Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBHASAN

2.1 PERENCANAAN PAJAK INTERNASIONAL


Isu bisnis internasional saat ini telah memegang peranan penting. Dengan demikian
perencanaan pajak secara internasional juga menjadi semakin penting. Transakasi
internasional termasuk di dalamnya transaksi pajak internasional akan menjadi bagian
bisnis yang tidak efisien apabila tidak direncanakan dengan baik.
Di satu sisi perencanaan pajak internasional memiliki cakupan yang lebih luas dari pada
perencanaan pajak domestik. Di sisi lain, karena sangat terlibat dengan undang-undang dan
peraturan dari dua negara atau lebih, maka perencanaan pajak internasional menjadi salah
satu area yang kompleks.
Sasaran utama dari perusahaan domestik dalam kaitannya dengan pajak adalah
mengurangi pajak nasional/domestik dan pajak asing atas pendapatan yang berasal dari luar
negeri. Pajak asing akan meningkatkan biaya pajak perusahaan domestik secara total dan
pajak tersebut tidak seluruhnya dapat dikreditkan dari pajak domestik.
Pembayar pajak dapat meningkatkan efisiensi biaya pajak asing ini melalui rencana
pengurangan pajak asing atau melalui rencana peningkatan porsi pajak asing yang dapat
dikreditkan.
Perpajakan Internasional merupakan alat untuk mengetahui perbedaan pajak dalam
negeri dan memajukan perdagangan antar negara, mendorong laju investasi di masing-masing
negara, pemerintah berusaha untuk meminimalkan pajak yang menghambat perdagangan dan
investasi tersebut. Ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dipahami dalam Perpajakan
Internasional menurut Doernberg (1989) menyebut 3 unsur netralitas yang harus dipenuhi
dalam kebijakan perpajakan internasional yaitu Capital Export Neutrality (Netralitas Pasar
Domestik), Capital Import Neutrality (Netralitas Pasar Internasional) dan National Neutrality.
2.2 Rencana Pengurangan Pajak Asing
Ada banyak teknik pengurangan pajak asing yang dapat dipakai oleh pembayar pajak.
Secara umum teknik-teknik ini sama dengan yang digunakan untuk pengurangan pajak
1

domestik. Beberapa di antaranya termasuk merealisir pendapatan dalam bentuk yang


memungkinkan pengenaan tarif pajak rendah, penundaan pengakuan pendapatan kotor, dan
mempercepat pengakuan biaya. Teknik lain dapat bersifat unik seperti memanfaatkan
keuntungan

dari

insenif

pajak

lokal,

pembiayaan

hutang, transfer

pricing,

dan

pemanfaatan tax treaty.


1. Insentif Pajak Lokal
Salah satu metode pengurangan beban pajak asing adalah dengan memanfaatkan
pengecualian pajak dan tax holiday dari berbagai negara. Sebagai contoh, Irlandia
memberikan pengurangan tarif dalam memajakai keuntungan perusahaan manufaktur yang
didirikan di sana, Singapura menawarkan tax holiday bagi perusahaan manufaktur yang
bergerak dalam bidang teknologi maju, Puerto Rico memberikan pengecualian pajak untuk
perusahaan tertentu yang mendirikan pabrik di sana, Belgia menawarkan potongan pajak bagi
pusat distribusi yang didirikan di sana, dan Swiss menawarkan tarif pajak rendah untuk
kantor pusat perusahaan yang didirikan di sana.
2. Pembiayaan Hutang
Pembiayaan cabang perusahaan yang pendapatannya menjadi obyek pajak bertarif
tinggi dapat usahakan agar mendorong terciptanya pengurangan biaya bunga dan pembayaran
dividen semaksimal mungkin.
2.3 Prinsip-prinsip yang harus dipahami dalam perpajakan internasional
Doernberg (1989) menyebut 3 unsur netralitas yang harus dipenuhi dalam kebijakan
perpajakan internasional:
1. Capital Export Neutrality (Netralitas Pasar Domestik): Kemanapun kita berinvestasi,
beban pajak yang dibayar haruslah sama. Sehingga tidak ada bedanya bila kita
berinvestasi di dalam atau luar negeri. Maka jangan sampai bila berinvestasi di luar
negeri, beban pajaknya lebih besar karena menanggung pajak dari dua negara. Hal ini
akan melandasi UU PPh Psl 24 yang mengatur kredit pajak luar negeri.
2. Capital Import Neutrality (Netralitas Pasar Internasional): Darimanapun investasi
berasal, dikenakan pajak yang sama. Sehingga baik investor dari dalam negeri atau
luar negeri akan dikenakan tarif pajak yang sama bila berinvestasi di suatu negara.
Hal ini melandasi hak pemajakan yang sama denagn Wajib Pajak Dalam Negeri
(WPDN) terhadap permanent establishment (PE) atau Badan Uasah Tetap (BUT)
yang dapat berupa cabang perusahaan ataupun kegiatan jasa yang melewati time-test
dari peraturan yang berlaku.
2

3. National Neutrality: Setiap negara, mempunyai bagian pajak atas penghasilan yang
sama. Sehingga bila ada pajak luar negeri yang tidak bisa dikreditkan boleh
dikurangkan sebagai biaya pengurang laba.
2.4 Masalah-masalah dalam perpajakan internasional
1. Transfer Pricing: Kegiatan ini adalah mentransfer laba dari dalam negeri ke
perusahaan dengan hubungan istimewa di negara lain yang tarif pajaknya lebih
rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan membayar harga penjualan yang lebih rendah
dari harga pasar, membiayakan biaya-biaya lebih besar daripada harga yang wajar,
thin capitalization (memperbesar utang dengan beban bunga untuk mengurangi laba).
Misalnya: tarif pajak di Indonesia 28%, di Singapura 25%. PT A punya anak
perusahaan B Ltd di Singapura, maka laba di PT A dapat digeser ke B Ltd yang
tarifnya lbh kecil dengan cara B LTd meminjamkan uang dengan bunga yang besar,
sehingga laba PT A berkurang, memang pendapatan B Ltd bertambah namun tarif
pajaknya lebih kecil. Hal bisa juga dilakukan dengan PT A menjual rugi (mark down)
barang dan jasa (harga jual di bawah ongkos produksinya) ke B Ltd. Di Indonesia,
transfer pricing dicegah dalam UU PPh pasal 18 dimana pihak fiskus berhak
mengkoreksi harga transaksi, penghitungan utang sebagai modal dan DER (Debt
Equity Ratio).
2. Treaty Shopping: Fasilitas di tax treaty justru bukannya menghindarkan pajak
berganda namun malah memberi kesempatan bagi subjek pajak untuk tidak dikenakan
pajak dimana-mana. Misalnya: Investasi SBI di bursa singapura dibebaskan pajak.
Treaty Shopping diredam dengan ketentuan beneficial owner (penerima manfaat)
dalam tax treaty (P3B) baik yang memakai model OECD maupun PBB sehingga tax
treaty hanya berlaku bila penerima manfaat yang sebenarnya adalah residen di negara
yang menandatangani tax treaty. Tax treaty adalah perjanjian perpajakan antara dua
negara yang dibuat dalam rangka meminimalisir pemajakan berganda dan berbagai
usaha penghindaran pajak. Perjanjian ini digunakan oleh penduduk dua negara untuk
menentukan aspek perpajakan yang timbul dari suatu transaksi di antara mereka.
Penentuan aspek perpajakan tersebut dilakukan berdasarkan klausul-klausul yang
terdapat dalam tax treaty yang bersangkutan sesuai jenis transaksi yang sedang
dihadapi.

Setiap tax treaty mempunyai prinsip-prinsip dasar yang kurang lebih sama, sebagai
bagian dari konvensi internasional di mana setiap negara yang terlibat dalam suatu tax treaty
menyusun treaty-nya masing-masing berdasarkan model-model perjanjian yang diakui secara
internasional. Di dunia ini, ada dua model treaty yang sering dijadikan acuan dalam
menyusun suatu treaty yaitu model OECD dan model PBB.
Memahami treaty yang berlaku antara suatu negara dengan negara lainnya, bisa dimulai
dengan memahami prinsip-prinsip dasar tersebut. Dalam kenyataannya, memahami suatu tax
treaty tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bahasa yang digunakan, jumlah
klausul yang cukup banyak, pemahaman seseorang tentang dasar-dasar perpajakan dan
berbagai sebab lainnya merupakan hal yang dapat mempengaruhi kesulitan tersebut. Dengan
memahami prinsip-prinsip dasar dan prinsip umum yang berlaku dalam suatu treaty,
seseorang akan menjadi lebih mudah memahami suatu treaty yang secara spesifik berlaku
untuk negara tertentu.
Sebagai suatu perjanjian, sebuah treaty adalah kontrak yang mengikat suatu negara
dengan negara lain dalam hal perlakuan perpajakan. Oleh sebab itu, di dalamnya selalu berisi
klausul-klausul, pasal-pasal dan ayat-ayat yang berkaitan dengan suatu aspek transaksi dan
pihak tertentu tertentu. Pasal-pasal atau ayat-ayat (article atau artikel) yang terdapat dalam
sebuah tax treaty pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi empat bagian besar yaitu
bagian yang mengungkapkan cakupan tax treaty, bagian yang mengatur minimalisasi
pengenaan pajak berganda, bagian tentang pencegahan penghindaran pajak dan bagian yang
mencakup hal-hal lainnya.
Semua bagian itu cenderung lebih mudah dipahami dari pada berbagai definisi, istilah dan
pengertian yang sering disebutkan dalam suatu tax treaty. Berbagai definisi, istilah dan
pengertian inilah yang menjadi lebih penting untuk dipahami setiap pihak khususnya
berkaitan dengan kepentingan dalam praktek bisnis sehari-hari.
2.5 Cakupan Tax Treaty
1. Personal Scope
Pasal dan ayat ini mengatur tentang kepada siapa sajakah ketentuan dalam treaty yang
bersangkutan bisa diterapkan. Di sini diatur ketentuan tentang siapa saja yang merupakan
orang pribadi, badan usaha dan entitas lainnya yang berdasarkan treaty tersebut dianggap
sebagai penduduk dari salah satu negara yang terikat perjanjian termasuk di dalamnya orang
pribadi, badan atau entitas lainnya yang dianggap sebagai penduduk dengan status
kependudukan ganda (double residence).
4

Biasanya, di sini tidak diartikan lebih lanjut definisi mengenai penduduk maupun
perihal kependudukan ganda. Kedua hal tersebut diatur dalam klausul lain yaitu dalam
klausul tentang general definitions dan tentang residence. Oleh karena itu, pengertian
personal scope berkaitan erat dengan pengertian-pengertian dalam dua klausul tersebut.
2. Taxes Covered
Di sini diatur tentang jenis-jenis pajak yang perlakuannya menggunakan ketentuan
dalam tax treaty yang bersangkutan. Jenis pajak yang diatur di sini akan mengikuti ketentuan
sesuai tax treaty dan mengabaikan ketentuan internal yang berlaku di masing-masing negara.
Dalam beberapa hal, ketentuan suatu tax treaty memiliki kekuatan yang berada di atas sistem
perundang-undangan yang berlaku secara internal di dalam suatu negara.
Aturan dalam tax treaty hanya diberlakukan untuk jenis pajak langsung seperti Pajak
Penghasilan (PPh). Atas pajak tidak langsung seperti Pajak Pertambahan Nilai atau pajak
yang dipungut oleh pemerintah daerah tidak diatur dalam tax treaty. Dalam ketentuan
umumnya (general definitions), diatur tentang definisi istilah-istilah umum yang berkaitan
dengan definisi persons (orang atau badan), national (negara atau kearganegaraan),
international traffic (lalu lintas internasional), enterprise (badan usaha) dan lain-lain.
3. Residence
Di sini diatur tentang dua hal yaitu definisi penduduk (berkaitan dengan personal
scope) serta tie breaker rule yaitu ketentuan yang menentukan tidak berlakunya status
residence atas suatu pihak dengan karakteristik tertentu. Definisi penduduk sebagaimana
diatur dalam paragraf pertama klausul ini adalah setiap orang pribadi atau badan yang
berdasarkan ketentuan internal suatu negara seperti keberadaan, domisili, tempat
kedudukan manajemen atau sebab-sebab lain yang mempunyai karakteristik yang sama
dapat dikenai pajak di negara tersebut. Dengan kata lain, penduduk adalah Subjek Pajak
dalam negeri suatu negara yang dikenai pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
lokal yang berlaku di negara tersebut.
Klausul ini juga menegaskan bahwa orang pribadi atau badan tidak dapat langsung
dianggap sebagai penduduk suatu negara hanya karena mendapatkan penghasilan yang
bersumber dari negara tersebut. Dalam prakteknya, orang pribadi atau badan dapat dianggap
sebagai penduduk dari dua negara berdasarkan azas world wide income yang dianut. Hal ini
bisa terjadi karena setiap negara pada dasarnya berhak mengatur definisi penduduk sesuai
dengan versinya masing-masing.
Diperlakukan sebagai penduduk dari dua negara sekaligus dalam konteks
pemajakan berganda sama sekali bukan hal yang menyenangkan. Pasalnya, orang pribadi
5

atau perseroan yang bersangkutan dapat dikenai pajak sesuai ketentuan pajak yang masingmasing berlaku di kedua negara tersebut. Jika kedua negara sama-sama menganut prinsip
world wide income, dapat dibayangkan betapa berat beban pajak yang harus ditanggung oleh
pihak yang bersangkutan. Apabila kondisi seperti ini tetap dibiarkan, tentunya akan
membawa dampak negatif terhadap kelancaran investasi salah satu negara karena pihak
tersebut cenderung tidak berinvestasi guna menghindari beban pajak yang terlalu besar.
Menyadari efek-efek negatif tersebut, artikel residence selanjutnya mengatur langkah yang
dapat digunakan untuk menghilangkan status kependudukan ganda yang sering disebut
dengan tie breaker rule.
Tie breaker rule dibedakan menjadi dua yaitu yang diterapkan untuk orang pribadi
dan yang diterapkan untuk selain orang pribadi. Tie breaker rule untuk orang pribadi terdiri
dari penentuan permanent home (tempat tinggal tetap), center of economic and social
interests (pusat kepentingan ekonomi dan sosial), habitual abode (tempat kebiasaan untuk
tinggal), national (kewarganegaraan) serta mutual agreement (perjanjian antar otoritas
perpajakan).
Langkah-langkah tersebut di atas secra berurutan bersifat prioritas. Artinya, apabila
dengan menggunakan ketentuan pertama masalah kependudukan ganda telah bisa
dipecahkan, maka langkah kedua dan seterusnya tidak perlu digunakan lagi.
Sementara itu tie breaker rule untuk pihak selain orang pribadi hanya ada satu ketentuan yaitu
tempat di mana manajemennya efektif berada.
4. Permanent Establishment
Klausul ini mengatur tentang seberapa jauh jangkauan suatu negara dalam
mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber dari negara tersebut.
Pada zaman sekarang, suatu usaha tidak hanya dilakukan di negara sendiri. Di negara lain
pun suatu pihak melakukan usaha. Apabila usaha di negara lain itu sebut saja negara X
ternyata berhasil, adalah hal yang logis jika otoritas pajak di negara X ingin mengenakan
pajak atas penghasilan yang diterima.
Namun berkaitan dengan keinginan tersebut, tentu harus ada batas-batas atau aturan
yang jelas hingga bisnis yang dilakukan yang sekaligus merupakan investasi di negara X
tetap dapat berjalan dengan baik. Cerminan dari batas atau aturan tersebut adalah ketentuan
tentan permanent establishment atau bentuk usaha tetap (BUT).
Contoh-contoh dari BUT dapat dikategorikan menjadi empat macam yaitu:
1. BUT Fasilitas Fisik

BUT tipe ini merupakan tipe yang paling mudah diketahui keberadaannya. BUT
timbul karena adanya fasilitas fisik seperti gedung, kantor perwakilan, pabrik, bengkel dan
lain-lain;
2. BUT Aktivitas
Timbulnya BUT tipe ini ditandai dengan adanya aktivitas yang melebihi batas waktu
tertentu (time test) yang dilakukan di negara lain. Aktivitas tersebut bisa berupa pelaksanaan
berbagai macam jasa (seperti jasa konstruksi atau jasa-jasa lainnya). Lamanya time test yang
digunakan dapat berbeda-beda antara satu tax treaty dan tax treaty yang lain. Time test ini
disesuaikan dengan kesepakatan dari kedua negara;
3. BUT Asuransi
Timbulnya BUT asuransi ditandai dengan keadaan di mana suatu perusahaan asuransi
menerima premi atau menanggung risiko di negara lain;.
4. BUT Keagenan
BUT tipe keagenan timbul jika terdapat agen di negara lain yang memiliki wewenang
untuk menentukan kontrak atau mengurus barang-barang dagang di negara lain.
Di dalam klausul ini juga ditentukan kondisi-kondisi di mana BUT dianggap tidak
muncul seperti dalam hal suatu tempat yang hanya berfungsi untuk memajang barang-barang
dagangan, tempat yang hanya digunakan untuk pembelian barang dagangan atau
mengumpulkan informasi dan sebagainya.
1. Entry Into Force
Klausul ini menjelaskan tentang saat berlakunya sebuah tax treaty. Saat berlakunya
tax treaty sangat tergantung dari selesainya tahap-tahap pembentukannya. Pembentukan
sebuah tax treaty yang dimulai dari penandatanganan oleh kedua otoritas yang berwenang
dan dilanjutkan dengan ratifikasi di kedua negara. Setelah kedua negara selesai meratifikasi,
selanjutnya dilakukan pertukaran dokumen-dokumen ratifikasi. Setelah pertukaran dokumen
ratifikasi ini selesai dilakukan maka tax treaty pun dapat diberlakukan.
2. Termination
Klausul ini menjelaskan tentang saat berakhirnya sebuah tax treaty. Tax treaty dapat
berakhir setelah periode tertentu yang telah disepakati oleh kedua negara. Salah satu negara
dapat mengakhiri sebuah tax treaty dengan cara mengadakan pemberitahuan terlebih dahulu
yang harus dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan yang telah disepakati.
Tax Heaven Countries: Negara-negara yang memberikan keringanan pajak secara
agresif seperti tarif pajak rendah, pengawasan pajak longgar telah membuat penerimaan pajak
7

dari negara-negara berkembang merosot tajam. Negara tax heaven yang termasuk dalam
KMK No.650/KMK04/1994 antara lain Argentina, Bahrain, Saudi Arabia, Mauritius,
Hongkong, Caymand Island, dll. Saat ini negara tax heaven sedang dimusuhi dunia
internasional, pengawasan tax avoidance (penghindaran pajak) di negara-negara tersebut
sedang gencar-gencarnya. Berinvestasi di negara tax heaven beresiko besar terkena koreksi
UU PPh Pasal 18. Lebih baik berinvestasi pada negara dengan tax treaty.
Alasan terjadi perpajakan berganda internasional
Perpajakan berganda terjadi karena benturan antar klaim perpajakan. Hal ini karena
adanya prinsip perpajakan global untuk wajib pajak dalam negeri (global principle) dimana
penghasilan dari dalam luar negeri dan dalam negeri dikenakan pajak oleh negara residen
(negara domisili wajib pajak). Selain itu, terdapat pemajakan teritorial (source principle) bagi
wajib pajak luar negeri (WPLN) oleh negara sumber penghasilan dimana penghasilan yang
bersumber dari negara tersebut dikenakan pajak oleh negara sumber.
Perusahaan Manufaktur Domestik Pertimbangan Awal
Tuan s.Holmes memulai polycon Lens Company bertahun-tahun yang lalu untuk
memproduksilensa kritik sebagai bahan utama untuk memproduksi kaca pembesar,seiring
berkembangnya perusahaan dengan baik dan penasehat pajak domestik Tuan S. Holmes
membantuperusahaan mengurangi jumlah pajak tahunan dengan bermacam-macam matode.
Persyaratan Untuk Menjadi Perwakilan Luar Negeri
Penjualan sesungguhnya akan akan di mpengaruhi penjualan perwakilan, keuntungan dari
adanya perwakilan perusahaan adalah sbb:
1. Menyediakan tempat yang tetap untuk memasarkan persediaan lensa dann
memberikan contoh penggunaannya untuk teleskop dengan model yang dikirim dari
negara A.
2. Memutar slide untuk menarik konsumen potensial.
3. Menghindari informasi lain yang mungkin memengaruhi penjualan.
Perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) berisi ketentuan yang dibentuk saat
perusahaan mendirikan cabang di suatu tempat dan memiliki bentuk usaha tetap (BUT) dan
8

saat peresmian kantor atau agen untuk tujuan yang digambarkan diatas menimbulkan
kewajiban pajak disana.
Formasi Anak Perusahaan Penjualan Luar Negeri
Polycon mencapaikesuksesan melalui penjualan ekspor setelah beberapa tahun sehingga
diambil kesimpulan bahwa perusahaan tidak akan dapat mencapai potensi penuh tanpa
memiliki perwakilan penjualan luar negeri.
Polycon dapat mencoba untuk melindungi pengurangan ganda atas kerugian awal yang
ditimbulkan dari operasi penjualan di Luna Technic Company seperti mengalami kerugian.
Tuan Holmes harus menyadari bahwa transper dari cabang ke anak perusahaan mungkin akan
melibatkan Polycon dalam kewajiban pajak.
Pendirian Pabrik Manufaktur Luar Negeri
Penjualan lensa optik berkualitas tinggi mendekati batas kapasitas produktif dan
meningkatnyabiaya peralatan berat yang terlibat dalam peningkatan kapasitas dan pasar
penjualan terbatas ,Tuan Holmes memutuskan lebih berkonsentrasi untuk membangun kaca
pembesar berkualitas rendah dan bervolume tinggi untuk pasar konsumen massal.
Dengan kas yang dihasilkan dari penjualan lensa optik berkualitas tinggi, Tuan Holmes
memutuskan untuk mendirikan pabrik manufaktur luar negeri. Pertama, untuk meningkatkan
kemampuan kelompok dalam membeli bahan plastik khusus dengan harga lebih rendah dari
pada pasar dalam negeri. Kedua, untuk menghemat biaya transportasi bahan mentah . ketiga,
untuk mendapatkan biaya tenaga kerja produksi lebih rendah . keempat, untuk mendapatkan
keuntungan atas kelonggaran pajak yang memungkinkan.
Mendirikan Anak Perusahaan Penjualan
Ada beberapa faktor pertimbangan dalam menentukan lokasi yang tepat untuk anak
perusahaan;
1. Pertimbangan pajak
2. Kelonggaran pajak yang memungkinkan perusahaan untuk mengambil keuntungan atas
pelabuhan bebas sehingga beberapa kewajiban pajak atas barang barang yang di
import untuk tujuan ekspor dapat dihindari.

Walaupun kebijakan penentuan harga antar perusahaan dibawah pengawasan yang cermat,
tambahan laba mungkin saja diperoleh dengan mengenakan bunga atas kontrak penjualan
yang terbayar dari anak perusahaan .
Akuisisi Kelompok Luar Negeri Yang Sudah Ada
Akuisisi visitec coeporations membutuhkan beberapa pertimbangan perencanaan pajak ,
khususnya atas pengurangan biaya bunga pinjaman yang muncul untuk melakukan akiuisisi.
Ada bebrapa langkah khusus yang harus dilakukan untuk mengurangi biaya bunga , salah
satunya

mungkin

dengan

mengurangi

biaya

bunga

dengan

laba

dikenai

pajak

visiteccorporation, karena perusahaan yang diakui akuisisi bearti memiliki laba /keuntungan
konsolidasi.
Selama beberapa tahun yang lalu, ketika membangun kualitas yang tinggi untuk lensa
optik dan kaca pembesar untuk pasar dunia, Polycon Lens Company telah mengembangkan
penjualan ekspor untuk lensa kamera ke produsen kamera asing Visitec Corporation yang
membeli lensa untuk kamera instamatic berharga murah. Kondisi ini berkembang dalam porsi
yang signifikan utnuk tingkat perputaran Polycon Lens Company, namun Tuan Holmes
menyadari bahwa ada kemungkinan produsen asing akan mengalami likuidasi, karena tidak
cukupnya tingkat pengembalian dan biaya pendanaan yang tinggi. Oleh karena itu, Tuan
Holmes mempertimbangkan untuk mengakuisisi Visitec Corporation pada waktu yang
menguntungkan anak perusahaan penjualannya untuk mencapai tingkat pengembalian
maksimum dan menghasilkan laba potensial yang tinggi untuk menjualan kamera dan pada
saat yang sama dapat mempertahankan Polycon Lens Company untuk mengekspor lensa
kamera.
2.6 Restrukturisasi Kelompok Dengan Holding Company Luar Negeri
POLYCON (holding) Mungkin saja menjadi pusat informasi dari polycon group dan
beralokasi dalam yurisdiksi yang menawarkan kelonggaran pada holding company . ini
mungkin aakan membutuhkan biaya manajemen untuk anak perusahaan yang berbeda dan
meningkatkan laba setelah pajak ditetapkan, dimana biaya manjemen merupakan
pengurangan yang diperbolehkan terhadap laba kena pajak anak perusahaan .untuk mencapai
bermacam-macam kelonggaran yang ditawarkan pada holding company,penting bagi polycon
(holding) untuk menunjukkan pelayanan manajemen sesungguhnya dalam kelompok, jika

10

tidak, ada kemungkinan diperdebatkan bahwa polycon (holding) sudah diatur sedemikian
rupa.
Tujuan pembentukan Polycon (Holding) antara lain:
Untuk memaksimumkan arus deviden dari anak perusahaan ke Polycon Lens
Company
Mengurangi jumlah kerugian kredit pajak ganda hasil dari pemilikan yang terpisah
anak perusahaan Polycon Lens Company
Untuk mengkoordinasikan fungsi manajemen dalam unit terpusat
Formasi Perusahaan Pendanaan Luar Negeri
Pertimbangan yang cermat harus diberikan untuk peraturan pajak dan sistem pengendalian
nilai tukat ( exchange control ).
Penentuan biaya berpengaruh pada besar pajak . jika R dan D dikapitalisasi maka pajak
penghasilan akan berlangsung selama masa pengakuan nilai sampai habis dalam
penghapusannya. Jika diperlakukan sebagai biaya hanya berpengaruh pada periode tertentu
sehingga berdampak pada pajak lansung .perbedaan penentua umur aset akan menentukan
besarnya biaya.
Membangun Dasar Aktiva dengan Investasi Real Estate
Jika polycon investment meminjam dana untuk membuat investasi real esta,maka adalah
penting bahwa hutang bunga dapat ditutup terhadap piutang sewa di negara dimana real estat
berdiri, sehingga pajak penghasilan di potong luar negeri di pungut dengan dasar sewa bersih
( net basis ) daripada atas pendapatan sewa kotor. Kebanyakan negara akanmenjadikan
keuntungan sfekulatif sebagai subjek pajak penghasilan daripada pajak keuntungan modal.
Keuntungan sfekulatif seperti itu dapat diperoleh jika real estat dijual dalam waktu tertentu
setelah akuisisi, atau jika perhatian investor jelas terorientasi hanya pada membuat
keuntungan daripada holding real estat untuk tujuan investasi, dan dokumentasi yang cukup
harus ada untuk memberikan bukti atas tujuan investor semula.
Perlindungan Lini Produk Baru Dan Penyusunan Izin Operasi
Karena visimatic ( holding ) berada dalam yurisdiksi pajak rendah , maka tidak mungkin
negara M akan membentuk perjanjian pajak ganda dengan negara-negara berpajak tinggi,
karena penghindaran pajak ganda tidak lagi relevan dimana salah satu rekan perjanjian
memungut pajak penghasilan dan laba yang kecil atau tidak memungut. Dengan cara ini
11

pajak dipotong atas pembayaran piutang royalti oleh visimatic franchise Company akan
dikurangkan dengan jumlah nol atau nominal dan jika tidak ada pajak penghasilan dipotong
yang dipungut atas royalti yang dibayarkan
Visimatic Franchise kepada Visimatic ( holding ), maka piutang setelah pajak Visimatik
( holding ) dapat meningkat.
Formasi Entitas Tax Haven
Yurisdiksi pajak tinggi memiliki perundang- undangan yang membagi secara adil
akumulasi pendapatan perusahaan tax haven kepada pemegang saham domestik. Beberapa
negara mempublikasikan daftar negara-negara yang mempertimbangkan tax haven dengan
administrasi pajak, dan pengetahuan atas daftar ini berguna sebagai peringatan kepada
kelompok yang menggunakan perusahaan tax haven dalam struktur mereka.

12

Anda mungkin juga menyukai