Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Data Umum
Drainase

merupakan

sebuah

sistem

yang

dibuat

untuk

menangani

persoalan kelebihan air baik kelebihan air yang berada di bawah permukaan tanah
maupun air yang berada di bawah permukaan tanah. Kelebihan air dapat disebabkan
oleh intensitas hujan yang tinggi atau akibat dari durasi hujan yang lama. Secara umum
drainase didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha untuk mengalirkan
air yang berlebihan pada suatu kawasan. (Menurut Wesli, Drainase Perkotaan, 2008).
Drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang khusus mengkaji kawasan
perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial
budaya yang ada di kawasan kota tersebut. Drainase perkotaan juga merupakan sistem
pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi kawasan
permukiman, industri & perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan olah raga, dan
lain-lain. Disain drainase perkotaan memiliki keterkaitan dengan tata guna lahan, tata
ruang kota, master plan drainase kota dan kondisi sosial budaya masyarakat terhadap
kedisiplinan dalam hal pembuangan sampah.

Universitas Sumatera Utara

2.2

Karateristik Wilayah Studi

2.2.1 Genangan dan Permasalahannya


Genangan atau banjir merupakan suatu permasalahan drainase perkotaan.
Genangan dapat terjadi akibat air hujan. Faktor - faktor Penyebab Permasalahan Banjir di
Medan saat ini, secara umum dijelaskan sebagai berikut:
1.

Kondisi lahan daerah pengaliran sungai-sungai yang melewati

kota sudah pada

taraf yang sangat memprihatinkan, hal ini mengakibatkan peningkatan debit banjir
yang sangat signifikan dengan bertambahnya Koefesien Run-Off. Daerah-daerah
yang dulunya merupakan daerah resapan air yang diharapkan mampu menyimpan
dan menahan air telah berubah fungsi menjadi daerah pemukiman bahkan
beberapa diantaranya telah berubah menjadi daerah industri.
2.

Permasalahan sampah di saluran-saluran drainase yang ada. Masalah ini


merupakan masalah klasik yang menuntut kesadaran dan partisipasi masyarakat
sekitar.

3.

Bukaan/lubang disisi-sisi jalan yang berfungsi untuk menampung

dan

menyalurkan limpasan air hujan yang berada sepanjang jalan menuju ke saluran
(Street Inlet) yang tidak terawat dengan baik sehingga menyulitkan air untuk
mengalir dari jalan menuju saluran yang ada.
Faktor khusus dari penyebab permasalahan banjir Medan : kurangnya saluran
induk yang melayani sistem drainase makro kota medan, sedangkan saluran-saluran
induk yang ada sekarang ini beberapa diantaranya dalam kondisi yang terlalu dangkal
sehingga sulit untuk menarik air dari daerah sekitarnya.

2.2.2 Letak Geografis


Pemerintahan pada kecamatan Medan Polonia mempunyai luas wilayah seluas
9,01 km2 yang terletak diatas permukaan Laut 27 meter dan yang terdiri dari 5
kelurahan. Batas wilayah secara administrasi adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun
Dan Pemerintahan pada kecamatan Medan Johor mempunyai luas wilayah
seluas 1.696 Ha yang terdiri dari 6 kelurahan. Batas wilayah secara administrasi
adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun dan Medan
Polonia
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Namorambe dan Delitua
Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang dan Medan
Tuntungan
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas

2.2.3. Tofografi dalam daerah pengaliran


Kondisi topografi seperti corak, elevasi, gradient, arah pengaliran dan lain- lain
dari daerah pengaliran mempunyai pengaruh terhadap sungai dan hidrologi daerah
pengaliran tersebut. Corak daerah pengaliran adalah faktor bentuk yakni perbandingan
panjang sungai utama terhadap lebar rata-rata daerah pengaliran.

Jika faktor bentuk menjadi lebih kecil dengan kondisi skala daerah pengaliran
yang sama maka hujan lebat yang merata akan berkurang dengan perbandingan
yang sama sehingga kemungkinan terjadi banjir akan kecil. Elevasi daerah pengaliran
dan elevasi rata-rata mempunyai hubungan dengan infiltrasi, limpasan permukaan,
kelembaban dan pengisian air tanah. Gradien daerah pengaliran adalah salah satu
faktor

penting

yang

mempengaruhi

waktu mengalirnya aliran permukaan, waktu

konsentrasi dan mempunyai hubungan langsung terhadap debit banjir. Arah daerah
pengaliran mempunyai pengaruh terhadap kehilangan evaporasi dan transpirasi
karena mempengaruhi kapasitas panas yang diterima dari matahari.
Perencanaan sistem drainase sangat ditentukan oleh topografi wilayah.
Kesalahan data topografi akan mengakibatkan kerugian-kerugian yang tidak terduga
akibat terjadinya banjir dan genangan yang timbul dari perencanaan sistem
drainase yang salah.

Gambar 2.1. Siklus terbentuknya drainase alamiah

2.2.4. Klimatologi
Dengan

adanya

kutipan

dari

buku

Badan

Pusat

Statistik,

daerah

Kecamatan Medan Polonia terletak pada ketinggian 27 meter diatas permukaan laut,
mempunyai luas wilayah seluas 9,01 km2, dan daerah Kecamatan Medan Johor luas
areal 1.696 Ha.
Dari hal diatas kita dapat mengetahui bahwa, permasalahan utama drainase
adalah terjadinya genangan. Daerah genangan ini mencakup genangan potensial. Halhal yang perlu di catat adalah sebagai beriikut :
1. Petakan lokasi genangan yang berada dalam area studi.
2.

Catat luas, tinggi dan lamanya genangan serta frekuensi dan waktu
kejadian dalam satu tahun untuk masing-masing daerah genangan.

3. Catat penyebab genangan apakah disebabkan karena hujan atau karena


tidak dapat mengalir dan lain-lain.
Masalah banjir atau genangan yang terjadi pada lokasi tertentu dan penyebab
banjir atau genangan tersebut dapat berasal dari kota itu sendiri, akibat kurang
berfungsinya saluran drainase yang ada, juga berasal dari luar kotadisebabkan
meluapnya sungai sekitarnya akibat terlalu mengalir air hujan dari bagian hulu. Besarnya
kerugian tergantung besaran genangan meliputi luas, frekuensi, tinggi dan lamanya
genangan, tetapi yang paling menentukan besarnya kerugian adalah nilai kegiatan yang
ada dalam lokasi tersebut. Pendekatan umum mengenai penentuan alternatif
pemecahan

masalah drainase

banjir/genangan itu sendiri.

bertitik

tolak

dari penyebab utama timbulnya

Ditinjau dari segi fungsi pelayanan sistem drainase perkotaan diklasifikasi


menjadi sistem drainase utama (major drainage sistem) dan sistem drainase lokal (minor
drainage sistem).
a. Sistem Drainase Utama
Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran primer, sekunder dan
tersier beserta bangunan kelengkapannya yang melayani kepentingan sebagian
besar warga masyarakat. Pengelolaan sistem utama merupakan tanggung jawab
pemerintah kota.
b. Sistem Drainase Lokal
Yang merupakan dalam sistem drainase local adalah sistem saluran awal yang
melayani suatu kawasan kota tertentu seperti kompleks permukiman, areal pasar,
perkantoran, areal industry dan komersial. Sistem ini melayani area lebih kecil
dari 10 Ha.
Bila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan saluran), sistem dainase perkotaan
diklasifikasikan atas saluran primer, sekunder, tersier dan seterusnya.
a. Sistem Saluran Primer
Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder dimensi
saluran relatif besar. Akhir saluran primer adalah badan penerima air.
b. Sistem Salura Sekunder
Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dan saluran
tersier dan limpasan air permukaan sekitarnya, dan meneruskan aliran ke saluran
primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan.

c. Sistem Saluran Tersier


Adalah saluran drainase yang menerima air dari sistem drainase lokal dan
menyalurkannya ke saluran sekunder.

2.3.

Analisa Hidrologi
Dalam Perencanaan berbagai macam bangunan air, seperti persoalan drainase

dan bangunan pengendalian banjir diperlukan Analisa Hidrologi khususnya masalah


hujan sebagai sumber air yang akan dialirkan pada sistem drainase
sebagai

akibat

tidak

mampunya

sistem

dan

limpasan

drainase mengalirkan ke tempat

pembuangan akhir. Disain hidrologi diperlukan untuk mengetahui debit pengaliran.


Dalam menentukan dimensi penampang dari berbagai bangunan pengairan
misalnya saluran drainase diperlukan suatu penentuan besar debit rencana. Untuk itu
perlu diketahui faktor-faktor yang digunakan untuk menganalisa debit rencana:

2.3.1. Data Curah Hujan


Hujan merupakan komponen yang penting dalam analisa hidrologi perencanaan
debit untuk menentukan dimensi saluran dainase. Penentuan hujan rencana dilakukan
dengan analisa frekuensi terhadap data curah hujan harian maksimum tahunan,
dengan lama pengamatan sekurang-kurangnya 10 tahun.

2.3.2. Analisa Frekuensi Curah Hujan


Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat
jenis distribusi yang paling banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah :
-

Distribusi Normal

Distribusi Log Normal

Distribusi Log Person III

Distribusi Gumbel
Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis data

yang meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi dan koefisien skewness
(kecondongan atau kemencengan).
Tabel 2.1 Parameter statistik yang penting

Parameter

Sampel

Polpulasi

i1

n
X 1 Xi
n

Rata-rata
Simpangan Baku
(Standar deviasi)
Koefisien Variasi

n
i1

Ex

s
x

CV

x x

xf xdx

1 n 2
x x
n 1 i 1i

Koefisien Skewness

EX

CV

G
3
n 1n yang
2s Berkelanjutan : 34)
(Suripin, 2003, Sistem Drainase Perkotaan

Ex
3

1
2

2.3.2.1 Distribusi Normal


Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss. Fungsi
densitas peluang normal PDF (Probability Density Function) yang paling dikenal adalah
bentuk bell dan dikenal sebagai distribusi normal. PDF distribusi normal dapat dituliskan
dalam bentuk rata-rata dan simpangan bakunya, sebagai berikut :
x
PX
exp
2

1
2

Dimana :

(2.1)

x
22

P(X)

= fungsi densitas peluang normal (ordinat kurva normal)

= variable acak kontinu

= rata rata nilai X

= simpangan baku dari nilai X

Dalam pemakaian praktis, umumnya rumus tersebut tidak digunakan


secara langsung karena telah dibuat tabel untuk keperluan perhitungan, dan juga
dapat didekati dengan :
KT

XT X
S

Dimana : XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dalam periode ulang T


Tahunan
X

= nilai rata-rata hitung variat

= deviasi standar nilai variat

KT

= faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss)

(2.2)

Nilai faktor frekuansi (KT), umumnya sudah tersedia dalam tabel untuk
mempermudah perhitungan, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut, biasa disebut
sebagai tabel nilai variabel reduksi Gauss (Variabel reduced Gauss).

Tabel 2.2 Nilai Variabel Reduksi Gauss


No

Periode Ulang, T (tahun)

Peluang

KT

1
1,001
0,999
-3.05
2
1,005
0,995
-2,58
3
1,010
0,990
-2,33
4
1,050
0,950
-1,64
5
1,110
0,900
-1,28
6
1,250
0,800
-0,84
7
1,330
0,750
-0,67
8
1,430
0,700
-0,52
9
1,670
0,600
-0,25
10
2,000
0,500
0
11
2,500
0,400
0,25
12
3,330
0,300
0,52
13
4,000
0,250
0,67
14
5,000
0,200
0,84
15
10,000
0,100
1,28
16
20,000
0,050
1,64
17
50,000
0,020
2,05
18
100,000
0,010
2,33
19
200,000
0,005
2,58
20
500,000
0,002
2,88
21
1,000,000
0,001
3,09
(Suripin, 2003, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan : 37)

2.3.2.2 Distribusi Log Normal


Jika variabel Y = Log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan mengikut i
distribusi Log Normal. PDF (Probability Density Function) untuk distribusi Log
Normal dapat dituliskan dalam bentuk rata-rata dan simpangan bakunya, sebagai
berikut :

PX

exp
X 2

Y LogX

Y
2

2Y

(2.3)

Dimana :

P(X)

= peluang log normal

= nilai varian pengamatan

= nilai rata-rata populasi Y

= deviasi standar nilai variat Y

Dengan persamaan yang dapat didekati :

Dimana :

YT

YT Y K T S

(2.4)

YT Y
S

(2.5)

= perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode


ulang T- tahunan

= nilai rata-rata hitung variat

= deviasi standar nilai variat

KT

= faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau


periode ulang

2.3.2.3 Distribusi Log Person III


Pada

situasi

tertentu,

walaupun

data

yang

diperkirakan

mengikuti

distribusi sudah konversi kedalam bentuk logaritmis, ternyata kedekatan antara data dan
teori tidak cukup kuat untuk menjustifikasi pemakaian distribusi log normal.

Salah satu distribusi dari serangkaian distribusi yang sikembangkan person yang
menjadi perhatian ahli sumber daya air adalah Log-Person Type III (LP III). Tiga
parameter penting dalam LP III yaitu harga rata-rata, simpangan baku dan koefisien
kemencengan. Yang menarik adalah jika koefisien kemencengan sama dengan nol maka
perhitungan akan sama dengan log Normal.
Berikut ini langkah-langkah penggunaan distribusi Log-Person Type III :
-

Ubah data kedalam bentuk logaritmis, X = Log X

Hitung harga rata-rata :


n

log X
-

i1

(2.6)

log X i
n

Hitung harga simpangan baku :


n

log X log X

0.5

i1

(2.7)

n1

Hitung koefisien kemencengen :


n
log X 3
n log X i
G i1
3
n 1n 2s

(2.8)

Hitung logaritma hujan atau banjir periode ulang T dengan rumus :

log XT = log X + K.S

(2.9) K

adalah variable standar (standardized variable) untuk X yang besarnya


tergantung koefisien kemencengan G, dicantumkan pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Nilai K untuk distribusi Log Person III


Interval Kejadian (Recurrence Interval), Tahun (Periode Ulang)
10,101 12,500
2
5
10
25
50
Koef.
Persentase Peluang Terlampaui (Percent Chance Of Being Exceeded)
99
80
50
20
10
4
2
3.0
-0.667 -0.636 -0.396 0.420
1,180
2,278
3,152
2.8
-0.714 -0.666 -0.384 0.460
1,210
2,275
3,144
2.6
-0.769 -0.696 -0.368 0.499
1,238
2,267
3,071
2.4
-0.832 -0.725 -0.351 0.537
1,262
2,256
3,023
2.2
-0.905 -0.752 -0.330 0.574
1,284
2,240
2,970
2.0
-0.990 -0.777 -0.307 0.609
1,302
2,219
2,192
1.8
-1.087 -0.799 -0.282 0.643
1,318
2,193
2,848
1.6
-1.197 -0.817 -0.254 0.675
1,329
2,163
2,780
1.4
-1.318 -0.832 -0.225 0.705
1,337
2,128
2,076
1.2
-1.449 -0.844 -0.195 0.732
1,340
2,087
2,626
1.0
-1.588 -0.852 -0.164 0.758
1,340
2,043
2,542
0.8
-1.733 -0.856 -0.132 0.780
1,336
1,993
2,453
0.6
-1.880 -0.857 -0.099 0.800
1,328
1,939
2,359
0.4
-2.029 -0.855 -0.066 0.516
1,317
1,880
2,261
0.2
-2.178 -0.850 -0.033 0.830
1,301
1,818
2,159
0.0
-2.326 -0.842 0.000
0.842
1,282
1,715
2,051
-0.2
-2.472 -0.830 0.033
0.850
1,258
1,680
1,945
-0.4
-2.615 -0.816 0.066
0.855
1,231
1,606
1,834
-0.6
-2.755 -0.800 0.099
0.857
1,200
1,528
1,720
-0.8
-2.891 -0.780 0.132
0.856
1,166
1,448
1,606
-1.0
-3.022 -0.758 0.164
0.852
1,086
1.366
1,492
-1.2
-2.149 -0.732 0.195
0.844
1,086
1,282
1,379
-1.4
-2.271 -0.705 0.225
0.832
1,041
1,198
1,270
-1.6
-2.238 -0.675 0.254
0.817
0.994
1,116
1,166
-1.8
-3.499 -0.643 0.282
0.799
0.945
1,035
1,069
-2.0
-3.605 -0.609 0.307
0.777
0.895
0.959
0.980
-2.2
-3.705 -0.574 0.330
0.752
0.844
0.888
0.900
-2.4
-3.800 -0.532 0.351
0.725
0.795
0.823
0.823
-2.6
-3.889 -0.490 0.368
0.696
0.747
0.764
0.768
-2.8
-3.973 -00469 0.384
0.666
0.702
0.712
0.714
-3.0
-7.051 -0.420 0.696
0.636
0.666
0.666
0.666
(Suripin, 2003, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan : 43)

100
1
4,051
3,973
2,889
3,800
3,705
3,605
3,499
3,388
3,271
3,149
3,022
2,891
2,755
2,615
2,472
2,326
2,178
2,028
1,880
1,733
1,588
1,449
1,318
1,197
1,087
0.990
0.905
0.832
0.796
0.714
0.667

2.3.2.4 Distribusi Gumbel


Gumbel menggunakan harga ekstrim untuk menunjukkan bahwa untuk setiap
data merupakan data exponential. Jika jumlah populasi yang terbatas dapat didekati
dengan persamaan :

X X SK

Dimana :

(2.10)

= harga rata-rata sample


S

= nilai varian pengamatan

Faktor probabilitas K untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan


dalam persamaan :
K

Dimana :

Tr

Y nY
Sn

(2.11)

Yn

= reduced mean yang tergantung jumlah sample/data ke-n

Sn

= reduced standard deviation, yang juga tergantung pada


jumlah sample/data ke-n

YTr

= reduced variated, yang dapat dihitung dengan persamaan

berikut ini.
Y

Tr

ln ln

T 1
Tr

(2.12)

Tabel 2.4 : Standard Deviasi (Yn), Tabel 2.5 : Reduksi Variat (YTr) dan Tabel 2.6 :
Reduksi Standard Deviasi (Sn) berikut mencantumkan nilai-nilai Variabel Reduksi
menurut Gauss untuk menyelesaikan persamaan 2.11.

Tabel 2.4 Standar Deviasi (Yn) untuk Distribusi Gumbel


No
0
1
2
3
4
5
6
7
10 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0.5128 0.5157 0.5181
20 0.5236 0.5252 0.5268 0.5283 0.5296 0.5309 0.5320 0.5332
30 0.5362 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5403 0.5410 0.5418
40 0.5436 0.5442 0.5448 0.5453 0.5458 0.5463 0.5468 0.5473
50 0.5486 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5511
60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540
70 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563
80 0.5569 0.5570 0.5572 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581
90 05586 0.5587 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5595 0.5596
100 0.5600 0.5602 0.5603 0.5604 0.5606 0.5607 0.5608 0.5609
(Suripin, 2003, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan : 51)

0.5202

0.5220

0.5343

0.5353

0.5424

0.5346

0.5477

0.5481

0.5515

0.5518

0.5543

0.5545

0.5565

0.5567

0.5583

0.5585

0.5598

0.5599

0.5510

0.5611

Tabel 2.5 Reduksi Variat (YTR) sebagai fungsi Periode Ulang Gumbel
Periode Ulang,
TR

Reduced
Variate, YTR

Periode Ulang,
TR

Reduced
Variate, YTR

(Tahun)
(Tahun)
(Tahun)
2
0.3668
100
5
1.5004
200
10
2.251
250
20
2.9709
500
25
3.1993
1000
50
3.9028
5000
75
4.3117
10000
(Suripin, 2003, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan : 52)

(Tahun)
4.6012
5.2969
5.5206
6.2149
6.9087
8.5188
9.2121

Tabel 2.6 Reduksi Standard Deviasi (Sn) untuk Distribusi Gumbel


No
0
1
2
3
4
5
6
7
10
0.94 0.96 0.99 0.99 1.00 1.020 1.03 1.04
20
1.06 1.06 1.07 1.08 1.08 1.091 1.09 1.10
30
1.11
1.11
1.11
1.12 1.12 1.128 1.13 1.13
40
1.14 1.14 1.14 1.14 1.14 1.151 1.15 1.15
50
1.10 1.16 1.16 1.16 1.16 1.168 1.16 1.17
60
1.17 1.17 1.17 1.17 1.17 1.180 1.18 1.18
70
1.18 1.18 1.18 1.18 1.18 1.189 1.19 1.19
80
1.19 1.19 1.19 1.19 1.19 1.197 1.19 1.19
90
1.20 1.20 1.20 1.20 1.20 1.203 1.20 1.20
10
1.20 1.20 1.20 1.20 1.20 1.208 1.20 1.20
(Suripin, 2003, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan : 52)44e

8
1.049
1.104
1.136
1.157
1.172
1.183
1.192
1.199
1.205
1.209

9
1.056
1.108
1.138
1.159
1.173
1.184
1.193
1.200
1.206
1.209

2.3.3. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah besar curah hujan selama satu satuan waktu
tertentu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan
dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisa
data hujan baik secara statistik maupun secara empiris.
Metode yang dipakai dalam perhitungan intensitas curah hujan adalah
Metode Mononobe yaitu apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia yang ada hanya
data hujan harian. Persamaan umum yang dipergunakan untuk menghitung hubungan
antara intensitas hujan T jam dengan curah hujan maksimum harian
sebagai berikut :
R
I

Dimana :

24

24
24 t

2
3

= Intensitas Hujan (mm/jam)

R24

= Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)

= lamanya hujan (jam)

(2.13)

Dengan menggunakan persamaan diatas intensitas curah hujan untuk berbagai


nilai waktu konsentrasi dapat ditentukan dari besar data curah hujan harian (24) jam.

2.3.4. Koefisien Limpasan


Limpasan merupakan gabungan antara aliran permukaan, aliran-aliran yang
tertunda pada cekungan-cekungan dan aliran permukaan (surface flow). Dalam
perencanaan drainase bagian air hujan yang menjadi perhatian adalah

aliran permukaan (surface runoff), sedangkan untuk pengendalian banjir tidak hanya
aliran permukaan tetapi limpasan (runoff).
Sebagaimana telah diuraikan dalam siklus hidrologi, air hujan yang turun dari
atmosfir jika tidak ditangkap oleh vegetasi atau oleh permukaan-permukaan buatan
seperti atap bangunan atau lapisan air lainnya, maka hujan akan jatuh ke permukaan
bumi dan sebagian menguap, berinfiltrasi atau tersimpan dalam cekungan-cekungan.
Bila kehilangan seperti cara-cara tersebut telah terpenuhi, maka sisa air hujan akan
mengalir langsung kepermukaan tanah menuju alur aliran yang terdekat.

Faktor factor yang berpengaruhi limpasan aliran pada saluran atau sungai
tergantung dari berbagai macam faktor secara bersamaan. Faktor yang berpengaruh
secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu :
-

Faktor meteorologi yaitu karateristik hujan seperti intensitas hujan, durasi hujan
dan distribusi hujan.

Karateristik DAS meliputi luas dan bentuk DAS, topografi dan tata guna lahan.
Ketetapan dalam menentukan besarnya debit air sangatlah penting dalam

penentuan dimensi saluran. Disamping penentuan luas daerah pelayanan drainase dan
curah hujan rencana, juga dibutuhkan besaran harga koefisien pengaliran (C).
Pengambilan harga C harus disesuaikan dengan rencana perubahan tata guna
lahan yang terjadi pada waktu yang akan datang. Berikut ini koefisien C untuk metode
rasional oleh McGuen, 1989 disajikan secara Tabel 2.4.

Tabel 2.7 Koefisien Limpasan Berdasarkan Tata Guna Lahan untuk Metode
Rasional, McGuen, 1989
Deskripsi Daerah
Perdagangan
Daerah Kota/dekat
Permukiman
Rumah tinggal
Kompleks
Permukiman
Apartemen
Industri
Industri ringan
Industri berat
Taman, kuburan
Lapangan bermain
Daerah halaman KA
Daerah tidak terawat

Koefisien
0.70-0.95

Sifat Permukaan
Jalan
Aspal
0.50 0.70
Beton
0.30 0.50
Batu bata
0.40 0.60
Batu kerikil
0.25 0.40
Jalan raya dan trotoir
0.50 0.70
Atap
0.50 0.80
Lapangan rumput
Tanah berpasir
0.60 0.90
Kemiringan 2
0.10 - 0.25
Rata-rata 2-7
0.10 0.25
Curam (7
0.20 0.40
Lapangan rumput
0.10 0.3
Tanah keras
Kemiringan 2
Rata-rata 2-7
Curam (7
(Suripin, 2003, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan : 81)

Koefisien
0.70 0.95
0.80 0.95
0.70 0.85
0.15 0.35
0.70 0.85
0.75 0.95
0.005 010
0.10 0.15
0.15 0.20

0.13 0.17
0.18 0.22
0.25 0.35

2.3.5. Debit Rencana


Perhitungan debit rencana untuk saluran drainase di daerah perkotaan
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Rasional. Debit rencana hendaknya
ditetapkan tidak terlalu kecil untuk menjaga agar jangan terlalu sering terjadi
ancaman perusakan bangunan atau daerah sekitarnya aleh banjir. Pemilihan atas
metode yang digunakan untuk menghitung besarnya debit aliran permukaan dalam
satuan internasional adalah Metode Rasional sebagai berikut :

Qp 0,278 C.Cs.I .A

(2.14)

Dimana :

Qp = Debit rencana (m3/dtk)


C

= Koefisien aliran Permukaan

Cs

= Koefisien tampungan

= Intensitas Hujan (mm/jam)

= Luas daerah Pengaliran (Ha).

Luas daerah pengeringan pada umumnya diwilayah perkotaan terdiri dari


beberapa daerah yang mempunyai karateristik permukaan tanah yang berbeda
(subarea) sehingga koefisien pengaliran untuk masing-masing subarea nilainya berbeda
dan untuk menentukan koefisien pengaliran pada wilayah tersebut dilakukan
penggabungan masing-masing sub area.

Untuk penentuan koefisien limpasan harus

dipilih dari pengetahuan akan daerah yang ditinjau terhadap pengalaman, dan harus
dipilih dengan jenis pembangunan yang ditetapkan oleh rencana kota.
Daerah yang memiliki cekungan untuk menampung air hujan relative mengalirkan
lebih sedikit air hujan dibandingkan dengan daerah yang tidak memiliki cekungan sama
sekali. Efek tampungan oleh cekungan ini terhadap debit rencana diperkirakan dengan
koefisien tampungan yang diperoleh dengan rumus
berikut ini :

Cs

2Tc
2Tc Td

(2.15)

2.3.6. Waktu Konsentrasi


Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan
yang jatuh, untuk mengalir dari titik terjauh sampai ketempat keluaran DAS (titik kontrol),
setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Dalam hal ini
diasumsikan bahwa bila durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, maka setiap
bagian DAS secara serentak telah menyumbangkan aliran terhadap titik control. Salah
satu metode untuk memperkirakan waktu konsentrasi adalah dengan rumus yang
dikembangkan oleh Kirpich (1940) yang
ditulis sebagai berikut :
Tc

Dimana : Tc

0.87 xL 2
1000xS

0.385

(2.16)

= Waktu Konsentrasi (jam) L


= Panjang saluran (km)

= Kemiringan rata-rata saluran

Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan membedakannya menjadi dua


komponen yaitu waktu yang diperlukan air untuk mengalir dipermukaan lahan
sampai saluran terdekat (to) dan waktu perjalanan dari pertama masuk saluran
sampai titik keluaran td sehingga Tc = to + td.

2
x3.28xLx

t
o

td

3
Ls
60V

0,167

(2.17)

S
(2.18)

Dimana :

to

= inlet time ke saluran terdekat (menit)

td

= conduit time sampai ke tempat pengukuran (menit)

= angka kekasaran manning

= kemiringan lahan (m)

= panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m)

Ls

= panjang lintasan aliran didalam saluran/sungai (m)

= kecepatan aliran didalam saluran (m/detik)

Titik terjauh to menuju saluran darainase

to
Titik
Td= Waktu aliran dalam saluran pengamatan
Saluran drainase
Jarak aliran

to= waktu yang diperlukan air untuk mengalir


melalui permukaan tanah ke saluran drainase

Titik terjauh to menuju saluran darainase

Gambar 2.2. Lintasan Aliran Waktu Inlet Time (To) dan Conduit Time (Td)

2.4.

Kriteria Hidrolika
Kriteria Hidrolika bertujuan untuk menentukan acuan yang digunakan dalam

menentukan dimensi hidrolis dari saluran drainase maupun bangunan pelengkap lainnya
dimana aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran saluran terbuka maupun
saluran tertutup.

2.4.1. Saluran Terbuka


Pada saluran terbuka terdapat permukaan air yang bebas, permukaan bebas ini
dapat dipengaruhi oleh tekanan udara luar secara langsung. Kekentalan dan gravitasi
mempengaruhi sifat aliran pada saluran terbuka.
Saluran terbuka umumnya digunakan pada daerah yang :
-

Lahan yang masih memungkinkan (luas)

Lalu lintas pejalan kakinya relative jarang

Beban di kiri dan kanan saluran relatif ringan


Beberapa rumusan yang digunakan dalam menentukan dimensi saluran :
Kecepatan Dalam Saluran Chezy

V= C RI
Dimana :

(2.19)

V = Kecepatan rata-rata dalam m/det


C = Koefisien Chezy
R = Jari-jari hidrolis (m)
I = Kemiringan atau gradient dari dasar saluran

Koefisien C dapat diperoleh dengan menggunakan salah satu dari


pernyataan berikut :

- Kutter :

0,0015 1
s
n
n (23 0,00155)
23

C
1

R
- Manning :

1
C R
R

- Bazin :

Dimana :

(2.21)

1
6

87
1

(2.20)

(2.22)

m
R

V = kecepatan (m/det)
C = koefisien Chezy (m/det) R
= jari-jari hidraulis (m)
S = kemiringan Dasar Saluran (m/m)

n = koefisien kekasaran Manning (det/m)


m = koefisien kekasaran, harganya tergantung jenis bahan saluran

Debit aliran bila menggunakan rumus Manning


Q A.V

R 2 I 2 .A (m / det)
n

(2.23)

Kondisi debit aliran berfluktuasi sehingga perlu memperhatikan kecepatan aliran.


Diupayakan agar pada saat debit pembuangan kecil masih dapat mengangkut
sedimen, dan pada keadaan debit besar terhindar dari bahaya erosi.
Penampang Saluran
Penampang saluran yang paling ekonomis adalah saluran yang dapat
melewatkan debit meksimum untuk luas penampang basah, kekasaran dan
kemiringan dasar tertentu. Berdasarkan persamaan kontinuitas, tampak jelas
bahwa untuk luas penampang melintang tetap, debit maksimum dicapai jika
kecepatan aliran meksimum. Dari rumus Manning maupun Chezy dapat dilihat
bahwa untuk kemiringan dasar dan kekasaran tetap, kecepatan maksimum
dicapai jika jari-jari hidraulik R maksimum.

Selanjutnya untuk penampang tetap, jari-jari hadraulik maksimum keliling


basah, P minimum. Kondisi seperti yang telah kita pahami tersebut memberi
jalan untuk menentukan dimensi penampang melintang saluran yang ekonomis
untuk

berbagai macam bentuk seperti tampang persegi dan tampang

trapezium.
1. Penampang Persegi Paling Ekonomis
Pada penampang melintang saluran berbentuk persegi dengan lebar
dasar B dan kedalaman air h, luas penampang basah A = B x h dan keliling
basah P. Maka bentuk penampang persegi paling ekonomis adalah jika
kedalaman setengah dari lebar dasar saluran atau jari-jari hidrauliknya
setengah dari kedalaman air.

Gambar 2.3. Penampang Saluran Persegi


Untuk bentuk penampang persegi yang ekonomis :
A B.h
P B 2h

(2.24)
(2.25)

atau

B 2h

B
2

(2.26)

Jari-jari hidroulik R :
R

A
P

B.h
B 2h

(2.27)

2. Penampang Saluran Trapesium Paling ekonomis


Luas penampang melintang A dan Keliling basah P, saluran dengan
penampang melintang bentuk trapesium dengan lebar dasar b, kedalaman h
dan kemiringan dinding 1:m (gambar 2.4.) dapat dirumuskan sebagai berikut
:

Gambar 2.4 Penampang Saluran Ttrapesium


(2.28)

A B mhh
P B 2h

(2.29)

m 1
B P 2h m 2 1

(2.30)
Penampang trapesium paling ekonomis adalah jika kemiringan
dindingnya m = 1/3 atau = 60. Dapat dirumuskan sebagai berikut :
2
(2.31)
B h 3
3
A h

(2.32)

- Kemiringan dinding saluran m (berdasarkan kriteria)


- Luas penampang (A) = (b+mh)h(m)
- Keliling basah (P) = b+2h 1+m (m)
- Jari-jari hidrolis R = A/P (m)
- Kecepatan aliran V

2.4.2. Saluran Tertutup

R2
n

(m / det)

(2.33)

Aliran dalam saluran terbuka digerakkan oleh gaya penggerak yang dilakuka
n oleh jumlah berat aliran yang mengalir menuruni lereng, sedang pada saluran
tertutup gaya penggerak tersebut dilakukan oleh gradient tekanan. Ketentuan-ketentuan
mengenai aliran bagi saluran tertutup yang penuh adalah tidak berlaku pada saluran
terbuka.
Pendekatan yang digunakan di Indonesia dalam merancang drainase perkotaan
masih

menggunakan cara konvensional,

yaitu dengan

menggunakan saluaran

terbuka. Bila digunakan saluran yang ditanam dalam tanah biasanya berbentuk bulat
atau persegi, maka diasumsikan saluran tersebut tidak terisi penuh (dalam arti tidak
tertekan), sehingga masih dapat dipergunakan persamaan saluran terbuka.
Saluran tertutup umumnya digunakan pada :
Daerah yang lahannya terbatas (pasar, pertokoan)
Daerah yang lalu lintas pejalan kakinya padat
Lahan yang dipaki untuk lapangan parker.

2.4.3 Dimensi Saluran


Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit harus ditampung oleh
3

saluran (Qs dalam m /det) lebih besar atau sama dengan debit rencana yang
3

diakibatkan oleh hujan rencana (QT dalam m /det). Kondisi demikian dapat dirumuskan
dengan persamaan berikut:

Qs QT

(2.34)

Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qs) dapat diperoleh dengan
rumus seperti di bawah ini:
Qs As.V

(2.35)

Di mana:
2

As = luas penampang saluran (m )


V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)
Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Manning sebagai berikut:
1 3 2 21
V .R .S
n

(3.36)

As
P

(3.37)

Di mana:
V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)
n = Koefisien kekasaran Manning (Tabel 2.9) R
= Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan dasar saluran
2

As = luas penampang saluran (m )


P = Keliling basah saluran (m)

Nilai koefisien kekasaran Manning n, untuk gorong-gorong dan saluran


pasangan dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Koefisien Kekasaran Manning
Tipe Saluran

Koefisien Manning (n)

a. Baja

0,011 0,014

b. Baja permukaan Gelombang c.

0,021 0,030

Semen

0,010 0,013

d. Beton

0,011 0,015

e. Pasangan batu

0,017 0,030

f. Kayu

0,010 0,014

g. Bata h.

0,011 0,015

Aspal

0,013

(Wesli, 2008, Drainase Perkotaan : 97)

Nilai kemiringan dinding saluran diperoleh berdasarkan bahan saluran yang


di gunakan. Nilai kemiringan dinding saluran dapat dilihat pada Tabel 2.9
Tabel 2.9 Nilai Kemiringan Dinding Saluran Sesuai Bahan
Bahan Saluran

Kemiringan dinding (m)

Batuan/ cadas

Tanah lumpur

0,25

Lempung keras/ tanah


Tanah dengan pasangan batuan
Lempung

0,5 1
1
1,5

Tanah berpasir lepas

Lumpur berpasir

Sumber: ISBN: 979 8382 49 8

Anda mungkin juga menyukai