Integritas Golongan PDF
Integritas Golongan PDF
DAN KOMITMEN
BAHAN AJAR DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III
NO
1.
2.
Materi Pokok
Kejujuran
Konsistensi
: Integritas
: Integritas dan komitmen
: mata diklat ini membahas tentang integritas dan komitmen PNS yang meliputi
kejujuran, kesetiaan akan janji-janji , ketegasan dalam bersikap, serta
kedisiplinan
: Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menunjukkan sikap
perilaku integritas dan komitmen sebagai PNS dan berkemampuan
memprioritaskan profesi PNS.
Indikator Hasil belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, a.
peserta mampu bersikap jujur
b.
c.
d.
e.
f.
Setelah mengikuti pembelajaran ini, a.
peserta mampu bersikap konsisten b.
dan dapat memenuhi janji
c
d.
e.
f.
Ketegasan
a.
b.
c.
d.
4.
Kedisiplinan PNS
harus
Prioritas
PNS
Ciri-ciri profesionalitas
Kesadaran diri akan peran
profesinya dalam organisasi,
dalam
pemerintahan/negara
Dapat mengaktualisasikan
profesionalitasxa
Menyadari sebagai orang
penting
Perlunya
mengutamakan
kepentingan profesi
Pelaksanaan
tugasnya
sebagai
bagian
dari
ibadahnya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
Menghadapi tantangan arus perkembangan global ke depan, semangat
reformasi dalam pendayagunaan aparatur Negara adalah tuntutan untuk
mewujudkan administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan
keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggara pemerintahan.
Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan suatu keharusan,
karena dengannya penyelenggaraan kekuasaan Negara oleh pemerintah dapat
dilaksanakan secara transparan dan bertanggung jawab (akuntabel).
Azas-azas kepemerintahan yang baik yang mendukung ke arah transparansi dan
akuntabilitas antara lain kepastian hukum, keadilan, keseimbangan,
keterbukaan, tidak melampaui dan atau mencampuradukkan kewenangan
(antara dinas dan pribadi), tidak diskriminatif, tertib penyelengga administrasi
pemerintahan, proporsionalitas, profesionalitas dan akuntabilitas. Dari semua
azas tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor sumber daya manusia
aparatur yang berkualitas merupakan faktor dominan untuk terselenggaranya
kepemerintahan yang baik, bersumber dari adanya Pegawai Negeri Sipil yang
berintegritas.
Integritas merupakan perwujudan identitas diri yang berdedikasi secara
konsisten dalam menerapkan prinsipnya, dan bertindak dengan nilai-nilai positif
yg diketahui atau dianutnya. Integritas merupakan inti dari perwujudan sikap dan
perilaku. Menurut Walgito (1990:108) sikap dan perilaku adalah gambaran
kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran
terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Secara lengkap sikap merupakan
kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai
sesuatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan
menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek.
Di dalam integritas terkandung makna konsistensi antara tindakan dan nilai.
Orang yang mempunyai integritas, hidup sejalan dengan nilai-nilai prinsipnya.
Suatu karakter yang tanpa memandang waktu dan tempat senantiasa
menunjukkan ketaatan dalam menjalankan kode etik dan moral, memegang
prinsip, tulus, jujur dan dapat dipercaya, disiplin, memiliki kekuatan dalam
mempertahankan
keteguhan/ kemantapan/ kestabilan/ kepenuhan, serta
konsisten dalam sikap dan perilakunya.
Ukuran nilai dari unsur-unsur yang mendukung integritas tersebut berlaku secara
universal, dan menjadi acuan baku bagi perilaku kehidupan manusia secara
umum. Namun konsep diri terhadap nilai-nilai tersebut akan sangat
mempengaruhi manifestasi integritas seseorang. Perbedaan atas konsep nilai
itulah yang membedakan tingkat integritas seseorang dengan yang lain.
Untuk dapat mengaktualisasi diri sebagai pribadi yang berintegritas dalam
organisasi beberapa faktor berikut ini menjadi landasan utama, yakni:
1. Mengetahui nilai-nilai
keterbukaan.
positif
yang
mendasar,
seperti
kejujuran
dan
6. penutup
F. MANFAAT
Berbekal hasil belajar pada modul Integritas dan Komitmen ini, peserta mampu
menunjukkan sikap perilaku integritas dan komitmen sebagai PNS dan
berkemampuan memprioritaskan profesi PNS.
BAB II
KEGIATAN PEMBELAJARAN PERTAMA
KEJUJURAN
A.
Pengertian
Arti kata jujur dalam kamus Purwodarminto disejajarkan dengan lurus hati, tidak
bohong. Kejujuran berarti kelurusan hati atau ketulusan hati. Dalam Surat Edaran BKN
nomor 02/SE/80 tentang Petunjuk Pengisian Daftar Penilaian Pekerjaan bahwa pada
umumnya yang dimaksud dengan kejujuran adalah ketulusan hati seorang Pegawai
Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalah
gunakan wewenang yang diberikan kepadanya.
Jujur adalah suatu sikap yang terpuji, bahkan menjadi tolok ukur kebaikan perilaku
seseorang. Dengan kejujuran seseorang menjadi pribadi yang dapat dipercaya.
Dipercaya melakukan sesuatu pekerjaan, atau dipercaya untuk suatu tanggung jawab
yang kecil ataupun besar, dan dipercaya untuk menyimpan sesuatu rahasia yang
penting, bagi seseorang, kelompok, lembaga, bahkan Negara.
Kejujuran menjadi salah satu kunci keberhasilan institusi dalam melaksanakan
tugasnya, juga keberhasilan masing-masing pribadi yang terlibat di dalamnya. Setiap
manusia mengetahui bahwa jujur itu baik dan perlu, tetapi apakah juga setiap manusia
dapat mewujudkan perilaku jujur dalam kehidupannya? Bagaimana agar nilai positif
yang terkandung dalam kejujuran dapat menjiwai seseorang dalam bertindak dan
berkata-kata, sehingga akan menampakkan sikap jujur dalam perilaku kehidupannya.
Sikap jujur merupakan salah satu wujud keutuhan manusia, menjadi bagian dari
integritas. Yang dapat dipahami dalam sikap jujur yakni kesesuaian antara data, fakta,
kenyataan bahkan ketentuan dan peraturan perundangan yang ada, dengan tindakan,
perbuatan, dan kata-kata yang keluar dan dinampakkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap ini dijiwai oleh keluhuran budi dan kedekatan naluriahnya dengan Tuhan Yang
Maha Esa.
Sikap jujur dapat diwujudkan karena pembawaan lahiriah, yang berarti bahwa
seseorang dilahirkan dengan sifat bawaan jujur. Tetapi kejujuran juga dapat dipelajari
dan dilatih apabila seseorang mau belajar dan dengan tekat mau mencoba
Terbuka
Kejujuran mengandung makna keterbukaan, tidak menyimpan sesuatu untuk
kepentingannya sendiri. Sesuatu yang menurut kelayakannya bisa disampaikan
seharusnyalah disampaikan apa adanya, tidak menyembunyikan sesuatu
dihadapan orang lain, karena penyampaian yang proporsional sangat diperlukan
bagi siapapun yang berhak menerimanya.
2)
Bersahaja
Bersahaja dapat diartikan sederhana. Kesederhanaan dalam menyampaikan jati
diri melalui penampilan, ucapan, tindakan dan juga fikiran. Dalam sikap yang
jujur tidak layak untuk melakukan sesuatu yang dibuat-buat, sesuai dengan pribadi
masing-masing, seharusnyalah tampil apa adanya.
Di jaman yang serba global tidak ada lagi batas negara dan budaya. Begitu
besarnya pengaruh luar sehingga semua terbuka untuk ditiru, diserap, dan
diadopsi. Gaya hidup wah sudah menjadi tren. Tidak ada satu orangpun yang
terbebas dari pengaruh tren masa kini. Sandang, papan, pangan, semua serba
masa kini.
Orang yang jujur akan senantiasa berpegang pada keteguhan hati dalam
menyikapi gejolak masa kini. Mengapa harus ikiut-ikut? Kan bukan lahiriah itu
yang penting dalam hidup ini, tetapi ada hal esensial yang kokoh dipertahankan,
yakni hidup yang aman, nyaman, tidak terbeban oleh kebutuhan untuk selalu
berpenampilan trendy, tapi tetap apik dan sopan.
3)
Tulus
Segala pekerjaannya dilaksanakan dengan hati yang rela, motifasinya positif tidak
untuk dilihat orang lain atau karena suka atau tidak suka. Keyakinannya sangat
kuat akan adanya kebenaran untuk sesuatu yang dipercayainya mendatangkan
kebaikan.
4)
Tertib
Orang yang bersikap jujur akan melakukan sesuatu secara tertib, sesuai aturan
(on track). Kemampuannya untuk mempertahankan nilai kebenaran membuatnya
tidak mengenal kompromi. Sasarannya jelas, yakni tercapainya sesuatu sesuai
aturan atau kebenaran yang ia yakini.
5)
6)
Menjauhi kejahatan
Keyakinannya akan kebenaran menuntun orang yang bersikap jujur melakukan
hal yang diyakininya benar. Sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya tidak
akan dilakukan, karena melanggar hakekatnya dalam menegakkan kejujuran.
7)
Percaya diri
Salah satu azas Pemerintahan yang baik (Good Governance) adalah akuntabilitas.
Hal ini menegaskan bahwa setiap tindakan pemerintah harus dipertanggung
jawabkan secara jujur, sesuai kaidah pertanggung jawaban yang benar. Untuk itu
setiap penggunaan sumber daya harus dikelola secara baik, transparan. Kejujuran
mutlak diperlukan agar pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan dalam
dapat terlaksana sesuai dengan tujuannya.
Satunya kata dan tindakan mengharuskan seorang yang taqwa harus melakukan
perintahNya, salah satunya adalah kejujuran. Dengan analogi terbaliknya, bahwa
orang yang tidak jujur berarti tidak taqwa, beriman kepada sang pencipta. Keimanan
seseorang bukan diukur dari
kegiatan keagamaannya, tetapi dari buah-buah
kehidupannya yang dinampakkan dalam sikap dan perilaku antara lain dalam hal
kejujurannya. Sumber dari kejujuran itu adalah rasa Takut akan Tuhan.
Kita tahu bahwa Tuhan sang pencipta langit dan bumi:
a) Maha mengetahui, perbuatan manusia yang tersembunyi sekalipun. Jadi
walaupun mungkin orang lain tidak mengetahui apa yang kita lakukan, tetapi
Tuhan tahu, apakah perbuatan manusia sesuai dengan nilai kebaikan,
menurut kaidah dan ketentuan, atau melanggarnya
b) Maha adil, akan memperhitungkan perbuatan manusia yang salah, sebagai
yang harus dipertanggung jawabkan dihadapanNya.
c) Maha kaya dan maha pengasih, akan mencukupkan kebutuhan manusia
seturut dengan kebesaran kasihnya kepada masing-masing pribadi manusia
d) Dan masih banyak lagi (yang tidak di sebtkan disini)
Dengan pemahaman tersebut maka seharusnyalah manusia menyadari, bahwa apa
yang tersebunyi di hadapan orang tidak tersembunyi di depan Tuhan Sang Maha
Mengetahui. Dan bila kita mengkhawatirkan tentang kecukupan kita, Tuhan Sang
Maha Pengasih akan memberikan apa yang kita perlukan, seturut dengan kasih
sayang dan kuasaNya, dan kita wajib menuruti perintahNya. Karenanya kita tahu
mengapa harus bersikap tidak jujur, supaya kita mendapatkan perkenanNya, dan
Tuhan akan melengkapi segala kebutuhan kita.
Telah diuraikan di atas bahwa kejujuran adalah salah satu kunci keberhasilan
institusi dalam melaksanakan tugasnya, juga keberhasilan masing-masing pribadi
yang terlibat di dalamnya. Jadi dengan kejujuran kita berharap apa yang kita
lakukan senantiasa memberikan hasil yang baik. Mengapa demikian? Karena
dengan kejujuran kita mendapatkan data yang benar, mengelola dan mengolahnya
dengan baik, dan mencari solusi dengan tepat, sehingga permasalahan dapat
diatasi.
Apabila di dalam pelaksanaan tugas institusi tidak ada kejujuran, maka dapat
dibayangkan betapa institusi tersebut berada pada kondisi yang tidak menentu,
karena tidak ada kepercayaan orang terhadap institusi tersebut. Demikian juga
dengan personil yang ada di dalamnya, jika seseorang kedapatan tidak jujur dalam
satu kali saja perbuatan atau kata-katanya, maka orang lain akan memandangnya
sebagai yang tidak dapat dipercaya, dan alangkah sulit mengembalikan
kepercayaan itu. Apalagi kalau itu terjadi pada instusi pemerintah, maka akan
menjadi preseden buruk bagi pemerintahan.
Indonesia sudah dianggap Negara Nomor 4 terkorup di dunia, dan karenanya
Pemerintah saat ini giat melakukan pemberantasan korupsi melalui lembaga yang
dibentuk sejak tahun 2002, Komisi pemberantasan Korupsi. Kejujuran merupakan
hal yang mutlak dan sangat diperlukan agar penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan benar-benar
dapat mewujudkan cita-cita kemerdekaan, yaitu
mensejahterakan kehidupan bangsa. Kejujuran merupakan harga mati untuk suatu
keberhasilan.
Dalam kehidupan di masyarakat saat ini banyak dibicarakan tentang langkanya
sikap jujur. Dikatakan oleh Raja Daud pada 3500 th sebelum masehi, karena
rusaknya kehidupan oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab, bahwa Orang
saleh sudah hilang dari negeri, dan tidak ada lagi orang jujur diantara manusia, juga
menurutnya (sebagai ungkapan hikmat yang dikirim oleh Allah kepadanya), bahwa
orang jujurlah yang akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah yang akan
tetap tinggal disitu.
Mendiami tanah, sebagai kiasan dari orang yang dikaruniai usia panjang dan kuasa
atas wilayah yang diberikan kepadanya. Sebagai orang berhikmat, Daud
menyampaikan janji Tuhan tentang akan diberiNya sejahtera bagi kehidupan
seseorang yang memiliki kejujuran. Siapapun yang memiliki sifat jujur akan
memperoleh pemenuhan janji tersebut. Siapa akan mendapatkannya hendaklah ia
mengusahakan sikap jujur dalam hidupnya
D. Pentingnya suatu kejujuran
Dalam
pelaksanaan
tugas
organisasi,
kejujuran
mutlak
diperlukan.
Penyelenggaraan tugas dan fungsi memerlukan input yang memadai untuk suatu
proses dalam menghasilkan output. Sejak input disiapkan, dikelola dan digunakan,
seluruhnya menggunakan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang baik.
Demikian juga untuk pelaksanaan atau prosesnya, memerlukan kecermatan dan
ketelitian serta kejujuran dalam pengelolaannya. Suatu ketidak jujuran dalam
penggunaan input, proses, dan pemantauan hasil akan menyebabkan tidak
efektifnya suatu kegiatan bahkan kegagalan.
Suatu kegiatan dilaksanakan untuk tujuan tertentu dalam memecahkan
permasalahan yang ada. Namun apabila usaha yang telah dirancang dengan baik,
2.
Korupsi
Ada tiga puluh jenis tindakan korupsi sebagaimana diuraikan dalam PP nomor
tentang pemberantasan korupsi. Dari ke 30 jenis tindakan tersebut dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
kegiatan yang merugikan keuangan Negara
Suap menyuap
penggelapan dalam jabatan
pemerasan
perbuatan curang
Benturan kepentingan dalam kegiatan pengadaan barang milik Negara
Gratifikasi
Hal tersebut sebagai tindakan melawan hukum yang mengarah pada:
Memperkaya diri dengan cara melawan hukum, merugikan keuangan negara
Menyalah gunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukannya sehingga dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian negara
Menerima hadiah yang karena jabatan atau kewenangannya dapat
mempengaruhi dilakukan atau tidak dilakukannya sesuatu sehingga
bertentangan dengan kewajibannya.
3.
Suap
Dalam PP tersebut disebutkan juga bahwa suap merupakan bagian dari
tindakan korupsi. Suap adalah tindakan seseorang yang memberikan atau
menjanjikan sesuatu kepada PNS atau penyelenggara Negara dengan maksud
supaya yang bersangkutan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya
sehingga bertentangan dengan kewajibannya. Demikian juga bagi PNS atau
penyelenggara Negara yang menerima suap, dia telah melakukan tindakan
korupsi
4.
Pementingan diri
Tindakan seseorang merupakan cerminan dari kehendak hati yang tersembunyi
dan tidak dapat diketahui orang lain. Bisa saja orang mengatakan bahwa dirinya
jujur dan tidak bercela tetapi dari tindakannya dapat diketahui apakah
pernyataannya tersebut benar.
Kejujuran tidak mengarah pada pementingan diri sendiri. Tindakannya hanya
didasarkan pada sesuatu nilai yang diyakini kebenarannya. Sesuatu yang
bernilai jika bermanfaat bagi institusi, dan orang jujur akan mengutamakannya.
Nilai keutamaan menjadi lebih penting disbanding dengan kepentingan diri.
5.
Pamrih
Obyektivitas terhadap sesuatu yang kita lakukan, adalah melihat pekerjaan
sebagai suatu tugas yng harus dilakukan, dan bukan untuk mendapatkan
sesuatu sebagai imbalan. Manajemen kepegawaian PNS telah mengatur tentang
imbalan, berupa gaji dan kesejahteraan lainnya. Jadi PNS tidak berhak menuntut
imbalan langsung atas hal yng dilakukan. Akibat langsung secara nyata bila ada
pamrih adalah ketidak lancaran dalam tugas, karena menginginkan imbalan dari
setiap hal yang dikerjakan.
BAB II
KEGIATAN PEMBELAJARAN KEDUA
KONSITENSI
A. Pengertian
Dalam kamus bahasa Indonesia, konsisten diartikan sebagai tetap, selaras, sesuai.
Seseorang yang bertindak secara konsisten artinya tindakannya selalu sesuai
dengan nilai yang dianutnya, perbuatannya selaras dengan perkataannya. Orang
yang konsistensi adalah orang yang setia memenuhi janji-janjinya.
Nilai negatif segera diberikan untuk pembuat janji, yang berarti bahwa dia
dianggap tidak memiliki nilai kehidupan yang baik.
2) Kegagalan pertama, kedua, ketiga
Janji yang tidak ditepati akan memberikan kesan sebuah kegagalan. Persepsi
orang terhadap kegagalan adalah sesuatu yang tidak baik, sehingga orangyang
telah mengalami kegagalan akan dianggap gagal untuk ke dua kali, dan
seterusnya.
3) Hilangnya kepercayaan
Suatu persepsi negatif yang sudah terlanjur tercetak di benak seseorang, akan
memberkan dampak negative, sehingga orang yang dipersepsikan negative
akan kehilangan kepercayaan untuk masa-masa yang akan datang.
4) Nilai diri
Sigmund freud pernah mengatakan bahwa hidup psikis manusia diibaratkan
seperti gunung es, yang terapung-apung di laut, hanya puncaknya yang
kelihatan. Seorang yang tidak menepati janji yang telah dianggap gagal dan
kehilangan kepercayaan tidak seluruh kehidupannya buruk. Dia masih
mempunyai keinginan, cita-cita, dan kehendak yang baik. Yang nampak
dipermukaan dan menjadi persepsi orang adalah nilai negative karena tidak
memenuhi janjinya, maka kebaikan, cita-cita dan kehendak baik orangtersebut
tidak diperhitungkan sebagai nilai pribadinya.
konsistensi yang tinggi. Dia akan mendapatkan kepercayaan untuk kesempatankesempatan yang berikut, sehingga dia akan terus mendapatkan peluang
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar tanggung jawabnya. Dengan
demikian dia akan semakin kompeten dan meningkat kapabilitasnya dalam
pelaksanaan tugas. Dia melihat dunia
dengan caranya, dan dapat
menterjemahkan berbagai fenomena dengan kemampuan yang ada padanya.
3) Nilai diri
Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan dan
mencoba lagi dengan suatu cara yang berbeda. Sebuah janji untuk memperbaiki
diri dan pemenuhan atas janji tersebut merupakan nilai diri yang luar biasa
besar. Akan menajdi sumber mata air kebaikan yang tidak akan kering, dan
memberikan dampak positif terhadap penampilannya. Dia akan menajdi orang
yang layak disegani, dihargai, dihormati, disenangi serta bertambah percaya diri.
4) Mempertahankan keutuhan persahabatan dan pergaulan
Sebuah penghargaan yang diterima dari lingkungan kita adalah apabila teman
dekat, handai taulan dapat menghargai karya kita. Orang yang berani
memutuskan, memberikan janji, dan berabi mengambil resiko untuk menepati
janjinya, maka dunia akan diri, dan orang akan senang bergaul dengan kita.
Dengan demikian keutuhan persahabatan dan pergaulan aka nada di tangan
kita.
5) Pemenang sejati (9 succed)
Uraian di atas telah menguakkan tabir keberhasilan (sukses) yang diidamkan
oleh setiap manusia, yang dapat kita raih bila kita mempunyai nilai diri yang baik
dari pemenuhan atas janji-janji yang kita ucapkan. Buti-butir sukses tersebut
adalah:
a. Berani mengambil keputusan
b. Berani melangkah
c. Mengutamakan moral dan etika
d. Berani mengambil resiko
e. Nerani berkorban
f. Menyenangkan orang lain
g. Siap menempa diri
h. Memiliki nilai diri positif, dan
i. Mempertahankan persahabatan dan pergaulan yang baik
BAB IV
KEGIATAN PEMBELAJARAN KETIGA
SIKAP TEGAS
3) Solidaritas
Banyak orang melakukan sesuatu didorong oleh solidaritas antar sesama atau
oleh atasan. Kebenaran yang akan ditegakkan sulit mendapat kesempatan,
sehingga yang nampak dipermukaan adalah sebuah kompromi dengan nilai
yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Kadang kebenaran yang akan
ditegakkan dikorbankan oleh rasa solidaritas. Orang yang prinsipnya kuat sulit
mengorbankan kebenaran untuk suatu solidaritas. Terasa aneh di dalam
lingkungan pergaulannya, karena pendapatnya: biar saja dikatakan aneh, tetapi
kebenaran mutlak harus diberlakukan.
4) Menyenangkan hati orang
Seperti halnya solidaritas, kebiasaan menyenangkan hati orang dapat
mengganggu dalam mengaktualisasikan kebenaran. Terlebih bila orang
disekelilingnya memanfaatkan kelemahannya, serba tidak enak, dan lain
sebagainya, sehingga menjadi tantangan tersendiri dalam mengaktualisasikan
kebenaran.
Melawan godaan dan tantangan dalam mengaktualisasikan kebenaran adalah
seperti sebuah peperangan melawan musuh. Musuhnya bukanlah musuh yang
kelihatan, tetapi penguasa kejahatan yang menginginkan manusia jatuh dan
melakukan kejahatan. Oleh karenanya dalam memerangi kejahatan harus
diperlengkapi dengan senjata perang, seperti kiasan berikut ini: berikat pinggang
kebenaran, berperisai iman,
berpedang roh, berbajuzirahkan keadilan, dan
berkasutkan kerelaan*) maksud dari kiasan tersebut antara lain bahwa:
1) Ikat pinggang, sebagai simbul pengencang pakaian, kalau tidak memakainya
akan kedodoran, dan tidak berpakaian secara layak. Ikat pinggang kebenaran
dipakai untuk pergi (melaksanakan tugas), yang berarti kebenaran disandang
terus dalam kegiatan sehari-hari, agar layak dalam berkarya.
2) Berperisai iman, artinya setiap ada serangan, kita berlindung pada iman, yakni
menaruh harap hanya kepada pertolongan Tuhan sang pencipta
3) Berbajuzirahkan keadilan, yakni dengan baju perang yang memberikan jaminan
perlindungan, kita melakukan sesuatu secara adil, tidak memihak, dan tanpa
pamrih. Dengan demikian kita akan terbebas dari pelanggaran agar terhindar
dari tuntutan kesalahan.
4) Berkasutkan kerelaan, yang berarti bahwa alas kaki (kasut) kita adalah
kerelaan. Dengan rela kita melakukan kebenaran dalam menjalani hidup
walaupun situasi tidak menyenangkan.
D. Komitmen dan konsiten
BAB V
KEGIATAN BELAJAR IV
KEDISIPLINAN
A.
Pengertian Umum
Secara umum istilah disiplin diartikan sebagai ketaatan kepada aturan dan tata tertib.
Sebagai kata kerja, disiplin merupakan latihan batin atau watak dengan maksud
supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib (WJS Poerwodarminta, Kamus
Bahasa Indonesia, 19 ...). . Menurut Prof. Bukhari Zainun dalam bukunya Manajemen
Sumber daya manusia dan Manajemen Personalia, bahwa disiplin adalah aksi
manajemen yang memberikan semangat kepada pegawai untuk mengikuti standar dan
pencegahan pelanggaran peraturan. Sedangkan Aliminsyah, SE dan Drs. Pandji, MA
mengemukakan bahwa disiplin adalah kemampuan menguasai diri sendiri yang diatur.
Disiplin berasal dari kata DISCIPLINA yang berarti Latihan atau pendidikan
kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat baik. Disiplin menitik beratkan
pada panduan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang baik terhadap
pekerjaan. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik pengertian bahwa disiplin adalah
suatu kemampuan pengendalian diri atau suatu pendidikan kesopanan dan kerohanian
serta pengembangan prilaku sesuai dengan aturan yang berlaku.
Kemampuan pengendalian diri selalu melekat pada seorang PNS yang berintegritas.
Padanya melekat nilai-nilai luhur yang dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten.
Pemberlakuakn nilai maupun ketaatannya pada aturan tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu. Kapanpun, dan dimanapun manifestasi dari nilai-nilai tersebut akan terus
dilakukan secara spontan, tidak mempertimbangkan apakah dilihat oleh yang lain,
atasan atau teman, maupun dalam keadaan sendiripun. Karenanya peraturan disiplin
baginya hanyalah suatu aturan kedinasan yang secara resmi diberlakukan untuk
menjaga ketertiban berorganisasi. Norma yang terkandung dalam aturan bukan lagi
sesuatu asing, yang berlainan dengan prinsip hidupnya.
B.
Peraturan disiplin
PNS sebagai unsur aparatur Negara yang adalah abdi Negara dan abdi mayarakat,
dalam menjalankan tugas dan peranannya harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Hal
ini sangat diperlukan agar penyelenggaraan tugas dan fungsi masing-masing personil
dapat berjalan dengan baik, untuk mendukung penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi.
Secara alamiah, integritas seseorang akan menuntun orang tersebut kepada suatu iklim
kehidupan yang tertib dan berdisiplin. Salah satu manifestasi dari nilai-nilai yang
terkandung dalam integritas, adalah kedisiplinan. Walaupun demikian secara umum
diperlukan panduan yang menuntun kepada suatu keseragaman tindak dan langkah
dalam menegakkan disiplin PNS.
Dalam rangka pembinaan disiplin PNS, telah ditetapkan Peraturan Disiplin PNS
sebagaimana tertuang dalam PP no. 30 tahun 1980 dan peraturan yang berkaitan
dengan hal itu. Dalam PP tersebut diuraikan secara mendetail tentang kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh PNS dan larangan yang tidak boleh dilanggar, serta sanksi
apabila kewajiban tidak dipenuhi atau larangannya dilanggar. Berbagai peraturan
tentang disiplin tersebut tidak untuk membatasi secara kaku ruang gerak Pegawai
Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus dibatasi secara, tetapi
kreativitas, inovasi dan ide-ide yang membangun serta dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat tetap harus dipupuk dan dikembangkan.
Peraturan tersebut ditetapkan mengingat:
1. Dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan Nasional, diperlukan adanya PNS
sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat yang penuh
kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara,
dan Pemerintah serta yang bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya
guna, berhasil guna, bersih, bermutu tinggi, dan sadar akan tanggung jawabnya
untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pernbangunan.
2. Untuk membina PNS yang demikian itu, antara lain diperlukan adanya Peraturan
Disiplin yang memuat pokok-pokok kewajiban, larangan, dan sanksi apabila
kewajiban tidak ditaati, atau larangan dilanggar.
Ketentuan tentang hal tersebut diuraikan berikut ini.
1.
Kewajiban PNS .
Kode etik PNS adalah norma-norma sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan PNS yang diharapkan dan dipertanggung jawabkan dalam
melaksanakan tugas pengabdiannya kepada bangsa, Negara, masyarakat, dan
tugas-tugas kedinasan organisasinya, serta pergaulan hidup sehari-hari sesame
PNS dan individu-individu dalam masyarakat. Adapun maksud dan tujuan Kode
Etik PNS adalah:
1. Untuk memberikan arah dan pedoman bagi PNS dalam bersikap, bertingkah laku
dan berbuat baik dalam melaksanakan tugas maupun pergaulan hidup
2. seharihari.
3. Untuk menjaga integritas, martabat, kehormatan, citra, dan kepercayaan PNS
melaksanakan setiap tugas, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab kepada
Negara, pemerintah, dan sesame PNS, masyarakat, dan organisasi.
Dalam PP tersebut selain Kode Etik PNS juga ditetapkan tentang pembinaan jiwa
korps, dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1. Membina karakter, watak, rasa persatuan dan kesatuan, solidaritas,
kebersamaan, kerjasama, tanggung jawab, dedikasi, kreativitas, kebanggaan
dan rasa memiliki organisasi PNS dalam melaksanakan tugas pemerintah,
organisasi dan masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan dan dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Untuk mewujudkan budaya kerja yang dijiwai oleh rasa persatuan dan kesatuan,
solidaritas, kebersamaan, kerjasama, tanggung jawab, dedikasi, kreativitas,
kebanggaan, dan rasa memiliki organisasi, sehingga terwujud PNS yang
bermutu tinggi dan sadar akan kedudukan dan tanggung jawabnya sesuai nilainilai moral yang disepakati bersama selaku unsure aparatur Negara.
Hubungan PNS dengan Tuhan Yang Maha Esa
1. Setiap PNS bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memilih agama sesuai
keyakinannya masing-masing.
2. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus bersikap hormat menghormati antar sesama warga
negara pemeluk agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
melaksanakan kerukunan antar umat beragama dalam semangat persatuan dan
kesatuan.
3. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menghayati dan mentaati serta mengamalkan sikap
kepatutan, kelayakan dan tata niiai yang berlaku dan berkembang di dalam masyarakat
sesuai nilai-nilai agama yang ada sebagai bagian dari jati diri dan integritas Pegawai
Negeri Sipii
1. Setiap Pegawai Negeri Sipil ,wajib serta taat kepada Pancasi!a dan Undang undang
Dasar 1945, dengan selalu mencoba memahami nilai-nilai moral yang terkandung di
dalamnya melaksanakan dan mengamalkannya
2. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menghayati, rnentaati, melaksanakan dan
mengamalkan sumpah/dan janji Pegawai negeri Sipil yang pernah diucapkan dalam
wujud sikap, perilakunya, dan perbuatannya sehari-hari, baik daiarn melaksanakan
tugas maupun dalam pergaulan sehari-hari.
3. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjunjung tinggi martabat dan kehormatan bangsa
dan Negara dengan menjaga, memelihara, mempertahankan unsure-unsur dan simbolsimbol negara sesuai kemampuan dan bidang tugasnya.
4. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib mengutamakan kepentingan negara, Bangsa,
Pemerintah dan Masyarakat di atas kepentingan pribadi atau golongan yang
diwujudkan dengan tekad dan kerja keras tanpa pemikiran dengan tujuan hasilnya
akan menguntungkan dirinya.
5. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi kepada
Negara yang diwujudkan dengan sikap, perilaku dan perbuatan yang mencerminkan
jawaban akan kebutuhan kegiatan Negara
6. Setiap Pegawai Negeri wajib memegang rahasia Negara
7. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang
berdampak pada kehormatan bangsa
Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memelihara keutuhan, kekompakan, persatuan Korps
Pegawai Negeri Sipil dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
2.
Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memegang teguh norma kedinasan, patuh dan taat
kepada pimpinan serta menjunjung tinygi sikap clan kehormatan Pegawai Negeri Sipil
yang diwujudkan dengan menjalankan tugas dar, kewajibannya dengan baik dan sesuai
dengan hierarkhi yang ada.
3.
Setiap Pegawai Negeri Sipi! wajib memelihara dan menjaga keutuhan asset arganisasi
yang ada sebagaimana miliknya sendiri.
4.
5.
Setiap Pegawai
kepemimpinan
bawahan serta
bawahan dalam
6.
Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai sikap berani mengawasi, memberi
koreksi kepada bawahan dan sebaliknya secara santun dan transparan terhadap
sikap, perilaku, perbuatan yang dianggap tercela dalam satu ikatan organisasi.
7.
Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai sikap loyal yang timbal balik dari
atasan terhadap bawahan dan dari bawahan terhadap atasan serta kesamping
dengan cara bertenggang rasa terhadap kebutuhan kebersamaan dalam
mewujudkan tujuan kedinasan.
8.
Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk
membatasi penggunaan dan segala kekayaan kedinasan sesuai perencanaan,
pelaksanaan dan tujuan kedinasan.
9.
Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai kemauan, kerelaan dan keberanian
untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya dengan kesiapan
memberikan penjelasan clan pertanggung jawaban secara transparan atas
perbuatan yang dilakukan.
10.
Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai kemauan, kerelaan dan keikhlasan
untuk pada saatnya menyerahkann tanggung jawab dan kedudukannya kepada
generasi berikutnya dengan tanpa harus mempertahankannya, dengan segala
cara.
Negeri Sipil wajib memberi suri tauladan yang baik sesuai norma
terhadap bawahan, menggugah semangat di tengah-tengah
mempengaruhi dan member dorongan dari belakang terhadap
lingkungan organisasi profesinya.
2.
Setiap Pegawai Negeri Sipil harus menjaga iintegritas, martabat dna wibawa sebagai
aparatur Negara dengan berperilaku yang baik di tengah masyarakat dengan
memperhatikan budaya, tradisi, kebiasaan, adat istiadat yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat setempat.
Hubungan PNS dengan diri sendiri
1.
Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjaga kesehatannya dengan sempurna untuk
menunjang pekerjaan sehari-hari baik sebagai Pegawai negeri Sipil maupun
kehidupan pribadi dan rumah tangganya.
2.
Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib membina kehidupan dirinya dan keluarganya
dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menunjang kelancaran pelaksanaan tugas
sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Setiap Pegawai Negeri Sipil harus memahami dan melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya, menjunjung tinggi ketidak berpihakan terhadap semua golongan, masyarakat,
individu, serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan.
Dengan demikian PNS dalam melaksanakan tugasnya tidak terjebak untuk bertindak
kolusif dan nepotisme, menguntungkan individu atau golongan masyarakat yang satu
dengan cara yang merugikan pihak individu atau golongan masyarakat yang fainnya.
Sehingga jika hal itu terjadi maka setiap PNS yang melakukan pelanggaran tersebut harus
dapat mempertanggung-jawabkan tindakannya.
Jiwa korps adalah rasa kesatuan dan persatuan, kebersamaa, kerja sama, tanggung jawab,
dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki organisasi PNS dalam NKRI.
Pembinaan Jiwa korps PNS dimaksudkan untuk meningkatkan perjuangan, pengabdian,
kesetiaan, dan ketaatan PNS kepada Negara kesatuan dan pemerintah RI.
Pembinaan jiwa korsa PNS bertujuan untuk:
a. Membina karakter/watak, memelihara rasa persatuan/kesatuan guna mewujudkan
kerja sama dan semangat pengabdian kepada masyarakat serta meningkatkan
kemampuan dan keteladanan PNS
b. Mendorong etos kerja PNS untuk mewujudkan PNS yang bermutu tinggi dan sadar
akan tanggung jawabnya sebagai unsure aparatur Negara, abdi Negara dan abdi
masyarakat
c. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesdaran, dan wawasan kebangsaaan
PNS sehingga dapat menaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam NKRI.
Setiap Pegawai Negeri Sipil harus senantiasa membina jiwa korps dengan menciptakan dan
memelihara kesetia-kawanan, kekompakan, dan kesatuan Krps Pegawai Negeri Sipil dalam
hubungan kedinasan yang meliputi:
(1)
(2)
(3)
(4)
Pemupukan dan peningkatan kesadaran cinta terhadap bangsa, negara dan tanah air
melalui berbagai kegiatan penyadaran yang diperlukan untuk itu;
(2)
(3)
(4)
(5)
C.
Sanksi terhadap pelanggaran disiplin tertuang dalam PP 30 tahun ., tantang Disiplin PNS,
yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan
dilanggar oleh PNS. Tujuan hukuman disiplin adalah untuk memperbaiki dan mendidik PNS
yang melakukan pelanggaran disiplin.
Yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin adalah :
Setiap ucapan, tulisan atau perbuatan PNS yang bertentangan dengan kewajiban dan
atau larangan adalah pelanggaran disiplin.
b.
Setiap pelanggaran disiplin yang dilakukan PNS, dikenakan sanksi dijatuhi hukuman disiplin
sesuai dengan tingkat/jenis pelanggaran yang dilakukan. Pejabat yang berwenang
menghukum wajib memeriksa lebih dahulu dengan seksama PNS yang melakukan
pelanggaran itu, dan sesuai dengan bobot pelanggarannya, dijatuhi hukuman.
Jenis hukuman
BAB VI
KEGIATAN BELAJAR V
terus berusaha belajar secara global dengan memikirkan kembali batasbatas, dan berusaha untuk menjadi yang terbaik.
menantang diri sendiri untuk mempelajari situasi dunia yang semakin luas
agar dapat memahami kondisi internasional
Kesadaran diri akan peran profesinya dalam organisasi, dalam pemerintahan/ negara
Menyadari akan peranannya sebagai unsur aparatur, abdi negara dan abdi
masyarakat dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik, dan bahwa ia akan
BAB VI
KEGIATAN BELAJAR V
PRIORITAS PROFESI PNS
Mengutamakan profesi menjadi pilihan yang harus dilakukan, agar segala tugas
dan pekerjaan yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik, menghasilkan
kinerja yang prima. Hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka mengasah
kepekaan nurani dan upaya mempertahankan kepercayaan yang sudah diberikan.
Dalam hal ini, standar aturan perilaku dari masing-masing bidang profesi menjadi
rujukan utama yang diselaraskan dengan nilai-nilai dari organisasi tsb. Hal ini
ditandai dengan perilaku yang mendukung nilai kejujuran (honesty), kepercayaan
(trustworthyness), keadilan (fairness), serta kehormatan (dignity). Lebih lanjut,
anggota secara terus menerus mengupayakan terpeliharanya konsistensi antara
keseluruhan tindakan profesionalnya maupun keputusan profesionalnya dengan
nilai kejujuran (honesty), kepercayaan (trustworthyness), keadilan (fairness)serta
kehormatan (dignity) tersebut. Upaya mempertahankan konsistensi antara sikap,
perilaku kerja dengan keseluruhan standar profesionalisme
serta nilai-nilai
organisasi adalah kunci keberhasilan dalam mewujudkan profesionalitas. Seorang
professional mengerti bagaimana harus mengutamakan profesinya. Namun
perwujudannya dalam mengutamakan profesi tersebut akan bergantung pada
tingkat kemampuan mengaktualisasi integritas masing-masing.
Tantangan paling berat yang dialami oleh organisasi adalah memberdayakan SDM
yang tidak kompeten. Kompetensi seseorang diukur dari kemampuannya
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilannya, serta sikap dan
perilaku yang mendukung terselenggaranya pelaksanaan tugas. Dari segi
kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi serta keterampilan banyak orang cerdik
pandai yang menjadi bagian dalam organisasi. Tetapi berapa persen orang yang
mempunyai integritas, yang sikap dan perilakunya mendukung penyelenggaraan
tugasnya dalam organisasi?
Mengingat terbatasnya SDM yang mempunyai kualifikasi seperti tersebut di atas,
maka yang sering terjadi bahwa apabila seseorang telah mampu mengaktualisasi
dirinya sebagai orang yang berintegritas, mencintai profesinya, dan professional
dalam melaksanakan tugasnya, maka setiap pekerjaan akan melibatkan orang
tersebut. Pimpinan tidak mau ambil resiko dengan melibatkan orang yang belum
jelas kemampuannya, maka yang telah sesuai dengan cara kerja, pola tindak, dan
sikap kerjanya akan terus dibebani tanggung jawab yang lebih besar. Ia tidak akan
kekurangan pekerjaan, tetapi akan kekurangan waktu untuk melaksanakan tugas.
Kesempatan melaksanakan pekerjaan yang strategis lebih banyak, dengan
demikian kesempatan untuk berinteraksi secara intens dengan pimpinan juga akan
menjadi lebih banyak. Setiap saat pimpinan akan mencarinya untuk membahas
berbagai masalah yang ditemui.
Situasi ini membuatnya menjadi pribadi yang mantap, yang semakin terdorong
semangatnya untuk meberikan kontribusi lebih banyak kepada organisasi, dan
bahkan rahasia organisasipun ada di tangannya. Dari pengalaman demi
pengalaman yang didapatkannya dalam pelaksanaan tugas, membekali dirinya
untuk dapat melihat permasalahan organisasi secara keseluruhan, bahkan dapat
melihatnya secara tajam untuk dapat mencari solusinya. Peranan yang didapatkan
membawanya menjadi faktor kunci keberhasilan organisasi, dan inilah yang
membuat yang bersangkutan menjadi merasa ingin semakin banyak terlibat, dan
menjadi penting untuk melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Ia
menjadi orang penting di organisasi. Dalam menerapkan serangkaian kompetensi
yang relevan dengan aktivitas pekerjaan profesional, baik itu kompetensi inti
(personal, sosial-keorganisasian, metode kerja) maupun kompetensi teknis
profesional, konsistensi mutlak diperlukan.
Dalam mengutamakan profesi akan dihadapkan pada factor pendorong dan
penghambat. Factor pendorong utamanya berasal dari diri sendiri, antara lain
motivasi diri yang kuat dan situasi dan kondisi yang mendukung. Sedangkan factor
penghambat bisa saja berasal dari keluarga, atau situasi kondisi yang tidak
mendukung. Situasi dan kondisi bisa berupa kondisi fisik yaitu kondisi ruang kantor,
maupun non fisik antara lain hubungan antar manusia di dalam organisasi.
PNS sebagai pribadi memiliki kebutuhan dasar yang mutlak harus terpenuhi.
Kebutuhan akan keamanan, kenyamanan, rasa diterima dan dihargai, serta
aktualisasi diri menjadi factor penting dalam motivasi. Bila kebutuhan keluarganya
tidak terpenuhi, maka hal tersebut akan menjadi penghalang untuk pengutamaan
profesi. Karenanya PNS perlu mengelola rumah tangganya dan menyesuaikan diri
dengan pendapatannya, karena kecukupan tidak hanya diukur dari banyaknya yang
dapat diberikan, tetapi dari persepsi atas kebutuhan itu sendiri. Dengan kecukupan
yang didapatkan oleh keluarga, maka seisi rumahnya dapat mendukung
pengutamaan profesi PNS yang ada di dalamnya.
B. Pelaksanaan tugas adalah bagian dari ibadah
Ibadah atau juga disebut ibadat, adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada
Tuhan, atau menunaikan segala kewajiban yang diperintahkan agama dengan
sungguh-sungguh. Seperti diajarkan dalam agama apapun, bahwa manusia
diciptakan tujuannya adalah untuk beribadah kepada Tuhan sang pencipta. Jadi
dalam segala hal yang dilakukan, seharusnyalah hal tersebut merupakan
perwujudan ibadahnya kepada Tuhan.
Seorang PNS setiap harinya dihadapkan pada tugas-tugas dan pekerjaan rutin yang
memerlukan tenaga dan konsentrasi yang tinggi agar dapat menghasilkan sesuatu
untuk menunjang tercapainya tujuan organisasi. Dengan profesionalitas dan
berbekal integritas dan komitmen seorang PNS akan menghadapi tugasnya dengan
dedikasi, tanpa memandang rendah pekerjaan yang sederhana dan melaksanakan
pekerjaan dan tugasnya dengan kesungguhan. Setiap pelaksanaan tugas
dipertanggung jawabkan secara baik, tidak hanya untuk organisasi dan atasannya,
tetapi terlebih untuk Khaliknya yang telah memberikan kemampuan dan
kesempatan.
Suatu nikmat yang harus disyukuri apabila kepada kita diberikan kesempatan untuk
melaksanakan tugas-tugas negara, terlebih lagi bila tugas-tugas tersebut terkait erat
dengan tugas pokok dan tujuan organisasi. Tidak semua orang diberikan
kepercayaan dan nikmat seperti yang kita terima. Apabila kita sadar akan hal
tersebut maka seorang PNS tidak akan sembarangan dalam melaksanakan setiap
tugas yang diberikan kepadanya, yang mungkin akan mengakibatkan
kesembronoan dan keteledoran. Kesembronoan dan keteledoran akan
menyebabkan hasil yang dicapai tidak optimal, bahkan mungkin akan terjadi suatu
kegagalan yang mengakibatkan terhambatnya pencapaian tujuan organisasi.
Dengan pemahaman yang demikian, maka selayaknyalah setiap yang dilakukan
merupakan cerminan dari wujud ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Integritas pribadi yang telah dibangun menuntun setiap PNS mengasah kepekaan
nuraninya dalam memperjuangankan perwujudan nilai luhur yang diyakininya,
menjadi landasan kerja untuk membina situasi batiniah yang nyaman. Bentuk
ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa berarti menjaga integritas dan komitmen
dalam tugas, menjaga hubungan batin yang kondusif dengan sesama PNS di dalam
maupun di luar kedinasan, dengan masyarakat, negara dan bangsa, dan juga
dengan diri sendiri.
Memandang tugas dan pekerjaan sebagai bagian integral dari ibadahnya kepada
sang pencipta tidak dapat dipisahkan dengan perilaku dan sikap dalam menghadapi
pekerjaan itu sendiri. Semua tugas dan pekerjaan pada akhirnya ditujukan untuk
pencapaian tujuan organisasi. Segi positif yang kita pahami dari tugas kita, akan
menjadi faktor penting dalam motivasi, dan akan menjadi kekuatan besar dalam
mendorong semangat pengabdian. Sekecil apapun peranan kita, maka hal tersebut
kita pahami sebagai bagian dari ibadah karena kita lakukan demi tercapainya tujuan
organisasi.
BAB VI
PENUTUP
Seorang pegawai negeri sipil akan menjadi Profesional apabila unsur penguasaan
ilmu pengetahuan selalu dapat mengikuti perkembangan sesuai dengan