Statistika Kesehatan
Statistika Kesehatan
DAFTAR ISI................................................................................................................. 1
BAB I . PRINSIP DASAR STATISTIKA KESEHATAN.................................................4
1.1
1.2
1.3
Indikator kesehatan................................................................................................. 7
1.4
1.5
1.6
1.6.1
Proporsi...................................................................................................9
1.6.2
RATIO....................................................................................................10
1.6.3
RATE.....................................................................................................11
BAB II STATISTIK PERIKEHIDUPAN (VITAL STATISTIK).......................................12
2.1
Pendahuluan.......................................................................................................... 12
2.2
3.1
3.2
3.2.1
Standarisasi langsung.....................................................................................17
3.2.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
4.1
Pendahuluan.......................................................................................................... 28
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
Pendahuluan.......................................................................................................... 32
5.2
5.3
5.3.1
RATE MORBIDITAS................................................................................35
5.3.2
RATE PREVALENSI................................................................................35
5.3.3
RATE INSIDENSI....................................................................................36
BAB VI STATISTIKA PELAYANAN KESEHATAN.....................................................38
6.1
Pendahuluan.......................................................................................................... 38
6.2
6.3
6.4
6.5
Rate kunjungan...................................................................................................... 41
6.6
Frekuensi kunjungan............................................................................................. 41
6.7
6.8
6.9
6.10
7.1
Pendahuluan.......................................................................................................... 44
7.2
Jumlah penduduk.................................................................................................. 45
7.3
7.3.1
7.3.2
7.3.3
7.3.4
7.4
Pertumbuhan penduduk........................................................................................ 49
7.5
7.6
7.7
Kepadatan penduduk.............................................................................................51
BAB VIII STATISTIKA KEADAAN LINGKUNGAN....................................................53
8.1
Pendahuluan.......................................................................................................... 53
8.2
8.3
9.1
Pendahuluan.......................................................................................................... 56
9.2
9.2.1
9.2.2
9.2.3
9.2.4
10.1
Pendahuluan.......................................................................................................... 61
10.2
10.3
10.3.1
10.3.2
10.3.3
10.3.4
BAB I
b.
c.
d.
e.
Pokok bahasan
1.1
a.
b.
c.
Indikator Kesehatan
d.
e.
f.
Batasan sehat itu sendiri sangat beragam, salah satu konsep sehat menurut WHO, adalah:
suatu keadaan sehat yang komplit meliputi fisik, mental, sosial dan bukan hanya ketiadaan
dari penyakit ataupun kelemahan.
Penilaian terhadap kesehatan individu didasarkan pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya terhadap kesehatan orang yang
bersangkutan. Sedangkan penilaian terhadap kesehatan masyarakat didasarkan pada
kejadian-kejadian penting yang menimpa penduduk atau masyarakat, yang kemudian
dijadikan sebagai indikator kesehatan masyarakat, seperti angka kematian, angka kelahiran
dan sebagainya. Semua kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan dan penilaian
kesehatan, baik individu maupun masyarakat ini disebut statistik kesehatan.
Secara lebih terinci statistik kesehatan adalah kumpulan keterangan berbentuk angka
yang berhubungan dengan masalah kesehatan atau semua catatan berupa angka yang
dikumpulkan secara sistematis tentang kesehatan, dan hal-hal yang berhubungan dengan
kesehatan.
Survei kesehatan rumah tangga (household survey), yang diadakan pada periode waktu
tertentu.
terperinci tentang keadaan kesehatan suatu masyarakat. Dengan adanya informasi tentang
keadaan kesehatan suatu masyarakat, maka dapat digunakan untuk:
Memotivasi petugas kesehatan dan para pengambil keputusan untuk segera mengatasi
masalah kesehatan yang timbul.
1.2
berhubungan dengan kesehatan, namun pencatatan yang dilakukan saat itu masih terbatas
pada beberapa wilayah dan hanya dilakukan oleh beberapa sarjana secara individu. Misalnya
pada tahun 1603, John Graunt melakukan pencatatan kematian di Inggris. Setelah itu tahun
1848-1854, John Snow mengadakan analisis tentang berjangkitnya penyakit kholera di
London dengan menggunakan pendekatan secara epidemiologis dan memenukan bahwa
penduduk yang mengguanakan air sungai Thames sebagai sumber air minum mempunyai
insidensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang menggunakan sumber air
minum lainnya.
Penggunaan statistika dalam bidang kesehatan telah diawali oleh Wiliam Farr yang
menganalisis kematian berdasarkan data statistik dan digunakan untuk menggambarkan
keadaan kesehatan dan keadaan sosial. Cara ini dikembangkan terus hingga kini, karena
tanpa statistika tidak dapat diperoleh informasi yang jelas dan terperinci tentang keadaan
kesehatan suatu wilayah.
1.3
INDIKATOR KESEHATAN
Kesehatan merupakan masalah yang kompleks hingga tidak mungkin semua faktor yang
mempengaruhinya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk itu diperlukan suatu
variabel yang dapat memberikan indikasi dalam menggambarkan keadaan kesehatan.
Variabel ini yang dikatakan sebagai indikator, dan dapat digunakan untuk membantu dalam
mengukur perubahan-perubahan yang terjadi. Besarnya perubahan yang terjadi di
masyarakat dapat menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat.
Pada evaluasi program kesehatan terdapat dua macam indikator yaitu; indikator
langsung dan indikator tidak langsung. Contoh untuk indikator langsung bila kita ingin
mengetahui besarnya peningkatan sumber daya tenaga kesehatan melalui pelatihan
kesehatan, maka digunakan indikator langsung yaitu, terlatihnya sejumlah tenaga kesehatan.
Bila evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan program peningkatan kesehatan anak,
harus digunakan indikator tidak langsung berupa status gizi anak, rate imunisasi, rate
morbiditas, rate mortalitas.
Dari batasan indikator kita ketahui bahwa indikator hanya merupakan suatu variabel
bukan angka, karena itu dalam penggunaannya harus disertai dengan kriteria dan target yang
diinginkan. Kriteria berarti ukuran baku yang digunakan untuk mengukur tindakan yang
dijalankan. Contoh penggunaan indikator, kriteria dan target: misalnya penyediaan air bersih
bagi masyarakat perkotaan, air bersih harus sesuai dengan kriteria syarat kesehatan,
targetnya 60% masyarakat perkotaan telah menggunakan sarana air bersih.
1.4
Reliabel, ini berarti indikator tersebut bila digunakan pada waktu dan
keadaan yang berbeda akan menghasilkan sesuatu yang sama.
Ciri-ciri tersebut walaupun ideal tapi dalam praktek sukar diperoleh. Karena itu untuk
memonitor kemajuan kesehatan atau evaluasi program kesehatan atau mengukur taraf
kesehatan masyarakat di suatu wilyah, sebaiknya dipilih inidikator yang mudah diperoleh
sesuai dengan kemampuan untuk mengumpulkn mengolah dan menganalisis, tetapi masih
bermanfaat untuk menggambarkan keadaan kesehatan yang diinginkan.
1.5
yang menyatakan frekuensi kejadian atau banyaknya orang dalam suatu periode tertentu.
Data dengan nilai absolut dapat digunakan untuk perencanaan atau peningkatan pelayanan
kesehatan, pencegahan atau pemberantasan penyakit. Contohnya, data tentang jumlah balita
disuatu kabupaten dapat digunakan untuk perencanaan dalam program imunisasi, program
gizi. Data pasangan usia subur dapat digunakan untuk menentukan target akseptor keluarga
berencana, penyediaan sarana dan tenaga pertolongan persalinan dan pemeriksaan
kehamilan, dan lain-lain. Data tentang penyakit diare dapat digunakan untuk merencanakan
program pemberantasan dan pencegahan penyakit tersebut.
Data dengan nilai absolut tidak dapat dipergunakan untuk membandingkan keadaan
kesehatan suatu wilayah dengan wilayah lain, atau satu wilayah pada waktu yang berbeda.
Dalam hal ini harus digunakan data dengan nilai relatif.
Nilai relatif digunakan untuk meringkas data dan menyatakan hubungan antara dua atau
lebih nilai dasar. Nilai relatif yang banyak digunakan dalam statistika kesehatan adalah
proporsi, rate dan ratio. Dengan cara ini kita akan mengetahui kejadian dan pola suatu
penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.
1.6
1.6.1
Proporsi
Untuk lebih jelasnya pada dilihat pada tabel 1 dibawah ini, merupakan distribusi
frekuensi penyakit di Puskesmas ABC tahun XXX, dari tabel tersebut diketahui nialai absolut
dan nilai relatif dari suatu data.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
a
ab
Jumlah
Persentase %
(Nilai absolut)
(Nilai Relatif)
ISPA
13.526
29.53
Dermatitis
10.523
22.98
Artritis
5.637
12.31
Diare
4.120
Gastritis
1200
2.62
Anemia
52
0.11
Katarak
45
0.09
Ginggivitis
36
0.07
Tumor
12
0.03
Dan lain-lain
10.560
23.05
Jumlah
45.801
100
Untuk dapat dianalisa maka dibuat nilai relatifnya. Dapat dilihat pada kolom persentase
dibuatkan proporsinya, maka data menjadi lebih dapat tergambarkan oleh pembaca.
1.6.2
RATIO
Yang dimaksud dengan ratio adalah perbandingan yang menunjukkan angka secara
relatif. Bila a merupakan bilangan dan b merupakan bilangan lain, maka ratio secara
matematis dapat ditulis sebagai:
a
b
Tidak dapat digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dengan berjalannya
waktu
Contoh penggunaan dari rate adalah perbandingan misalnya perbandingan antara
pria dan wanita dalam data kependudukan dikelurahan jumlah penduduk laki-laki adalah
11.543 orang dan jumlah penduduk wanita adalah 11.474 orang maka ratio jumlah penduduk
11 .543
1.006 ini bereati penduduk laki-laki lebih banyak
11.474
RATE
Merupakan perbandingan antara dua nilai dimana pembilang merupakan bagian dari
penyebut, dan unsur waktu juga diperhatikan. Pada proporsi unsur waktu tidak
diperhitungkan. Secara matematis tertulis
a
xk
ab
Contoh penggunaan rate dalam bidang kesehatan, salah satunya, rate kematian
kasar penyakit demam berdarah di kodya Padang.
Rate banyak digunakan dalam bidang kesehatan, karena rate dihitung dalam suatu
periode tertentu hingga perbandinga atau evaluasi dapat dilakukan berdasarkan periode
waktu tertentu.
b.
Pokok bahasan
a.
b.
2.1
PENDAHULUAN
Statistika
perikehidupan
dapat
diartikan
sebagai
kenyataan-kenyataan
yang
dikumpulkan dan disusun secara sistematis, berbentuk angka berhubungan dengan atau
berasal dari catatan tentang kejadian vital seperti kematian, kelahiran, perkawinan,
perceraian, adopsi dan lain-lain.
Hampir semua negara melakukan pencatatan tentang statistika perikehidupan ini dan
hasilnya diberikan pada organisasi kesehatan dunia (WHO). Laporan ini digunakan untuk
memperoleh gambaran tentang kesehatan kependudukan di seluruh dunia.
Pencatatan kejadian vital ini dapat dimanfaatkan untuk memperoleh data yang dapat
digunakan sebagai indikator kesehatan. Sistem registrasi vital dapat dipergunakan untuk
mengikuti perubahan-perubahan kejadian vital dengan berjalannya waktu dan dapat
dipergunakan membandingkan keadaan kesehatan antara suatu wilayah sengan wilayah
lain. Sebagai periode dasar untuk menghitung kejadian vital adalah satu tahun.
2.2
Untuk memperolah data kematian dan kelahiran yang tepat dan lengkap, maka setiap
kemaian dan kelahiran harus dicatat. Pencatatan untuk kematian meliputi:
Identitas orang meninggal; meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
pekerjaan dan lain-lain. Pencatatan ini diperlukan untuk mengetahui ciri-ciri orang
meninggal sehingga dapat dikelompokkan sesuai dengan ciri-ciri tersebut.
10
11
3.1
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Adalah jumlah seluruh kematian selama satu tahun berjalan dibagi jumlah penduduk
pertengahan tahun atau midyear population disuatu negara.
Angka kematian kasar atau Crude death Rate (CDR) sangat tergantung pada
komposisi seks dan umur penduduk. Bila komposisi penduduk terdiri dari banyak orang lanjut
usia, maka CDR akan lebih tinggi, sebaliknya bila komposisi penduduknya terdiri dari banyak
usia muda, maka CDR akan lebih kecil. Faktor ini perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan
kesalahan dalam menarik kesimpulan, karena rate kematian kasar yang tinggi belum tentu
mempunyai taraf kesehatan yang lebih rendah.
CDR sebenarnya bukan merupakan alat pengukur yang akurat dalam menentukan
status kesehatan suatu negara, namun demikian CDR masih tetap dipakai terutama di
negara dunia ketiga. Hal ini dikarenakan cara perhitugan relatif mudah dibandingkan rate
yang lain.
12
Rumus;
Total seluruh kematian selama tahun berjalan
Angka Kematian Kasar =
x1000
Total seluruh penduduk pertengahan tahun
Contoh: total kematian penduduk Indonesia tahun XXX sebanyak 17.308.680 orang
dan jumlah penduduk Indonesia pertengahan tahun XXX sebanyak 178.440.000 orang.
Berapa CDR tahun XXX?
Perhitungan;
Angka Kematian kasar =
17.308.680
x1000 =9.7 per 1000
178.440.000
Angka kematian kasar penduduk Indonesia tahun XXX adalah 10 orang per 1000 penduduk.
3.2
berbagai wilayah maka kedua populasi yang akan dibandingkan harus direfleksikan pada
populasi ketiga yang disebut sebagai populasi standart.
Contoh; dua negara A dan B dibandingkan rate kematiannya.
Perbandingannya
Jumlah
penduduk
menurut
kelompok
umur
negara A
Jumlah
kematian
menurut
kelompok
umur
negara A
Jumlah
penduduk
menurut
kelompok
umur
negara B
Jumlah
kematian
menurut
kelompok
umur
negara B
0-4
200.000
10.000
50.0
3.000
160
53.3
5-14
300.000
200
0.7
3.700
0.8
15-24
300.000
200
0.7
5.000
1.0
25-44
700.000
1.300
1.8
10.000
40
4.0
45-54
500.000
10.000
20.0
2.500
63
25.2
>65
200.000
17.500
87.5
400
36
90.0
Jml pddk
2.200.000
39.200
17.8
24.600
307
12.47
Rate
kematian
A
13
Rate
kematian
B
Standarisasi ini dilakukan dengan dua cara yaitu; standarisasi langsung dan standarisasi
tidak langsung.
3.2.1
Standarisasi langsung
Standarisasi langsung adalah rate kematian menurut golongan umur pada kedua
populasi yang akan dibandingkan diterapkan pada distribusi menurut golongan umur standar.
Dengan demikian, maka akan didapatkan expected death kedua populasi tersebut, hingga
akhirnya rate kematian kasar kedua populasi dapat dihitung dan dibandingkan. Dengan
demikian kesalahan karena perbedaan dalam distribusi penduduk menurut golongan umur
dapat dihindarkan dan kesimpulan yang didapatkan dapat dipertanggung jawabkan.
Contoh dari dua negara A dan B dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Standarisasi langsung angka kematian menurut umur negara A dan B
Distribusi
menurut
Kelompok
umur
jumlah
penduduk
negara standart
(a)
Rate
kematian A
(b)
Rate
kematian B
(c)
Expected
death A
(axb)
Expected
death B
(axc)
0-4
50.000
50.0
53.3
2500
2.665
5-14
50.000
0.7
0.8
35
40
15-24
20.000
0.7
1.0
14
20
25-44
20.000
1.8
4.0
36
80
45-54
10.000
20.0
25.2
200
252
>65
300
87.5
90.0
26
27
Total
150.300
2.811
3.084
18.7
20.52
CDR
menurut golongan umur dan rate kematian kasar, maka dipergunakan standarisasi tidak
langsung.
Standarisasi tidak langsung adalah distribusi menurut golongan umur kedua populasi
yang akan dibandingkan diterapkan pada rate kematian menurut golongan umur pada
populasi standart. Dengan demikian, maka jumlah kematian yang diharapkan terjadi pada
14
kedua populasi bila mempunyai rate kematian menurut golongan umur seperti pada populasi
standart, dapat dihitung, kemudian rate kematian kasar pada kedua populasi dapat dihitung.
Contoh perbandingan antara negara A dan B dapat dilihat pada tabel 3 sebagai
berikut:
Tabel 3. Standarisasi tidak langsung angka kematian menurut umur
negara A dan B
Distribusi
menurut
Kelompok
umur
Rate
kematian
negara
standart
Jumlah
penduduk
menurut
kelompok umur
negara A
Jumlah
penduduk
menurut
kelompok umur
negara B
0-4
50.0
200.000
5-14
10.0
15-24
Expected
death A
Expected
death B
3.000
10.000
150
300.000
3.700
3.000
37
5.0
300.000
5.000
1.500
25
25-44
20.0
700.000
10.000
14.000
200
45-54
60.0
500.000
2.500
30.000
150
>65
100.0
200.000
400
20.000
40
2.200.000
24.600
78.500
602
35.68
24.47
Total
CDR
20.0
Sebelum standarisasi diketahui CDR negara A adalah 17.8 dan CDR negara B
adalah 12.47, selanjutnya dicari index kematian masing-masing negara.
Index kematian negara A =
20.0
= 0.56
35.68
20.0
= 0.82
24.47
salah satu negara yang akan dibandingkan dijadikan populasi standart. Contoh bila ingin
membandingkan negara A dan B, maka negara A dijadikan sebagai negara standart.
Pada standarisasi langsung, dimana untuk menghitung expected death negara B
didapatkan dari mengalikan rate kematian negara B dengan distribusi penduduk menurut
kelompok umur dari negara A. Setelah itu dibandingkan rate kematian kasar kedua negara
tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:
15
Tabel 4. Distribusi penduduk menurut golongan umur di wilayah A dan Rate kematian kasar di
wilayah B
Kelompok umur
Jumlah penduduk
menurut kelompok umur
negara A
(a)
Rate kematian B
Expected death B
(b)
(axb)
0-4
200.000
53.3
10.660
5-14
300.000
0.8
240
15-24
300.000
1.0
300
25-44
700.000
4.0
2800
45-54
500.000
25.2
12.600
>65
200.000
90.0
18.000
Jml pddk
2.200.000
12.47
44.600
CDR
20.27
(a)
Jumlah penduduk
menurut kelompok
umur negara B
(b)
0-4
50.0
3.000
150
5-14
0.7
3.700
15-24
0.7
5.000
25-44
1.8
10.000
18
45-54
20.0
2.500
50
>65
87.5
400
35
Jml pddk
CDR
17.8
24.600
260
10.57
Rate kematian A
Kelompok umur
Indeks kematian B =
17.8
= 1.68
10.57
16
Expected death B
(axb)
penyakit tertentu dan biasanya dihubungkan dengan faktor-faktor yang terdapat dimasyarakat
seperti umur, seks, pekerjaan, dan status sosial atau periode waktu seperti hari, minggu,
bulan dan tahun.
Data mengenai sebab kematian yang spesifik ini sangat penting dan bermanfaat
sekali sebagai base line data pada studi epidemiologik untuk mengetahui faktor-faktor risiko
yang dapat menimbulkan kesakitan dan kematian oleh penyakit tertentu di masyarakat serta
dapat dipakai untuk estimasi terhadap etiologi penyakit. Rate ini dapat dipakai sebagai bahan
pertimbangan untuk menyusun rencana pencegahan dan pemberantasan penyakit tertentu.
Disamping itu dapat dipergunakan juga untuk mengetahui tingginya risiko kematian penduduk
karena penyakit tertentu.
Rumus :
Jumlah kematian karena sebab tertentu selama 1 thn
Spesific
Death Rate =
x 100.000
Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama
Contoh; Jumlah kematian karena TBC di suatu wilayah pada tahun XXX adala
sebanyak 3.000 orang. Jumlah penduduk pertengahan tahun adalah 13.821.000. Berapakah
rate kematian karena TBC tersebut ?
Perhitungan;
Spesific death rate =
3.5
3.000
x100.000 2 per 100.000 penduduk
13.821.000
x 100
Jumlah seluruh kasus penyakit yang sama
Perhitungan rasio ini dengan cepat dapat diketahui jenis penyakit mana yang paling
banyak menimbulkan kematian, sehingga dapat segera disusun strategi penanggulangan.
17
3.6
56
x100% 50%
112
dan menjadi salah satu indikator penting untuk melakukan estimasi penyebab kematian
utama disuatu negara, serta sering dipakai sebagai base line data untuk perencanaan
pelayanan kesehatan.
Rumus;
Jumlah kematian oleh umur tertentu
yang dicatat selama 1 tahun
Proportional
Mortality Rate =
x 100
Jumlah seluruh kematian dalam tahun yang sama
3.7
ibu sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan yang dicatatat selama satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus;
Jumlah kematian ibu hamil, persalinan dan masa nifas yang dicatat
dalam satu tahun
MMR =
x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
Rate ini tidak tergantung dari lamanya kehamilan dan tidak termasuk kematian akibat
kecelakaan atau penyakit lain yang tidak ada hubungan dengan proses kehamilan dan
persalinan.
Dari beberapa hasil penelitian dikemukakan bahwa kematian ibu banyak terjadi pada
golongan umur 40 tahun keatas dan tingkat kematian terendah terjadi pada golongan umur
ibu antara 20 24 tahun.
18
Rate kematian ibu dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan risiko
kematian yang dialami ibu hamil, persalinan dan nifas. Tingginya angka kematian ibu
berkaitan dengan keadaan;
1. Sosial ekonomi masyarakat
2. Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin, dan masa nifas
3. Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, pertolongan persalinan dan masa nifas.
3.8
tahun adalah jumlah kematian penduduk berumur 0-1 tahun yang dicatat selama 1 tahun per
1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus;
jml kematian umur 0-1 tahun yang dicatat selama 1 tahun
IMR =
x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
Rate ini merupakan parameter penting yang dipakai untuk menentukan status
kesehatan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan IMR sangat dipengaruhi oeh faktor-faktor
dibawah ini, yang meliputi;
1. Fasilitas kesehatan yang terdapat disuatu negara.
Pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan IMR adalah;
Perawatan perinatal
Perawatan gizi
2. Sanitasi lingkungan, terutama penyediaan air bersih, pembuangan tinja dan limbah
3. Keadaan gizi dan penyakit yang diderita ibu sebelum atau sedang hamil dapat juga
mempengaruhi terjadinya kematian bayi.
4. Umur ibu dan interval antara dua persalinan, dari pengalaman kiata ketahuibahwa
kematian bayi banyak terjadi pada ibu yang berumur kurang dari 18 tahun atau
interval persalinan kurang dari 18 bulan.
5. Pendidikan ibu, berdasarkan hasil penelitian ternyata ibu-ibu dengan pendidikan
yang lebih tinggi angka kematian bayi lebih rendah dibandingkan dengan ibu-ibu
dengan pendidikan rendah.
6. keadaan sosial ekonomi, secara tidak langsung akan mempengaruhi angka
kematian bayi, hingga dikatakan keadaan ekonomi berbanding terbalik dengan
angka kematian bayi.
19
IMR merupakan indikator kesehatan yang sensitif, karena bayi sangat peka terhadap
perubahan-perubahan dari luar. Karena itu IMR tidak saja menggambarkan keadaan
kesehatan bayi tetapi juga menggambarkan keadaan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat umum. Semakin besar IMR, menunjukkan keadaan status kesehatan ynag jelek
pula, begitu pula sebaliknya.
3.9
x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
3.10
Post neonatal
Mortality Rate =
x1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
20
x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
21
BAB IV
STATISTIKA FERTILITAS
b.
c.
d.
Gross Reproduction
e.
f.
4.1
PENDAHULUAN
Statistika fertilitas merupakan bagian dari statisika perikehidupan. Ukuran-ukuran
fertilitas yang banyak digunakan sebagai indikator kependudukan dan kesehatan adalah
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Gross Reproduction
e.
f.
4.2
hidup yang dicatata selama satu tahun per 1000 penduduk pertengahan tahun yang sama.
Rumus;
Jumlah kelahiran hidup selama 1 tahun
CBR
x 1000
Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama
22
Kelemahan dari pengukuran ini adalah penduduk yang tidak mempunyai resiko
melahirkan ikut diperhitungkan (anak-anak, laki-laki, dan wanita lanjut usia).
4.3
yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk wanita usia subur pada pertengahan tahun
yang sama. Pada rate ini pengukuran fertilitas dilakukan sesuai dengan populasi yang
sebenarnya yaitu pada wanita usia subur.
Rumus;
jumlah kelahiran hidup yang dicatat selama 1 tahun
GFR =
x 1000
jumlah wanita usia subur pada pertengahan tahun yang sama
Untuk kepentingan seluruh negara, WHO menganjurkan untuk mempergunakan
umur 15-49 tahun sebagai usia subur, tetapi untuk memperoleh ketapatan yang tinggi,
banyak negara menggunakan usia 15-44 tahun sebagai batas usia subur.
Kelemahan terhadap pengukuran ini adalah
Range wanita usia subur yang dipergunakan terlalu lebar, hingga tidak diketahui tingkat
kesuburan pada tiap golongan umur.
Wanita berumur 45-49 tahun telah jarang melahirkan, bahkan telah mencapai
menopause.
4.4
Wanita usia subur yang tidak menikah dan mandul ikut diperhitungkan
RATE FERTILITAS MENURUT GOLONGAN UMUR
Rate fertilitas menurut golongan umur atau Age Specific Fertility Rate (ASFR) adalah
jumlah kelahiran hidup oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat selama 1 tahun per
1000 penduduk wanita pada golongan umur tersebut pada pertengahan tahun yang sama.
Perhitungan ASFR biasanya dilakukan dengan interval 5 tahun.
Rumus;
jumlah kelahiran hidup oleh ibu pada golongan umur
tertentu yang dicatat selama 1 tahun
ASFR =
x 1000
Jumlah penduduk wanita pada golongan umur
tersebut pada pertengahan tahun yang sama.
4.5
23
Rumus;
Jumlah kelahiran bayi wanita yang
dicatat selama 1 tahun
GRR =
x 1000
Jumlah penduduk wanita usia subur pada
Pertengahan tahun
x 100
Jumlah bayi perempuan
4.7
dengan wanita usia subur. Index ini digunakan untuk mengukur insidensi kelahiran oleh
wanita berumur 15-49 tahun dalam suatu populasi. Pengukuran insidensi kelahiran dengan
child women ratio ini tidak langsung menyatakan jumlah kelahiran yang sebenarnya.
Rumus;
Jumlah anak balita
Child women ratio =
Jumlah wanita usia subur
24
b.
Pokok bahasan
5.1
a.
Pendahuluan
b.
c.
PENDAHULUAN
Di negara-negara maju dengan taraf kesehatan yang tinggi, tingkat kematian telah
antara lain; Pencatatan dan pelaporan, Batasan sakit, Diagnosa penyakit, Penyakit yang
menyerang kelompok tertentu, Sumber data.
25
Walaupun pencatatan dan pelaporan penyakit telah dilakukan sejak jaman dahulu,
tetapi hingga kini belum dapat dibakukan. Hal ini disebabkan karena; klasifikasi penyakit yang
masih selalu mengalami perubahan, laporan penyakit dari berasal dari berbagai sumber
dengan kualitas berbeda, kemampuan dan peralatan untuk menegakkan diagnosa yang
berbeda-beda.
Batasan sakit
Dalam menentukan batasan sakit, kita dihadapkan dengan berbagai kesulitan yang
disebabkan karena suatu penyakit dapat ditinjau dari berbagai segi, misalnya mulai sakit,
lamanya sakit, dan suatu penyakit dapat dibedakan antara penyakit baru, penyakit lama.
Karena banyaknya kesulitan dalam menentukan batasan sakit WHO memberikan
kelonggaran dalam menentukan batasan sakit dalam statistika morbiditas yaitu semua
gangguan kesehatan dapat dimasukkan dalam statistika morbiditas.
Diagnosa penyakit
Menegakkan diagnosa suatu penyakit merupakan hal yang sangat sulit untuk
dibakukan, karena faktor subjektif yaitu pendidikan dan pengalaman dan faktor objektif yang
ditentukan oleh tersedianya alat bantu dalam menegakkan diagnosa, seperti EKG, EEG,
USG, aparat rontgen, penggunaan radio aktif dan lain-lain.
Berdasarkan keadaan diatas, maka laporan penyakit sebaiknya dibedakan
berdasrkan sumber laporan. Misalnya laporan dari puskesmas harus dibedakan dengan
laporan yang berasal dari rumah sakit. Untuk rumah sakitpun harus dibedakan berdasarkan
kelas rumah sakit.
masyarakat, tetapi beberapa penyakit sering menyerang kelompok tertentu. Misalnya diptheri,
pertusis, morbili lebih banyak menyerang anak-anak. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes
melitus, carcinoma lebih banyak menyerang orang dewasa dan tua.
Pengelompokan penyakit juga dapat dilakukan berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan lain-lain.
Sumber data
Sumber-sumber data morbiditas yang biasa digunakan dibagi dalam dua kelompok
yaitu sumber data yang berasal dari populasi terbatas dan berasal dari populasi yang luas.
Untuk populasi terbatas didapatkan dari; Laporan penyakit dari puskesmas, Laporan dari
rumah sakit, laporan dari dokter praktek, laporan dari perusahaan. Untuk populasi yang luas
didapatkan dari survei morbiditas. Cara pengumpulan data morbiditas dengan survei
merupakan cara yang terbaik, tetapi tidak praktis untuk dilakukan terus menerus karena
membutuhkan tenaga, waktu dan biaya yang besar.
26
5.3
prevalensi.
5.3.1
RATE MORBIDITAS
Rate morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per 1000
x 1000
Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.
Rate ini dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan kesehatan secara umum.
5.3.2
RATE PREVALENSI
Rate prevalensi suatu penyakit adalah jumlah penyakit tertentu yang dicatat selama 1
tahun per 1000 penduduk yang berisiko terkena penyakit yang sama. Rate ini merupakan
frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit di masyarakat di suatu wilayah pada waktu
tertentu.
Rumus;
Jumlah penyakit tertentu yang dicatat selama 1 tahun
Rate
Prevalensi
x 1000
Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.
Bila rate prevalensi ditentukan pada suatu saat misalnya pada bulan juli tahun X,
maka disebut point prevalence rate; dan apabila ditentukan selama suatu periode tertentu
misalnya dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun X, maka disebut sebagai periode
prevalence rate.
Prevalensi penyakit, sebenarnya tidak menyatakan jumlah penyakit yang terdapat
dalam masyarakat, tetapi hanya menyatakan jumlah penyakit yang didiagnosa atau tercatat.
Untuk mencatat semua penyakit tertentu dalam masyarakat sangat sulit.
Rate prevalensi sangat bermanfaat untuk mempelajari penyakit kronik yang terjadi
dalam masyarakat dan digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program
pemberantasan penyakit. Rate ini dapat juga digunakan untuk menyusun rencana tentang
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, obat-obatan dan lain-lain.
27
5.3.3
RATE INSIDENSI
Rate insidensi adalah jumlah kasus baru atau penderita baru penyakit tertentu yang
dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk yang mempunyai resiko untuk terkena penyakit
tersebut.
Rumus;
Jumlah kasus baru atau penderita baru penyakit tertentu
yang dicatat selama 1 tahun
Rate
x 1000
Insidensi
Jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk terkena
penyakit tersebut.
Rate ini bermanfaat untuk;
Membandingkan
tingkat
perkembangan
penyakit
pada
berbagai
masyarakat.
28
kelompok
Gambar kejadian Incidens dan Prevalence Rate penyakit TBC di daerah XYZ
Kasus TBC
1.
B
S
2.
3.
4.
R
S
B
S
5.
6.
1 Januari th XY
keterangan :
31 Desember thXY
M= mati
29
b.
c.
d.
Rate kunjungan
e.
Frekuensi kunjungan
f.
g.
h.
i.
6.1
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap derajat kesehatan masyarakat, karena itu peningkatan dan pemerataan pelayanan
kesehatan merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Untuk mengukur pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat digunakan
konsep jangkauan, tetapi sampai kini belum diperoleh indikator-indikator yang tepat untuk
mengukur aspek tersebut.
Yang termasuk dalam statistika pelayanan kesehatan antara lain :
a.
b.
c.
d.
Rate kunjungan
e.
Frekuensi kunjungan
f.
g.
h.
i.
30
6.2
antara jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu dengan jumlah sarana pelayanan
kesehatan yang terdapat di wilayah tersebut.
Rumus;
Jumlah penduduk suatu wilayah ttn
Rasio penduduk terhadap
Sarana pelayanan kesehatan
x1000
Dari rasio ini dapat diketahui banyaknya penduduk yang harus dilayani oleh sarana
kesehatan. Angka ini dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai kecukupan pelayanan
kesehatan. Kriteria standart untuk kecukupan tidak sama pada setiap wilayah, tergantung
kebutuhan masyarakat dan jenis pelayanannya. Perhitungan rasio ini pada berbagai wilayah
akan menghasilkan distribusi sarana kesehatan yang dapat dipergunakan sebagai pegangan
untuk menyusun rencana pemerataan sarana pelayanan kesehatan.
6.3
x 10.000
tersedia.
Rumus;
31
x 100%
Jumlah penduduk
2.
3.
4.
Jenis
pelayanan
kesehatan,
pelayanan
kesehatan
yang
belum
dirasakan
RATE KUNJUNGAN
Rate ini menyatakan jumlah kunjungan yang dicatat selama 1 periode per 1000
x 1000
Jumlah penduduk yang menggunakan
sarana pelayanan kesehatan.
Rate ini dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum tentang penggunaan
sarana
pelayanan
kesehatan
masyarakat.
Rate
ini
juga
dapat
digunakan
untuk
merencanakan jumlah dan jenis obat-obatan yang dibutuhkan. Bila Rate ini cukup tinggi
dapat menggambarkan tingkat morbiditas wilayah tersebut.
6.6
FREKUENSI KUNJUNGAN
Frekuensi kunjungan adalah rasio antara kunjungan baru ditambah kunjungan lama
32
Keterangan:
Kunjungan baru adalah semua kunjungan untuk pertama kali dalam suatu periode tertentu.
Kunjungan ini dapat berupa kasus baru.
Kunjungan lama adalah semua kunjungan ulang yang dilakukan dalam periode tertentu.
Rasio ini bervariasi tergantung dari jenis pelayanan, jenis penyakit, rate morbiditas
dan kualitas pelayanan. Rata-rata frekuensi kunjungan yang tinggi dapat disebabkan karena
banyaknya penyakit kronis atau kualitas pelayanan yang rendah hingga seseorang harus
berkali-kali melakukan kunjungan.
6.7
hamil yang melakukan minimal 4 kali pemeriksaan antenatal terhadap jumlah perkiraan
persalinan atau jumlah ibu hamil yang ada.
Jumlah ibu hamil yang melakukan minimal
4 kali pemeriksaan antenatal setiap kehamilan
x 100
jumlah ibu hamil
Dari nilai ini akan didapatkan jangkauan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan
juga tingkat pengertian ibu-ibu terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan.
6.8
33
34
BAB VII
STATISTIKA KEPENDUDUKAN
b.
c.
d.
e.
f.
Pokok bahasan
7.1
a.
Jumlah penduduk
b.
c.
Pertumbuhan penduduk
d.
e.
Rasio ketergantungan
f.
PENDAHULUAN
Dalam analisis data kependudukan, sifat penduduk dapat ditinjau dari dua aspek
utama, yaitu komposisi dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu periode tertentu.
Komposisi penduduk adalah distribusi penduduk berdasarkan kategori-kategori tertentu,
misalnya kategori umur, jeni kelamin, etnik, pendidikan, jenis pekerjaan dan lain-lain.
Perubahan yang terjadi pada penduduk adalah bertambah atau berkurangnya penduduk
sebagai akibat terjadinya kematian, kelahiran dan migrasi. Kedua sifat pendudk diatas saling
berkaitan satu dengan yang lain, karena perubahan jumlah penduduk dapat merubah
komposisi.
7.2
JUMLAH PENDUDUK
Jumlah penduduk suatu wilayah tidak tetap, tetapi senantiasa mengalami perubahan
setiap saat sebagai akibat terjadinya kematian, keahiran dan migrasi. Terjadinya migrasi
35
harus diperhitungkan dalam analisis data kependudukan, karena pada zaman modern idak
lagi dijumpai masyarakat tertutup.
Jumlah penduduk dapat diperoleh dari hasil sensus, survei atau catatan yang
terdapat di kantor wilayah.
7.3
jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan dan lain-lain.
Susunan distribusi penduduk dari jenis kelamin menuut golongan umur dapat dibuat
grafik yang menggambarkan struktur penduduk yang dikenal dengan piramida penduduk.
Gambaran piramida penduduk tidak sama pada berbagai wilayah, karena itu kita
kenal bermacam-macam bentuk piramida penduduk. Macam-macam bentuk piramida
penduduk adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
b.
Susunan penduduk dimulai dari umur muda yang diletakkan dibawah sebagai
alas kemudian disusun hingga golongan umurtua terletak dipuncak piramida.
c.
d.
e.
f.
Contoh:
Gambar 7.1
36
7.3.1
berkembang. Bentuk populasi ini disebut sebagai populasi muda. Gambaran populasi muda
ini menunjukkan suatu populasi dengan tingkat kelahiran yang tinggi diikuti dengan tingkat
kematian yang tinggi pula. Terlihat persentasi golongan penduduk yang berusia dibawah 15
tahun tinggi.
Gambar 7.2
7.3.2
yang rendah. Golongan umur usia produktif terlihat lebih sedikit, ini terjadi akibat adanya
migrasi penduduk keluar yang cukup besar, misalnya untuk mencari pekerjaan didaerah lain.
Gambar 7.3
37
7.3.3
kesehatan yang tinggi. Pada gambar piramida ini tampak bahwa jumlah penduduk usia lanjut
cukup banyak. Keadaan ini juga menunjukkan bahwa rata-rata harapan hidup yang tinggi,
dengan tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang tidak tinggi dan konstan.
Gambar 7.4
7.3.4
tingkat kelahiran yang rendah diikuti dengan tingkat kematian yang tetap. Keadaan ini
menunjukkan bahwa usaha pengendalian terhadap ledakan penduduk telah berhasil.
Gambar 7.5
7.4
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Secara demografis yang dimaksud dengan pertumbuhan penduduk adalah
perubahan jumlah penduduk. Perubahan ini dapat bertambah atau berkurang, bila
jumlahpenduduk bertambah disebut pertumbuhan positif, sebaliknya bila jumlah penduduk
berkurang disebut pertumbuhan negatif.
38
7.5
setiap tahun, maka pertumbuhan penduduk per tahun dapat dihitung dengan rumus:
P2
= ( 1+ r ) n
P1
Keterangan : P1 = jumlah penduduk awal
P2 = jumlah penduduk kemudian
r = rate pertumbuhan penduduk per tahun
n = jumlah tahun antara P1 dan P2
Contoh :
Misalnya jumlah penduduk pada sensus pertama tahun XX01 adalah 30.000 jiwa, sedangkan
pada sensus berikutnya pada tahun XX11 adalah 40.000, maka persentase pertambahan
penduduk pertahun adalah
40.000
= ( 1 + r )10
30.000
log 1.333 = 10 log ( 1 + r )
10 log ( 1 + r ) = 0.1249
log ( 1 + r ) = 0.01249
( 1 + r ) = 10 0.01249
r = 0.029
r = 2.9 %
Pertambahan penduduk yang terjadi setiap tahun dapat dihitung jumlah penduduk
sekarang ditambah dengan selisih antara jumlah kelahiran dengan kematian yang ditambah
dengan selisih antara jumlah migrasi kedalam dikurangi dengan jumlah migrasi keluar.
Rumus;
P1 = P0 + ( B D ) + ( Mi Me )
Keterangan :
P1 = jumlah penduduk tahun berikutnya
P0 = jumlah penduduk tahun sekarang
B = jumlah kelahiran selama 1 tahun
D = jumlah kematian selama 1 tahun
Mi = jumlah migrasi kedalam
Me = jumlah migrasi keluar
Contoh;
Misalnya diketahui jumlah penduduk suatu wilayah pada tahun XX11 adalah 32.456
jiwa, jumlah kelahiran pada tahun tersebut adalah sebanyak 803 jiwa dan jumlah kematian
sebanyak 524 orang, sedangkan orang yang pindah ke daerah lain sebanyak 32 orang dan
pendatang sebanyak 67 orang.
39
penduduk golongan umur 0 14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk diatas 64 tahun,
dengan jumlah penduduk golongan umur 15 64 tahun
Rumus;
jumlah penduduk golongan umur 0 4 tahun + jumlah ratio
penduduk diatas 64 tahun
ketergantungan
jumlah penduduk golongan umur 15 64 tahun
Rasio ini menyatakan besarnya beban yang harus ditanggung oleh penduduk
golongan umur produktif. Rasio ini menggambarkan keadaan ekonomi masyarakat secara
kasar.
7.7
KEPADATAN PENDUDUK
Kepadatan penduduk adalah rasio antarajumlah penduduk dengan luas tanah yang
diketahui wilayah mana yang mempunayi persentasi tertinggi dan terendah hingga dapat
disusun suatu distribusi menurut persentasi jumlah penduduk.
Dengan kepadatan yang tinggi, maka timbul masalah kebutuhan dasar kehidupan
manusia yaitu; sandang, pangan, perumahan, pendidikan, pekerjaan dan kesehatan.
Masalah kesehatan yang berkaitan dengan kepadatan penduduk adalah penyediaan
perumahan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, penyediaan air bersih, penyakitpenyakit yang penyebarannya melalui udara dan air.
40
BAB VIII
b.
Pokok Bahasan
8.1
a.
b.
PENDAHULUAN
Keadaan lingkungan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kesehatan . Menurut
teori Hendrick L.Bloom, derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu,
faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan memiliki
pengaruh yang terbesar diantara ketiga faktor tersebut, diikuti oleh perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Keempat faktor tersebut disamping berpengaruh langsung
terhadap derajat kesehatan masyarakat juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Secara
ringkas dapat dilihat pada gambar 8.1.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan
masyarakat yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi penyediaan air
bersih, sanitasi (jamban), perumahan, pembuangan sampah, pembuangan air limbah. Usaha
kesehatan lingkugan yang dilakukan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimumkan lingkungan hidup manusia sehingga terwujudnya kesehatan yang
optimum.
Indikator kesehatan lingkungan meliputi cakupan peyediaan air bersih dan jumlah
penduduk yang memiliki sarana jamban keluarga (Jaga).
Gambar 8.1 FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN
MASYARAKAT MENURUT HENDRICK L BLOOM
41
8.2
air bersih dapat digunaan sebagai indikator untuk mengukur taraf kesehatan masyarkat.
Ukuran yang digunakan sebagai indikator kesehatan adalah persentasi penduduk yang
mendapatkan air bersih. Dalam ukuran ini digunaka kriteria tekhnik yaitu tersedianya air
bersih dan kriteria sosial yaitu kelancaran tersedianya air bersih yang mencukupi kebutuhan
masyarakat. Hal ini penting untuk diperhatikan karena meskipun telah tersedia air bersih
tetapi bila jumlahnya tidak mencukupi, masyarakat akan mencari sumber lain yang tidak
bersih. Jumlah air bersih yang dianggap cukup adalah 60 liter perhari perkapita. Sumber air
bersih yang digunakan masyarkat meliputi; air PAM, sumur gali, sumur pompa tangan, sumur
artesis.
Cakupan air bersih dalam masyarakat dihitung dengan menghitung persentase jumlah
kepala keluarga (KK) yang telah mendapatkan air bersih per seluruh KK yang ada di daerah
tersebut.
Rumus;
Jml kepala keluarga (KK) yg mendapatkan air bersih
Cakupan air bersih =
Seluruh KK yang ada di daerah tersebut
8.3
jamban keluarga, tempat pembuangan sampah, pembuangan air limbah dan sebagainya.
Ukuran lingkungan fisik yang dapat digunakan segbagai indikator kesehatan adalah
persentase penduduk (dalam hal ini dihitung per kepala keluarga) yang menggunakan
jamban keluarga.
Rumus;
Jumlah KK yang telah memiliki jamban keluarga
Seluruh KK yang ada di daerah tersebut
42
BAB IX GIZI
Tujuan Instruksional Umum
Agar mahasiswa dapat memahami tentang gizi masyarakat
Tujuan Instruksional khusus
a.
9.1
PENDAHULUAN
Dilihat dari segi sifatnya ilmu gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi yang berkaitan
dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan perorangan atau gizi klinik, dan
gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi kesehatan masyarakat.
Kedua cabang ilmu gizi ini dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi klinik berkaitan
dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan kesehatan akibat
kekurangan atau kelebihan gizi. Oleh sebab itu, sifat dari gizi klinik adalah lebih menitik
beratkan pada kuratif daripada preventif dan promotifnya. Sedangkan gizi masyarakat
berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu sifat dari gizi
masyarakat berkaitan dengangangguan gizi pada kelompok masyarakat. Oleh sebab itu sifat
dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan dan promotif.
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan
aspek-aspek terkait lainnya seperti ekonomi sosial budaya, pendidikan, kependudukan. Oleh
sebab itu penanganan atau perbaikan gizi sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan pada
gangguan gizi atau kesehatan saja, melainkan juga ke arah bidang-bidang lainnya. Misalnya
penyakit gizi Kurang Kalori Protein (KKP) pada anak balita, tidak cukup hanya dengan
pemberian makanan tambahan (PMT) saja, tetapi juga perbaikan ekonomi keluarga,
peningkatan pengetahuan dan sebagainya.
9.2
golongan ini merupakan golongan yang rentan terhadap perubahan keadaan gizi. Indikator
status gizi masyarakat yang dapat digunakan untuk mengukur status kesehatan dengan
43
Gizi baik, apabila berat badan balita menurut umur > 80% Standart Harvard
Gizi kurang, apabila berat badan balita menurut umur 60-80% Standart
Harvard
9.2.2
Gizi buruk, apabila berat badan balita menurut umur <60% Standart Harvard
(Standart Harvard) :
Gizi baik, apabila tinggi badan balita menurut umur > 80% Standart Harvard
Gizi kurang, apabila tinggi badan balita menurut umur 60-80% Standart
Harvard
9.2.3
Gizi buruk, apabila tinggi badan balita menurut umur <60% Standart Harvard
(Standart Harvard) :
44
Gizi baik, apabila tinggi badan balita menurut umur > 90% Standart Harvard
Gizi kurang, apabila tinggi badan balita menurut umur 70-90% Standart
Harvard
9.2.4
Gizi buruk, apabila tinggi badan balita menurut umur <70% Standart Harvard
berikut:
Gizi baik, apabila Lingkar Lengan Atas (LLA) > 85% Standart Wolanski
Gizi kurang, apabila apabila Lingkar Lengan Atas (LLA) 70-85% Standart
Wolanski
Gizi buruk, apabila Lingkar Lengan Atas (LLA) <70% Standart Wolanski
Rumus yang digunakan untuk mengetahui persentase anak yang mengalami Kurang
Energi Proten (KEP) adalah;
Jumlah balita dengan gizi kurang dan buruk
Balita KEP =
x 100
Jumlah semua balita
45
Pokok Bahasan
a. Derajat kesehatan masyarakat
b. Pengukuran derajat kesehatan masyarakat
c.
10.1 PENDAHULUAN
Derajat kesehatan masyarakat adalah suatu keadaan atau ukuran tentang kesehatan
dalam masyarakat pada suatu saat dan dibandingkan dengan suatu keadaan kesehatan
masyarakat yang dianggap standart. Pengetahuan tentang derajat kesehatan sangat penting
bagi administrator kesehatan untuk menyusun rencana program kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat dibutuhkan indikator-indikator yang
dapat digunakan untuk memberi indikasi tentang derajat kesehatan masyarakat. Dibawah ini
akan diuraikan tentang indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur derajat
kesehatan masyarakat.
10.2
46
Informasi tentang banyaknya tempat tidur dirumah sakit dan fasilitas yang
tersedia di rumah sakit
179,4 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,98 % per tahun pada periode 1980
1990. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia tidak termasuk Timor Timur
sebesar 204,78 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,52 % pertahun pada periode
1995-2000. Laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi terdapat di pulau Kalimantan. Pulau
Jawa relatif lebih kecil 1,32% dan pulau Sumatera 1,77%.
Distribusi penduduk pada tahun 1999 menurut kelompok umur menunjukkan 30,77%
penduduk muda (0-14 tahun), 64,5% usia produktif (15-64 tahun) dan hanya 4,61% penduduk
usia >65tahun, sehingga dependency ratio penduduk sebesar 54,74. Komposisi penduduk
Indonesia menurut jenis kelamin terdiri dari 102.195.025 laki-laki dan 102.588.906
47
perempuan. Sex ratio Indonesia sebesar 99.62 (mendekati 100). Hal ini menggambarkan
jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif sama.
Kepadatan penduduk Indonesia adalah 107 jiwa per km 2. Kepadatan tertinggi di
pulau Jawa yaitu 949 jiwa per km 2, sedangkan luasnya hanya 6.65% dari luas Indonesia.
Kepadatan terendah ada di Maluku dan Irian Jaya sebesar 9 jiwa per km 2. Persentase
penduduk yang tinggal di perkotaan sebesar 39,35% ,sedangkan di pedesaan sebesar
60,65%.
Angka kelahiran kasar sebesar 22,41 per 1000 dan angka kematian kasar sebesar
7,51 per 1000. Sedangkan Angka fertilitas total sebesar 2,754, untuk rata-rata jumlah anak
yang dilahirkan hidup per wanita usia 15-49 tahun adalah sebesar 1,84.
Pendapatan Nasional perkapita pada tahun 1999 sebesar US$ 621, ini jauh dibawah
pendapatan sebelum krisis ekonomi pada tahun 1996 sebesar US$ 1.124. Literacy rate
Indonesia pada tahun 1999 adalah 89,79%.
Pemenuhan kebutuhan rumah tangga terhadap air bersih berdasarkan hasil
SUSENAS tahun 1999 51,6% rumah tangga telah memiliki fasilitas air bersih. Cakupan
penduduk yang memiliki jamban sebesar 56,99%.
10.3.2
Jakarta sebesar 538.16 diikuti Irian Jaya 457.24 dan DIY Yogyakarta 350.82, sedangkan
yang terkecil adalah Sumatera selatan 87.14, Sumatera Barat sebesar 117.31. Ratio doker
puskesmas yang bekerja di puskesmas secara nasional adalah 1.08. Yang paling tinggi Bali
1.95, DIY Yogya dan DKI Jaya 1.86. Jika dilihat per propinsi ada 15 propinsi dibawah angka
nasional yaitu Kaltim, Sulsel, Sumut, Sulut, Kalteng, DI Aceh, NTT,Bengkulu, NTB, Kalsel,
Sulsel, Sultra, Kalbar, Sumbar, Irja dan Maluku.
Jumlah Puskesmas terus meningkat yang bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat
terjangkau oleh masyarakat dan merata sampai didaerah terpencil. Menurut konsep wilayah
kerja Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang dilayani Puskesmas rata-rata 30.000
penduduk per Puskesmas. Jumlah puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 1999
secara nasional adalah 3.51. Paling rendah adalah Jawa Barat 3.62 Paling tinggi Irian Jaya
9.53, Sumatera Barat 4.45.
10.3.3
Tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi
90 tablet selama masa kehamilan. Cakupan K1 secara nasional adalah 92.72 dengan kisaran
61.35% di propinsi Maluku dan 111.38% di DKI Jaya Bila dibandingkan target secara nasional
48
yaitu 90 %, cakupan tersebut sudah memenuhi target. Cakupan K4 secara nasional adalah
75.66 dengan kisaran 39.33% di propinsi Irian Jaya dan 87.69% di NTB.
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada tahun 1999 adalah
66.73% dengan kisaran antara 34.66% di propinsi Irian Jaya dan 90.13% di provinsi Bali. Bila
dibandingkan dengan sasaran Pelita IV yaitu 55%, cakupan tersebut telah memenuhi target.
Cakupan Imunisasi DPT1 diatas 90% serta Polio dan Campak diatas 80%.
10.3.4
kematian Balita adalah pada tahun 1997 adalah 59 per 1000 kelahiran hidup. Hasil SKRT
1995 menunjukkan 6 penyakit penyebab utama kematian tersebut adalah Sistem
pernafasan(30.8%), gangguan perinatal(21.6%), diare(15.3%), infeksi dan parasit (6.3%)
saraf(5.5%) dan tetanus(3.6%).
Menurut hasil SKRT 1995 angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka kematian kasar sebesar 7.51 per 1000 penduduk.
Gambaran penyakit menular, malaria masih merupakan penyakit endemis di
Indonesia, berdasarkan annual parasite insiden tahun 1999 sebesar 0.52 per 1000 penduduk.
Angka insidens demam berdarah dengue secara nasional sangat tinggi yaitu 10.17 per
100.000 penduduk. Paling tinggi adalah DKI Jakarta angka insidens sebesar 41.26 per
100.000 penduduk, Sumatera Barat 2.1 per 100.000 penduduk, sedangkan Sulawesi
Tenggara tidak terdapat insiden DBD.
Kurang Energi Protein di Indonesia masih belum sepenuhnya teratasi. Dalam tahun
1998 ada 4 propinsi yang prevalensi KEP diatas 10% sehingga perlu perhatian dala upaya
penanggulangannya. Yaitu propinsi DI Aceh 10.6%, Sumatera Barat 10.9%, NTT 12.5% dan
Sulawesi Selatan 14.4%. Anemia gizi besi masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia. Prevalensi anemia gizi besi masih diatas target 40%. Prevalensi anemia gizi besi
pada Balita 40.5% pada ibu hamil 50.9%, ibu menyusui 45.1%.
49