Anda di halaman 1dari 7

Testis

Gonad laki-laki atau testis (jamak, testes) terdiri dari banyak saluran yang
menggulung berkali-kali, dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat (Campbell,
2010). Fungsi utama testis adalah untuk menghasilkan gamet jantan atau
spermatozoid (jamak : spermatozoa), disamping itu juga untuk menghasilkan
hormon yang diperlukaan untuk perkembangan dan pemeliharaan saluran
reproduksi,

perkembangan

sifat-sifat

seks

sekunder

dan

kelangsungan

spermatogenesis (Tenzer, 1998).


Testis vertebrata umumnya berjumlah sepasang, biasanya lebih padat,
permukaannya lebih halus, dan berukuran lebih kecil dibandingkan ovarium dari
spesies yang sama. Tetapi pada mamalia, testis lebih besar daripada ovariumnya.
Pada kebanyakan vertebrata yang bertubuh ramping (kebanyakan pisces, caecilia,
dan urodela) testis berbentuk memanjang, sedangkan pada ikan bertulang rawan,
anura dan amniota testis berbentuk bulat telur (Tenzer, 1998).
Pada kebanyakan vertebrata, testis berlokasi di rongga abdomen, tepatnya
pada dinding dorsal rongga abdomen. Testis diikatkan pada dinding tubuh bagian
dorsal oleh selaput jaringan ikat yang disebut mesorkhium. Letak testis pada
mamalia berbeda-beda. Pada mamalia yang temperatur tubuhnya relatif rendah
(misalnya : gajah, ikan paus dan insektivora), testis selamanya berada di dalam
rongga abdomen atau rongga pelvis. Pada mamalia yang tergolong primata,
carnivora, ungulata, testis mengalami penurunan keluar dari rongga abdomen,
untuk secara permanen menempati suatu kantung kulit di daerah lipat paha, yang
disebut skrotum. Temperatur didalam skrotum lebih rendah daripada temperatur
tubuh, ini diperlukan untuk kelangsungan spermatogenesis. Pada golongan
hewan-hewan tersebut, keadaan dimana testis tidak turun ke dalam skrotum,
disebut cryptorchydism, hal ini dapat menyebabkan sterilitas. Pada rodentia,
kelinci dan kelelawar, testis berada di dalam skrotum secara berkala, yaitu pada
musim kawin, di luar musim kawin, testis akan kembali ke rongga abdomen.
Lintasan antara rongga abdomen dan rongga skrotum disebut saluran inguinal
(Tenzer, 1998).
Masing-masing testis mamalia dibungkus oleh selaput jaringan ikat yang
disebut tunika albugenia. Bagian dalam testis terbagi-bagi menjadi sejumlah

lobulus yang masing-masing dipisahkan oleh septum (testis tikus tidak terbagi
menjadi lobulus-lobulus). Di dalam masing-masing lobulus terdapat tubulustubulus seminiferus, tempat terjadinya spermatogenesis. Diantara tubulus-tubulus
seminiferus terdapat sel interestisial (sel Leydig) yang berfungsi untuk
menghasilkan hormon jantan, yaitu testosteron. Testis vertebrata rendah juga
menghasilkan testosteron, tetapi jaringan penghasilannya tidak dapat ditentukan
dengan pasti (Tenzer, 1998).
Kelenjar Seks Asesori Jantan
Sistem reproduksi mamalia jantan dilengkapi dengan seperangkat kelenjar
seks asesori (kelenjar seks tambahan) yang berfungsi untuk menghasilkan cairan
senagai medium sperma. Spermatozoa bersama mediumnya disebut semen.
Kelenjar-kelenjar seks aksesori bekerja dibawah kendali hormontestosteron yang
dihasilkan oleh testis. Kelenjar seks asesori yang terdapat pada manusia adalah :
vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretra (kelenjar Cowper)
(Tenzer, 1998).
Vesikula seminalis. Berupa sepasang kantung yang dindingnya berkelokkelok, mempunyai saluran yang bermuara di dalam duktus ejakulatorius.
Sekretnya berupa cairan bening yang bersifat basa, yang mengandung fruktosa,
globulin, prostlagandin dan metabolit-metabolit lain yang penting untuk menjaga
motilitas dan viabilitas sperma. Kurang lebih 60% volume semen merupakan
sekresi kelenjar ini. Mamalia yang tergolong monotremata, marsupialia,
carnivora, dan cetacea, tidak memiliki vesikula seminalis (Tenzer, 1998).
Kelenjar prostat. Pada manusia merupakan kelenjar tunggal, letaknya
disebelah inferior kantung urin, dan mengelilingi urera prostatik. Pada mencit
terdapat sepasang kelenjar prostat. Sekretnya berupa cairan seperti susu yang
bersifat agak asam, yang mengandung asam sitrat (digunakan oleh sperma untuk
memproduksi ATP), fosfatase, dan viabilitas sperma. Kurang lebih 25% volume
semen merupakan sekresi kelenjar ini. Kelenjar prostat memiliki saluran-saluran
pengeluaran yang halus, yang bermuara di dalam uretra prostatik (Tenzer, 1998).
Kelenjar bulbouretra (kelenjar Cowper). Pada manusia, kelenjar ini
berjumlah sepasang, kecil berbentuk kacang polong (pada mencit merupakan

kelenjar yang relatif besar). Terletak di kedua sisi uretra membranosa. Kelenjar ini
mensekresikan cairan bersifat basa pada awal ejakulasi, untuk menetralkan
lingkungan uretra yang bersifat asam, dan mensekresikan mukus untuk melumasi
dinding uretra sehingga jumlah sperma yang rusak selama ejakulasi dapat ditekan
(Tenzer, 1998).
Pada mencit dan rodentia yang lain, terdapat kelenjar koagulasi, sekretnya
selain berfungsi sebagai medium sperma, juga berperan dalam pembentukan
sumbat vagina seterlah terjadi kopulasi (Tenzer, 1998).

Gambar : Anatomi Reproduktif laki-laki

Sumber : Campbell, 2010.


Perbandingan Sistem Reproduksi Vertebrata
Amphibia
Testis Amphibia

Testis Amphibia berjumlah sepasang, terletak pada bagian posterior rongga


abdomen.

Urodela memiliki testis yang lebih panjang daripada salientia yang


berbentuk oval sampai bulat dan lebih kompak. Testis salamander lebih
pendek dengan permukaan yang tidak rata, sedangkan testis Caecilia
strukturnya panjang seperti rangkaian manik-manik. Badan lemak terlihat
terdapat pada gonad jantan.

Saluran reproduksi Amphibia

Beberapa tubulus ginjal amphibia juga akan menjadi duktus efferen dan
membawa spermatozoa dari testis menuju ke duktus mesonefros.

Duktus mesonefros ini pada beberapa spesies akan membesar ketika


mendekati kloaka dan membentuk vesikula seminalis yang berfungsi
sebagai penyimpan sperma sementara. Vesikula seminalis ini akan
membesar ketika musim kawin dan kemudian akan mengecil kembali,
seperti pada Salamander.

Lintasan saluran reproduksi pada Amphibia adalah testis - duktus efferen


duktus mesonefros kloaka.

Organ Kopulatoris Amphibia

Fertilisasi Amphibia umumnya terjadi secara eksternal sehingga tidak


mempunyai organ kopulatoris.

Pada Caecilia yang fertilisasinya secara internal menggunakan tonjolan


kloaka sebagai organ kopulasinya

Gambar. Organ reproduksi Amphibi


Sumber

http://www.slideshare.net/fpa_faiz/bab-10-sistem-

reproduksi

Reptilia
Testis Reptil

Reptil memiliki sepasang testis yang terletak pada bagian dorsal rongga
abdomen. Letak testis ular dan kadal tidak simetris, yang satu letaknya lebih
ke arah anterior daripada yang lainnya.

Testis Reptil berbentuk oval atau agak bulat.

Saluran reproduksi Reptil

Tubulus mesonefros akan menjadi duktus eferen yang akan menghubungkan


tubulus seminiferus testis dengan epididimis.

Duktus mesonefros Reptil akan berfungsi sebagai saluran reproduksi dan


bermuara pada kloaka.

Sebagian duktus Wolff yang terletak dekat testis akan bergelung membentuk
epididimis. Beberapa spesies memiliki epididimis yang lebih besar dari
testis.

Lintasan saluran reproduksi pada Reptil adalah testis - duktus efferen


epididimis - duktus mesonefros kloaka.

Organ Kopulatoris Reptil

Semua Reptil mempunyai organ kopulatoris kecuali Sphenodon.

Hemipenis dimiliki oleh ular dan kadal. Hemipenis terletak di bawah kulit
dekat kloaka, merupakan struktur seperti kantung dan tidak mempunyai
jaringan erektil.

Penis dimiliki oleh golongan buaya dan kura-kura. Penis ini merupakan
penebalan dinding anterior dan ventral kloaka, yang dapat dikeluarkan dan
ditarik kembali. Berbeda dengan hemipenis, penis tersusun atas jaringan ikat
dan jaringan erektil disebut korpus spongiosum yang mengandung
pembuluh darah, dan ujungnya berupa gland penis. Pada korpus spongiosum
mengandung lekukan uretra yang berfungsi untuk menyalurkan urin dan
sperma. Pembuluh-pembuluh darah pada korpus spongiosum akan terisi
darah selama aktivitas kopulasi sehingga penis mengeras dan membesar.

Gambar : Organ reproduksi reptilia


Sumber : http://www.slideshare.net/fpa_faiz/bab-10-sistemreproduksi

Daftar Pustaka

Campbell N., Reece J., Urry L., Cain M., Wasserman S., Minorsky P., Jackson R..
2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Tenzer A., Umi L., Abdul G., Sofia E., Masjhudi, Nursasi H., Nuning W., Siti I..
1998. Struktur Perkembangan Hewan (SPH 1) (Bagian 2). Malang : Jurusan
Biologi, FMIPA Universitas Negeri Malang.
Tenzer A., Umi L., Nursasi H., Abdul G., Masjhudi, Sofia E., Nuning W., Siti I..
2014. Hand Out Struktur Perkembangan Hewan 1. Malang : Jurusan
Biologi, FMIPA Universitas Negeri Malang.
Fpa,

Faiz.

2011.

Sistem

reproduksi.

(online),

http://www.slideshare.net/fpa_faiz/bab-10-sistem-reproduksi. Diakses 19
Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai