MATA KULIAH
PERENCANAAN PEMBELAJARAN DI SD
Oleh Kelompok 6
1. Fanny Rahayu
2. Fennia Dwi Yanthi
3. Mona Rahmadani
(1300564)
(1300492)
(1300501)
A. Pengertian Penilaian
1. Arikunto
Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik
buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Untuk dapat melakukan penilaian perlu melakukan
pengukuran terlebih dahulu, sedangkan pengukuran tidak akan mempunyai makna
yang berarti tanpa dilakukan penilaian.
2. Sudijono
Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti: mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran
baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh das sebagainya. Jadi penilaian itu
sifatnya adalah kualitatif.
3. Akhmat Sudrajat
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
4. Asmawi Zainul dan Noehi Nasution
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan
tes maupun nontes.
5. Rasyid dan Mansur
Penilaian adalah proses pengumpulan informasi atau data yang digunakan untuk
membuat keputusan tentang pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud mencakup
siswa, kurikulum, program, dan kebijakan. Proses penilaian meliputi pengumpulan
bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti ini tidak selalu diperoleh
melaui tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri.
6. Black dan William
Penilaian sebagai semua aktifitas yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk menilai
diri mereka sendiri, yang memberikan informasi untuk digunakan sebagai umpan
balik untuk memodifikasi aktivitas belajar dan mengajar.
7. Linn & Gronlund
Penilaian (assesment) adalah istilah umum yang melibatkan semua rangkaian
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hasil belajar peserta
didik (misalnya: observasi, skala bertingkat tentang kinerja, tes tertulis) dan
pelaksanaan penilaian mengenai kemajuan belajar peserta didik.
8. Djemari Mardapi
Penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.
9. Cangelosi
Penilaian adalah keputusan tentang nilai.
10. PP 19 Tahun 2005 pasal 1 poin (17)
untuk program itu. Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi ke-pada
kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar
dengan kemampuan siswa.
C. Instrumen Penilaian
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam rangka
pengumpulan data. Misalnya timbangan adalah instrumen alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data berat dengan cara melakukan penimbangan.
Instrumen penilaian yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah
agar tidak terjadi kesalahan, antara lain yaitu:
1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi.
Yang dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa
yang seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil
belajar yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas
instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien
validitas.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut
dapat menghasilkan hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas
ini dapat dihitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
3. Objektivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi
dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas
yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman
tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan
secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka
evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audiens yang
dinilai. Evaluasi yang diadakan secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat
memberikan hasil yang objektif tentang keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor
kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
4. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila
bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan,
tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens
mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya
dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga
dapat dilaksanakan oleh orang lain.
5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya
yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens
mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens
putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang
dinyatakan dengan proporsi.
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan
antara audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan
dengan Indeks Diskriminasi.
Dalam pendidikan instrumen alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data
dapat berupa tes atau nontes. Tes atau penilaian merupakan alat ukur pengumpulan data
yang mendorong peserta memberikan penampilan maksimal sedangkan Instruman non tes
merupakan alat ukur yang mendorong peserta untuk memberikan penampilan tipikal,
yaitu melaporkan keadaan dirinya dengan memberikan respons secara jujur sesuai dengan
pikiran dan perasaannya.
Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen atau alat evaluasi yang dapat
dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap
anak didik.
1. Tes
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada
siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam
bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada
umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil
belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pengajaran.
Ada 2 jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari
uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari
beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak
variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.
a. Tes uraian (tes subjektif)
Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian
yang hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan
yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang
sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan
bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 3 yaitu uraian bebas, uraian terbatas
dan uraian berstruktur.
1) Uraian Bebas
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan
siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya
umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas tepat
digunakan apabila bertujuan untuk:
2) Uraian Terbatas
Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini
pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan
tertentu. Pembatasan dilhat dari segi ruang lingkupnya, sudut pandang
menjawabnya, indikatorindikatornya.
3) Uraian Berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soalsoal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat
b.
Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa
banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
4) Jawaban singkat atau isian singkat
Tes bentuk jawaban/ isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong
yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban
singkat ini isa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian. Pasokan isian
singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban yang
benar dan 0 untuk jawaban yang salah.
2. Non tes
Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi dapat juga
dinilai olah alat-alat non-tes atau bukan tes. Berikut ini dijelaskan alat-alat non tes:
a. Wawancara dan kuisioner
1) Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan
informasi dari siswa dengan melakukan Tanya jawab sepihak. Kelebihan
wawancara adalah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat
mengungkapkan jawaban lebih bebas dan mendalam. Wawancara dapat
direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap. Melalui
wawancara, data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif.
Pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi, begitupun
dengan jawaban yang belun jelas. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara
terstruktur dan wawanncara bebas.
a) Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan
sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban
yang telah dibuat. Keuntungannya ialah mudah diolah dan dianalisis untuk
dibuat kesimpulan.
b) Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan
kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala
yang sering digunakan adalah Likert. Dalam skala Likert, pernyataanpernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh
subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju. Skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut bergantung
pada penilai asal penggunaannya konsisten. Yang jelas, skor untuk pernyataan
positif atau negatif adalah kebalikannya.
3) Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan. Ada tiga jenis observasi, yakni:
a) Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala
atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung
diamati oleh pengamat.
b) Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan dengan
menggunakan alat seperti mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta
untuk melihat pori-pori kulit.
c) Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan dengan cara
pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang
dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati, sehingga
pengamat bisa lebih menghayati, merasakan dan mengalami sendiri seperti
inddividu yang sedang diamatinya.
4) Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang
dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus
anak nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain, anak yang selalu
gagal dalam belajar, dan lain lain. Kasus tersebut dipelajari secara mendalam
dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan
semua variabel yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai
aspek yang mempengaruhi dirinya. Penekanan yang utama dalam studi kasus
adalah mengapa individu melalukan apa yang dilakukannya dan bagaimana
tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Datanya bisaa diperoleh berbagai sumbar seperti orang tua, teman dekatnya,
guru, bahkan juga dari dirinya. Kelebihan studi kasus adalah bahwa subjek
dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemahannya
sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya
subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan, dan belum tentu
dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Majid, Abdul. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.