PENDAHULUAN
A. SKENARIO
Anak Tina (4 tahun) dibawa oleh orang tuanya ke poli spesialis
anak RS ULIN karena gejala batuk dan demam. Berdasarkan hasil
pemeriksaan,
An.Tina
didiagnosa
ISPA oleh
dokter.
Pengkajian
B. ANALISIS KASUS
1. LANGKAH 1 (KLARIFIKASI/IDENTIFIKASI ISTILAH)
a. Auskultasi adalah mendengarkan bynyi yang dihasilkan oleh tubuh
menggunakan stetoskop (secara tidak langsung), telinga yang
diletakkan didada (secara langsung). Mendengarkan suara paruparu, dan usus.
b. Nafas Ronkhi adalah suara yang dihassilkan jalan nafas yang
penuh cairan. Suara gaduh yang dalam dari bronkus dan
bronkiolus.
c. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi yang parah
pada bagian sinus tenggorokan saluran udara paru-paru. ISPA
terjadi di bronki dan paru-paru.
a.
Batuk
berdahak
(respon
terjadinya
peradangan
pada
tenggorokan)
b. Batuk kering (alergi)
15. Suara napas ronkhi termasuk suara napass abnormal (bunyi bising
pada daerah paru-paru).
4. LANGKAH 4 (MENDAFTAR SEMUA PENJELASAN)
KONSEP
ISPA
Definisi
Komplikasi
Jenis-Jenis
Etiologi
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Medis
Pemeriksaan
Diagnostik
Manifestasi
Klinis
Batuk
Kering
Berdahak
Implementasi
A. PENGKAJIAN
1. Head to toe
2. Review of System
6
Evaluasi
Etiology
Penyakit
Problem
Hipertermia
Etiology
Mukus
Problem
Ketidakefektifan
dalam
Jalan Napas
jumlah
o Demam
o Tanda vital : suhu 39C per
oral
DS:
o -
Sign/symptom
DO:
berlebiha
n
Bersihan
DS:
o -
Sign/symptom
DO:
Etiology
Sindrom
Hipoventilas
Problem
Ketidakefektifan Pola Napas
tidak
dapat
mengeluarkan dahaknya
DS:
o -
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia
Hipertermia berhubungan dengan penyakit ditandai dengan demam dan
suhu 39C per oral.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan mukus
dalam jumlah berlebihan ditandai dengan batuk berdahak, Suara nafas
ronkhi, anak tidak dapat mengeluarkan dahaknya.
3. Ketidakefektifan Pola Napas
Ketidakefektifan Pola Napas
berhubungan
dengan
sindrom
1. Hipertermia (00006)
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
3. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
1. Hipertermia (00006)
Definisi
Temperatur tubuh meningkat di atas rata-rata normal.
Batasan Karakteristik
Kejang
Kulit memerah
Peningkatan temperatur tubuh di atas rata-rata normal
Kejang
Kulit hangat ketika disentuh
Takikardia
Takipneu
Berhubungan dengan gangguan proses penyakit.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Definisi
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi dari saluran
pernafasan untuk menjaga bersihan jalan nafas.
Batasan Karakterisik
Tidak adanya batuk
Suara nafas tambahan
Perubahan respirasi rate
Berubahan irama respirasi
Kesulitan bersuara
Sesak nafas
Sputum berlebih
Ketidakefektifan batuk
Berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebih.
3. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
Definisi
10
Ineffective)
Airway Management
Airway Suctioning
Respiratory Monitoring
Vital Sign Monitoring
Medication Management
Ineffective)
Airway Management
Respiratory Monitoring
Vital Sign Monitoring
Medication Management
D. NURSING OUTCOME
1. Hipertermia
11
NOC
a) Vital Sign
b) Thermoregulation
c) Hydration
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
NOC
a) Respiratory Status : Airway Patency
b) Vital Signs
c) Symptom Control
d) Respiratory status
e) Respiratory status : Gas Exchange
f) Respiratory status : Ventilation
3. Ketidakefektifan Pola Napas
NOC
a) Respiratory status
b) Respiratory status : Ventilation
c) Respiratory status : Gas Exchange
d) Respiratory status : Airway Patency
E. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik (iyer et al., 1996).
Tujuan & hasil yang diperkirakan dapat dicapai & diselesaikan
F. EVALUASI
1. Kognitif
2. Psikomotorik
3. Afektif
4. Perubahan Fungsi Tubuh dan Gejala
Hasil Evaluasi
1. Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan
12
Wa
impele
No.
ND
ktu
ntasi
ND
/ tgl
1. a
Waktu / tgl
Evaluasi
S (subjektif)
2. b
O (objektif)
3. c
A (analisa)
P (perencanaan)
II
1. a
II
S (subjektif)
2. b
O (objektif)
3. c
A (analisa)
P (perencanaan)
G.DOKUMENTAS
11. Sebutkan prinsip perawatan dari ISPA !
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
dengan sapu tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis
tidak terlalu ketat.
13
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila
anak tersebut masih menetek
12. Apa saja tanda dan gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan ?
1.
14
1. Stridor : yaitu suara yang terdengar kontinu (tidak terputusputus), bernada tinggi yang terjadi baik pada saat inspirasi
maupun
pada
saat
ekspirasi,
dapat
terdengar
tanpa
15
terjadinya
peradangan
pada
pleura
sehingga
16
lakukanlah
cross-finger(seperti
di
atas),
lalu
BAB II
17
PEMBAHASAN
A. KONSEP ISPA
1. Definisi ISPA
Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut
mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya
National ISPA di cipanas. Istilah ini merupakan padaan istilah inggris Acute
respiratory di singkat ARI. Dalam lokakarya national ISPA tersebut ada 2
pendapat yang pertama istilah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan
pendapat yang kedua memilih ISNA (Infeksi Saluran Nafas Akut). Pada akhir
lokakarya di putuskan untuk memilih ISPA dan istilah ini juga di pakai hingga
sekarang.
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas, yang
benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) mengandung 3 (tiga) unsur yaitu
infeksi, saluran pernafasan, dan akut dengan pengertian sebagai berikut :
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksenya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan pleura ISPA
secara anatomis mencangkup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan ( rerspiratory track)
18
ISPA
misalnya:
Strepto-kokus
Hemolitikus,
Stafilokokus,
19
20
retraksi dada. Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi mungkin tidak mengenal
tanda-tanda lainnya dengan mudah. Selain batuk gejala ISPA pada balita juga
dapat dikenali yaitu flu, demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari
38,5oC dan disertai sesak nafas.
Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan
yaitu:
1. ISPA ringan bukan Pneumonia
2. ISPA sedang, Pneumonia
3. ISPA berat, Pneumonia berat
Khusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya di kenal ISPA berat dan
ringan (tidak ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari dua
bulan adalah bila frekuensi nafasnya cepat (60 kali per menit atau lebih) atau
adanya tarikan dinding yang kuat.
Pada dasarnya ISPA ringan tidak berkembang menjadi ISPA sedang atau
ISPA berat tapi jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang
mendapatkan perawatan atau daya tahan tubuh pasien yang kurang dapat
kemungkinan akan terjadi. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui
oleh orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa
pengamatan sederhana.
1. Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala
sebagai berikut :
a. Batuk.
21
22
23
6. Polusi udara
7. Kepadatan tempat tinggal
8. Imunisasi yang tidak memadai
9. Membedong anak (menyelimuti berlebihan)
10. Defisiensi vitamin A
b. Faktor resiko yang meningkatkan angka kematian ISPA
1. Umur
2. Tingkat sosial ekonomi rendah
3. Gizi kurang
4. Berat badan lahir rendah
5. Tingkat pendidikan ibu yang rendah
6. Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
7. Kepadatan tempat tinggal
8. Imunisasi yang tidak memadai
9. Menderita penyakit kronis
Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor resiko terjadinya ISPA yaitu faktor
lingkungan, faktor individu anak, serta faktor perilaku.
1. Faktor lingkungan
a. Pencemaran udara dalam rumah
24
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan
konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru sehingga akan
memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan
ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar
tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan
karena bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah bersama-sama ibunya
sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.
Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara,
diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis, pneumonia pada anak-anak
yang tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok
umur 9 bulan dan 6 10 tahun.
b. Ventilasi rumah
Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari
ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang
optimum bagi pernapasan.
b. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zatzat pencemar lain dengan cara pengenceran udara.
c. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.
d. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.
e. Mengeluakan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh,
kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.
f. Mendisfungsikan suhu udara secara merata.
25
normal,
terutama
pada
bulan-bulan
pertama
kelahiran
karena
26
27
cakupan
imunisasi
akan
berperan
besar
dalam
upaya
pemberantasan ISPA.
Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA, diupaya-kan
imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap
bila menderita ISPA dapat diharapkan perkenbangan penyakitnya tidak akan
menjadi lebih berat. Cara yang terbukti paling efektif saat ini adalah dengan
pemberian imunisasi campak dan pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak
yang efektif sekitar 11% kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan
imunisasi pertusis (DPT) 6% kematian pneumonia dapat dicegah.
3. Faktor perilaku
28
29
30
31
32
pengontrolan dalam 2 hari atau lebih cepat bila penderita memburuk, serta
pengobatan demam dan yang ada. Penderita di rumah untuk penderita
Pneumonia umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun, meliputi :
1. Pemberian makanan yang cukup selama sakit dan menambah jumlahnya
setelah sembuh.
2. Pemberian cairan dengan minum lebih banyak dan meningkatkan
pemberian Asi.
3. Pemberian obat pereda batuk dengan ramuan, yang aman dan sederhana.
Penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang terdiagnosa
pneumonia berat segera dikirim ke rujukan, diberi antibiotik 1dosis serta
analgetik sebagai penurun demam dan wheezing yang ada. Penderita yang
diberi antibiotik, pemeriksaan harus kembali dilakukan 2 hari. Jika
keadaan penderita membaik, pemberian antibiotik dapatditeruskan. Jika
keadaan penderita tidak berubah, antibiotik harus diganti atau penderita
dikirim ke sarana rujukan.Obat yang digunakan untuk penderita
pneumonia adalah tabletkotrimoksasol 480 mg, kotrimoksasol 120 mg,
tablet parasetamol 500 mg dan tablet parasetamol 100 mg
8. Perawatan ISPA di rumah
Untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa hal yang perlu dikerjakan
seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA yang antara lainnya
:
a. Mengatasi panas ( demam )
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 bulan demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk.
a. Mengatasi batuk
33
Dianjurkan memberi obat yang aman yaitu dengan ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis sendok the dicampur dengan kecap atau madu sendok the,
diberikan tiga kali sehari.
b. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang
yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada
bayi yang menyusui tetap diteruskan.
c. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersikan hidung yang
berguna untuk mempercepat kesenambungan dan meng-hindari komplikasi
yang lebih parah.
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi
cukup, tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas
usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5
hari penuh dan untuk penderita yang mendapat antibiotik, usahakan agar
setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan.
9. Kegiatan yang dilakukan kader kesehatan pada ISPA
Kegiatan yang dapat dilakukan kader kesehatan pada ISPA adalah :
a. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk
pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada
ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang
anaknya menderita penyakit.
34
yang
terpencil
(atau
bila
cakupan
layanan
35
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada
anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut
muncul secara bersamaan. penyebab ISPA yaitu virus, bakteri, alergen
spesifik, perubahan cuaca dan lingkungan, aktifitas, dan asupan gizi yang
kurang. Komplikasi ISPA adalah asma, demam kejang, tuli, syok.
Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan penbaikan gizi dan peningkatan
gizi pada balita penyusunan atau pengaturan menu, cara pengolahan
makanan, variasi menu, perbaikan dan.sanitasi lingkungan, pemeliharaan
kesehatan perorangan.
B. SARAN
Untuk mengurangi angka kejadian ISPA pada balita, dalam hal ini
penulis menyarankan agar semua pihak baik keluarga maupun instansi
kesehatan lebih memperhatikan pola hidup sehat dan tidak membuang
batuk sembarangan dan mengolah makanan sebaik mungkin.
Adapun saran yang dapat kelompok kami sampaikan adalah
hendaknya mahasiswa dapat memahami dengan baik kosep ISPA sehingga
nanti dapat memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan tepat dan
tetap sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang diharapkan.
36