Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. SKENARIO
Anak Tina (4 tahun) dibawa oleh orang tuanya ke poli spesialis
anak RS ULIN karena gejala batuk dan demam. Berdasarkan hasil
pemeriksaan,

An.Tina

didiagnosa

ISPA oleh

dokter.

Pengkajian

keperawatan yang dilakukan Ners Rully didapatkan data RR 35x/m, N


120x/m, suhu 39oC per oral. Pada pemeriksaan fisik system respirasi,
terdengar suara nafas ronkhi saat di auskultasi. Terdengar suara batuk
berdahak pada An. Tina, namun dia tidak dapa tmengeluarkan dahaknya.
Sebagai perawat anak, Ners Rully menetapkan diagnose keperawatan yang
muncul pada An. Tina dan menyusun rencana intervensi yang tepat
untuknya.

B. ANALISIS KASUS
1. LANGKAH 1 (KLARIFIKASI/IDENTIFIKASI ISTILAH)
a. Auskultasi adalah mendengarkan bynyi yang dihasilkan oleh tubuh
menggunakan stetoskop (secara tidak langsung), telinga yang
diletakkan didada (secara langsung). Mendengarkan suara paruparu, dan usus.
b. Nafas Ronkhi adalah suara yang dihassilkan jalan nafas yang
penuh cairan. Suara gaduh yang dalam dari bronkus dan
bronkiolus.
c. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi yang parah
pada bagian sinus tenggorokan saluran udara paru-paru. ISPA
terjadi di bronki dan paru-paru.

d. Dahak adalah suatu zat bentuknya seperti lendir, lengket, timbul


akibat peradangan atau infeksi saluran napas di paru-paru.
e. Demam adalah peningkatan suhu tubuh yang dialami tubuh diatas
suhu normal.
2. LANGKAH 2 (MEMBUAT DAFTAR MASALAH)
1. Baagaimana cara mencegah ISPA ?
2. Apa saja faktor penyebab ISPA ?
3. Jelaskan patofisiologi ISPA !
4. Bagaimana gejala dari ISPA ?
5. Apa saja jenis-jenis ISPA pada anak ?
6. Apa saja bahaya yang perlu di waspadai saat menderita ISPA ?
7. Jelaskan etiologi ISPA !
8. Apa saja komplikasi yang terjadi pada ISPA ?
9. Bagaiman penatalaksanaan ISPA secara medis ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan untuk skenario ini ?
11. Sebutkan prinsip perawatan dari ISPA !
12. Apa saja tanda dan gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan ?
13. Apa saja jenis-jenis batuk ?
14. Apa peran perawat dalam mengatasi ISPA ?
15. Apakah suara napas ronkhi itu normal atau abnormal ?
16. Apa saja macam-macam suara napas abnormal ?
17. Apa saja keluhan pasien saat menderita ISPA ?
18. Bagaimana cara penggunaan gamma gloublin ?

3. LANGKAH 3 (MENGANALISIS MASALAH)


1. Menjaga keadaan gizi, imunisasi (Gamma Gloublin), vitamin C,
mencegah kontak langsung pada penderita ISPA (percikan air
liur/bersin, darah, melalui lendir dari orang terkena ISPA), dan
menjaga kebersihan perorangan
2. a. Lingkungan : pencemaran udara dalam rumah, dan ventilasi
2

b. Individu : Status gizi dan imunisasi


c. Tingkat pendidikan : karna kurangnya pengetahuan dapat
menyebabkan tingkat kesehatan kurang diperhitungkan. Upaya
yang dilakukan misalnya promosi kesehatan mengenai nutrisi yang
baik dan seimbang, istirahat yang cukup, dan kebersihan dijaga.
3. Terjadi infeksi anatara bakteri dan pleura normal disaluran napas
kemudian merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme
pertahanan jalan napas seperti batuk, meningkatnya daya tahan, maka
bakteri patogen dapat meliputi mekanisme sistem pertahanan tersebut
dan menyerang saluran napas.
4. Gejala ISPA : demam, batuk, pilek, hidung tersumbat, paru-paru
terasa tersumbat, sakit tenggorokan, nyeri abdomen, muntah, diare,
napas cepat, pengeluaran lendir, tidak enak badan, terkadang sakit
saat menelan, suara napas seperti napas ronkhi
a. Gejala ISPA pada bayi : demam mendadak, bersin, diare, muntah,
demam berulang, komplikasi.
b. Gejala ISPA pada anak : kekeringan (terjadi di faring dan
mengalami dehidrasi) , bersin, nyeri otot, lesu, menggigil.
5. Jenis-jenis ISPA pada anak :
a. ISPA bagian atas : batuk, pilek, sakit telinga, radang tenggorokan
b. ISPA bagian bawah : Pneumonia
c. Sindrom krop : epiglotis, faring, dan trakea
7. Etiologi :
a. Bakteri : pnemokopus, hemofilus
b. Virus : Miksovirus dan koronavirus
c. Faktor kelelahan, daya tahan tubuh lemah, dan karna polusi udara
8. Komplikasi :
Pneumonia berat (tarikan dinding dada ke dalam saat bernapas),
esisefalitis, infeksi bakteri sekunder (sinusitis), ototis media
(peradangan pada telinga tengah.
13. Jenis-jenis batuk :

a.

Batuk

berdahak

(respon

terjadinya

peradangan

pada

tenggorokan)
b. Batuk kering (alergi)
15. Suara napas ronkhi termasuk suara napass abnormal (bunyi bising
pada daerah paru-paru).
4. LANGKAH 4 (MENDAFTAR SEMUA PENJELASAN)

PROSES KEPERAWATAN PADA LANSIA

KONSEP
ISPA

Definisi

Komplikasi

Jenis-Jenis

Etiologi

Patofisiologi

Penatalaksanaan
Medis

Pemeriksaan
Diagnostik

Manifestasi
Klinis

Batuk

Kering

Berdahak

5. LANGKAH 5 (MENERAPKAN SASARAN BELAJAR)


6. Apa saja bahaya yang perlu di waspadai saat menderita ISPA ?
1. Tanda-tanda bahaya secara umum :
a. Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur,
retraksi/tertariknya kulit ke dalam dinding dada, napas
cuping hidung, sesak, kulit wajah kebiruan, suara napas
lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada
cairannya sehingga terdengar keras.
b. Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut
jantung cepat dan lemah, tekanan darah tinggi, tekanan
darah rendah dan gagal jantung.
c. Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit
kepala, bingung, kejang, dan koma.
d. Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.
2. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan
sampai 5 tahun : tidak bisa minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor/mendengkur, dan gizi buruk.
3. Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2
bulan : kurang bisa minum (kemampuan minumnya
menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur,
mengi, demam, dan dingin.

9. Bagaiman penatalaksanaan ISPA secara medis ?


a. Pemberian antibiotic
b. Pemberian cairan per infuse di perlukan jika timbul tanda
dehidrasi
c. Lender atau cairan yang menyumbat hidung atau jalan nafas
di hisap dengan alat penghisap lender
d. Pemakain uap untuk melampangkan jalan nafas (depkes RI,
1992).
e. Pemberian oxygen (zat asam)
10. Bagaimana asuhan keperawatan untuk skenario ini ?
Asuhan Keperawatan

Implementasi

A. PENGKAJIAN
1. Head to toe
2. Review of System
6

Evaluasi

3. Pola fungsi kesehatan Gordon


1) Pola Persepsi Kesehatan
Tidak ada di skenario.
2) Pola Nutrisi Metabolik
Tidak ada di skenario.
3) Pola Eliminasi
Tidak ada di skenario.
4) Pola Aktivitas Latihan
Anak Tina memiliki gejala batuk dan demam.
Anak Tina didiagnosis ISPA oleh dokter.
Anak Tina memiliki RR 35x/menit, nadi 120x/menit, suhu 39C
per oral.
Anak Tina memiliki suara nafas Ronkhi.
Anak Tina memiliki batuk berdahak dan tidak dapat
mengeluarkan dahaknya.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Tidak ada di skenario.
6) Pola Kognitif Persepsi
Anak Tina memiliki gejala batuk dan demam.
Anak Tina didiagnosis ISPA oleh dokter.
Anak Tina memiliki RR 35x/menit, nadi 120x/menit, suhu 39C
per oral.
Anak Tina memiliki suara nafas Ronkhi.
Anak Tina memiliki batuk berdahak dan tidak dapat
mengeluarkan dahaknya.
7) Pola Persepsi Diri Konsep Diri
Tidak ada di skenario.
8) Pola Seksualitas Reproduksi
Tidak ada di skenario.
9) Pola Koping Toleransi Stres
Tidak ada di skenario.
10) Pola Peran Hubungan
Tidak ada di skenario.
11) Pola Nilai Kepercayaan
Tidak ada di skenario.
Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan utama

3. Riwayat penyakit sekarang


4. Riwayat penyakit terdahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat sosial
7. Pengkajian fisik:
a. Inspeksi : Keadaan dada
PCH sesak
Sekresi di hidung
Batuk secret tertumpuk
b. Palpasi : Suhu tinggi kejang demam
c. Perkusi : Suara paru
d. Auskultasi : Suara nafas tambahan: Rhonchi, stridor, wheezing
Analisis Masalah
Sign/symptom
DO:

Etiology
Penyakit

Problem
Hipertermia

Etiology
Mukus

Problem
Ketidakefektifan

o Batuk berdahak dan demam

dalam

Jalan Napas

o Tanda vital : RR 35x/m, N

jumlah

o Demam
o Tanda vital : suhu 39C per
oral
DS:
o -

Sign/symptom
DO:

120x/m, suhu 39C per oral

berlebiha
n

o Suara nafas ronkhi


o An. tidak dapat mengeluarkan
dahaknya

Bersihan

DS:
o -

Sign/symptom
DO:

Etiology
Sindrom

o Batuk berdahak dan demam

Hipoventilas

o Tanda vital : RR 35x/m, N

Problem
Ketidakefektifan Pola Napas

120x/m, suhu 39C per oral


o Suara nafas ronkhi
o An.

tidak

dapat

mengeluarkan dahaknya
DS:
o -

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia
Hipertermia berhubungan dengan penyakit ditandai dengan demam dan
suhu 39C per oral.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan mukus
dalam jumlah berlebihan ditandai dengan batuk berdahak, Suara nafas
ronkhi, anak tidak dapat mengeluarkan dahaknya.
3. Ketidakefektifan Pola Napas
Ketidakefektifan Pola Napas

berhubungan

dengan

sindrom

hipoventilasi ditandai dengan batuk berdahak, Suara nafas ronkhi, anak


tidak dapat mengeluarkan dahaknya.

Prioritas Masalah Keperawatan

1. Hipertermia (00006)
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
3. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
1. Hipertermia (00006)
Definisi
Temperatur tubuh meningkat di atas rata-rata normal.
Batasan Karakteristik
Kejang
Kulit memerah
Peningkatan temperatur tubuh di atas rata-rata normal
Kejang
Kulit hangat ketika disentuh
Takikardia
Takipneu
Berhubungan dengan gangguan proses penyakit.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Definisi
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi dari saluran
pernafasan untuk menjaga bersihan jalan nafas.
Batasan Karakterisik
Tidak adanya batuk
Suara nafas tambahan
Perubahan respirasi rate
Berubahan irama respirasi
Kesulitan bersuara
Sesak nafas
Sputum berlebih
Ketidakefektifan batuk
Berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebih.
3. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
Definisi

10

Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan


ventilasi yang adekuat.
Batasan Karakterisik
Perubahan pada kedalaman pernafasan
Bradipnea
Penurunan tekanan ekspirasi
Penurunan tekanan inspirasi
Penurunan menit ventilasi
Penurunan kapasitas vital
Sesak nafas
Orthopnea
Pemanjangan fase ekspirasi
Pernafasan pursed-lip
Takipnea
Menggunakan otot tambahan untuk bernafas
Berhubungan dengan sindrom hipoventilasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Hipertermia
Major Intervention (NOC-NIC Linkages for Hyperthermia)
a) Fever Treatment
b) Vital Sign Monitoring
c) Environmental Management
d) Fluid Management
e) Medication Administration
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Major Intervention (NOC-NIC Linkages for Airway Clearance,
a)
b)
c)
d)
e)

Ineffective)
Airway Management
Airway Suctioning
Respiratory Monitoring
Vital Sign Monitoring
Medication Management

3. Ketidakefektifan Pola Napas


Major Intervention (NOC-NIC Linkages for Breathing Pattern,
a)
b)
c)
d)

Ineffective)
Airway Management
Respiratory Monitoring
Vital Sign Monitoring
Medication Management

D. NURSING OUTCOME
1. Hipertermia
11

NOC
a) Vital Sign
b) Thermoregulation
c) Hydration
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
NOC
a) Respiratory Status : Airway Patency
b) Vital Signs
c) Symptom Control
d) Respiratory status
e) Respiratory status : Gas Exchange
f) Respiratory status : Ventilation
3. Ketidakefektifan Pola Napas
NOC
a) Respiratory status
b) Respiratory status : Ventilation
c) Respiratory status : Gas Exchange
d) Respiratory status : Airway Patency

E. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik (iyer et al., 1996).
Tujuan & hasil yang diperkirakan dapat dicapai & diselesaikan
F. EVALUASI
1. Kognitif
2. Psikomotorik
3. Afektif
4. Perubahan Fungsi Tubuh dan Gejala
Hasil Evaluasi
1. Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan
12

2. Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari


standar dan kriteria yang telah ditetapan
3. Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru
No.

Wa

impele

No.

ND

ktu

ntasi

ND

/ tgl

1. a

Waktu / tgl

Evaluasi

S (subjektif)

2. b

O (objektif)

3. c

A (analisa)
P (perencanaan)

II

1. a

II

S (subjektif)

2. b

O (objektif)

3. c

A (analisa)
P (perencanaan)

G.DOKUMENTAS
11. Sebutkan prinsip perawatan dari ISPA !
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
dengan sapu tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis
tidak terlalu ketat.

13

f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila
anak tersebut masih menetek
12. Apa saja tanda dan gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan ?
1.

ISPA Ringan : Batuk, Pilek (keluar ingus dari hidung), Serak

(bersuara parau pada waktu menangis atau berbicara), Demam


(panas)
2.

ISPA Sedang : Pernapasan yang cepat (lebih dari 50

x/menit), Wheezing (napas menciut-ciut), Panas 38oC atau lebih,


Sakit telinga atau keluar cairan, Bercak-bercak menyerupai campak
3.

ISPA Berat : Chest indrawng (pernafasan dada kedalam),

Stridor (pernafasan ngorok), Tidak mau makan, Sianosis (kulit


kebiru-biruan), Nafas cuping hidung, Kejan, Dehidrasi, Kesadaran
menurun.
14. Apa peran perawat dalam mengatasi ISPA ?
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
b. Advokat Klien
c. Edukator
d. Koordinator
e. Kolaborator
f. Konsultan
g. Peneliti / Pembaharu

16. Apa saja macam-macam suara nafas abnormal ?

14

1. Stridor : yaitu suara yang terdengar kontinu (tidak terputusputus), bernada tinggi yang terjadi baik pada saat inspirasi
maupun

pada

saat

ekspirasi,

dapat

terdengar

tanpa

menggunakan stetoskop, bunyinya ditemukan pada lokasi


saluran napas atas (laring) atau trakea, disebabkan karena
adanya penyempitan pada saluran napas tersebut. Pada orang
dewasa, keadaan ini mengarahkan kepada dugaan adanya
edema laring, kelumpuhan pita suara, tumor laring, stenosis
laring yang biasanya disebabkan oleh tindakan trakeostomi
atau dapat juga akibat pipa endotrakeal.
2. Crackles : Adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat
penundaan pembukaan kembali jalan napas yang menutup.
Terdengar selama : inspirasi.
a. Fine crackles / krekels halus : Terdengar selama : akhir
inspirasi. Karakter suara : meletup, terpatah-patah.
Penyebab : udara melewati daerah yang lembab di alveoli
atau bronchioles / penutupan jalan napas kecil. Suara
seperti rambut yang digesekkan.
b. Krekels kasar : Terdengar selama : ekspirasi. Karakter
suara : parau, basah, lemah, kasar, suara gesekan
terpotong. Penyebab : terdapatnya cairan atau sekresi
pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah
ketika klien batuk.
3. Wheezing (mengi) : Adalah bunyi seperti bersiul, kontinu,
yang durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama :
inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat
ekspirasi. Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yang
menyempit/tersumbat sebagian. Dapat dihilangkan dengan
batuk.Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus
yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas
yang menyempit (seperti pada asma dan bronchitis kronik).

15

Wheezing dapat terjadi oleh karena perubahan temperature,


allergen, latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap bronkus.
4. Ronchi :Adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar
selama : ekspirasi. Penyebab : gerakan udara melewati jalan
napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi :
sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara
ngorok.
a. Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar
kontinyu terutama waktu ekspirasi disertai adanya
mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch
(menciut) misalnya pada asma dan low pitch oleh karena
secret yang meningkat pada bronkus yang besar yang
dapat juga terdengar waktu inspirasi.
b. Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang
terdengar tidak kontinyu pada waktu inspirasi seperti
bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh
secret di dalam alveoli atau bronkiolus. Ronki basah
dapat halus, sedang, dan kasar. Ronki halus dan sedang
dapat disebabkan cairan di alveoli misalnya pada
pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki kasar
misalnya pada bronkiekstatis. Perbedaan ronchi dan
mengi. Mengi berasal dari bronki dan bronkiolus yang
lebih kecil salurannya, terdengar bersuara tinggi dan
bersiul. Biasanya terdengar jelas pada pasien asma.
Ronchi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih
besar salurannya, mempunyai suara yang rendah, sonor.
Biasanya terdengar jelas pada orang ngorok.
5. Pleural friction rub : Adalah suara tambahan yang timbul
akibat

terjadinya

peradangan

pada

pleura

sehingga

permukaan pleura menjadi kasar. Karakter suara : kasar,


berciut, disertai keluhan nyeri pleura. Terdengar selama :

16

akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi. Tidak dapat


dihilangkan dengan dibatukkan. Terdengar sangat baik pada
permukaan anterior lateral bawah toraks.
Terdengar seperti bunyi gesekan jari tangan dengan kuat di
dekat telinga, jelas terdengar pada akhir inspirasi dan
permulaan ekspirasi, dan biasanya disertai juga dengan
keluhan nyeri pleura. Bunyi ini dapat menghilang ketika
nafas ditahan. Sering didapatkan pada pneumonia, infark
paru, dan tuberculosis.
6. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena
ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah),
maka

lakukanlah

cross-finger(seperti

di

atas),

lalu

lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2


jari yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu rongga
mulut dari cairan-cairan).
17. Apa saja keluhan pasien saat menderita ISPA ?
Keluhan pasien saat menderita ISPA adalah dari beberapa gejala
yang ia rasakan, seperti demam, batuk, pilek, hidung tersumbat,
paru-paru terasa tersumbat, sakit tenggorokan, suara napas seperti
napas ronkhi
18. Bagaimana cara penggunaan gamma gloublin ?
Gamma gloublin adalah sebuah antibodi yang dapat mencegah
dan melemahkan campak. Cara penggunaan gamma gloublin yaitu
diberikan dengan cara injeksi intramuskular.

BAB II

17

PEMBAHASAN

A. KONSEP ISPA
1. Definisi ISPA
Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut
mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya
National ISPA di cipanas. Istilah ini merupakan padaan istilah inggris Acute
respiratory di singkat ARI. Dalam lokakarya national ISPA tersebut ada 2
pendapat yang pertama istilah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan
pendapat yang kedua memilih ISNA (Infeksi Saluran Nafas Akut). Pada akhir
lokakarya di putuskan untuk memilih ISPA dan istilah ini juga di pakai hingga
sekarang.
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas, yang
benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) mengandung 3 (tiga) unsur yaitu
infeksi, saluran pernafasan, dan akut dengan pengertian sebagai berikut :
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksenya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan pleura ISPA
secara anatomis mencangkup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan ( rerspiratory track)

18

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.


Batas 14 hari di ambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat di golongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.
2. Etiologi ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang
komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan
infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma.
Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri
penyebab

ISPA

misalnya:

Strepto-kokus

Hemolitikus,

Stafilokokus,

Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordella Pertu-sis, dan Korinebakterium


Diffteria.
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut
menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat
perubahan musim panas ke musim hujan.
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus
(termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus
campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar
dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas
bagian atas. Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya
terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja.
Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya
lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian
bawah.
3. Klasifikasi ISPA

19

Pada tahun 1998 World Health Organization (2002) telah mempublikasikan


pola baru tatalaksana penderita ISPA. Dalam pola baru ini samping digunakan
cara diagnosis yang praktis dan sederhana dengan teknologi tepat guna juga
dipisahkan antara tatalaksana penyakit pneumonia dan tatalaksana penderita
penyakit infeksi akut telinga dan tenggorokan. Kriteria untuk menggunakan
pola tatalaksana penderita ISPA adalah: balita, dengan gejala batuk dan atau
kesukaran bernafas. Pola tatalaksana penderita ini terdiri dari 4 (empat) bagian
yaitu :
1. Pemeriksaan
2. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
3. Penentuan klasifikasi penyakit
4. Pengobatan dan tindakan
Klasifikasi penyakit dibagi berdasarkan jenis dan derajat keparahannya.
Terdapat 3 klasifikasi ISPA yaitu :
1. ISPA Ringan bukan Pneumonia
2. ISPA Sedang Pneumonia
3. ISPA Berat Pneumonia berat
Penentuan klasifikasi dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk
umur 2 bulan hingga 5 tahun.
4. Tanda dan gejala ISPA
Sebagian besar balita dengan infeksi saluran pernafasan bagian atas memberikan gejala yang amat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian
bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan

20

retraksi dada. Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi mungkin tidak mengenal
tanda-tanda lainnya dengan mudah. Selain batuk gejala ISPA pada balita juga
dapat dikenali yaitu flu, demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari
38,5oC dan disertai sesak nafas.
Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan
yaitu:
1. ISPA ringan bukan Pneumonia
2. ISPA sedang, Pneumonia
3. ISPA berat, Pneumonia berat
Khusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya di kenal ISPA berat dan
ringan (tidak ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari dua
bulan adalah bila frekuensi nafasnya cepat (60 kali per menit atau lebih) atau
adanya tarikan dinding yang kuat.
Pada dasarnya ISPA ringan tidak berkembang menjadi ISPA sedang atau
ISPA berat tapi jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang
mendapatkan perawatan atau daya tahan tubuh pasien yang kurang dapat
kemungkinan akan terjadi. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui
oleh orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa
pengamatan sederhana.
1. Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala
sebagai berikut :
a. Batuk.

21

b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara


(misalnya pada waktu berbicara atau menagis).
c. Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC atau jika dahi anak diraba
dengan punggung tangan terasa panas.
2. Gejala ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA
ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
a. Pernafasan lebih dari 50 kali/menit pada umur kurang dari satu tahun atau
lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
b. Suhu lebih dari 39oC.
c. Tenggorokan berwarna merah.
d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak.
e. Telinga sakit akan mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f. Pernafasan berbunyi seperti berdengkur
g. Pernafasan berbunyi seperti menciut-ciut.
3. Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan
atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut :
a. Bibir atau kulit membiru.

22

b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu


bernafas.
c. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun.
d. Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah.
e. Pernafasan menciut dan anak tampak gelisa.
f. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas.
g. Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba.
h. Tenggorokan berwarna merah.
5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA pada balita
antara lain:
Melanjutkan tulisan terdahulu tentang ISPA serta klasifikasi ISPA pada
Balita, maka kita perlu mengetahui beberapa faktor resiko ISPA pada Balita.
Berbagai publikasi melaporkan tentang faktor resiko yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas pneumonia. Jika dibuat daftar faktor resiko tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Faktor resiko yang meningkatkan insiden ISPA
1. Umur
2. Laki-laki
3. Gizi kurang
4. Berat badan lahir rendah
5. Tidak mendapat ASI memadai

23

6. Polusi udara
7. Kepadatan tempat tinggal
8. Imunisasi yang tidak memadai
9. Membedong anak (menyelimuti berlebihan)
10. Defisiensi vitamin A
b. Faktor resiko yang meningkatkan angka kematian ISPA
1. Umur
2. Tingkat sosial ekonomi rendah
3. Gizi kurang
4. Berat badan lahir rendah
5. Tingkat pendidikan ibu yang rendah
6. Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
7. Kepadatan tempat tinggal
8. Imunisasi yang tidak memadai
9. Menderita penyakit kronis
Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor resiko terjadinya ISPA yaitu faktor
lingkungan, faktor individu anak, serta faktor perilaku.
1. Faktor lingkungan
a. Pencemaran udara dalam rumah

24

Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan
konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru sehingga akan
memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan
ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar
tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan
karena bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah bersama-sama ibunya
sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.
Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara,
diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis, pneumonia pada anak-anak
yang tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok
umur 9 bulan dan 6 10 tahun.
b. Ventilasi rumah
Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari
ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang
optimum bagi pernapasan.
b. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zatzat pencemar lain dengan cara pengenceran udara.
c. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.
d. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.
e. Mengeluakan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh,
kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.
f. Mendisfungsikan suhu udara secara merata.

25

c. Kepadatan hunian rumah


Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri kesehatan
nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu
orang minimal menempati luas rumah 8m. Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas.
Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam
rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara
kepadatan dan kematian dari bronkopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan
bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang
tinggi pada faktor ini.
2. Faktor individu anak
a. Umur anak
Sejumlah studi yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit pernapasan
oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak dan tetap menurun
terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur 6 12 bulan.
b. Berat badan lahir
Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
mental pada masa balita. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan
lahir

normal,

terutama

pada

bulan-bulan

pertama

kelahiran

karena

pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah


terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan
lainnya.
Penelitian menunjukkan bahwa berat bayi kurang dari 2500 gram dihubungkan dengan meningkatnya kematian akibat infeksi saluran pernafasan
dan hubungan ini menetap setelah dilakukan adjusted terhadap status

26

pekerjaan, pendapatan, pendidikan. Data ini mengingatkan bahwa anak-anak


dengan riwayat berat badan lahir rendah tidak mengalami rate lebih tinggi
terhadap penyakit saluran pernapasan, tetapi mengalami lebih berat infeksinya.
c. Status gizi
Masukan zat-zat gizi yang diperoleh pada tahap pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh: umur, keadaan fisik, kondisi kesehatan-nya,
kesehatan fisiologis pencernaannya, tersedianya makanan dan aktivitas dari si
anak itu sendiri. Penilaian status gizi dapat dilakukan antara lain berdasarkan
antopometri : berat badan lahir, panjang badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas. Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting untuk
terjadinya ISPA.
Beberapa penelitian telah membuktikan tentang adanya hubungan antara
gizi buruk dan infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering
mendapat pneumonia. Disamping itu adanya hubungan antara gizi buruk dan
terjadinya campak dan infeksi virus berat lainnya serta menurunnya daya tahan
tubuh anak terhadap infeksi.
Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA
dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang
kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai
nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang,
balita lebih mudah terserang ISPA berat bahkan serangannya lebih lama.
d. Vitamin A
Sejak tahun 1985 setiap enam bulan Posyandu memberikan kapsul 200.000
IU vitamin A pada balita dari umur satu sampai dengan empat tahun. Balita
yang mendapat vitamin A lebih dari 6 bulan sebelum sakit maupun yang tidak
pernah mendapatkannya adalah sebagai resiko terjadinya suatu penyakit
sebesar 96,6% pada kelompok kasus dan 93,5% pada kelompok kontrol.

27

Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan imunisasi akan


menyebabkan peningkatan titer antibodi yang spesifik dan tampaknya tetap
berada dalam nilai yang cukup tinggi. Bila antibodi yang ditujukan terhadap
bibit penyakit dan bukan sekedar antigen asing yang tidak berbahaya, niscaya
dapatlah diharapkan adanya perlindungan terhadap bibit penyakit yang
bersang-kutan untuk jangka yang tidak terlalu singkat. Karena itu usaha massal
pemberian vitamin A dan imunisasi secara berkala terhadap anak-anak
prasekolah seharusnya tidak dilihat sebagai dua kegiatan terpisah. Keduanya
haruslah dipandang dalam suatu kesatuan yang utuh, yaitu meningkatkan daya
tahan tubuh dan perlindungan terhadap anak Indonesia sehingga mereka dapat
tumbuh, berkembang dan berangkat dewasa dalam keadaan yang sebaikbaiknya.
e. Status Imunisasi
Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat akan mendapat
kekebalan alami terhadap pneumonia sebagai komplikasi campak. Sebagian
besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusis, campak, maka
peningkatan

cakupan

imunisasi

akan

berperan

besar

dalam

upaya

pemberantasan ISPA.
Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA, diupaya-kan
imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap
bila menderita ISPA dapat diharapkan perkenbangan penyakitnya tidak akan
menjadi lebih berat. Cara yang terbukti paling efektif saat ini adalah dengan
pemberian imunisasi campak dan pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak
yang efektif sekitar 11% kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan
imunisasi pertusis (DPT) 6% kematian pneumonia dapat dicegah.
3. Faktor perilaku

28

Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada


bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA di keluarga baik
yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya. Keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi.
Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan,
maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
Peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting
karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam
masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh kita
semua karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan
anggota keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan
terampil menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya sakit.
Keluarga perlu mengetahui serta mengamati tanda keluhan dini pneumonia
dan kapan mencari pertolongan dan rujukan pada sistem pelayanan kesehatan
agar penyakit anak balitanya tidak menjadi lebih berat. Berdasarkan hal
tersebut dapat diartikan dengan jelas bahwa peran keluarga dalam praktek
penanganan dini bagi balita sakit ISPA sangatlah penting, sebab bila praktek
penanganan ISPA tingkat keluarga yang kurang/buruk akan berpengaruh pada
perjalanan penyakit dari yang ringan menjadi bertambah berat.
6. Patofisiologi ISPA
Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi
oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul
mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di
rongga
hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan
fagositosis. Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri
pathogen dapat melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya
terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan atas maupun bawah.

29

7. Pencegahan dan penatalaksanaan


Pencegahan dan penatalaksanaan ISPA meliputi langkah dan tindakan
sebagai berikut :
Upaya pencegahan
Pencegahan dapat di lakukan dengan baik :
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
b. Imunisasi
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
e. Pengobatan segera
Pengobatan dan perawatan
a. Meningkatkan istirahat minimal 8 jam per hari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menyusui.

30

Pengobatan pada ISPA antara lain :


a. Pneumonia berat: dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur
infus, diberikan oksigen dan sebagainya.
b. Pneumonia: diberi obat antibiotik melalui mulut. Pilihan obatnya
Kontrimoksasol, jika terjadi alergi/ tidak cocok dapat diberikan Amoksilin,
Penisilin, Ampisilin.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antobiotik. Diberikan perawatan
dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat tadisional atau obat batuk lain yang
tidak mengandung zat yang merugikan.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya
bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening di leher, dianggab
sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi
antibiotik selama 10 hari.
Pemberantasan ISPA dapat dilakukan dengan :
1. Penyuluhan kesehatan yang terutama ditunjukkan pada para ibu
2. Pengelolahan kasus yang disempurnakan
3. Imunisasi
Pencegahan ISPA
1. Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukannya ketika merawat
anak yang terinfeksi pernapasan.
2. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya
untuk menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.

31

3. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir


minuman, baju cuci atau handuk.
4. Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus pernapasan,
mencuci tangan dan jangan menyentuh mata atau hidungmu.
5. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi
mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan
dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
6. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
7. Hindari anak dari paparan asap rokok.
Kriteria yang digunakan untuk pola tatalaksana panderita ISPA pada anak
adalah anak dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas
yaitu:
1. Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi gejala yang ada pada
penderita.
2. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya Tanda bahaya, pada bayi umur
kurang dari 2 bulan adalah tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun,
Stridor, Wheezing, Demam atau dingin. Tanda bahaya pada umur 2 bulan
sampai < 5 tahun adalah tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun,
Stridor dan gizi buruk.
3. Tindakan dan Pengobatan Pada penderita umur < 2 bulan yang terdiagnosa
pneumonia berat, harus segera dibawah ke sarana rujukan dan diberi
antibiotik 1 dosis.
Pada penderita umur 2 bulan sampai < 5 tahun yang terdiagnosa pneumonia
dapat dilakukan perawatan rumah, pemberian antibiotik selama 5 hari,

32

pengontrolan dalam 2 hari atau lebih cepat bila penderita memburuk, serta
pengobatan demam dan yang ada. Penderita di rumah untuk penderita
Pneumonia umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun, meliputi :
1. Pemberian makanan yang cukup selama sakit dan menambah jumlahnya
setelah sembuh.
2. Pemberian cairan dengan minum lebih banyak dan meningkatkan
pemberian Asi.
3. Pemberian obat pereda batuk dengan ramuan, yang aman dan sederhana.
Penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang terdiagnosa
pneumonia berat segera dikirim ke rujukan, diberi antibiotik 1dosis serta
analgetik sebagai penurun demam dan wheezing yang ada. Penderita yang
diberi antibiotik, pemeriksaan harus kembali dilakukan 2 hari. Jika
keadaan penderita membaik, pemberian antibiotik dapatditeruskan. Jika
keadaan penderita tidak berubah, antibiotik harus diganti atau penderita
dikirim ke sarana rujukan.Obat yang digunakan untuk penderita
pneumonia adalah tabletkotrimoksasol 480 mg, kotrimoksasol 120 mg,
tablet parasetamol 500 mg dan tablet parasetamol 100 mg
8. Perawatan ISPA di rumah
Untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa hal yang perlu dikerjakan
seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA yang antara lainnya
:
a. Mengatasi panas ( demam )
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 bulan demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk.
a. Mengatasi batuk
33

Dianjurkan memberi obat yang aman yaitu dengan ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis sendok the dicampur dengan kecap atau madu sendok the,
diberikan tiga kali sehari.
b. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang
yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada
bayi yang menyusui tetap diteruskan.
c. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersikan hidung yang
berguna untuk mempercepat kesenambungan dan meng-hindari komplikasi
yang lebih parah.
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi
cukup, tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas
usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5
hari penuh dan untuk penderita yang mendapat antibiotik, usahakan agar
setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan.
9. Kegiatan yang dilakukan kader kesehatan pada ISPA
Kegiatan yang dapat dilakukan kader kesehatan pada ISPA adalah :
a. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk
pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada
ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang
anaknya menderita penyakit.

34

b. Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek


(bukan pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk
tradisional obat batuk putih.
c. Merujuk kasus pneumonia berat ke puskesmas/rumah sakit
terdekat.
d. Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di
daerah-daerah

yang

terpencil

(atau

bila

cakupan

layanan

puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi


wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat) dengan
antibiotik kontrimoksasol.
e. Mencatat kasus yang ditolang dan dirujuk.

35

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada
anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut
muncul secara bersamaan. penyebab ISPA yaitu virus, bakteri, alergen
spesifik, perubahan cuaca dan lingkungan, aktifitas, dan asupan gizi yang
kurang. Komplikasi ISPA adalah asma, demam kejang, tuli, syok.
Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan penbaikan gizi dan peningkatan
gizi pada balita penyusunan atau pengaturan menu, cara pengolahan
makanan, variasi menu, perbaikan dan.sanitasi lingkungan, pemeliharaan
kesehatan perorangan.
B. SARAN
Untuk mengurangi angka kejadian ISPA pada balita, dalam hal ini
penulis menyarankan agar semua pihak baik keluarga maupun instansi
kesehatan lebih memperhatikan pola hidup sehat dan tidak membuang
batuk sembarangan dan mengolah makanan sebaik mungkin.
Adapun saran yang dapat kelompok kami sampaikan adalah
hendaknya mahasiswa dapat memahami dengan baik kosep ISPA sehingga
nanti dapat memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan tepat dan
tetap sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang diharapkan.

36

Anda mungkin juga menyukai