebihnya penyedotan air tanah.
Bila ditinjau dari luasan daerah yang terkena abrasi, maka bisa
dipastikan bahwa terumbu karang di Propinsi Banten sudah banyak
mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut akibat penangkapan ikan
dengan kapal pukat harimau, kegiatan pengeboman ikan dan polusi air
laut akibat limbah. Penyebab lainnya adalah akibat pengelolaan pantai
dan daerah hulu yang kurang baik sehingga tingginya tingkat sedimentasi
yang masuk ke perairan dan menutupi terumbu karang.
Sebagai gambaran berdasarkan data dari berbagai sumber, kondisi
terumbu karang adalah sebagai berikut: di Taman Nasional Ujung Kulon
tahun 2000 terumbu karang yang tergolong sangat baik 13%, baik 27%,
52
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
rusak sedang 15%, rusak sekali 45%.; di TWA Pulau Sangiang terumbu
karang rusak berada di sepanjang pantai Legon Tembuyung dan Legon
Kedondong (Kiswara,2001), dan di Pulau Merak terumbu karang telah
mengalami kerusakan dan dikategorikan buruk (Kiswara,1995).
Dampak yang ditimbulkan akibat rusaknya terumbu karang antara
lain hilangnya areal nursery ground dan feeding ground bagi berbagai biota
laut. Hal ini mengakibatkan menurunnya produksi ikan-ikan karang dan
menghilangkan fungsi terumbu karang sebagai pelindung pantai
terhadap gempuran tekanan gelombang dan badai yang mengakibatkan
abrasi pantai.
2.5.3 Luas dan Kerapatan Hutan Mangrove
Permasalahan lain yang berkaitan dengan sumberdaya pesisir,
pantai dan laut antara lain adalah: belum ada kejelasan tata ruang dan
rencana pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Tangerang, sehingga
banyak tumpang tindih pemanfaatan kawasan hutan mangrove untuk
berbagai kegiatan pembangunan, walaupun sebenarnya berdasarkan
RTRWK mengenai jenis, lokasi dan pengelolaan pemanfaatan ruang,
terdapat arahan sempadan pantai di Kecamatan Paku Haji, Teluk Naga,
Kronjo, Kosambi, Mauk, Kemiri, dan Sukadiri; garis sempadan pantai
tidak jelas aplikasinya di lapangan dan tidak ada sangsi bagi
perusahaan/perorangan yang melanggar garis sempadan pantai;
penangan permasalahan yang bersifat parsial; adanya usaha reklamasi
teluk Jakarta yang belum terintegrasi dengan Kabupaten Tangerang dan
wilayah sekitarnya; kurangnya dukungan data dan informasi yang akurat
dalam usaha penanganan dan penanggulangan masalah.
53
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
2.6
Iklim
Wilayah Banten memiliki iklim tropis dipengaruhi oleh Angin
54
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
100
0
55
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
56
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Gambar 12:
Rentang Suhu Udara dan Suhu Udara Rata-rata
di Provinsi Banten (C), 2013
29,00
28,50
28,00
27,50
28,6
28,20
28,10
28,20
28,2
28,00
28,10
27,80
27,7
27,60
27,40
27,40
27,40
27,50
27,00
26,75
26,50
27,95
28,6
28,3
27,9
27,6
27,1
27,05
26,00
25,50
Tabel 8:
Pembagian Wilayah Zona Musim (ZOM) di Provinsi Banten
57
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
2.7
Bencana Alam
Bencana alam adalah peristiwa alam yang menimbulkan
daripada
kegiatan
sebelum
bencana
berupa
disaster
Gambar 2.8
Peta Index Resiko Bencana Provinsi Banten
58
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
59
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
60
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
61
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
perencanaan
tata
ruang
dan
wilayah
serta
dengan
bahaya
(hazard
assestment);
diperlukan
untuk
menggunakan
berbagai
saluran
komunikasi
untuk
62
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
membutuhkan
pengetahuan
tentang
daerah
yang
63
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
64
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
65
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
BAB 3
TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
66
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
3.1
Kependudukan
67
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
3.1.3 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan menurut Tingkat
Pendidikan
Berdasarkan tabel DS-1, jumlah penduduk laki-laki yang tidak
bersekolah terbanyak di Kota Tangerang dengan jumlah 182.635 orang,
sedangkan penduduk perempuan yang tidak sekolah tersebar paling
banyak di Kabupaten Pandeglang sejumlah 56.803 orang. Akan tetapi,
penduduk yang berada di Kota tangerang paling banyak mengenyam
pendidikan dengan jumlah 1.462.375 orang. Untuk tingkat SD, SLTP, dan
Diploma didominasi oleh kaum perempuan. Sedangkan kaum laki-laki
mendominasi pada tingkat pendidikan SLTA dan Universitas.
Gambar 13:
Distribusi Prosentasi Penduduk menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten tahun 2013
Kota
Tangerang
Selatan
Kota
Serang
13%
5%
Kota
Cilegon
3%
Kab.
Pandeglang
11%
Kab.
Tangerang
27%
Kota
Tangerang
17%
Kab.
Serang
13%
Kab.
Lebak
11%
68
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Gambar 14:
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten tahun (2012-2013)
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
3,51
3,34
2,51
1,82
0,86
0,98
2,06
2,27
0,92
69
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Gambar 15:
Perkiraan Laju Pertumbuhan Provinsi Banten
Sumber : BPS Provinsi Banten tahun 2014
Proyeksi jumlah penduduk ini akan dapat menggambarkan
peramalan jumlah penduduk pada masa yang akan datang, dalam hal ini
antara tahun 2002 sampai tahun 2017. Proyeksi penduduk menggunakan
metode bunga berganda yang menggunakan tahun dasar 1995 dengan
rumus :
Pt = Po ( 1 + r )n
Keterangan :
Pt
: Jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po
: Jumlah penduduk pada tahun dasar
R
: Angka rata-rata pertumbuhan penduduk
N
: Jumlah tahun proyeksi
Penggunaan rumus di atas ini didasarkan pada kecenderungan
peningkatan jumlah penduduk Provinsi Banten dari tahun ke tahun.
Proyeksi penduduk ini mengikuti kecenderungan pertumbuhan
penduduk dari tahun ke tahun disuatu daerah. Jika dilihat dari
ketimpangan jumlah dan kepadatan penduduk yang ada, akan tidak baik
70
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Permasalahan sosial kependudukan, ditandai dengan tingginya
urbanisasi, munculnya permukiman kumuh pada hampir seluruh kota di
Provinsi Banten, pedagang kaki lima PKL dan kesemrawutan lalu lintas.
71
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
72
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
73
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
yang
tinggi,
terjadi
konsentrasi
produksi
limbah.
74
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
75
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Permukiman
Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di
Provinsi Banten yang hingga tahun 2013 telah mencapai sekitar 11.452.491
jiwa, kebutuhan akan ketersediaan sarana perumahan dan permukiman
semakin meningkat pula. Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk
sebesar 2,27 %, maka diperkirakan tingkat kebutuhan perumahan di
Provinsi Banten sekitar 72.259 unit/tahun. Dengan demikian dalam lima
76
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
77
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
78
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Gambar 16:
Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota
dan Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal
di Provinsi Banten, 2013
120
100
80
60
40
20
0
lainnya
sewa
kontrak
milik
sendiri
3.2
Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah
satu hak dasar rakyat, yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas
79
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
80
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
134
95
86
78
62
61
22
36
Persalinan di Provinsi Banten selama tahun 2013 umumnya dibantu
oleh tenaga medis, dalam hal ini dokter dan bidan. Dimana, persentase
kelahiran yang persalinannya di bantu oleh dokter dan bidan masing-
masing sebesar 19,48 % dan 59,05 % persen. Hal ini menyebabkan
persalinan yang ditolong oleh selain dokter dan bidan seperti oleh dukun
dan keluarga mengalami penurunan dari 23,17 % pada tahun 2012
menjadi 21,47 persen di tahun 2013. Penurunan angka kelahiran yang
81
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Pertanian
Selain aksesibilitas, potensi yang dimiliki oleh Provinsi Banten
82
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Gambar 18:
Produktivitas Tanaman Pangan Banten (kw/ha)
Gambar 19
Prosentase Andil Per Subsektor terhadap PDRB Pertanian
Perikanan,
9,24
Kehutanan,
0,47
Peternakan
dan
hasil-hasilnya,
20,7
Tanaman
Perkebunan,
6,8
Tanaman
Bahan
Pangan,
62,76
Sumber : BPS Provinsi Banten tahun 2014
84
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
3.5
Industri
86
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Energi
Provinsi Banten memiliki dua pembangkit yang memproduksi
tenaga listrik dan masuk dalam jaringan listrik koneksi Jawa Bali, yaitu
87
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
88
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Industri
65%
Bisnis
10%
Pemerintaha
n
1%
Rumah
Tangga
21%
Sosial
1%
Lainnya
2%
3.8
Transportasi
1) Perhubungan Darat
Panjang jalan provinsi dan jalan negara di Provinsi Banten
pada akhir tahun 2013 mencapai 1.329,38 km, terdiri dari 476,49 km
jalan negara dan 852,89 km jalan provinsi. Panjang jalan ini sudah
mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya, karena
telah adanya peralihan kewenangan. Semua jalan negara telah
diaspal, sedangkan jalan provinsi yang sudah diaspal sepanjang
660,75 km. Kondisi jalan negara maupun provinsi yang berada
dalam kondisi baik adalah 457,79 km, dalam kondisi sedang 404,52
km, dalam kondisi rusak 155,459 km dan dalam kondisi rusak berat
98,185 km.
Populasi kendaraan roda empat yang terdaftar pada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Provinsi
Banten sampai akhir tahun 2012 mencapai 427.737 unit sementara
89
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
90
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Pariwisata
2) Debus
Seni bela diri Debus pertama kali dikembangkan oleh salah
satu Sultan Banten yang terkenal, Sultan Ageng Tirtayasa. Debus
merupakan gabungan dari pertunjukan seni bela diri tradisional
dan seni kekebalan tubuh. Pertunjukan ini terdiri dari Gembruk
yang merupakan penampilan pembuka dengan iringan drum
perkusi, kemudian Beluk yang disertai teriakan-teriakan
melengking dan merupakan puncak dari pertunjukan, dan
terakhir adalah Pencak yang mempertunjukan seni bela diri
tradisional secara berpasangan ataupun sendiri-sendiri.
3) Mesjid Agung Banten
Banten dikenal dengan kehidupan agamanya yang
harmonis dan saling toleran satu sama lain. Mesjid Agung Banten
dibangun oleh Sultan Maulana Yusuf pada tahun 1566. Selain
sebagai pusat pengembangan Islam di Banten, mesjid ini juga
dibangun untuk melengkapi bangunan kesultanannya yang ada.
Sementara Kuil Cina yang ditemukan di Banten pada masa-
masa awal kesultanan Banten, dan letaknya kurang lebih 50 meter
dari Benteng Speelwijk. Kuil ini merupakan salah satu kuil tertua
di Indonesia.
4) Taman Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu
wilayah konservasi alam dunia yang dicanangkan oleh Badan
Dunia UNESCO. Jika kita memasuki wilayah hutannya yang
masih alami, kita masih menjumpai badak bercula satu yang
hampir punah. Di tempat ini juga terdapat area pengembalaan
kerbau, burung merak dan berbagai binatang spesifik lainnya.
92
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
93
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
7) Pantai Sawarna
Pantai Ciantir dan Pantai Karang Tanjung Layar
merupakan daerah tujuan wisata utama Desa Sawarna
Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, dengan ombak yang besar
dan sangat cocok untuk olah raga selancar.
8) Kerajinan Tangan
Provinsi Banten mempunyai kerajinan khas daerah yang
tersebar di setiap Kabupaten/Kota seperti Taman Jaya dengan
kerajinan kayunya. Bumi Jaya dengan gerabahnya dan
Rangkasbitung membuat kerajinan Batu Kalimaya dan Onix.
9) Masyarakat Baduy dan Cisungsang
Masyarakat tradisional Baduy terdapat di Kabupaten
Lebak, tinggal diarea seluas 5.101 hektar. Suku ini terbagi dua
yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Mereka hidup selaras
dengan alam, dan menghindari kehidupan dunia luar yang
modern, mereka hidup dalam kesederhanaan sehingga mereka
tidak pernah saling iri satu sama lain.
Masyarakat Cisungsang tinggal di area seluas 28 Km
terletak di Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak. Keseniannya
terkenal adalah Rengkong, Angklung dan Bendrong Lesung.
Jumlah limbah padat terdata yang dihasilkan tempat
wisata terdapat pada table SP-6. Tempat wisata di Kabupaten
Pandeglang menghasilkan limbah padat yang bervariasi antara
0.33 Ton/tahun sampai 2.01 Ton/tahun. Adapun, tempat wisata
di Kabupaten Lebak menghasilkan limbah padat yang bervariasi
antara 0.25 Ton/tahun sampai 2 Ton/tahun. Sedangkan tempat
94
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
95
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
96
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
mengolah,
memanfaatkan,
mengangkut
dan
memusnahkan adalah:
1) Perusahaan yang mendapat izin menyimpan limbah B3 320
Industri;
2) Perusahaan
yang
mempunyai
izin
pengumpulan
23
Perusahaan;
3) Perusahaan yang mempunyai izin pemanfaatan ada 16
Perusahaan;
4) Perusahaan yang mempunyai izin pengolahan/Incenerator 13
Perusahaan
5) Perusahaan yang mempunyai izin pengangkutan ada 10
Perusahaan.
Dari industri yang mempunyai izin penyimpanan limbah B3
tersebut diatas, sebarannya pada setiap kabupaten/kota di Provinsi Banten
adalah sebagai berikut :
a) Kota Tangerang 76 Industri
b) Kota Tangerang selatan 65 industri
c) Kota Cilegon 39 industri
d) Kota Serang 7 industri
e) Kabupaten Pandeglang 3 industri
f) Kabupaten Lebak 3 industri
g) Kabupaten Serang 86 industri
97
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
98
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
99
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
BAB 4
Tekanan terhadap lingkungan akan membawa kita menuju
perubahan kondisi/keadaan lingkungan, yang pada gilirannya kembali
mempengaruhi kesejahteraan manusia itu sendiri. Kondisi lingkungan ini
mencakup kualitas air, udara, lahan, ketersediaan sumber daya alam,
keanekaragaman hayati, dan warisan budaya rakyat.
Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang
berbeda dalam bentuk aturan/legislasi baru, teknologi baru, perubahan
nilai-nilai di dalam masyarakat, obligasi/kewajiban internasional, dan
reformasi ekonomi. Respon sosial ini mempengaruhi baik keadaan
lingkungan maupun aktivitas manusia (tekanan). Kemampuan untuk
merespons tergantung pada kuantitas dan kualitas informasi yang
tersedia mengenai keadaan dan tekanan pada lingkungan.
Upaya
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Provinsi
Banten
merespon
terhadap
tekanan
kepada
lingkungan
yang
101
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
4.1
Rehabilitasi Lingkungan
102
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
103
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
pemanfaatan
dan
penerapan
teknologi
104
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
105
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
akan
memperkaya
wawasan
masyarakat
sehingga
106
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
termasuk
pengembangan
kurikulum
berwawasan
107
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
108
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
prinsip-prinsip :
109
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
110
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
111
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
112
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Penegakkan Hukum
Program Prioritas Penegakan Hukum Lingkungan
Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup di berbagai tempat
113
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Kabupaten/Kota,
sedangkan
Kabupaten/Kota
mempunyai
114
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
diperlukan
pengembangan
dan
pembangunan
berupa
115
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Masyarakat,
berupaya
menampung
permasalahan
lingkungan.
Jenis pengaduan yang diterima oleh BLHD Provinsi Banten melalui
Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan dapat berupa:
a. Laporan masyarakat secara langsung
b. Laporan Organisasi Masyarakat
c. Pemberitaan media massa
116
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
117
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Provinsi Banten di tahun 2010 2013 dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah
ini.
No
Tabel 9:
Jumlah Pengaduan Yang Diterima Oleh BLHD Provinsi Banten
2010-2013
Tahun Jumlah
Keterangan
Pengaduan
1
2010
3 pengaduan
PT. Wirajaya Packindo
PT. Centa Brasindo Abadi
PT. Central Steel Indonesia
2
2011
5 pengaduan
SPBU 34-42106
PT. Sakata Ink Indonesia
PT. Natbour Resources Indonesia
PT. Indah Kiat Pulp And Paper
Mills
PT. Dover Chemical
3
2012
7 Pengaduan
PT. Indo Porcelain
PT. Cipta Paperia
PT. Indonesia Power
Bengkel Batik Oey Kok Tiong
Penambangan Pasir
PT. Harvestindo Internasional
PT. Primanru Jaya
4
2013
8 Pengaduan
PT. Krakatau Daya Listrik
PT. Jetstar
PT. Harvestindo Internasional
PT. Primanru Jaya
PT. Pentapilindo Dayajaya
PT. Non Ferindo Utama
PT. Mitsubishi Chemical
Indonesia
PT. Raja Goedang Mas
Sumber data : Badan Lingkungan Hidup Provinsi Banten 2014
118
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
4.5
Sepanjang
tahun
2013-2014,
Provinsi
Banten
semakin
119
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Pendidikan
dan
Pelatihan
Bidang
120
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Pusdiklat
Kementerian
Lingkungan
Hidup,
Selain pendidikan dan pelatihan tersebut di atas, BLHD Provinsi
Banten juga menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan
Lingkungan dengan jumlah jam pelajaran kurang dari 30 jam pelajaran
(JP). Sasaran peserta bimtek ini adalah aparatur, masyarakat dan dunia
usaha yang terlibat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
121
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Bimtek
Peningkatan
Peran
Serta
masyarakat
dalam
Bimtek
Peningkatan
Peranserta
Masyarakat
dalam
4.6
Kelembagaan
Untuk membentuk sistem kelembagaan dalam pembinaan dan
122
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Kualitas
Udara
dan
Pengendalian
Pencemaran Udara
- Satu draft naskah akademis Perda Provinsi Banten tentang
Pengelolaan B3 dan Limbah B3
- Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Provinsi
Banten
123
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Draft
Pedoman
Pelaksanaan
Penegakan
Hukum
Lingkungan
Dari semua draft naskah akademis, kajian dan Perda diatas maka
draft Perda Pengelolaan Lingkungan Hidup telah disyahkan pada tahun
2012 menjadi Perda Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Provinsi Banten.
4.6.2 Produk Hukum Bidang Pengelolaan Hidup
Kajian tentang status dan kondisi hukum yang terkait dengan
pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Banten mencakup masalah
Kebijakan, Peraturan Daerah (PERDA), Keputusan Gubernur, Keputusan
Bupati/Walikota, Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi,
Kabupaten/Kota.
Kelengkapan hukum merupakan instrumen yuridis preventif.
Ditinjau dari aspek kelengkapan hukum, walaupun belum bisa dikatakan
lengkap namun secara umum hukum atau peraturan perundang-
undangan yang terkait pengelolaan lingkungan di Provinsi Banten sudah
cukup memadai. Kebijakan yang terkait pengelolaan lingkungan sudah
ada, baik di Tingkat Provinsi maupun di Kabupaten/Kota. Begitu juga
peraturan
yang
sudah
di-Perda-kan;
misalnya
Perda
tentang
124
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
Perda
tentang
Pengendalian
Dampak
Lingkungan
125
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014
126
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2014