Anda di halaman 1dari 4

Dialog Antar Umat Beragama

Ika Mastayana Purba 1606917393


Judul Artikel : Latar Belakang Dialog Antar Umat Beragama
Penulis

: Junius Tamuntuan, M.Th. , Drs. Henoch B.I. Setiawan, M.Psi

Penyusun

: Joel Betakore, M.A., M.Pd.K. dan Cherly Naray, M.Th.

Data Publikasi :
1. Modul MPK Agama Kristen (2015-2016) Universitas Indonesia Bab XV Halaman
59-60
2. Paul F. Knitter, Satu Bumi Banyak Agama, Hal. 51
3. Coward, Pluralisme dan Tantangan Agama-agama (Yogyakarta: Kanisius: 1989),
Hal 167

PENDAHULUAN
Paul F. Knitter mengatakan model baru bagi pemahaman Kristen terhadap
agama-agama lain bukan hanya "pluralistik atau korelasional" tetapi juga "bertangung
jawab secara global atau liberatif'. Selama dekade atau dua dekade yang lalu, keduanya
merupakan masalah sentral dari diskusi beberapa teolog yang sedang mencari modelmodel dialog baru (Pieris 1988a; Knitter 1987, 1988; Suchocki 1987). Dialog antar
umat beragama tidak mewakili suatu pergeseran arah teologi pluralistik agama-agama,
tetapi merupakan jalan pendekatan baru dan tujuan yang lebih jelas. Maksud dari
pendekatan melalui dialog ini adalah untuk mengembangkan suatu teologi atau dialog
antar agama yang bukan hanya pluralistik tetapi juga bertangung jawab secara global
atau, lebih jelas, yang secara pluralistic lebih efektif dengan cara bertanggung jawab
secara global.
Dialog antar-agama yang bertanggung jawab secara global berusaha
menggambarkan kesempatan yang melekat dalam kebutuhan dari suatu pengalaman.
Kebutuhan yang dimaksudkan berakar dalam apa yang dikatakan sebelumnya tentang
kewajiban yang dirasakan banyak umat Kristen sekarang untuk menangapi penderitaan
yang terus bertambah dan menakutkan serta menyakitkan lebih baik dikatakan
menyusahkan banyak orang dan Burni ini.

Teologi liberatif dan dialog antar-agama muncul dari adanya kebutuhan ini
atau dari kewajiban moral untuk menangapi, sebagai umat Kristen maupun sebagai
manusia, Yang Lain yang menderita dan Yang Lain yang religious. Ini berarti bahwa
keprihatinan terhadap soteria (keselamatan) atau kesejahteraan dan keadilan manusiawiekologi bisa dan harus memberikan "dasar bersama" bagi dialog antar-agama dalam
dunia kita yang semakin terancam.
PEMBAHASAN
Dasar Dialog
Dialog dilakukan dengan dasar pertimbangan:
a

Semua bangsa yang mendiami bumi ini berasal dari seorang manusia yang
diciptakan Tuhan. Maka perlu dipahami bahwa semua umat manusia adalah
bersaudara. Apalagi kita hidup dalam satu dunia dengan memiliki satu sejarah
bersama. Bagi orang Kristen dialog juga dilakukan karena semua orang telah
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan mempunyai tanggungjawab yang
sama dihadapan Tuhan dalam mengelola alam semesta.

b Allah sendiri berdialog dengan manusia, tanpa membedakan latarbelakang suku,


agama, ras dan bahasa. Allah berfirman kepada semua bangsa melalui para nabiNya. Bahkan di dalam Yesus Kristus Allah datang ke dunia sebagai manusia
untuk berdialog secara langsung dengan setiap orang yang Ia jumpai. Yesus
tidak hanya berdialog dengan para murid-Nya yang adalah orang-orang terpilih
dari masyarakat Yahudi. Ia juga berdialog dengan perempuan Samaria (Yohanes
4), para pemungut cukai dan orang berdosa (Matius 9:9-13; Lukas 19:1-10) yang
dianggap oleh orang Yahudi sebagai orang yang harus dijauhi dalam pergaulan.
c

Di kalangan Islam di kenal piagam Medinah. Dalam piagam itu ditekankan


mengenai kehidupan bersama dengan sesama (ukhkhuwah insaniah) yang
berbeda agama. Nabi Muhammad sendiri hidup dalam kebersamaan dengan
masyarakat yang berbeda agama di Medinah. Contoh ini harus diikuti oleh para
pengikutnya.

d Allah berfirman kepada semua bangsa melalui para nabi-Nya. Bahkan di dalam
Yesus Kristus Allah datang ke dunia sebagai manusia untuk berdialog secara
langsung dengan setiap orang yang Ia jumpai. Yesus tidak hanya berdialog
dengan para murid-Nya yang adalah orang-orang terpilih dari masyarakat
Yahudi. Ia juga berdialog dengan perempuan Samaria (Yohanes 4), para
pemungut cukai dan orang berdosa (Matius 9:9-13; Lukas 19:1-10) yang
dianggap oleh orang Yahudi sebagai orang yang harus dijauhi dalam pergaulan.
e

Di kalangan Islam di kenal piagam Medinah. Dalam piagam itu ditekankan


mengenai kehidupan bersama dengan sesama (ukhkhuwah insaniah) yang
berbeda agama. Nabi Muhammad sendiri hidup dalam kebersamaan dengan
masyarakat yang berbeda agama di Medinah. Contoh ini harus diikuti oleh para
pengikutnya.

3. Maksud dari Suatu Dialog


Apa yang ingin dicapai melalui dialog antarumat beragama bukanlah peleburan
agama menjadi satu atau yang biasa disebut sebagai slnkritisme atau suatu upaya
menciptakan agama baru yang ajarannya merupakan gabungan dari ajaran-ajaran agama
yang sudah berjalan. Tentunya, dialog antarumat beragama tidak bermaksud untuk
menghilangkan perbedaan yang sudah pasti terjadi di masyarakat, justru dialog
antarumat beragama mengingkan adanya keterbukaan terhadap sebuah perubahan serta
supaya terjalin komunikasi yang setara secara timbal balik antara pihak-pihak yang
berdialog untuk saling memahami dan menghormati tradisi dan latar belakang masingmasing pihak.
Tujuan Dialog antaragama
Adapun

tujuan

dialog

antarumat

beragama

adalah

sebagai

berikut

1. Tumbuhnya saling pengertian yang objektif dan kritis, yaitu pengertian yang tidak
didasarkan oleh pengertian kita sendiri melainkan pada kenyataan yang ada.
2. Menghilangkan presepsi yang salah mengenai agama lain

3. Menciptakan rasa saling menerima satu sama lain dan pengenalan yang lebih
mendalam mengenai agama lain
4. Menciptakan kerukunan antar umat beragama
5. Menciptakan kerja sama antarumat beragama dalam membangun dunia

Kesimpulan dan Penutup


Pluralisme agama merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari adanya dan setiap
agama muncul dalam lingkungan yang plural. Jika pluralisme agama tersebut tidak
disikapi secara tepat maka akan menimbulkan problem dan konflik antar umat
beragama, dan kenyataan ini telah terjadi pada agama-agama monotheis. Untuk mencari
solusi konflik antar umat beragama perlu adanya pendekatan yang tepat yaitu dialog
antar umat beragama. ltulah sebabnya dialog antarumat beragama sangatlah penting.
Nilai nilai yang tercermin dalam pembahasan topik ini adalah toleransi,kebersamaan,
serta saling mengasihi. Hal itu tercermin dari sikap kita belajar untuk saling memahami
antaragama sehingga terciptalah dunia yang lebih baik, dimana setiap umat hidup dalam
kerukunan dan persatuan.
Hal ini merujuk kepada nilai nilai kebhineka Tunggal Ika-an.Seiring dengan berjalannya
waktu, dialog antarumat beragama akan tetap dan terus menjadi hal yang sangat perlu
untuk dilakukan. Dan selama kita di bumi ini, dialog antarumat beragama akan tetap
terjadi, sampai saat Tuhan memanggil kita satu-persatu Biarlah nama Tuhan ditinggikan.
Dengan saling memahami, kita akan belajar untuk benar-benar hidup.

Anda mungkin juga menyukai