Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

MATA KULIAH
PERENCANAAN PEMBELAJARAN DI SD

Konsep Dasar Penilaian

Oleh Kelompok 6

1. Fanny Rahayu
2. Fennia Dwi Yanthi
3. Mona Rahmadani

(1300564)
(1300492)
(1300501)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
KONSEP DASAR PENILAIAN

A. Pengertian Penilaian
1. Arikunto
Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik
buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Untuk dapat melakukan penilaian perlu melakukan
pengukuran terlebih dahulu, sedangkan pengukuran tidak akan mempunyai makna
yang berarti tanpa dilakukan penilaian.
2. Sudijono
Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti: mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran
baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh das sebagainya. Jadi penilaian itu
sifatnya adalah kualitatif.
3. Akhmat Sudrajat
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
4. Asmawi Zainul dan Noehi Nasution
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan
tes maupun nontes.
5. Rasyid dan Mansur
Penilaian adalah proses pengumpulan informasi atau data yang digunakan untuk
membuat keputusan tentang pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud mencakup
siswa, kurikulum, program, dan kebijakan. Proses penilaian meliputi pengumpulan
bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti ini tidak selalu diperoleh
melaui tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri.
6. Black dan William
Penilaian sebagai semua aktifitas yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk menilai
diri mereka sendiri, yang memberikan informasi untuk digunakan sebagai umpan
balik untuk memodifikasi aktivitas belajar dan mengajar.
7. Linn & Gronlund
Penilaian (assesment) adalah istilah umum yang melibatkan semua rangkaian
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hasil belajar peserta
didik (misalnya: observasi, skala bertingkat tentang kinerja, tes tertulis) dan
pelaksanaan penilaian mengenai kemajuan belajar peserta didik.
8. Djemari Mardapi
Penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.
9. Cangelosi
Penilaian adalah keputusan tentang nilai.
10. PP 19 Tahun 2005 pasal 1 poin (17)

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur


pencapaian hasil belajar peserta didik.
11. Permendiknas No 20 tahun 2007 tentang standar penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian tidak sekedar pengumpulan data siswa,
tetapi juga pengolahannya untuk memperoleh gambaran proses dan hasil belajar
siswa. Penilaian tidak sekedar memberi soal siswa kemudian selesai, tetapi guru harus
menindaklanjutinya untuk kepentingan pembelajaran.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam katakata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif
tersebut secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk
mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar,
memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan
kelas.
Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu
sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran,
kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan
kurikukulum itu sendiri.
Jadi dapat disimpulkan penilaian merupakan suatu proses pengumpulan informasi dan
menentukan nilai yang bersifat kualitatif terhadap kinerja siswa berdasarkan suatu kriteria
tertentu yang digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan.
B. Jenis dan Bentuk Penilaian
1. Jenis Penilaian berdasarkan Cakupan Kompetensi yang Diukur
Sebagaimana dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 bahwa penilaian hasil
belajar oleh pendidik terdiri atas ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
a. Ulangan Harian

Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik secara


periodik untuk menilai/mengukur pencapaian kompetensi setelah menyelesaikan
satu kompetensi dasar (KD) atau lebih. Ulangan Harian merujuk pada indikator
dari setiap KD. Bentuk Ulangan harian selain tertulis dapat juga secara lisan,
praktik/perbuatan, tugas dan produk. Frekuensi dan bentuk ulangan harian dalam
satu semester ditentukan oleh pendidik sesuai dengan keluasan dan kedalaman
materi.
Sebagai tindak lanjut ulangan harian, yang diperoleh dari hasil tes tertulis,
pengamatan, atau tugas diolah dan dianalisis oleh pendidik. Hal ini dimaksudkan
agar ketuntasan belajar siswa pada setiap kompetensi dasar lebih dini diketahui
oleh pendidik. Dengan demikian ulangan ini dapat diikuti dengan program tindak
lanjut baik remedial atau pengayaan, sehingga perkembangan belajar siswa dapat
segera diketahui sebelum akhir semester.
Dalam rangka memperoleh nilai tiap mata pelajaran selain dengan ulangan
harian dapat dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan
dan produk. Tugas-tugas tersebut dapat didokumentasikan dalam bentuk
portofolio. Ulangan harian ini juga berfungsi sebagai diagnosis terhadap kesulitan
belajar siswa.
b. Ulangan Tengah Semester
Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 9
minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
Bentuk Ulangan Tengah Semester selain tertulis dapat juga secara lisan,
praktik/perbuatan, tugas dan produk.
Sebagai tindak lanjut ulangan tengah semester, nilai ulangan tersebut diolah
dan dianalisis oleh pendidik. Hal ini dimaksudkan agar ketuntasan belajar siswa
dapat diketahui sedini mungkin. Dengan demikian ulangan ini dapat diikuti
dengan program tindak lanjut baik remedial atau pengayaan, sehingga kemajuan
belajar siswa dapat diketahui sebelum akhir semester.
c. Ulangan Akhir Semester
Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester satu. Cakupan
ulangan akhir semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua
KD pada semester satu. Ulangan akhir semester dapat berbentuk tes tertulis, lisan,
praktik/perbuatan pengamatan, tugas, produk.

Sebagai tindak lanjut ulangan akhir semester adalah mengolah dan


menganalisis nilai ulangan akahir semester. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui ketuntasan belajar siswa. Dengan demikian ulangan ini dapat diikuti
dengan program tindak lanjut baik remedial atau pengayaan, sehingga kemajuan
belajar siswa dapat diketahui sebelum akhir tahun pelajaran.
d. Ulangan Kenaikan Kelas
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di
akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di
akhir semester genap. Cakupan ulangan kenaikan kelas meliputi seluruh indikator
yang merepresentasikan KD pada semester tersebut.
Ulangan kenaikan kelas dapat berbentuk tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan,
pengamatan, tugas dan produk. Sebagai tindak lanjut ulangan kenaikan kelas
adalah mengolah dan menganalisis nilai ulangan kenaikan kelas. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Dengan demikian
ulangan ini dapat diikuti dengan program tindak lanjut baik remedial atau
pengayaan, sehingga kemajuan belajar siswa untuk hal-hal yang bersifat esensial
dapat diketahui sedini mungkin sebelum menamatkan sekolah.
e. Ujian Sekolah
Ujian sekolah adalah kegiatan penilaian pencapaian kompetensi peserta didik
yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi
belajar peserta didik dan merupakan salah satu syarat kelulusan dari satuan
pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan adalah kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada ujian nasional, kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian yang diatur dalam Permendiknas yang
dikeluarkan oleh Depdiknas untuk tahun yang bersangkutan dan Prosedur
Operasional Standar (POS) ujian sekolah yang diterbitkan oleh BSNP.
f. Ujian Nasional
Ujian Nasional adalah kegiatan penilaian pencapaian kompetensi peserta didik
yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh pengakuan atas prestasi
belajar peserta didik dan merupakan salah satu syarat lulus dari satuan pendidikan.
Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) mengikuti Permendiknas yang dikeluarkan
setiap tahun oleh Depdiknas dan Prosedur Operasional Standar (POS) yang
diterbitkan oleh BSNP.
2. Jenis Penilaian Berdasarkan Sasaran
a. Penilaian individual

Penilaian individual adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai


pencapaian kompetensi atau hasil belajar secara perorangan. Penilaian individual
perlu memperhatikan nilai universal seperti: disiplin, jujur, tekun, cermat, teliti,
tanggungjawab, rendah hati, sportif, etos kerja, toleran, sederhana, bebas, antusias,
kreatif, inisiatif, tanggap dan peduli dan lain-lain.
b. Penilaian kelompok
Penilaian kelompok adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai
pencapaian kompetensi atau hasil belajar secara kelompok. Penilaian kelompok
perlu memperhatikan nilai universal seperti: kerjasama, menghargai pendapat
orang lain, kedamaian, cinta dan kasih sayang, toleran, dan lain-lain.
3. Jenis Penilaian berdasarkan Fungsinya
a. Penilaian Formatif
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan guru pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan pro-ses
belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berori-entasi
kepada proses belajar-mengajar untuk memperbaiki program pengajar-an dan
strategi pelaksanaannya.
b. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program,
yakni akhir caturwulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk
melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh kompetensi siswa
dan kompetensi mata pelajaran dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi
kepada produk, bukan kepada proses.
c. Penilaian Diagnostik
Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksana-kan
untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching),
menemukan kasus-kasus, dll. Soal-soalnya disusun sedemikian ru-pa agar dapat
ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.
d. Penilaian Selektif
Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan se-leksi,
misalnya tes atau ujian saringan masuk ke sekolah tertentu.
e. Penilaian Penempatan
Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengeta-hui
keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan
penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan be-lajar

untuk program itu. Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi ke-pada
kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar
dengan kemampuan siswa.
C. Instrumen Penilaian
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam rangka
pengumpulan data. Misalnya timbangan adalah instrumen alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data berat dengan cara melakukan penimbangan.
Instrumen penilaian yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah
agar tidak terjadi kesalahan, antara lain yaitu:
1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi.
Yang dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa
yang seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil
belajar yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas
instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien
validitas.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut
dapat menghasilkan hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas
ini dapat dihitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
3. Objektivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi
dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas
yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman
tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan
secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka
evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audiens yang
dinilai. Evaluasi yang diadakan secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat
memberikan hasil yang objektif tentang keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor
kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
4. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila
bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan,
tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens
mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya
dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga
dapat dilaksanakan oleh orang lain.

5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya
yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens
mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens
putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang
dinyatakan dengan proporsi.
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan
antara audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan
dengan Indeks Diskriminasi.
Dalam pendidikan instrumen alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data
dapat berupa tes atau nontes. Tes atau penilaian merupakan alat ukur pengumpulan data
yang mendorong peserta memberikan penampilan maksimal sedangkan Instruman non tes
merupakan alat ukur yang mendorong peserta untuk memberikan penampilan tipikal,
yaitu melaporkan keadaan dirinya dengan memberikan respons secara jujur sesuai dengan
pikiran dan perasaannya.
Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen atau alat evaluasi yang dapat
dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap
anak didik.
1. Tes
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada
siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam
bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada
umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil
belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pengajaran.
Ada 2 jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari
uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari
beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak
variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.
a. Tes uraian (tes subjektif)

Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian
yang hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan
yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang
sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan
bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 3 yaitu uraian bebas, uraian terbatas
dan uraian berstruktur.
1) Uraian Bebas
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan
siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya
umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas tepat
digunakan apabila bertujuan untuk:
2) Uraian Terbatas
Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini
pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan
tertentu. Pembatasan dilhat dari segi ruang lingkupnya, sudut pandang
menjawabnya, indikatorindikatornya.
3) Uraian Berstruktur

Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soalsoal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat
b.

sekalipun bersifat terbuka dan bebas memberikan jawaban.


Tes Objektif
1) Pilihan Ganda
Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan
kompetensi pada tingkat berpikir rendah, seperti, pengetahuan dan
pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
2) Benar- salah
Bentuk soal ini memiliki dua kemungkinan jawaban yaitu benar atau salah
atau ya dan tidak. Dalam menyusun instrumen pertanyaan benar salah harus
diusahakan menghindari kata terpenting, selalu, tidak pernah, hanya, sebagian
besar dan kata lain yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta tes
dalam menjawab. Rumusan butir soal harus jelas dan pasti benar dan pasti
salah. Hindari pertanyaan negatif seperti kata bukan,
3) Menjodohkan

Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa
banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
4) Jawaban singkat atau isian singkat

Tes bentuk jawaban/ isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong
yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban
singkat ini isa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian. Pasokan isian
singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban yang
benar dan 0 untuk jawaban yang salah.
2. Non tes

Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi dapat juga
dinilai olah alat-alat non-tes atau bukan tes. Berikut ini dijelaskan alat-alat non tes:
a. Wawancara dan kuisioner
1) Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan
informasi dari siswa dengan melakukan Tanya jawab sepihak. Kelebihan
wawancara adalah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat
mengungkapkan jawaban lebih bebas dan mendalam. Wawancara dapat
direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap. Melalui
wawancara, data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif.
Pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi, begitupun
dengan jawaban yang belun jelas. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara
terstruktur dan wawanncara bebas.
a) Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan
sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban
yang telah dibuat. Keuntungannya ialah mudah diolah dan dianalisis untuk
dibuat kesimpulan.
b) Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan

sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya ialah


informasi lebih padat dan lengkap sekalipun kita harus bekerjakeras dalam
2)

menganalisisnya sebab jawabannya bisa beraneka ragam.


Kuisioner
Kuisioner adalah suatu tekhnik pengumpulan informasi yang memungkinkan
analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik dari
siswa. Kelebihan kuisioner dari wawancara ialah sifatnya yang praktis, hemat
waktu tenaga dan biaya. Kelemahannya ialah jawaban sering tidak objektif,

lebih-lebih bila pertanyaannya kurang tajam yang memungkinkan siswa


berpura-pura. Cara penyampain kuesiner ada yang langsung di bagikan kepada
siswa yang telah diisi lalu di kumpulkan lagi. Alternatif jawaban yang ada
dalam kuisiner bisa juga ditransformasikan dalam bentuk simbol kuantitatif
agar menghasilkan data interval. Caranya adalah dengan memberi skor
terhadap setiap jawaban berdasarkan kriteria tertentu.
b. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur sikap , nilai, minat dan perhatian, dll, yang
disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam
bentuk rentangan nilai sesuatu dengan kriteria yang ditentukan.
1) Skala Penilaian
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang
melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik yang bermakna nilai.
Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang
terendah, bisa dalam bentuk huruf atau angka. Hal yang penting diperhatikan
dalam skala penilaian adalah kriteria skala nilai, yakni penjelasan operasional
untuk setiap alternatif jawaban. Adanya kriteria yang jelas akan
mempermudah pemberian penilaian. Skala penilaian lebih tepat digunakan
untuk mengukur suatu proses, misalnya proses mengajar pada guru, siswa,
atau hasil belajar dalam bentuk perilaku seperti keterampilan, hubungan sosial
siswa, dan cara memecahkan masalah. Skala penilaian dalam pelaksanaannya
dapat digunakan oleh dua orang penilai atau lebih dalam menilai subjek yang
sama. Maksudnya agar diperoleh hasil penilaian yang objektif mengenai
perilaku subjek yang dinilai.
2) Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya dapat diartikan reaksi seseorang
terhadap suatu stimulus yang dating kepada dirinya. Ada tiga komponen sikap
yakni: Kognitif, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau
stimulus yang dihadapinya. Afektif, berkenaan dengan perasaan dalam
menanggapi objek tersebut. Psikomotor, berkenaan dengan kecenderungan
berbuat terhadap objek tersebut.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden,
apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai
tertentu. Oleh karena itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua

kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala
yang sering digunakan adalah Likert. Dalam skala Likert, pernyataanpernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh
subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju. Skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut bergantung
pada penilai asal penggunaannya konsisten. Yang jelas, skor untuk pernyataan
positif atau negatif adalah kebalikannya.
3) Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan. Ada tiga jenis observasi, yakni:
a) Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala
atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung
diamati oleh pengamat.
b) Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan dengan
menggunakan alat seperti mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta
untuk melihat pori-pori kulit.
c) Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan dengan cara
pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang
dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati, sehingga
pengamat bisa lebih menghayati, merasakan dan mengalami sendiri seperti
inddividu yang sedang diamatinya.
4) Studi Kasus

Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang
dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus
anak nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain, anak yang selalu
gagal dalam belajar, dan lain lain. Kasus tersebut dipelajari secara mendalam
dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan
semua variabel yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai
aspek yang mempengaruhi dirinya. Penekanan yang utama dalam studi kasus
adalah mengapa individu melalukan apa yang dilakukannya dan bagaimana
tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Datanya bisaa diperoleh berbagai sumbar seperti orang tua, teman dekatnya,
guru, bahkan juga dari dirinya. Kelebihan studi kasus adalah bahwa subjek
dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemahannya

sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya
subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan, dan belum tentu
dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain.

DAFTAR RUJUKAN
Majid, Abdul. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Eka, Krisnayanti. 2012. Konsep Dasar dan Aspek-aspek Penilaian.

http://ekarestama.blogspot.com/2012/12/konsep-dasar-dan-aspek-aspekpenilaian.html.(6 September 2015).

Anda mungkin juga menyukai