Anda di halaman 1dari 121

SAMBUTAN

Sesuai amanat Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangaan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN mengalami pengayaan muatan
program, selain menangani program Keluarga Berencana, juga program Pengendalian
Penduduk.
Terkait tugas fungsi tentang Pengendalian Penduduk tersebut, diharapkan BKKBN menjadi
rujukan data terutama yang berkaitan erat dengan isu kependudukan, seperti: kesehatan,
pendidikan, ketenagakerjaan, pertanian dan pangan.
Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia ini diterbitkan dengan
berorientasi kepada 5 bidang atau isu yang terkait erat dengan isu kependudukan tersebut.
Diuraikan pengertian dan ilustrasi data dari variabel-variabel yang merepresentasikan
bidang kesehatan, pendidikan, ketengakerjaan, pertanian dan pangan.
Saya menyambut gembira dengan diterbitkannya Buku Profil Kependudukan dan
Pembangunan di Indonesia ini. Diharapkan melalui Buku Profil ini, dapat diidentifikasi
permasalahan kependudukan di Indonesia. Selanjutnya dengan diketahuinya besaran
masalah kependudukan, diharapkan seluruh sektor pembangunan dapat merumuskan
alternatif solusi pemecahannya.
Semoga penyusunan buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional
Indonesia ini memberikan manfaat bagi pengembangan program pembangunan nasional
yang berwawasan kependudukan.

Jakarta,

September 2013

Kepala BKKBN,

Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA


ii

ii

KATA PENGANTAR

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), diharapkan Indonesia mencapai
kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) , yang ditandai dengan TFR sebesar 2,1 dan
NRR=1.
Untuk mencapai kondisi PTS tersebut, program pembangunan nasional perlu diarahkan
agar selaras dengan kebijakan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Untuk
menyusun program yang berwawasan kependudukan, maka diperlukan data dasar
(baseline) yang berisi profil kependudukan pada tingkat nasional. Untuk itulah disusun buku
Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia.
BKKBN sebagai institusi pemerintah yang menangani bidang Pengendalian Penduduk serta
Keluarga Berencana, berkewajiban menyediakan data dasar berupa Profil Kependudukan
tersebut. Profil Kependudukan dan Pembangunan pada jangka panjang, hendaknya tidak
saja memotret situasi kependudukan di tingkat nasional, namun juga mengerucut semakin
detil pada tingkat provinsi, kabupaten/kota,kecamatan, bahkan bila memungkinkan sampai
tingkat desa/ kelurahan. Tujuannya, agar secara spesifik dapat dipetakan permasalahan
kependudukan terjadi pada wilayah yang mana. Dengan demikian, akan lebih memudahkan
penentu kebijakan terkait dalam mengidentifikasi sekaligus menangani wilayah manakah
yang memiliki permasalahan kependudukan.
Buku Profil Kependudukan dan Pembangunan di tingkat Nasional Indonesia ini disusun atas
kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan (PUSDU) dengan
Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk (DITRENDUK). Penyajian Profil dengan
menggabungkan variabel-variabel secara lintas sektor atau bidang. Untuk itu, diperlukan
kesepakatan tidak saja antar komponen BKKBN, namun yang lebih penting antar sektor.
Dengan demikian, dokumen buku Profil ini disepakati dan disetujui oleh seluruh pihak, dan
menjadi sumber referensi atau rujukan utama dalam bidang Pengendalian Penduduk di
Indonesia.
Akhir kata, kami mengharapkan masukan secara konstruktif terhadap dokumen ini, terutama
menyangkut variabel-variabel yang dibahas dalam buku Profil Kependudukan dan
Pembangunan tingkat Nasional Indonesia ini. Terima kasih.
Jakarta, Agustus 2013
Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN

Dr. Wendy Hartanto, MA.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA


ii

iii

DAFTAR ISI
SAMBUTAN ...
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......
DAFTAR TABEL ..............................................................................................................
DAFTAR TABEL LAMPIRAN............................................................................................

ii
iii
iv
vi
viii
x

PENDAHULUAN ... 1

BAB 1.
1.1
1.2
1.3
1.4

Latar Belakang....
Tujuan...
Kerangka Pikir.....
Sumber Data ..

1
2
2
3

DINAMIKA PENDUDUK......

2.1

Kuantitas Penduduk................................................................................
2.1.1 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk .....
2.1.2 Perubahan struktur umur menurut jenis kelamin penduduk...
2.1.3 Persebaran penduduk.....

4
4
5
8

2.2

Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi....


2.2.1 Kecenderungan dan pola fertilitas.....
2.2.2 Pola perkawinan
2.2.3 Kesertaan ber KB.
2.2.3.1 Pasangan usia subur.......................................................
2.2.3.2 Contraceptive prevalence rate dan mix kontrasepsi........
2.2.3.3 Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang tidak
Terpenuhi.........................................................................
2.2.3.4 Alasan tidak memakai kontrasepsi...................................
2.2.3.5 Median lama dan frekuensi menyusui secara eksklusif..

10
10
13
14
14
15

BAB 2.

19
20
20

2.3

Mortalitas dan Faktor yang Mempengaruhi... 21


2.3.1 Kecenderungan dan pola mortalitas... 21
2.3.2 Penyebab Kematian.. 23

2.4

Migrasi. 24
2.4.1 Kecenderungan dan pola migrasi risen .... 24
2.4.2 Kecenderungan dan pola migrasi seumur hidup .... 24
PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN ... 26

BAB 3.
3.1
3.2
3.3
3.4

Pencapaian Pembangunan Manusia........................................


Pembangunan Gender............
Penduduk Rentan .....................................................................................
Ketersedian Pelayanan .
3.4.1 Kesehatan.

26
27
29
30
30

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA


ii

iv

3.4.2
3.4.3
3.4.4
3.5

Pendidikan 32
Sanitasi dan Air Bersih... 34
Listrik 35

Kesehatan..
3.5.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja....
3.5.1.1 Pubertas
3.5.1.2 Kespro PraNikah.
3.5.1.3 Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan IMS..

36
36
36
38
39

3.5.2

Kesehatan Anak..
3.5.2.1 Cakupan Imunisasi....
3.5.2.2 Pemberian makan pada anak..

40
40
41

3.5.3

Kesehatan Ibu..
3.5.3.1 Jumlah Bumil...
3.5.3.2 Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care/ANC) ...
3.5.3.3 Penolong Persalinan......

41
41
41
44

3.5.4

Insiden HIV/AIDS....

47

3.6

Pendidikan..
3.6.1 Literasi (AMH).
3.6.2 Pendidikan yang ditamatkan penduduk 15 tahun ke atas.
3.6.3 Partisipasi Sekolah....
3.6.4 Rata-rata lama sekolah.

47
47
48
48
51

3.7

Ekonomi dan Ketenagakerjaan. 51


3.7.1 Ekonomi . . 51
3.7.2 Ketenagakerjaan.....
54

3.8

Pertanian Pangan .........................................


3.8.1 Pangan Nasional .
3.8.2 Produktivitas Pertanian ..
3.8.3 Produksi Perikanan.. ..
3.8.4 Produksi Perkebunan..
3.8.5 Produksi Peternakan..

55
55
56
58
58
59

BAB 4.
PENUTUP......................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA.... 62
LAMPIRAN.... 62

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA


ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1

Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan

Gambar 2.1

dan Pembangunan Berkelanjutan ........................................................


Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010.................

2
5

Gambar 2.2

Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010................................

Gambar 2.3

Distribusi Penduduk Berdasarkan 3 Kelompok Umur Besar

Gambar 2.4

Tahun 2010 ............................................................................................. 6


Rasio Ketergantungan Tahun 1971-2010.............................................
7

Gambar 2.5

Proyeksi Rasio Ketergantungan Tahun 2015-2035....

Gambar 2.6

Tren Rasio Jenis Kelamin Tahun 1971-2010........................................

Gambar 2.7
Gambar 2.8

Persebaran Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010.......................


Urbanisasi di Indonesia Tahun 1990-2010..........................................

9
9

Gambar 2.9

Kepadatan Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010........................

10

Gambar 2.10

Angka Kelahiran Kasar di Indonesia.....................................................

11

Gambar 2.11
Gambar 2.12

TFR Indonesia Tahun 1991-2012...........................................................


Rasio Anak Terhadap Wanita Tahun 1971-2010...................................

11
13

Gambar 2.13

Rata-rata Umur Kawin Pertama Perempuan Tahun 1980-2010

Gambar 2.14
Gambar 2.15

Median Usia Kawin Pertama Wanita Tahun 1991-2007.......................


14
Pemakaian Alat/Cara KB (CPR) .............................................................. 17

Gambar 2.16

Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Metode Kontrasepsi Modern.........

18

Gambar 2.17

Sumber Pelayanan Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2012..................

19

Gambar 2.18

Unmet Need di Indonesia Tahun 1991-2012.........................................

19

Gambar 2.19

Alasan Tidak Ingin Memakai Kontrasepsi.............................................

20

Gambar 2.20

Rata-rata Pemberian ASI Eksklusif Untuk Semua Anak (Bulan)..........

21

Gambar 2.21

Estimasi Kematian Kasar......................................................................... 21

Gambar 2.22
Gambar 2.23

Angka Kematian Bayi dan AnakTahun 1991-2012................................ 22


Angka Kematian Ibu Tahun 2002-2012................................................... 23

Gambar 2.24

Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 1971-2010.............................

23

Gambar 3.1

Perbandingan IPM Negara-negara ASEAN Tahun 1990-2012.............

27

Gambar 3.2

Indeks Ketimpangan Gender di Negara ASEAN 1995-2011.................

28

Gambar 3.3

Perkembangan IPG Periode Tahun 2004-2011.....................................

28

Gambar 3.4

Banyaknya SDM Kesehatan Tahun 2008-2011...................................... 31

Gambar 3.5

Banyaknya Sarana Puskesmas Tahun 2007-2011...............................

31

Gambar 3.6

Banyaknya Sarana Rumah Sakit Tahun 2007-2011..............................

32

Gambar 3.7

Banyaknya Klinik Pelayanan KB di Indonesia Tahun 2013..................

32

Gambar 3.8

Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2008-2011....................................

33

Gambar 3.9

Banyaknya Tenaga Guru di Indonesia Tahun 2008-2011 ...................

34

Gambar 3.10

Persentase Fasilitas Buang Air Besar dalam Rumah Tangga.............

35

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

......... 13

Gambar 3.11

Persentase Fasilitas Air Minum dalam Rumah Tangga........................

35

Gambar 3.12

Persentase Sumber Penerangan dalam Rumah Tangga.....................

36

Gambar 3.13

Persentase Pria dan Wanita Umur 15-49 yang Pernah Mendengar

vi
AIDS Menurut Pendidikan, Indonesia Tahun 2012................................. 40
ii

Gambar 3.14

Kasus HIV/AIDS dan Kematian................................................................. 47

Gambar 3.15

Angka Melek Huruf Tahun 2007-2011...................................................... 48

Gambar 3.16

Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas.................

48

Gambar 3.17

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2007-2011.........................................

49

Gambar 3.18

Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A Tahun 2007-2011...................

49

Gambar 3.19
Gambar 3.20

Angka Partisipasi Murni SMP/MTs/Paket B Tahun 2007-2011.............


Angka Partisipasi Murni SMA/MA/Paket C Tahun 2007-2011..............

50
50

Gambar 3.21

Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas


Tahun 2007-2011, Indonesia.................................................................... 51

Gambar 3.22

Persentase Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007-2012.........................

52

Gambar 3.23

Persentase Penduduk Miskin Tahun 2009-2013....................................

53

Gambar 3.24

Tingkat Partisipasi Angkatan kerja Indonesia (persen)


Tahun 2007-2010...................................................................................... 54

Gambar 3.25

Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia (persen)


Tahun 2007-2011...................................................................................... 55

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

DAFTAR TABEL
ii

Tabel 2.1

vii

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin


Tahun 2010............................................................................................... 4

Tabel 2.2

Fertilitas Menurut Kelompok Umur Tahun 1991-2012.............................. 12

Tabel 2.3

Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal


Tahun 1997-2012...................................................................................... 12

Tabel 2.4

Pasangan Usia Subur Tahun 2000-2012................................................. 15

Tabel 2.5

Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB......................................................... 15

Tabel 2.6

Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini pada Wanita...................................... 16

Tabel 2.7

Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini Menurut Karakteristik Latar


Belakang Wanita Berstatus Kawin ........................................................... 17

Tabel 2.8
Tabel 2.9

Sumber Pembiayaan Kontrasepsi............................................................. 18


Jenis Penyakit dan penyebab Kematian Tahun 2011............................... 24

Tabel 2.10

Tren Data Parameter Kependudukan yang Terkait dengan Migrasi


Risen Indonesia, Tahun 2000-2010.......................................................... 24

Tabel 2.11

Tren Data Parameter Kependudukan yang Terkait dengan Migrasi


Seumur Hidup Indonesia, 2000-2010........................................................ 25

Tabel 3.1

Tren HDI Indonesia Tahun 1980-2012...................................................... 26

Tabel 3.2

Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan

Tabel 3.3

Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), Tahun 2004-2011........................... 29


Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Mengalami
Kesulitan.................................................................................................... 29

Tabel 3.4

Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah per Jumlah Sekolah di


Indonesia Tahun 2009/2010...................................................................... 33

Tabel 3.5

Persentase pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa


pubertas..................................................................................................... 36

Tabel 3.6

Persentase sumber pengetahuan tentang perubahan fisik saat


pubertas.................................................................................................... 37

Tabel 3.7

Persentase umur remaja wanita pertama kali mendapat haid ................ 38

Tabel 3.8

Persentase Pengetahuan Remaja tentang Anemia.................................. 39

Tabel 3.9

Tren Cakupan Imunisasi Lengkap Tanpa Hepatitis B di Indonesia


Tahun 2003-2012...................................................................................... 40

Tabel 3.10

Persentase Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI Menurut


Kelompok Umur, Indonesia Tahun 2007-2012.......................................... 41

Tabel 3.11

Persentase wanita hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan


kehamilan.................................................................................................. 42

Tabel 3.12

Persentase Pemeriksaan Kehamilan........................................................ 43

Tabel 3.13
Tabel 3.14

Komponen Pemeriksaan Kehamilan......................................................... 44


Persentase wanita yang melahirkan di fasilitas kesehatan ...................... 45

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA


ii

viii

Tabel 3.15

Persentase Penolong Persalinan Kualifikasi Tertinggi.............................. 46

Tabel 3.16

Jumlah Pendapatan per Kapita Indonesia Tahun 2007-2010.................. 52

Tabel 3.17

Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto Indonesia (juta rupiah)


Tahun 2007-2011...................................................................................... 53

Tabel 3.18

Tren Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja................................................... 54

Tabel 3.19

Tingkat Pengangguran Terbuka................................................................ 55

Tabel 3.20

Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional Secara Kuantitas pada


Tahun 2011-2012...................................................................................... 56

Tabel 3.21

Produktivitas Padi Tahun 2011-2012........................................................ 56

Tabel 3.22
Tabel 3.23

Produktivitas Jagung Tahun 2011-2012................................................... 57


Produktivitas Kedelai Tahun 2011-2012................................................... 57

Tabel 3.24

Produktivitas Ubi Kayu Tahun 2011-2012................................................. 57

Tabel 3.25

Volume Produksi Perikanan (ton) Tahun 2007-2012................................ 58

Tabel 3.26

Produktivitas Tanaman Perkebunan Tahun 2008-2013............................ 59

Tabel 3.27

Produktivitas Peternakan Tahun 2008-2011............................................. 59

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA


ii

ix

DAFTAR TABEL LAMPIRAN

Tabel 2.1

Laju Pertumbuhan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun


1971-2010................................................................................................. 66

Tabel 2.2

Rasio ketergantungan di Indonesia menurut Provinsi Tahun


2000 -2010................................................................................................ 67

Tabel 2.3

Rasio Jenis Kelamin di Indonesia menurut Provinsi Tahun


2000 - 2010.............................................................................................. 68

Tabel 2.4

Tingkat Urbanisasi di Indonesia menurut Provinsi Tahun 1990-2010...

Tabel 2.5

Kepadatan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi Tahun

69

2000 - 2010............................................................................................... 70
Tabel 2.6

Estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR) di Indonesia Menurut Provinsi


Tahun 1990-2010...................................................................................... 71

Tabel 2.7

Angka Fertilitas Total di Indonesia menurut Provinsi Tahun


2002 - 2012............................................................................................... 72

Tabel 2.8

Rasio Anak Wanita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2010.............. 73

Tabel 2.9

Rata-Rata Usia Kawin Pertama di Indonesia menurut Provinsi


Tahun 2010............................................................................................... 74

Tabel 2.10

Median Umur Kawin Pertama Wanita Umur 25-49 tahun Menurut


Provinsi, Indonesia 2012.......................................................................... 75

Tabel 2.11
Tabel 2.12

Kebutuhan Ber-KB yang tidak Terpenuhi di Indonesia Tahun 2012......


Median lamanya pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia

76

menurut Provinsi Tahun 2002-2012......................................................... 77


Tabel 2.13

Angka Kematian Bayi dan Anak di Indonesia menurut Provinsi Tahun

Tabel 2.14

2012......................................................................................................... 78
Estimasi Angka Harapan Hidup (Tahun) di Indonesia Menurut Provinsi
dan Jenis Kelamin Tahun 2010................................................................ 79

Tabel 2.15

Penyebab Kematian di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2012...........

Tabel 2.16

Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi

80

Risen Tahun 2010.................................................................................... 81


Tabel 2.17

Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi


Seumur Hidup Tahun 2010...................................................................... 82

Tabel 3.1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi Tahun 2005


dan 2011................................................................................................... 83

Tabel 3.2

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Provinsi Tahun 2005


dan 2011................................................................................................... 84

Tabel 3.3

Penduduk Rentan Karena Kesulitan Fungsional di Indonesia menurut


Provinsi Tahun 2010 ................................................................................ 85

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA


ii

Tabel 3.4

Rasio Sumberdaya Manusia Kesehatan (Dokter dan Bidan)


Per 100.000 penduduk menurut Provinsi Tahun 2011............................. 86

Tabel 3.5

Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) di


Indonesia menurut Provinsi Tahun 2011.................................................. 87

Tabel 3.6

Klinik pelayanan KB di Indonesia menurut Provinsi, tahun 2013............ 88

Tabel 3.7

Sarana Pendidikan (sekolah) di Indonesia menurut Provinsi Tahun


2008 - 2010............................................................................................... 89

Tabel 3.8

Rasio jumlah penduduk usia sekolah terhadap jumlah sekolah di


Indonesia tahun 2010............................................................................... 90

Tabel 3.9

Jumlah Tenaga Guru di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d


2010.......................................................................................................... 91

Tabel 3.10

Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Buang


Air Besar Tahun 2011............................................................................... 92

Tabel 3.11

Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Air Minum


Tahun 2011............................................................................................... 93

Tabel 3.12

Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Sumber Penerangan,


2012 .......................................................................................................... 94

Tabel 3.13

Persentase dan Cakupan Imunisasi pada Balita di Indonesia menurut


Provinsi Tahun 2012................................................................................ 95

Tabel 3.14

Persentase Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang Hamil di Indonesia


menurut Provinsi Tahun 1997-2012.......................................................... 96

Tabel 3.15

Persentase yang dilahirkan di Fasilitas Kesehatan di Indonesia menurut


Provinsi Tahun 2012.................................................................................. 97

Tabel 3.16

Persentase penolong persalinan di Indonesia menurut Provinsi Tahun


2012........................................................................................................... 98

Tabel 3.17

Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Provinsi Tahun


2013 (sd Juni)............................................................................................ 99

Tabel 3.18

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi,


Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2006
dan 2011................................................................................................... 100

Tabel 3.19

Angka Partisipasi Sekolah ( A P S ) Menurut Provinsi, 2012................... 101

Tabel 3.20

Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan


Jenjang Pendidikan Formal dan Non Formal Tahun 2011....................... 102

Tabel 3.21

Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut


Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2011................................................... 103

Tabel 3.22

Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia menurut


Provinsi Tahun 2009-2012........................................................................ 104

Tabel 3.23

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut


Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah) ......................................................... 105

Tabel 3.24

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000


Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)........................................... 106

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA


ii

xi

Tabel 3.25

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin


Tahun 2010............................................................................................... 107

Tabel 3.26

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin


Tahun 2010............................................................................................... 108

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA


ii

xii

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga mengamanatkan bahwa penduduk harus menjadi titik sentral
dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara
perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta
memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan
kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa.
Undang-undang no. 52 tahun 2009 memberi tanggungjawab pengendalian penduduk di
Indonesia kepada BKKBN, yang dirubah namanya menjadi Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional. Pada tahun 2012, BKKBN menetapkan visi Penduduk
Tumbuh Seimbang Tahun 2015. Visi tersebut mengacu pada Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Kondisi penduduk tumbuh seimbang
ditandai dengan angka fertilitas total (TFR) sebesar 2,1 anak per wanita atau angka
reproduksi neto (NRR) sebesar 1. Misi dari BKKBN adalah mewujudkan pembangunan
berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Visi dan
misi tersebut akan diwujudkan melalui pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka
kematian, pengarahan mobilitas penduduk, serta pengembangan kualitas penduduk pada
seluruh dimensinya. Upaya ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan pembangunan
berkelanjutan. Dalam UU No. 52 Tahun 2009 diatur pula kewenangan dan tanggungjawab
pemerintah kabupaten/kota untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan
keluarga berkualitas.
Sejalan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan, perencanaan pembangunan harus
disusun berdasarkan data dan informasi kependudukan. Perencanaan pembangunan
berbasis data kependudukan merupakan strategi yang penting dalam rangka meningkatkan
relevansi, efektivitas serta efisiensi kebijakan dan program pembangunan di Indonesia.
Penggunaan data yang akurat dalam proses perencanaan telah diatur dalam peraturan
perundangan. Pada Pasal 31 UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional diatur bahwa Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketentuan tersebut ditekankan kembali
pada Pasal 152 UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah yang menyebutkan
Perencanaan pembangunanan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat
dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara rinci, pada Pasal 49 UU No. 52/2009 diatur
bahwa: 1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan
menyajikan data dan informasi mengenai kependudukan dan keluarga; 2) Upaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui sensus, survei, dan pendataan
keluarga; dan 3) Data dan informasi kependudukan dan keluarga wajib digunakan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan,
dan pembangunan.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

1.2

TUJUAN

Publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi tentang kondisi
kependudukan Indonesia yang diamati dari berbagai aspek: kesehatan, pendidikan,
pertanian, ketenagakerjaan dan Keluarga Berencana.
1.3

KERANGKA PIKIR

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan


manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara berkelanjutan, dengan cara
menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang
menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai satu
kesatuan. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilepaskan dengan
pemanfaatan ruang wilayah beserta potensi sumber daya yang ada bagi tujuan
pembangunan manusia atau masyarakatnya itu sendiri. Agenda utama pembangunan
berkelanjutan adalah upaya untuk memadukan, mengintegrasikan, dan memberi bobot yang
sama bagi tiga pilar utama pembangunan, yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan
hidup. Penduduk merupakan titik sentral dalam proses pembangunan berkelanjutan karena
penduduk merupakan pelaku sekaligus penerima manfaat pembangunan. Konsep ini
diterjemahkan lebih lanjut dalam konsep pembangunan berwawasan kependudukan.
Gambar 1.1
Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan
dan Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berwawasan kependudukan, yaitu pembangunan yang berpusat pada


penduduk (people-centered development), adalah pembangunan yang direncanakan
dengan memperhatikan kondisi dan dinamika penduduk. Semua perencanaan
pembangunan harus population responsive, yaitu memperhatikan dan mempertimbangkan
data dan informasi kependudukan secara lengkap, mulai dari jumlah, pertumbuhan, struktur
umur, persebaran, maupun kualitas penduduk. Di sisi lain, pemerintah juga harus mampu
merumuskan kebijakan pengelolaan kependudukan agar tercapai kondisi kependudukan
yang kita harapkan (population-influencing policies).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

1.4

SUMBER DATA

Data yang digunakan untuk menyusun Profil Kependudukan dan Pembangunan di


Indonesia dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah dipublikasikan, seperti: Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia, Sensus Penduduk, Sakernas, Profil Kesehatan
Indonesia, Profil Anak Indonesia, Statistik Kesejahteraan Rakyat, Human Development
Report, Statistik Indonesia, Pelayanan Kontrasepsi. Disamping itu beberapa data yang
disajikan juga merupakan data proyeksi sementara yang dihitung oleh Direktorat
Perencanaan Pengendalian Penduduk pada tahun 2013.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

DINAMIKA PENDUDUK
2.1 Kuantitas Penduduk
2.1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah Penduduk

Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 1971-2010, jumlah penduduk Indonesia


mengalami kenaikan menjadi dua kali lipat selama hampir 40 tahun dari sekitar 118
juta pada tahun 1971 menjadi 237 juta pada tahun 2010 (Lihat Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010
Kelompok
Umur

Jenis Kelamin
Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

0-4

11.662.369

11.016.333

22.678.702

9,5

5-9

11.974.094

11.279.386

23.253.480

9,8

10-14

11.662.417

11.008.664

22.671.081

9,5

15-19

10.614.306

10.266.428

20.880.734

8,8

20-24

9.887.713

10.003.920

19.891.633

8,4

25-29

10.631.311

10.679.132

21.310.443

9,0

30-34

9.949.357

9.881.328

19.830.685

8,3

35-39

9.337.517

9.167.614

18.505.131

7,8

40-44

8.322.712

8.202.140

16.524.852

7,0

45-49

7.032.740

7.008.242

14.040.982

5,9

50-54

5.865.997

5.695.324

11.561.321

4,9

55-59

4.400.316

4.048.254

8.448.570

3,6

60-64

2.927.191

3.131.570

6.058.761

2,5

65-69

2.225.133

2.468.898

4.694.031

2,0

70-74

1.531.459

1.924.872

3.456.331

1,5

75-79

842.344

1.135.561

1.977.905

0,8

80-84

481.462

661.708

1.143.170

0,5

85+

282.475

431.039

713.514

119.630.913

118.010.413

237.641.326

Total

0,3
100,0

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913


jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa. Menurut
kelompok umur, jumlah penduduk usia 0-4 tahun sebanyak 22.678.702 jiwa (9,54
persen), sedangkan penduduk usia 15-64 tahun sebanyak 156.982.218 jiwa (66
persen), dan kelompok penduduk usia 65 tahun keatas sebanyak 12.062.388 jiwa
(5,1 persen).

Laju Pertumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari periode 1971-1980 menurun dari 2,33
persen menjadi 1,44 persen pada periode 1990-2000. Penurunan sampai dengan
1,44 persen tersebut masih memperhitungkan Provinsi Timor-Timur sebagai bagian
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), apabila provinsi Timor-Timur
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

dikeluarkan maka LPP Indonesia diperkirakan berada pada angka 1,40 persen
(Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indonesia, BPS, 2011 Hal. 26). Pada
periode 2000-2010 Laju pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan menjadi 1,49
persen.
Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Berdasarkan wilayah, LPP tertinggi menurut SP tahun 2010 berada pada provinsi
Papua (5,39 persen) dan terendah di provinsi Jawa Tengah (0,37 persen). LPP
menurut provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.1.

2.1.2 Perubahan Struktur Umur menurut Jenis Kelamin Penduduk


Piramida Penduduk
Tren Piramida penduduk Indonesia tahun 1971 sampai dengan 2010
menggambarkan perubahan struktur umur penduduk Indonesia. Bentuk Piramida
Penduduk berubah menjadi tipe expansive pada tahun 2010 dimana jumlah
penduduk usia muda lebih banyak daripada usia dewasa maupun tua.
Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Pada piramida penduduk tahun 2010, kelompok umur 20-24 tahun menunjukkan
keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) pada tahun 1990. Apabila
dibandingkan dengan kelompok umur di bawahnya (0-19 tahun) terlihat adanya
peningkatan kelahiran pada periode setelah tahun 1990. Selain itu, bagian puncak
piramida menunjukkan peningkatan pada jumlah penduduk lanjut usia (lihat Gambar
2.2).
Distribusi Penduduk Menurut 3 Kelompok Umur Besar
Meskipun secara absolut jumlah penduduk usia muda (umur 0-14 tahun) mengalami
kenaikan, akan tetapi persentasenya terus mengalami penurunan yakni dari 30,44
persen pada SP tahun 2000, menjadi 28,87 persen pada SP tahun 2010. Disisi lain,
penduduk usia produktif (umur 15-64 tahun) persentasenya mengalami peningkatan,
yakni dari 65,03 persen pada tahun 2000 menjadi 66,09 persen pada tahun 2010.
Kondisi tersebut berpengaruh terhadap turunnya rasio ketergantungan (bonus
demografi) dan membuka jendela peluang dalam bidang ekonomi sebagai akibat
melonjaknya penduduk usia produktif serta menurunnya penduduk usia tidak
produktif.
Gambar 2.3 Distribusi Penduduk
Berdasarkan 3 Kelompok Umur Besar Tahun 2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010

Penduduk usia lanjut (umur 65+) juga mengalami peningkatan dari 4,53 persen pada
tahun 2000 menjadi 5,04 persen pada tahun 2010. Persentase ini diproyeksikan
akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, sehingga
akan berdampak pada peningkatan rasio ketergantungan.
Rasio Ketergantungan
Tren rasio ketergantungan secara nasional mengalami penurunan dari data SP 1971
yaitu 86,86 per 100 orang usia produktif menjadi 51,31 per 100 orang usia produktif
pada tahun 2010. Kondisi ini menggambarkan banyaknya jumlah penduduk yang
harus ditanggung oleh penduduk usia kerja telah mengalami penurunan.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Gambar 2.4 Rasio Ketergantungan Tahun 1971- 2010

BONUS
DEMOGRAFI

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Tingkat rasio ketergantungan di wilayah provinsi pada saat ini berbeda-beda,


provinsi DKI Jakarta dengan tingkat rasio ketergantungan terendah pada tahun 2010
yakni 36,94 per 100 orang. Sebaliknya pada Provinsi NTT dengan rasio
ketergantungan 73,21 per 100 orang usia produktif masih belum memasuki peluang
dimaksud. Disparitas tingkat rasio ketergantungan pada provinsi ini dipengaruhi oleh
tingkat kelahiran dan kematian pada masing-masing provinsi. Lihat lampiran Tabel
2.2 untuk rasio ketergantungan menurut Provinsi.
Banyaknya jumlah penduduk pada kelompok usia produktif dibandingkan kelompok
usia non-produktif dapat memberikan manfaat bagi pembangunan nasional terutama
pada sektor ekonomi. Akan tetapi untuk memanfaatkan kondisi tersebut, kualitas
SDM harus ditingkatkan secara maksimal antara lain melalui pendidikan, pelayanan
kesehatan dan penyediaan lapangan pekerjaan.
Hasil perhitungan sementara Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk
BKKBN pada tahun 2013 menunjukkan bahwa window of opportunity di Indonesia
diperkirakan terjadi pada rentang waktu tahun 2020 sampai tahun 2035, dengan nilai
rasio ketergantungan terendah berada pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2030
yakni 46,28 serta 46,29 per 100 orang usia produktif (lihat pada fokus Gambar 2.4).
Gambar 2.5 Proyeksi Rasio Ketergantungan Tahun 2015 - 2035
100
90

86,86
79,08

80

67,84

70
60

53,51

50

43,96

55,84

40,91

40

65,03

59,58
53,78

36,65
30,44

30

66,09

67,09

68,36

BO NUS
DEM O GRAFI

51,31

49,05

28,87

27,44

68,43

68,35

67,88

WINDO W O F
O P P O RTUNITY

46,13

46,29

47,30

25,46

24,14

22,76

21,72

6,18

7,43

8,88

2025

2030

46,28

20
10

2,52

3,25

3,77

4,53

1971

1980

1990

2000

5,04

5,47

2010

2015

10,39

0
< 15 Th

15-64 Th

2020
64+

2035

DR

Sumber data: SP 1971-2010


Perhitungan sementara Ditrenduk, BKKBN Tahun 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Rasio Jenis Kelamin (sex ratio)


Para Demografer menyatakan bahwa perbandingan antara bayi laki-laki dengan bayi
perempuan pada waktu lahir berkisar antara 103-105 bayi laki-laki per 100 bayi
perempuan (LDUI, 2010 Hal. 32).
Berdasarkan hasil sensus penduduk rasio jenis kelamin meningkat dari 97,18 orang
laki-laki berbanding 100 orang perempuan pada tahun 1971 menjadi 101 orang lakilaki berbanding 100 orang perempuan pada tahun 2010. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa jumlah laki-laki di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan
jumlah perempuan.
Gambar 2.6 Tren Rasio Jenis Kelamin
di Indonesia tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Besar kecilnya Rasio Jenis kelamin pada suatu daerah dipengaruhi oleh pola
Mortalitas atau pola Migrasi. Provinsi Papua dengan Rasio Jenis Kelamin tertinggi
tahun 2010 yakni 113 orang laki-laki berbanding 100 orang perempuan, diperkirakan
terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang masuk untuk bekerja pada sektor
pertambangan. Sedangkan pada Provinsi NTB dengan Rasio Jenis Kelamin
terendah tahun 2010 yakni 94 orang laki-laki per 100 orang perempuan, diperkirakan
terjadi karena banyaknya penduduk laki-laki yang keluar dari wilayah tersebut untuk
bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri. Lebih lanjut tentang
rasio jenis kelamin menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.3

2.1.3 Persebaran Penduduk


Persebaran Penduduk
Secara demografis persebaran penduduk di Indonesia juga tidak merata. Sebagian
besar penduduk Indonesia berdasarkan SP tahun 2010 menghuni pulau Jawa (57,5
persen) serta sebagian kecil berada di pulau Maluku dan Papua (2,6 pesen).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Gambar 2.7 Persebaran Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Dalam waktu lima dekade terlihat adanya pengurangan persentase penduduk yang
bertempat tinggal di pulau Jawa yaitu dari 63,9 persen pada tahun 1971 menjadi
57,5 persen tahun 2010. Hal ini diikuti dengan kenaikan persentase penduduk yang
bertempat tinggal di pulau Sumatera dari 17,6 persen pada tahun 1971 menjadi 21,3
persen pada tahun 2010. Dengan demikian, seperti terlihat pada Gambar 2.6,
kecenderungan migrasi keluar sebagian besar menuju pulau Sumatera, sedangkan
di wilayah lainnya relatif tetap.
Urbanisasi
Urbanisasi menunjukkan persentase penduduk suatu wilayah yang tinggal di daerah
perkotaan. Proses urbanisasi bukan hanya proses perpindahan penduduk dari
perdesaan ke perkotaan, namun juga termasuk pertumbuhan alamiah penduduk
perkotaan, perluasan wilayah perkotaan maupun perubahan status wilayah dari
daerah perdesaan ke perkotaan.
Gambar 2.8 Urbanisasi di Indonesia Tahun 1990-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000, 2010

Persentase penduduk di daerah perkotaan meningkat dari 42,1 persen pada tahun
2000, menjadi 49,8 persen pada tahun 2010. Angka ini diproyeksikan akan terus
meningkat terutama untuk beberapa provinsi khususnya Jawa dan Bali.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Provinsi DKI jakarta sebagai Ibu Kota Negara memiliki tingkat urbanisasi tertinggi,
sementara provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan tingkat urbanisasi
terendah tahun 2010 yakni sebesar 19,3 persen. Lebih lanjut tentang Urbanisasi
menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.4.
Kepadatan Penduduk
Data kepadatan penduduk berdasarkan data SP, mengalami peningkatan dari 107
jiwa per km2 pada tahun 2000, menjadi 124 jiwa per km2 pada tahun 2010.
Kepadatan penduduk Indonesia antara provinsi yang satu dengan provinsi yang lain
tidak seimbang. Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa.
Padahal, luas wilayah pulau Jawa hanya 6,8 persen dari luas wilayah negara
Indonesia.
Gambar 2.9 Kepadatan Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara yang menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi, tampaknya menjadi daya tarik masyarakat untuk mencari kehidupan
ekonomi yang lebih baik sehingga memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi
yaitu 14,469 jiwa per km2. Sedangkan, provinsi dengan tingkat kepadatan terendah
adalah Papua Barat dengan tingkat kepadatan hanya 8 jiwa per km2. Lihat lampiran
Tabel 2.5 untuk kepadatan penduduk menurut Provinsi.
2.2 Fertilitas dan Faktor yang Mempengaruhi
2.2.1 Kecenderungan dan Pola Fertilitas
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)
Angka Kelahiran Kasar (CBR) menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun
tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Angka kelahiran
kasar di Indonesia mengalami kenaikan dari 17,4 kelahiran per 1000 penduduk (SP
2000) menjadi 17,9 kelahiran per 1000 penduduk (SP 2010).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

10

Sementara menurut hasil SDKI, Angka Kelahiran Kasar Indonesia terus mengalami
penurunan dari 25,1 pada survey tahun 1991, menjadi 20,4 pada tahun 2012.
Gambar 2.10 Angka Kelahiran Kasar di Indonesia

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000 dan 2010


SDKI 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012

Berdasarkan wilayah, angka kelahiran Kasar tertinggi menurut SP 2010 berada pada
Provinsi Kepulauan Riau yakni 22,5 kelahiran per 1000 penduduk dan terendah pada
provinsi DI Yogyakarta yakni 14,4 per 1000 penduduk (data Provinsi dapat dilihat
pada lampiran Tabel 2.6).
Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR)
Berdasarkan data SDKI, TFR nasional mengalami penurunan dari 3,03 anak per
wanita usia subur pada tahun 1991 menjadi 2,60 anak per wanita usia subur pada
tahun 2002/2003. Sejak periode tahun 2002/2003 angka fertilitas total hanya
mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan survey terakhir tahun 2012 yakni
menjadi 2,59 anak per wanita usia subur. Menurut SDKI 2012, TFR tertinggi terdapat
di provinsi Papua Barat (3,70 anak per wanita usia subur) dan TFR terendah di
provinsi DIY Jogjakarta (2,10 anak per wanita usia subur). Lebih lanjut tentang TFR
menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.7.
Gambar 2.11 TFR Indonesia Tahun 1991-2012

Sumber data : SDKI 1991, 1994, 1997, 2002, 2007, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

11

Angka Fertilitas Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR)


ASFR adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1.000 perempuan
pada kelompok umur tertentu antara 15-49 tahun. Data tren Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan ada pergeseran puncak ASFR dari
kelompok umur 20-24 tahun pada tahun 1991 menjadi 25-29 tahun pada tahun 2012.
Pada tahun 2012, jumlah kelahiran pada kelompok umur 25-29 tahun adalah 143 per
1000 perempuan 25-29 tahun. Sedangkan kelompok umur dengan jumlah kelahiran
terendah adalah kelompok umur 45-49 tahun yakni 4 per 1000 perempuan 45-49
tahun.
Tabel 2.2 Fertilitas Menurut Kelompok Umur Tahun 1991- 2012
Kel. Umur Wanita
(Age Group)

1991

1994

2002/03

1997

2007

2012

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
TFR

67
162
157
117
73
23
7
3,03

61
148
150
109
68
31
4
2,85

62
143
149
108
66
24
6
2,79

51
131
143
99
66
19
4
2,56

51
135
134
108
65
19
6
2,59

48
138
143
103
62
21
4
2,59

Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002/2003, 2007 dan 2012

Secara umum, ASFR di daerah perkotaan lebih rendah dari perdesaan, hal ini
terlihat dari adanya perbedaan pada pola kelahiran, dimana puncak kelahiran di
perkotaan terjadi pada kelompok usia 25-29 tahun, sedangkan di perdesaan terjadi
pada kelompok usia 20-24 tahun. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah
ASFR kelompok usia 15-19 tahun di Desa, dimana pada tahun 2012 kondisinya
masih sangat tinggi yakni sebesar 69, angka tersebut lebih dari 2 kali lipat bila
dibandingkan dengan ASFR 15-19 tahun di kota yaitu sebesar 32.
Tabel 2.3 Fertilitas Menurut Kelompok Umur dan
Tempat Tinggal Tahun 1997-2012
Kelompok
Umur Wanita
(Age Group)

Kota

Desa

Kota

Desa

Kota

Desa

Kota

Desa

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

1997

2002/03

2007

2012

15-19

32

79

41

63

26

74

32

69

20-24

112

158

119

144

116

153

121

156

25-29

143

152

143

144

138

131

145

141

30-34

113

105

103

95

104

110

108

98

35-39

62

67

64

68

59

70

59

64

40-44

17

27

18

21

17

21

22

20

45-49

Total

480

595

490

540

464

566

490

554

TFR

2,40

2,98

2,45

2,70

2,32

2,83

2,45

2,77

Sumber Data : SDKI Tahun 1997, 2002/03, 2007, dan 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

12

Rasio Anak terhadap Wanita (Child Woman Ratio/CWR)


Rasio anak terhadap wanita menggambarkan perbandingan antara jumlah anak di
bawah lima tahun (0-4 tahun) terhadap 1000 penduduk perempuan usia 15-49 tahun.
Berdasarkan data SP, tren rasio anak terhadap wanita usia subur mengalami
penurunan dari 667 per 1000 wanita usia subur pada tahun 1971 menjadi 348 per
1000 wanita usia subur di tahun 2010.
Gambar 2.12 Rasio Anak terhadap Wanita Tahun 1971 2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010

Berdasarkan wilayah, Provinsi Maluku merupakan Provinsi dengan Rasio Anak


terhadap Wanita tertinggi menurut hasil SP 2010 yakni 484 per 1000 wanita usia
subur, sedangkan DI Yogyakarta menjadi Provinsi dengan Rasio Anak terhadap
Wanita terendah yakni 272 per 1000 wanita usia subur. Lihat lampiran Tabel 2.8
untuk CWR menurut Provinsi.
2.2.2 Pola Perkawinan
Umur Kawin Pertama Perempuan (Singulate Mean Age at First Marriage/SMAM)
SMAM adalah perkiraan/estimasi rata-rata umur kawin pertama berdasarkan jumlah
penduduk yang tetap lajang (belum kawin). SMAM Indonesia berdasarkan SP tahun
2010 adalah 22,3 tahun, angka tersebut menurun dibandingkan hasil SP 2000 yang
hanya 22,5 tahun.
Gambar 2.13 Rata-rata Umur Kawin Pertama Perempuan Tahun 1980 2010

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 1990, 2000 dan 2010


Sumber SMAM 1980: Indonesia Assessment-Population and Human Resources, Gavin W.
Jones,Terence H. Hull, Hal.2

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

13

SMAM tertinggi untuk wilayah provinsi berdasarkan SP 2010 terdapat pada Provinsi
Kepulauan Riau yakni 24,4 tahun, sedangkan angka terendah berada pada Provinsi
Kalimantan Tengah yakni 21,0 tahun. Lihat lampiran Tabel 2.9 untuk SMAM
menurut Provinsi.
Median Usia Kawin Pertama
Usia kawin pertama adalah usia saat wanita melakukan perkawinan secara hukum
dan biologis yang pertama kali. Usia kawin pertama yang dilakukan oleh setiap
wanita memiliki resiko terhadap persalinannya. Semakin muda usia kawin pertama
seorang wanita, maka semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu
maupun anak. Selain itu, usia kawin pertama juga berpengaruh besar pada tingkat
fertilitas wanita maupun jumlah penduduk, sebagai akibat dari lamanya waktu
reproduksi wanita.
Gambar 2.14 Median Usia Kawin Pertama Wanita Tahun 1991-2007

Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007, 2012

Hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan median usia kawin pertama berada pada usia
20,1 tahun, angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan hasil SDKI 2002-2003
yakni 19,8 tahun (lihat gambar 2.13).
Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SDKI 2007 menempati posisi terendah
usia kawin pertama wanita yakni pada usia 18,7 tahun, sedangkan DKI Jakarta
menempati angka tertinggi yakni 22,5 tahun. Lebih jelas tentang Median Usia Kawin
Pertama menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.10.
2.2.3 Kesertaan ber KB
2.2.3.1 Pasangan Usia Subur (PUS)
Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya berumur
antara 15 49 tahun, dan secara operasional pula pasangan suami-istri yang
istri berumur kurang dari 15 tahun dan telah kawin atau istri berumur lebih dari
49 tahun tapi belum menopause (BKKBN, 2007). Tingkat kesertaan ber-KB
diukur dari angka persentase PUS yang menjadi peserta KB.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

14

Data BKKBN menunjukkan Pasangan Usia Subur di Indonesia berjumlah


37.766.883 pada tahun 2000, angka tersebut terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun yakni 46.315.818 pada tahun 2010 dan 48.370.542 pada
tahun 2012.
Tabel 2.4 Pasangan Usia Subur (Ribuan) Tahun 2000-2012

Tahun

PUS

2000

37.766.883

2010

46.315.818

2011

47.326.142

2012

48.370.542

Sumber data: Biren dan Ditlaptik, BKKBN

2.2.3.2 Contraceptive Prevalence Rate dan Mix Kontrasepsi


Pengetahuan Mengenai Alat/Cara KB
Tabel 2.5 menunjukkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi untuk
semua wanita, wanita pernah kawin dan pria berstatus kawin. Hampir semua
wanita dan wanita pernah kawin di Indonesia (98 persen dan 99 persen)
pernah mendengar dan mengetahui paling tidak satu alat/cara KB. Persentase
ini relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak SDKI 2007.
Suntikan dan pil merupakan alat/cara KB yang paling dikenali dan diketahui
oleh wanita di Indonesia 96 persen. Diantara metode kontrasepsi modern,
kontrasepsi darurat yang diketahui adalah diafragma dan metode amenore
laktasi (MAL). Secara umum, pria kurang mengetahui tentang metode
kontrasepsi tertentu daripada wanita, kecuali untuk kontrasepsi kondom
dimana pengetahuan pria lebih tinggi daripada wanita.
Tabel 2.5 Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB

Metode
Suatu Alat/Cara KB
Cara KB Modern
Sterilisasi Wanita
Sterilisasi Pria
Pil
IUD
Suntikan
Susuk KB
Kondom
Diafragma
Metode Amenore Laktasi (MAL)
Kontrasepsi Darurat
Cara KB tradisional
Jumlah wanita /pria

Semua Wanita
98.0

Wanita
Berstatus
Menikah
99.0

Wanita Umur
Subur belum
Menikah
90.7

Pria Berstatus
Kawin
97.3

98.0
61.4
33.7
95.6
75.8
95.9
81.8
83.1
10.7
21.6
11.0

98.9
67.0
37.7
97.3
82.3
98.0
89.0
84.4
10.5
23.8
11.3

89.0
44.4
25.4
87.7
68.2
83.0
54.1
84.9
9.5
22.8
10.6

97.2
40.3
30.6
93.0
65.1
92.5
63.1
87.0
7.8
7.7
6.9

56.8
45,607

62.6
33,465

62.9
34

46.7
9,306

Sumber data: SDKI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

15

Pemakaian Kontrasepsi dan Kecenderungannya


Tabel 2.6 menunjukkan bahwa 62 persen wanita berstatus kawin
menggunakan kontrasepsi. Metode tradisional tidak umum digunakan di
Indonesia; 58 persen wanita berstatus kawin umur 15-49 yang menggunakan
metode kontrasepsi modern dan 4 persen wanita berstatus kawin
menggunakan metode tradisional. Suntik KB adalah metode kontrasepsi yang
paling banyak digunakan, diikuti oleh pil (masing-masing sebesar 32 persen
dan 14 persen).
Program yang mendorong partisipasi pria untuk ber-KB telah dilakukan
selama beberapa tahun, namun penggunaan metode kontrasepsi ini masih
rendah. Hanya sedikit wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun yang
suaminya menggunakan kondom pria dan sanggama terputus (masing-masing
2 persen), dan 1 persen menggunakan pantang berkala. Selanjutnya, tingkat
penggunaan sterilisasi pria masih kurang dari 1 persen.
Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini : Wanita

Tabel 2.6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini pada Wanita

Umur
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
Total
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
Total

Cara Modern
Cara Tradisional
Suatu
Suatu
Suatu cara Sterilisasi Sterilisasi
Susuk
cara Pantang Sanggama
cara modern wanita
Pria
Pil IUD Suntik KB Kondom MAL Lainnya tradisional berkala terputus Lainnya
Semua wanita
6.3
6.2
0.0
0.0 1.2 0.1 4.9 0.1
0.0 0.0 0.0
0.1
0.0
0.1
0.0
36.2 35.4
0.0
0.0 6.5 1.2 25.5 1.6
0.6 0.0 0.0
0.8
0.1
0.6
0.1
55.0 52.2
0.2
0.0 11.2 2.1 34.2 2.8
1.7 0.0 0.0
2.7
0.7
1.9
0.1
60.2 56.7
1.3
0.1 13.4 3.4 32.7 3.6
2.0 0.1 0.0
3.6
1.1
2.1
0.3
62.9 57.9
3.8
0.2 14.3 4.2 29.5 3.8
2.0 0.0 0.0
5.0
1.5
3.1
0.4
58.6 53.5
5.8
0.1 13.7 5.2 23.5 3.6
1.5 0.0 0.0
5.1
2.0
2.4
0.6
39.8 36.3
7.0
0.5 9.4 5.1 11.6 1.5
1.1 0.0 0.0
3.6
1.3
1.7
0.5
45.7 42.7
2.4
0.1 10.0 3.0 23.5 2.4
1.3 0.0 0.0
3.0
1.0
1.7
0.3
Wanita berstatus kawin
48.1 47.6
0.0
0.0 8.8 0.9 37.3 0.6
0.0 0.1 0.0
0.4
0.1
0.3
0.1
60.5 59.3
0.0
0.0 10.9 2.0 42.7 2.6
0.9 0.1 0.0
1.3
0.2
1.0
0.1
63.6 60.4
0.3
0.0 12.9 2.4 39.6 3.2
2.0 0.0 0.0
3.1
0.8
2.2
0.1
65.7 61.8
1.4
0.1 14.7 3.6 35.7 3.9
2.2 0.1 0.0
3.9
1.2
2.3
0.3
68.1 62.7
4.1
0.2 15.6 4.4 32.0 4.1
2.2 0.0 0.0
5.4
1.7
3.3
0.5
65.2 59.5
6.3
0.1 15.4 5.5 26.4 4.0
1.7 0.0 0.0
5.7
2.3
2.7
0.7
45.8 41.6
7.7
0.5 10.9 5.8 13.6 1.7
1.3 0.0 0.0
4.2
1.5
2.0
0.6
61.9 57.9
3.2
0.2 13.6 3.9 31.9 3.3
1.8 0.0 0.0
4.0
1.3
2.3
0.4

Tidak
Jumlah
pakai Total wanita
93.7 100.0
63.8 100.0
45.0 100.0
39.8 100.0
37.1 100.0
41.4 100.0
60.2 100.0
54.3 100.0

6,927
6,305
6,959
6,876
6,882
6,252
5,407
45,607

51.9 100.0
39.5 100.0
36.4 100.0
34.3 100.0
31.9 100.0
34.8 100.0
54.2 100.0
38.1 100.0

890
3,754
6,000
6,285
6,331
5,572
4,633
33,465

Sumber: SDKI
SDKI 20122012
Sumber data:

Pemakaian Kontrasepsi Menurut Karakteristik Latar Belakang


Tabel 2.7 menunjukkan bahwa angka prevalensi kontrasepsi hampir sama di
daerah perkotaan dan pedesaan (62 persen). Suntik KB digunakan oleh
wanita perkotaan dan perdesaan, tetapi wanita di perdesaan memiliki
persentase penggunaan suntik KB yang lebih besar daripada wanita di
perkotaan (masing-masing 35 persen dan 28 persen).
Penggunaan metode kontrasepsi juga bervariasi menurut tingkat pendidikan.
Suntik KB merupakan metode yang paling populer pada semua kategori
pendidikan wanita. IUD, kondom dan sterilisasi wanita lebih banyak
digunakan oleh wanita berstatus kawin dengan tingkat pendidikan lebih tinggi.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

16

Tabel 2.7 Pemakaian kontrasepsi masa kini


menurut karakteristik latar belakang wanita berstatus kawin

Sumber data: SDKI 2012

Gambar 2.14 menunjukkan pemakaian alat/cara KB meningkat hampir 1


persen per tahun selama periode sebelas tahun antara SDKI tahun 1991 dan
SDKI tahun 2002-2003. Selama satu dekade setelah SDKI tahun 2002-2003,
peningkatan pemakaian alat/cara KB kurang dari 2 persen.
Gambar 2.15 Pemakaian Alat/Cara KB (CPR)

Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007, 2012

Gambar 2.15 menunjukkan tingkat popularitas beberapa metode kontrasepsi


modern. Penggunaan IUD terus menurun selama 20 tahun terakhir, dari 28,3
persen pada tahun 1991 dan saat ini sebesar 6,7 persen. Di sisi lain,
penggunaan suntikan meningkat dari 24,9 persen pada tahun 1991 menjadi
55,1 persen pada 2012. Sementara pil adalah metode modern yang paling
umum digunakan pada tahun 1991 dan tahun 1994, serta suntik KB

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

17

merupakan metode kontrasepsi modern yang paling populer digunakan sejak


SDKI tahun 1997.
Gambar 2.16 Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Metode
Kontrasepsi Modern

Sumber data: SDKI 2012

Biaya Pemakaian Kontrasepsi


Berdasarkan SDKI 2012 sebanyak 23 persen dari seluruh pemakai
kontrasepsi memperoleh cara atau alat kontrasepsi dari tempat pelayanan
pemerintah, dan sebagian besar dari mereka (16 persen) membayar untuk
metode dan jasa pelayanannya.
Tabel 2.8 Sumber Pembiayaan Kontrasepsi

Sumber data: SDKI 2012

Kemandirian pemakaian kontrasepsi menurut SDKI 2012 dua persen lebih


rendah dibandingkan dengan SDKI 2007 (masing-masing 89 persen dan 91
persen). Pemakai kontrasepsi suntik, pil dan kondom cenderung membayar
dalam mendapatkan alat/obat kontrasepsinya (masing-masing 96 persen, 95
persen dan 95 persen) dibandingkan pemakai alat/cara kontrasepsi lain. Dua
per tiga dari pemakai IUD, 62 persen pemakai sterilisasi pada wanita dan 55
persen dari pemakai implan membayar untuk mendapatkan alat/metode
kontrasepsinya.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

18

Tabel 2.8 juga menjelaskan tentang sumber pelayanan kontrasepsi yang


dikategorikan kedalam 3 tempat pelayanan yakni Pemerintah, Swasta, dan
Lainnya. Pelayanan kontrasepsi ini diarahkan pada kemandirian dan
partisipasi sektor swasta.
Gambar 2.17 Sumber Pelayanan Kontrasepsi
di IndonesiaTahun 2012

Sumber data: SDKI 2012

Gambar 2.16 menunjukkan beberapa alat/cara KB masih menjadi domainnya


pemerintah seperti sterilisasi wanita dan pria, selebihnya kebanyakan dilayani
oleh pihak swasta. Sedangkan alat kontrasepsi yang dapat diperoleh di toko
obat adalah pil dan kondom.
2.2.3.3 Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang tidak Terpenuhi (Unmet
Need)
Unmet need menggambarkan persentase wanita usia subur yang tidak
menggunakan alat/cara kontrasepsi namun menginginkan penundaan
kehamilan (penjarangan sampai dengan 24 bulan) atau berhenti sama sekali
(pembatasan).
Gambar 2.18 Unmet Need di Indonesia Tahun 1991-2012

Sumber data: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-03, 2007, 2012

Definisi unmet need pada SDKI tahun 2012 mengalami perubahan dari definisi
SDKI tahun 2007. Dalam rangka menyediakan data yang dapat dibandingkan,
maka telah dilakukan perhitungan total unmet need dengan menggunakan
definisi baru. Hasilnya terjadi penurunan unmet need pada wanita berstatus
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

19

kawin umur 15-49 dari 17.0 persen pada tahun 1991, turun menjadi 15,3
persen pada tahun 1994, dan 11,4 persen pada tahun 2012.
Menurut SDKI 2012, kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi (unmet
need) pada wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun adalah 11,4 persen; 5
persen untuk penundaan kelahiran, dan 6,9 persen untuk membatasi
kelahiran. Unmet need Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.11.

2.2.3.4 Alasan Tidak Memakai Kontrasepsi


Sebagian besar wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi pada saat
survey berkaitan dengan alasan fertilitas yaitu sebesar 40,2 persen. Diantara
mereka 19,1 persen adalah yang telah memasuki masa menopause, 9,2
persen ingin memiliki anak banyak, 7,4 persen abstinensi, 3 persen tidak
subur dan fatalistic 1,6 persen (lihat Gambar 2.18).
Gambar 2.19 Alasan tidak ingin memakai Kontrasepsi

Sumber data: SDKI 2012

Adapun wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi berkaitan dengan alasan


atau cara KB sebesar 23,4 persen, dimana 11,5 persen dari mereka adalah
yang takut dengan efek samping, 7,8 persen berkaitan dengan masalah
kesehatan, 2,3 persen merasa tidak nyaman menggunakan alat kontrasepsi, 1
persen menjadi gemuk atau kurus, dan selebihnya karena alasan kurangnya
akses dan biaya yang terlalu mahal.
2.2.3.5 Median lama dan frekuensi menyusui secara eksklusif
Secara umum median lama menyusui di Indonesia adalah selama 21,4 bulan,
dengan durasi meannya selama 20,5 bulan. Namun demikian median durasi
ASI eksklusif kurang dari 1 bulan dengan durasi meannya 3 bulan. Seperti
dapat dilihat pada Gambar 2.19. Lampiran Tabel 2.12 untuk melihat Median
lama menyusui menurut Provinsi.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

20

Gambar 2.20 Rata-rata pemberian Asi Eksklusif


untuk Semua Anak (bulan)

Sumber data: SDKI 2012

2.3 Mortalitas dan Faktor yang Mempengaruhi


2.3.1 Kecenderungan dan Pola Mortalitas
Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR)
Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Population
Prospect menurun dari 13 per 1000 penduduk pada periode tahun 1970 sampai
dengan 1975, menjadi 6 per 1000 penduduk pada periode tahun 2005 sampai
dengan 2010.
Penurunan angka kematian kasar ini memberikan gambaran
peningkatan kesejahteraan penduduk, sebagai dampak dari kemajuan di bidang
kesehatan.
Gambar 2.21 Estimasi Kematian Kasar di Indonesia

Sumber data: World Population Prospects The 2012 Revision, UN

Angka Kematian Bayi (Infant MortaIity Rate/IMR)


Kematian bayi menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan
sebelum mencapai umur tepat satu tahun. Angka kematian Bayi dapat dibagi
menjadi dua bagian yakni kematian neonatum dan post-neonatum. Kematian
Neonatum menggambarkan peluang untuk meninggal dalam bulan pertama setelah
lahir, sedangkan kematian post-neonatum menggambarkan peluang untuk setelah
bulan pertama tetapi sebelum umur tepat satu tahun.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

21

Gambar 2.22 Angka Kematian Bayi dan Anak Tahun 1991-2012

Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012

Kematian bayi berusia di bawah satu tahun menurun dari 67,8 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 1991 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012.
Berdasarkan data provinsi kasus kematian bayi tertinggi terdapat di Papua Barat (74
per 1000 kelahiran hidup) dan terendah di provinsi Kalimatan Timur (21 per 1000
kelahiran hidup). Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Bayi menurut
Provinsi.
Angka Kematian Anak (1-4 Tahun)
Kematian anak menggambarkan peluang untuk meninggal antara umur satu tahun
dan sebelum tepat lima tahun. Gambar 2.21 menunjukan bahwa kematian anak usia
1-4 tahun telah turun sejak tahun 1991, dari 31,7 per 1000 kelahiran anak usia 1-4
tahun menjadi 9 per 1000 kelahiran anak usia 1-4 tahun pada tahun 2012. Provinsi
dengan angka kematian anak usia 1-4 tahun tertinggi adalah Papua (64 per 1000
anak usia 1-4 tahun) dan terendah adalah Jambi (3 per 1000 anak usia 1-4 tahun).
Lihat Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Anak menurut Provinsi.

Angka Kematian Balita (Under Five Mortality Rate/U5MR)


Kematian balita menggambarkan peluang untuk meninggal antara kelahiran dan
sebelum umur tepat lima tahun. Pada tahun 1991, kasus kematian balita adalah
sebanyak 97,4 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun. Angka tersebut terus menurun
mencapai 40 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun pada tahun 2012. Provinsi dengan
angka kematian balita tertinggi adalah Papua (115 per 1000 anak usia dibawah 5
tahun) dan terendah adalah Riau (28 per 1000 anak usia dibawah 5 tahun). Lihat
Lampiran Tabel 2.13 untuk Angka Kematian Balita menurut Provinsi.

Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate/MMR)


Kasus Kematian Ibu yang disebabkan karena komplikasi kehamilan dan kelahiran
anak di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data SDKI, angka kematian ibu
mengalami tren penurunan dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 yakni 390
per 100,000 kelahiran hidup pada tahun 1994, kemudian turun menjadi 228 per
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

22

100,000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Jumlah tersebut pada tahun 2012
mengalami peningkatan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Gambar 2.23 Angka Kematian Ibu Tahun 2002-2012

Sumber data: SDKI Tahun 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012

Angka Harapan Hidup (Life Expectancy)


Angka harapan hidup (AHH) merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani
oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Berdasarkan tren data SP, AHH
di Indonesia telah meningkat dari tahun 1971 yaitu 45,7 tahun menjadi 70,7 tahun
pada tahun 2010. Berdasarkan jenis kelamin, AHH perempuan lebih tinggi (72,6
tahun) daripada AHH laki-laki (68,7 tahun).
AHH disetiap provinsi pada tahun 2010 (SP2010) berbeda-beda dari yang tertinggi
provinsi DKI Jakarta yaitu 74,7 tahun sampai dengan yang terendah provinsi
Gorontalo yaitu 63,2 tahun (lihat Lampiran Tabel 2.14 untuk AHH menurut Provinsi).
Gambar 2.24 Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 1971-2010

Sumber data: SP Tahun 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010

2.3.2 Penyebab Kematian


Pada tahun 2011, berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI, jenis penyakit
dengan jumlah kematian tertinggi di Indonesia disebabkan oleh demam berdarah
dengue (DBD) yaitu sebanyak 816 jiwa. Kasus tertinggi terjadi di provinsi Jawa Barat
dengan 167 jiwa (data provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.15).
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

23

Tabel 2.9 Jenis Penyakit dan Penyebab Kematian tahun 2011


Jenis Penyakit

Jumlah Penderita

Jumlah Kematian

(1)

(2)

(3)

DBD
Pneumonia
Difteri
Tetanus Neonatorum
Leptospirosis
Diare
Flu Burung
Campak

90.245
549.708
1.192
119
239
1.585
9
15.987

816
609
76
59
29
23
9
4

Sumber: Dirjen PP dan PL, Profil Kesehatan Indonesia 2012

2.4 Migrasi
2.4.1 Kecenderungan dan Pola Migrasi Risen
Berdasarkan SP tahun 2010, angka migrasi risen baik keluar maupun masuk
mengalami penurunan. Migrasi risen masuk pada tahun 2000 sebesar 5,536,317
jiwa, menurun menjadi 5,396,419 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan data migrasi
risen keluar pada tahun 2000 adalah 5,440,239 jiwa, menurun menjadi 5,235,778
jiwa pada tahun 2010. Sementara berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk Lakilaki Migran masuk risen pada tahun 2010 berjumlah 2.830.114 jiwa, sedangkan
Perempuan berjumlah 2.566.305 jiwa.
Tabel 2.10 Tren Data Parameter Kependudukan
yang terkait dengan Migrasi Risen Indonesia, 2000-2010
Parameter

2000

2010

(1)

(2)

(3)

Migrasi Risen (jiwa):


Masuk

5.536.317

5.396.419

Keluar

5.440.239

5.235.778

Sumber data: BPS, Sensus Penduduk 2000 dan 2010

Provinsi Jawa Barat mendapatkan migran masuk risen terbanyak yaitu 1,048,964
jiwa sedangkan terendah adalah provinsi Maluku Utara (24,462 jiwa). Untuk migran
keluar risen terbanyak terdapat di Provinsi Jawa tengah (979,860 jiwa) dan yang
terendah adalah Maluku Utara (14,887 jiwa). Lihat Lampiran Tabel 2.16 untuk Angka
Migrasi Risen Menurut Provinsi.

2.4.2 Kecenderungan dan Pola Migrasi Seumur Hidup


Angka migrasi seumur hidup mengalami kenaikan baik keluar maupun masuk.
Migrasi seumur hidup masuk pada tahun 2000 adalah 20,260,484 jiwa, meningkat
menjadi 27,975,612 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan data migrasi seumur hidup
keluar pada tahun 2000 adalah 20,161,012 jiwa, meningkat menjadi 27,736,130 jiwa
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

24

pada tahun 2010 (Lihat Lampiran Tabel 2.17 untuk Angka Migrasi Seumur Hidup
menurut Provinsi). Sementara berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk Lakilaki Migran masuk seumur hidup pada tahun 2010 berjumlah 14.736.632 jiwa,
sedangkan Perempuan berjumlah 13.238.980 jiwa.
Tabel 2.11 Tren Data Parameter Kependudukan yang terkait dengan Migrasi
Seumur Hidup Indonesia, 2000-2010
Parameter

2000

2010

(1)

(2)

(3)

Migrasi Seumur Hidup


(jiwa):
Masuk

20.260.484

27.975.612

Keluar

20.161.012

27.736.130

Sumber data: BPS, Sensus Penduduk 2000 dan 2010

Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan migran masuk seumur hidup
terbanyak yaitu 5,225,271 jiwa sedangkan terendah adalah provinsi Gorontalo
(64,585 jiwa). Untuk migran keluar seumur hidup terbanyak terdapat di Provinsi Jawa
Tengah (6,829,637 jiwa) dan yang terendah adalah Papua (48,955 jiwa).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

25

PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN


3.1 Pencapaian Pembangunan Manusia

Persoalan pembangunan manusia di Indonesia sudah mendapat perhatian y a n g


serius. Berbagai masalah mengenai pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan
mulai terlihat bergeser dan berkembang ke arah kondisi yang lebih baik. Sebagai
gambaran tentang perkembangan tersebut, kondisi Indonesia dapat diperbandingkan
dengan negara ASEAN.
Indeks Pembangunan Manusia adalah salah satu indeks yang mengukur tentang
tingkat pembangunan manusia berdasarkan tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan. Pada tahun 2012 IPM Indonesia berada pada peringkat 121 dari 187
Negara. IPM Indonesia antara tahun 1980 sampai dengan 2012 mengalami peningkatan
sebesar 49 persen yakni dari 0,422 menjadi 0,629, angka tersebut menunjukkan rata-rata
peningkatan sebesar 1,3 persen setiap tahunnya.
Tabel 3.1 Tren IPM Indonesia Tahun 1980 2012
Tahun

1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2011
2012

Life
expectancy
at birth
57.6
60
62.1
64
65.7
67.1
68.9
69.4
69.8

Expected
years of
schooling
8.3
9.3
9.9
9.9
10.3
11.2
12.9
12.9
12.9

Mean years
GNI per
of schooling capita (2005
PPP$)
3.1
1,278
3.5
1,478
3.3
1,911
4.2
2,630
4.8
2,390
5.3
2,950
5.8
3,775
5.8
3,973
5.8
4,154

HDI value

0.422
0.456
0.479
0.525
0.540
0.575
0.620
0.624
0.629

Sumber data: Human Development Report, UNDP

Tabel 3.1 Menunjukkan tren peningkatan pada masing-masing indikator IPM di


Indonesia. Harapan hidup saat lahir antara tahun 1980 sampai dengan 2012 meningkat
sebesar 12,2 tahun, sedangkan lama waktu bersekolah yang diharapkan meningkat
sebesar 2,7 tahun dan diharapkan akan meningkat sampai dengan 4,6 tahun. Di
Indonesia Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per Kapita juga mengalami peningkatan
sekitar 225 persen antara tahun 1980 sampai dengan tahun 2012.
Perbandingan IPM antar negara ASEAN menunjukkan disparitas yang cukup tinggi
sejak tahun 1990. Peningkatan IPM tidak secara langsung menggambarkan
peringkat kualitas pembangunan manusia. Sebagai contoh, meskipun selama dua
dekade IPM Myanmar telah meningkat secara signifikan, namun Myanmar tetap
menjadi negara dengan IPM terkecil dikawasan ASEAN. Angka IPM Myanmar
merupakan yang terkecil dibandingkan Negara ASEAN lainnya yaitu 0,498 pada tahun
2012. Peringkat terendah berikutnya adalah Laos dan Cambodia dengan nilai IPM di
tahun 2012 yakni 0,543. Di sisi lain, Negara-negara dengan nilai IPM tinggi di
kawasan ASEAN berturut-turut adalah Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia
masing-masing dengan IPM 0,895, 0,855, dan 0,769 untuk tahun 2012. Untuk
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

26

Negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi ke 6, dengan nilai capaian sebesar
0,629. Rata-rata IPM dunia tahun 2012 adalah 0,694 (gambar 3.1).
Gambar 3.1 Perbandingan IPM Negara-Negara ASEAN
Tahun 1990-2012

Sumber data: Human Development Report, UNDP

Pada tahun 2011, IPM kawasan Sumatera, Jawa dan Bali pada umumnya berada di
atas rata-rata nasional (72,77). Sedangkan IPM kawasan di luar Jawa, Sumatera dan
Bali (Indonesia Tengah dan Timur) pada umumnya dibawah rata-rata nasional,
kecuali Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara. Sementara itu
daerah tertinggal seperti NTT, NTB dan Papua juga telah mengalami kemajuan
tingkat IPM yang lebih pesat dibanding daerah lainnya. Hal ini seperti yang tersaji
dalam lampiran Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Indonesia tahun
1996 2011. Untuk lebih jelasnya tentang IPM Provinsi dapat dilihat pada Lampiran
Tabel 3.1.
3.2 Pembangunan Gender
Indeks ketimpangan gender (Gender Inequality Index) mencerminkan ketimpangan
perempuan yang dilihat dalam tiga dimensi yaitu kesehatan reproduksi,
pemberdayaan, dan pasar tenaga kerja. Indeks yang terbentuk menunjukkan kehilangan
dalam pembangunan manusia yang diakibatkan oleh adanya perbedaan gender.
Nilainya berkisar dari 0, yang menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki
kehilangan kesempatan yang sama, dan 1, yang menunjukkan bahwa perempuan
kehilangan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Dimensi kesehatan diukur menggunakan dua indikator yaitu tingkat kematian ibu
(maternal mortality rate) dan tingkat kesuburan remaja (adolescent fertility rate).
Dimensi pemberdayaan juga didekati dengan dua indikator yaitu proporsi kursi
parlemen dipegang oleh laki-laki atau perempuan, dan capaian tingkat pendidikan
menengah dan tinggi dari tiap gender. Dimensi tenaga kerja diukur dengan
partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Indeks Ketimpangan Gender (IKG)
dirancang untuk mengungkapkan sejauh mana prestasi nasional dalam aspek
pembangunan manusia yang hilang akibat adanya perlakuan ketidaksetaraan gender,
dan juga untuk menyediakan data empiris untuk analisis kebijakan dan upaya
advokasi.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

27

Gambar 3.2 Indeks Ketimpangan Gender


di Negara-negara ASEAN Tahun 1995-2011

Sumber data: Human Development Report


(Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tahun 2012)

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh HDR (Human Development Report), dalam
kurun waktu 15 tahun telah terjadi penurunan indeks ketimpangan gender di kawasan
Negara-negara ASEAN. Hal ini berarti telah terjadi penurunan ketimpangan akibat
adanya perbedaan gender.
Gambar 3.3 Perkembangan IPG di Indonesia
Periode Tahun 2004-2011

Sumber data: BPS

Secara umum pencapaian pembangunan gender di Indonesia dari waktu ke waktu


memperlihatkan perkembangan yang semakin membaik. Hal ini dapat diindikasikan
dengan adanya peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG) selama kurun
waktu 2004-2011 (Gambar 3.3). Pada tahun 2004 IPG secara nasional telah
mencapai 63,94, kemudian naik menjadi 65,81 pada tahun 2007 dan bergerak
naik lagi secara perlahan hingga menjadi 67,80 pada tahun 2011.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

28

Tabel 3.2 Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM),


Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), 2004-2011

Sumber data: BPS

Sedangkan bila dilihat kondisi di Provinsi berdasarkan Rasio IPM dan IPG, maka
Provinsi yang mempunyai Rasio IPG 2011 tertinggi berada pada provinsi NTT dan
yang terendah adalah provinsi Kepulauan Riau (85,37 persen). Data IPG di setiap
Provinsi tersaji dalam Lampiran Tabel 3.2.
3.3 Penduduk Rentan
Informasi berkaitan dengan kesulitan fungsional dapat digunakan sebagai
pendekatan dalam menentukan program kebijakan pembangunan yang berkaitan
dengan penyandang cacat. Seseorang dapat memiliki satu atau lebih jenis kesulitan,
dengan tingkat ringan maupun parah. Jumlah terbanyak dari kesulitan yang dialami
penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2010 adalah berjalan atau naik tangga
yakni sebesar 654,600 orang. Sementara tingkat kesulitan terendah yang dialami
penduduk adalah mendengar yakni sebanyak 456,047 orang (data Provinsi dapat
dilihat pada Lampiran Tabel 3.3).
Tabel 3.3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang mengalami Kesulitan
Kesulitan
(1)=

Tidak ada
Kesulitan

Ada kesulitan
Sedikit

Parah

(2)=

(3)=

(4)=

Jumlah
(5)=(2)+(3)+(4)

Melihat

185.019.345

5.312.946

506.878

190.839.169

Mendengar

187.814.898

2.568.224

456.047

190.839.169

Berjalan atau Naik Tangga


Berkonsentrasi/Berkomunikasi
karena Kondisi Fisik/Mental

187.751.495
188.094.775

2.432.094
2.126.192

654.600
616.202

190.838.189
190.837.169

Mengurus Diri Sendiri

188.795.687

1.510.606

532.876

190.839.169

Sumber data: Sensus Penduduk (SP) 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

29

3.4 Ketersediaan Pelayanan


3.4.1 Kesehatan
Tenaga Kesehatan (Dokter dan Bidan)
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan, diketahui bahwa jumlah tenaga Dokter yang terdiri dari dokter spesialis,
dokter umum, dan dokter gigi, mengalami peningkatan dari 42.467 Dokter pada
tahun 2010 menjadi 59.492 Dokter pada tahun 2011. Jumlah tersebut sama dengan
dengan 24,7 Dokter per 100.000 Penduduk pada tahun 2011.
Jumlah Bidan juga mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir yakni 93.889
Bidan pada tahun 2009, kemudian meningkat menjadi 96.551 Bidan pada tahun
2009, dan 124.164 Bidan pada tahun 2011. Jumlah tersebut setara dengan 51,5
Bidan per 100.000 penduduk pada tahun 2011.
Gambar 3.4 Banyaknya SDM Kesehatan tahun 2008 2011

Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2008, 2009, 2010, 2011

Berdasarkan wilayah diketahui bahwa Provinsi Jawa Tengah memiliki tenaga Dokter
terbanyak yakni 7.829 Dokter pada tahun 2011, sedangkan provinsi dengan jumlah
Dokter terendah berada pada Provinsi Papua Barat yakni 243 Dokter. Kondisi yang
sama juga terjadi pada jumlah Bidan, dimana provinsi Jawa Tengah memiliki jumlah
Bidan terbanyak yakni 15.833 Bidan pada tahun 2011, sedangkan Papua Barat
berada pada provinsi dengan kepemilikan Bidan terendah yakni 600 Bidan. Lihat
Lampiran Tabel 3.4 untuk Sumber daya manusia Kesehatan menurut Provinsi.
Sarana Layanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu sumber layanan
kesehatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah Puskesmas
tercatat sebanyak 8.234 pada tahun 2007, meningkat menjadi 8.548 Puskesmas
pada tahun 2008, dan 9.321 Puskesmas pada tahun 2011.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

30

Gambar 3.5 Banyaknya Sarana Puskesmas tahun 2007-2011

Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2008, 2009, 2011

Berdasarkan wilayah, jumlah Puskesmas terbanyak berada pada Provinsi Jawa


Barat yakni sejumlah 1.046 Puskesmas, sedangkan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung memiliki jumlah Puskesmas terendah yakni 58 Puskesmas (lihat Lampiran
Tabel 3.5).
Gambar 3.6 Banyaknya Sarana Rumah Sakit tahun 2007-2011

Sumber data: Kemenkes, Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2007, 2008, 2009, 2011

Pada tahun 2011 jumlah Rumah Sakit (RS Umum dan RS Khusus) di Indonesia juga
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (lihat Gambar 3.6). Pada tahun 2007
jumlah Rumah Sakit tercatat sebanyak 1.319 Rumah Sakit, meningkat menjadi
1.371 pada tahun 2008, dan 1.721 pada tahun 2011 (Profil Kesehatan Indonesia).
Sementara berdasarkan wilayah, jumlah RS terendah berada pada Provinsi Sulawesi
Barat yakni 7 Rumah Sakit, sedangkan jumlah RS terbanyak berada pada Provinsi
Jawa Tengah yakni 225 Rumah Sakit. Lihat Lampiran Tabel 3.5 untuk Sarana
Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) menurut Provinsi.
Klinik Keluarga Berencana (KB)
Klinik pelayanan KB baik melalui jalur pemerintah maupun swasta terus mengalami
kenaikan. Data BKKBN menunjukkan pada tahun 2010 klinik pelayanan KB melalui
jalur pemerintah berjumlah 20.050 klinik, meningkat menjadi 21.609 klinik pada tahun
2013. Kondisi yang sama juga terjadi pada klinik pelayanan KB jalur swasta, dimana
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

31

terjadi peningkatan yakni dari 3.876 klinik pada tahun 2010, menjadi 4.680 klinik
pada tahun 2013. Lihat Lampiran Tabel 3.6 untuk klinik pelayanan KB menurut
Provinsi.
Gambar 3.7 Banyaknya Klinik Pelayanan KB di Indonesia
25.000

21.647

21.037

20.480

20.050
20.000
15.000
10.000

4.344

3.970

3.876

4.684

5.000
-

2010

2011
Klinik Pemerintah

2012

2013*)

Klinik Swasta

Sumber data: Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN 2010-2013


*) Data sampai dengan bulan Agustus 2013

3.4.2 Pendidikan
Sarana Pendidikan (Sekolah)
Tren jumlah Sekolah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) maupun pada Kementerian Agama (Kemenag) pada tahun
2008/2009-2010/2011 terus mengalami peningkatan. Sekolah yang dimaksud di sini
adalah tingkatan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs),
Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah
Aliyah (MA).
Berdasarkan data statistik indonesia jumlah Sekolah Dasar (SD) di indonesia tercatat
sebanyak 146.804 pada tahun ajaran 2010/2011, jumlah tersebut merupakan yang
terbanyak dari semua jenis sekolah baik pada tingkatan pendidikan dasar maupun
lanjutan. Sedangkan sekolah dengan jumlah sarana terendah adalah Madrasah
Aliyah (MA) yakni sebanyak 6.426 pada tahun ajaran 2010/2011.
Gambar 3.8 Jumlah Sekolah di Indonesia Tahun 2008-2011

Sumber data: Statistik Indonesia 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

32

Provinsi Jawa Timur pada tahun ajaran 2010/2011 memiliki jumlah Sekolah Dasar
tertinggi sebesar 19.923. Sedangkan pada tahun tahun sebelumnya Jawa Barat
yang memiliki jumlah Sekolah Dasar terbanyak. Lebih lanjut tentang Sarana
Pendidikan menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.7.
Rasio Penduduk Usia Sekolah Per Sekolah
Rasio penduduk usia sekolah per sekolah yang diolah dari data sensus tahun 2010
(jumlah penduduk) dan statistik indonesia (jumlah sekolah) untuk tingkat sekolah
dasar adalah 168 siswa per sekolah dasar. Jumlah tersebut menjadi lebih tinggi
pada sekolah-sekolah tingkat lanjutan yakni 305 siswa dan 491 siswa per sekolah
untuk tingkat SMP dan SMA. Sementara Rasio tertinggi berada pada tingkat
perguruan tinggi, yakni 7.504 siswa per perguruan tinggi. Selengkapnya untuk rasio
penduduk Usia sekolah per sekolah menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran
Tabel 3.8.
Tabel 3.4 Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah per Jumlah Sekolah
Di Indonesia tahun 2009/2010
Kelompok Umur
5-6 (TK)

Jumlah Penduduk
Usia Sekolah

Jumlah Sekolah
2009/2010

Rasio

9.126.057

67.550

135,1

7-12 (SD/MI)

27.804.900

165.491

168,0

13-15 (SMP/MTs)

13.408.650

43.888

305,5

16-18 (SMA/SMK/MA)

12.455.244

25.332

491,7

19-24 (PT)

23.902.077

3.185

7504,6

Jumlah

86.696.928

305.446

283,8

Sumber data: SP 2010, Statistik Indonesia 2012 - BPS RI

Tenaga Pengajar
Jumlah guru menurut Statistik Indonesia 2012, tertinggi yaitu jumlah guru Sekolah
Dasar (SD) sebanyak 1.501.236 pada tahun ajaran 2010/2011 dan jumlah guru
paling sedikit yaitu Madrasah Aliyah (MA) sebesar 112.793 pada tahun ajaran
2008/2009.
Gambar 3.9 Banyaknya Tenaga Guru di Indonesia Tahun 2008-2011

Sumber data: Statistik Indonesia 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

33

Dari Statistik Indonesia 2012, rata-rata tenaga pengajar terbanyak yaitu guru
Sekolah Dasar (SD) dan Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah tenaga pengajar
terbanyak. Pada tahun ajaran 2010/2011 tenaga pengajar Sekolah Dasar (SD)
berjumlah 207.535. Data tentang Tenaga Pengajar (Guru) menurut Provinsi dapat
dilihat pada Lampiran Tabel 3.9.
3.4.3 Sanitasi dan air bersih
Rumah tangga yang memiliki fasilitas buang air besar sendiri terus meningkat
menjadi 65,20 persen pada tahun 2011 dan persentase rumah tangga yang tidak
memiliki fasiltas buang air besar terus menurun menjadi 17,78 persen pada tahun
yang sama (Persentase fasilitas buang air besar dalam rumah tangga menurut
Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.10).

Gambar 3.10 Persentase Fasilitas Buang Air Besar


dalam Rumah Tangga

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat


Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

Sementara itu, rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri sudah
melebihi 50 persen. Hanya saja dari data statistik kesejahteraan rakyat, persentase
rumah tangga yang memiliki fasiltas air minum sendiri mengalami penurunan dari 60
persen pada tahun 2010 menjadi 58,69 persen tahun 2011. Sedangkan, rumah
tangga yang menggunakan fasilitas air minum bersama dan tidak memiliki fasilitas
sama sekali mengalami peningkatan dari survey sebelumnya (Persentase fasilitas
buang air besar dalam rumah tangga menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran
Tabel 3.11).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

34

Gambar 3.11 Persentase Fasilitas Air Minum dalam Rumah Tangga

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat


Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

3.4.5 Listrik
Rumah tangga yang menggunakan Listrik PLN sebagai sumber penerangan
mengalami peningkatan menjadi 92.08 persen pada tahun 2012. Pada tahun yang
sama, dari hasil survey Sosial Ekonomi Nasional sebanyak 3,84 persen rumah
tangga menggunakan Listrik Non PLN, dan sebanyak 4,08 persen memakai
penerangan lainnya.
Gambar 3.12 Persentase Sumber Penerangan
dalam Rumah Tangga
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

7,27
3,27

6,45
4,25

5,85
4,68

5,17
4,32

4,08
3,84

89,46

89,29

89,47

90,51

92,08

2008

2009
Listrik PLN

2010
Listrik Non-PLN

2011

2012

Lainnya

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat


Tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

Lebih lanjut tentang Persentase sumber penerangan dalam rumah tangga dapat
dilihat pada Lampiran Tabel 3.12.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

35

3.5 Kesehatan
3.5.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja
3.5.1.1 Pubertas
Pengetahuan dan Pengalaman Pubertas
Menurut data SKRRI 2012, hanya satu dari sepuluh remaja pria dan wanita
tidak dapat menyebutkan perubahan fisik pada seorang anak pria dan wanita
pada saat pubertas. Pria kurang mengetahui tanda-tanda pubertas pada
seorang wanita dibandingkan dengan wanita. Dua puluh persen remaja pria
dan 5 persen remaja wanita tidak mampu menyebutkan tanda-tanda pubertas
pada seorang wanita. Sebagian pria mengetahui perubahan fisik sebagai
tanda pubertas seorang pria adalah pertumbuhan rambut di bagian wajah,
kemaluan, dan ketiak. Sedangkan wanita yang mengetahui tanda-tanda
pubertas pada pria adalah perubahan suara 69 persen, pertumbuhan buah
jakun 53 persen, dan pertumbuhan rambut di bagian tubuh 43 persen.
Sebagian besar wanita 83 persen lebih sering menyebutkan menstruasi dan
pertumbuhan buah dada sebagai tanda-tanda pubertas pada seorang anak
wanita dari pada pria 73 persen. Sebagian besar pria mengetahui tanda-tanda
pubertas pada wanita adalah pertumbuhan buah dada 58 persen dan
menstruasi 43 persen.
Tabel 3.5 Persentase Pengetahuan remaja
tentang perubahan fisik masa pubertas

Indikator perubahan fisik


Remaja pria
Pertumbuhan otot
Perubahan suara
Pertumbuhan rambut di
muka, sekitar kemaluan,
dada, kaki, lengan
Meningkatnya gairah
seksual
Mimpi basah
Tumbuh jakun
Pengerasan putting susu
Lainnya
Tidak tahu tanda apapun
Remaja wanita
Pertumbuhan rambut
pada sekitar kemaluan,
ketiak
Pertumbuhan buah dada
Pertumbuhan paha
Meningkatnya gairah
seksual
Haid
Lainnya
Tidak tahu tanda apapun
Jumlah

Wanita belum kawin


15 19
20 24
tahun
tahun
Jumlah

15 19
tahun

Pria belum kawin


20 24
tahun

Jumlah

22,4
69,3
43,4

29,3
66,7
42,5

24,4
68,6
43,1

18,4
50,3
50,2

22,7
45,5
49,7

20,0
48,5
50,0

3,1
28,8
55,4
0,4
8,3
10,1

6,0
32,0
46,5
0,9
13,8
9,6

3,9
29,7
52,9
0,5
9,9
10,0

4,8
34,6
35,3
0,4
20,5
11,1

8,1
32,9
23,2
0,6
25,0
10,2

6,1
34,0
30,7
0,5
22,2
10,8

31,7
72,4
28,8

31,7
73,9
21,8

31,7
72,8
26,8

22,0
57,3
19,4

21,8
58,9
15,7

21,9
57,9
18,0

3,0
81,9
11,9
4,7
6.018

6,3
85,1
14,5
4,8
2.401

3,9
82,8
12,6
4,7
8.419

2,8
42,4
12,4
21,2
6.835

3,9
44,5
14,8
19,2
4.145

3,2
43,2
13,3
20,4
10.980

Sumber data: SKRRI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

36

Pengetahuan tentang Perubahan Fisik Pada Pubertas


Data SKRRI 2012, menunjukkan bahwa wanita umur 15-24 cenderung
menyebutkan guru sebagai sumber pengetahuan tentang perubahan fisik 61
persen. Sumber informasi dari guru ini lebih dominan dijumpai pada remaja
wanita pada kelompok umur 15-19 tahun 66 persen. Sumber informasi
perubahan fisik yang lain bagi remaja wanita diperoleh dari teman dan media
bacaan masing-masing 29 persen dan 25 persen. Bagi remaja pria cenderung
lebih menyebutkan teman dan guru sebagai sumber informasi perubahan fisik
remaja masing-masing 48 persen dan 46 persen. Pada kelompok umur 20-24
tahun mereka lebih dominan 54 persen menyebutkan teman sebagai sumber
informasi, sedangkan pada kelompok umur 15-19 tahun cenderung lebih
menyebutkan guru sebagai sumber informasi perubahan fisik remaja. Dari
SKRRI 2012 ini nampak ada perubahan pola sumber informasi perubahan fisik
yang diterima remaja wanita dibandingkan dengan survei SKRRI tahun 2007.
Pada survei SKRRI 2012, sumber informasi tentang perubahan fisik yang
dominan adalah guru diikuti oleh teman, sedangkan dari survei sebelumnya
sumber informasi perubahan fisik yang dominan adalah guru.
Tabel 3.6 PersentaseSumber pengetahuan
tentang perubahan fisik saat pubertas
Wanita belum kawin
Sumber informasi
Teman
Ibu
Ayah
Saudara kandung
Kerabat
Guru
Petugas kesehatan
Pemimpin agama
Televisi
Radio
Buku/majalah/surat
kabar
Internet
Lainnya
Tidak satupun
Jumlah

15 19
tahun
27,3
16,1
1,4
4,2
3,9
65,7
2,1
1,8
6,7
1,4
23,5
4,5
12,5
1,2
6.018

20 24
tahun
34,3
21,3
3,4
5,4
6,1
48,9
3,3
1,9
11,1
2,8
27,6
7,6
19,7
1,9
2.401

Pria belum kawin


Jumlah
29,3
17,6
2,0
4,6
4,5
60,9
2,5
1,8
8,0
1,8
24,7
5,4
14,5
1,4
8.419

15 19
tahun
43,7
3,4
2,4
1,3
2,0
53,0
0,9
3,0
10,0
1,8
13,3
4,5
13,8
2,1
6.835

20 24
tahun
53,8
3,9
2,5
1,8
2,4
33,1
2,2
3,5
13,9
3,1
14,9
6,2
23,5
2,9
4.145

Jumlah
47,5
3,6
2,5
1,5
2,1
45,5
1,4
3,2
11,5
2,3
13,9
5,1
17,5
2,4
10.980

Sumber data: SKRRI 2012

Menstruasi
Berdasarkan hasil SKRRI 2012, menstruasi pertama kali dialami oleh 29
persen pada umur 13 tahun, 24 persen pada umur 14 tahun, dan 23 persen
pada umur 12 tahun. Ada fenomena yang menarik, 7 persen wanita
mengalami haid pertamanya pada umur 10-11 tahun. Hanya sedikit sekali (0,5
persen) remaja wanita yang belum mendapat menstruasi. Secara
keseluruhan, 89 persen wanita mengalami haid pertama pada umur 12-15
tahun. Temuan ini serupa dengan studi yang dilaksanakan oleh Lembaga
Demografi Universitas Indonesia yang menunjukkan bahwa 84 persen wanita
mengalami haid pertama pada umur 12-15 tahun (Lembaga Demografi
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

37

Universitas Indonesia, et al. 2002). Sebagian besar wanita 53 persen


membicarakan pengalaman haid pertama mereka dengan teman dan 41
persen dengan ibunya.
Tabel 3.7 Persentase Umur remaja wanita
pertama kali mendapat haid
Umur saat
survei (tahun)
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Jumlah

Umur saat mendapat haid pertama (tahun)


< 10
2,3
1,7
2,1
1,2
1,2
0,7
1,8
0,3
3,7
1,9
1,7

11
8,1
6,8
4,3
4,4
2,7
4,1
3,8
6,4
2,0
4,5
5,2

12
26,2
23,7
22,2
22,6
22,5
21,6
16,8
19,7
22,9
21,4
22,7

13
39,1
30,7
24,8
29,0
24,1
28,7
27,9
25,0
25,8
25,6
29,3

14
19,9
25,2
28,9
22,3
27,2
22,6
25,3
24,5
22,1
19,7
24,1

15
3,0
10,3
14,8
15,8
16,8
14,4
15,2
15,6
15,5
15,9
12,4

16
0,1
0,7
2,5
3,1
4,7
5,6
6,0
5,3
3,8
6,5
3,0

17+
0,2
0,0
0,3
1,4
0,7
2,1
3,3
2,6
3,3
3,5
1,1

Tidak
menjawab
0,0
0,4
0,0
0,0
0,1
0,0
0,0
0,2
0,8
1,0
0,2

Tidak
pernah
haid
0,9
0,4
0,2
0,1
0,0
0,2
0,0
0,3
0,0
0,0
0,3

Sumber data: SDKI 2012

3.5.1.2 Kespro Pra Nikah


Pengetahuan tentang Anemia
Pada SKRRI 2007 tiga kategori pengetahuan anemia yaitu hemoglobin (Hb)
rendah, kekurangan zat besi, dan kekurangan sel darah merah yang
dilaporkan remaja wanita dan pria tidak lebih dari 25 persen. Rendahnya
pengetahuan wanita tentang anemia jelas akan berdampak pada risiko
pengalaman kesehatan reproduksi mereka kelak. Risiko anemia pada remaja
lebih tinggi terjadi pada waktu seorang wanita hamil. Anemia memungkinkan
terjadinya peningkatan risiko kematian pada wanita penderita anemia yang
mengalami pendarahan berat, juga risiko memiliki berat bayi lahir rendah
(BBLR) dan bayi dengan kelainan bawaan lahir. Risiko anemia tidak hanya
terjadi pada wanita, tetapi juga pria.
Menurut data SDKI tahun 20012, sebagian besar wanita dan pria memiliki
persepsi yang kurang benar tentang anemia. Baik wanita maupun pria
memiliki persepsi bahwa anemia adalah kekurangan darah. Persepsi tidak
benar bahwa anemia adalah kurang darah terjadi pada 69 persen wanita dan
56 persen pria. Hanya 25 persen wanita dan 11 persen pria yang dapat
menjawab dengan benar pertanyaan tentang arti anemia. Kondisi
pengetahuan remaja tentang anemia tahun 2012 masih tidak lebih baik
dibandingkan dengan kondisi mereka pada tahun 2007.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

38

Tabel 3.8 Persentase pengetahuan remaja tentang anemia


Wanita belum kawin (umur)
15 19
20 24
Jumlah

Persepsi tentang anemia


Hemoglobin rendah
(Hb)
Kurang zat besi
Kurang sel darah
merah
Kurang darah
Kurang vitamin
Tekanan darah rendah
Lainnya
Tidak tahu
Tidak menjawab
Jumlah

Pria belum kawin (umur)


15 19
20 24
Jumlah

3,5
4,6

5,8
9,5

4,2
6,2

1,6
1,7

2,2
3,3

1,8
2,3

13,7
65,3
2,2
2,4
4,5
17,1
0,0
4.401

16,0
75,4
1,8
3,0
4,0
5,9
0,0
2.074

14,5
68,5
2,1
2,6
4,3
13,5
0,0
6.475

6,5
49,0
1,0
0,8
8,5
37,5
0,1
3.759

6,9
66,5
1,1
1,9
7,3
20,5
0,1
2.630

6,7
56,2
1,1
1,3
8,0
30,5
0,1
6.389

Sumber data: SKRRI 2012

3.5.1.3 Pengetahuan HIV/AIDS dan IMS


Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Jenis virus ini merusak
sistem kekebalan tubuh seseorang membuat tubuh lebih rentan, sulit sembuh
dari berbagai penyakit opurtunistik yang dapat mengalami kematian.
Gambar 3.13 Persentase Pria dan Wanita Umur 15-49
yang Pernah Mendengar AIDS Menurut Pendidikan, Indonesia 2012
96

99

98

99

90

85
75

62
52
38

29

16

wanita 15-49 tahun

pria kawin 15-54 tahun

Tidak sekolah

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tidak Tamat SMA

Tamat SMA

Tamat SMA+

Sumber data: SDKI 2012

Gambar 3.13 menunjukkan rendahnya pendidikan berpengaruh pada


pengetahuan seseorang terhadap AIDS. Semakin tinggi pendidikannya
semakin luas pengetahuan terhadap informasi tentang AIDS. Perilaku seks
bebas dan penyalahgunaan narkotika jenis suntik dapat menyebabkan
seseorang terkena penyakit tersebut. Segmentasi penyebaran penyakit ini
terjadi pada mereka yang berpendidikan rendah dan berperilaku negatif,
meskipun ada beberapa kasus seseorang kena AIDS karena kelalaian medis
(pengggunaan jarum suntik).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

39

3.5.2 Kesehatan Anak


3.5.2.1 Cakupan Imunisasi
Menurut WHO, anak dinyatakan telah diimunisasi lengkap apabila telah
mendapatkan satu kali imunisasi mencegah tuberkulosis (BCG), tiga kali
imunisasi DPT, tiga kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak.
Secara nasional, persentase cakupan imunisasi lengkap tanpa pemberian
hepatitis B anak umur 12 - 23 bulan meningkat dalam tiga periode SDKI yaitu
2002/2003, 2007 dan 2012.
Tabel 3.9 Tren Cakupan Imunisasi Lengkap
Tanpa Hepatitis B di Indonesia tahun 2003-2012
Imunisasi

SDKI 2003

SDKI 2007

SDKI 2012

BCG
DPT 3
Polio 3
Campak
Total

82,5
58,3
66,1
71,6
51,5

85,4
66,7
73,5
76,4
58,6

89,3
72
75,9
80,1
65,6

Sumber data: SDKI 2002/2003, SDKI 2007 dan SDKI 2012

Terjadi perubahan definisi cakupan imunisasi dalam SDKI 2012. Dalam SDKI
2012, seorang anak dikategorikan menerima imunisasi lengkap jika telah
menerima 1 kali imunisasi mencegah tuberkulosis (BCG), 3 kali imunisasi
DPT, 3 kali imunisasi polio, 1 kali imunisasi campak serta 4 kali vaksin
Hepatitis B. Persentase anak umur 12 - 23 bulan yang mendapatkan imunisasi
lengkap termasuk hepatitis B sebesar 40,3 persen. Sedangkan persentase
anak yang telah hepatitis 3 sebesar 42,4 persen (Lihat Lampiran Tabel 3.13
untuk Cakupan Imunisasi pada Balita menurut Provinsi).
3.5.2.2 Pemberian Makan Pada Anak (ASI dan Makanan pendamping
ASI)
Pemberian makanan yang benar sangat penting bagi kelangsungan hidup,
pertumbuhan, perkembangan serta kesehatan bayi dan anak balita. Air susu
ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam enam bulan
pertama setelah dilahirkan. Setelah anak berusia enam bulan sesuai dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi, maka ASI harus ditambahkan
dengan cairan lain dan makan padat yang memberikan gizi yang memadai.
Cairan dan makan padat tersebut biasanya disebut makanan pendamping ASI
(MPASI), yang diberikan sampai anak berumur dua tahun.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

40

Tabel 3.10 Persentase Pemberian ASI dan Makanan pendamping ASI


menurut kelompok umur, Indonesia tahun 2007-2012
Makanan tambahan
Asi Ekslusif
Umur
lainnya
(bulan)
SDKI 2007
SDKI 2012
SDKI 2007
SDKI 2012
0-1
2-3
4-5
6-8
9-11
12-17
18-23

48,3
34,4
17,8
5,5
0,8
0,5
0,7

50,8
48,9
27,1
3,4
1,1
1,0
0,7

12,2
27,2
48,1
73,2
79,1
76,4
55,5

9,6
16,7
43,9
78,8
76,8
72,8
58,4

Sumber data: SDKI 2007, 2012

Tabel 3.11 menunjukkan persentase bayi yang menerima ASI ekslusif terus
menurun setelah 2 bulan pertama. Sedangkan persentase bayi yang
menerima makanan tambahan lainnya terus meningkat setelah enam bulan
pertama. Secara nasional terjadi peningkatan persentase pemberian ASI
ekslusif kepada bayi sampai dengan umur 4-5 bulan dalam SDKI 2012
dibandingkan SDKI 2007. Peningkatan yang sama juga terjadi pada
pemberian makanan tambahan kepada bayi setelah enam bulan pertama.
3.5.3 Kesehatan Ibu
Kesehatan ibu yang dalam hal ini adalah ibu hamil dipengaruhi oleh pemeriksaan
kehamilan, komplikasi kehamilan dan persalinan, perawatan masa nifas, serta
masalah akses pelayanan kesehatan yang meliputi tempat layanan dan tenaga
medis. Selain itu, kesehatan ibu hamil berkaitan erat dengan jumlah ibu hamil.
3.5.3.1 Jumlah Ibu Hamil
Sarana layanan kesehatan dan jumlah tenaga medis sebaiknya
memperhatikan jumlah ibu hamil, karena semakin tinggi jumlah ibu hamil
maka akan semakin besar pula resiko komplikasi kehamilan dan persalinan,
sarana layanan kesehatan, serta jumlah tenaga medis yang dibutuhkan.
Jumlah persentase ibu hamil Indonesia sebesar 4,3 persen berdasarkan
jumlah total dari WUS yang berhasil diwawancarai, yaitu 45.607 wanita.
Sedangkan persentase wanita hamil menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran Tabel 3.14.
3.5.3.2 Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan)
Di Indonesia, pemeriksaan kehamilan didefinisikan sebagai pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga medis profesional (dokter umum,
dokter ahli kebidanan dan kandungan, perawat, bidan, atau bidan di desa).
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan
paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan,
menurut jadwal 1-1-2 yaitu: paling sedikit sekali kunjungan dalam trisemester
pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trisemester kedua, dan paling
sedikit dua kali kunjungan dalam trisemester ketiga. Pemeriksaan kehamilan
meliputi; tenaga pemeriksa kehamilan, jumlah kunjungan pemeriksaan
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

41

kehamilan dan saat kunjungan pertama, serta komponen pemeriksaan


kehamilan.
Tabel 3.11 Persentase wanita hamil
yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan
Jumlah dan waktu kunjungan pemeriksaan

Daerah tempat tinggal


Perkotaan Perdesaan

Jumlah

Jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan


Tidak pernah
1,3
4,8
3,1
1
0,9
2,2
1,6
2-3
4,6
9,1
6,9
4+
92,7
82,9
87,8
Tidak tahu/tidak terjawab
0,6
0,9
0,7
Jumlah
100
100
100
Paling sedikit sekali kunjungan selama trimester I,
79,6
67,5
73,5
atau trimester II, dan paling sedikit 2 kali
kunjungan selama trimester III
Umur kandungan dalam bulan pada saat kunjungan pertama pemeriksaan
kehamilan
Tidak diperiksa
1,3
4,8
3,1
<4
84,8
76,2
80,4
4-5
10,7
12,7
11,7
6-7
2,6
4,3
3,5
8+
0,4
1,3
0,9
Tidak tahu/tidak terjawab
0,2
0,6
0,4
Jumlah
100
100
100
Jumlah wanita
7,358
7,424
14,782
Median bulan umur kandungan pada kunjungan
2,1
2,6
2,4
pertama (untuk ibu yang melakukan pemeriksaan
kehamilan)
Jumlah wanita melakukan pemeriksaan
7,26
7,066
14,327
kehamilan

Sumber data: SDKI 2012

Tabel 3.12 di atas memperlihatkan bahwa 93 persen ibu hamil yang tinggal di
perkotaan dan 83 persen ibu hamil yang tinggal di perdesaan melakukan
kunjungan pemeriksaan kehamilan lebih dari empat kali. Mayoritas dari ibu
hamil yang tinggal di perkotaan (85 persen) dan perdesaan (76 persen)
melakukan kunjungan pertama untuk pemeriksaan pada usia kehamilan
kurang dari empat bulan.
Pada Tabel 3.13 dapat dilihat bahwa cakupan pemeriksaan kehamilan
mencapai 90 persen atau lebih tinggi dalam semua kelompok. Namun
terkecuali ibu yang urutan kehamilan ke enam atau lebih (83 persen), dan ibu
yang tidak sekolah dan tidak tamat SD (masing-masing 64 persen dan 89
persen), dan ibu dengan indeks kekayaan kuintil terbawah (87 persen).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

42

Tabel 3.12 Persentase pemeriksaan kehamilan


Karakteristik
Latar
Belakang

Dokter
Umum

Umur Saat Melahirkan


<20
1,0
20-34
1,5
35-49
1,5
Urutan Kelahiran
1,00
1,5
2-3
1,4
4-5
1,6
6+
1,4
Daerah tempat tinggal
Perkotaan
1,2
Perdesaan
1,7
Pendidikan ibu
Sekolah
1,2
Tidak tamat
SD
1,1
TamatTamat
SD
1,2
Tidak
SMTA
1,6
Perguruan
Tamat SMTA
1,8
Tinggi2
1,1
Indeks Kuintil Kekayaan
Terbawah
1,6
Menengah
bawah
1,7
1,5
Menengah
Atas
1,5
Teratas
1,1
Jumlah

1,40

Tenaga Pemeriksa Kehamilan


Dokter Perawat Dukun Lainnya/ Tidak
Tidak
Kandung /Bidan/
Tidak Terjawab Periksa
an
Bidan di
Tahu
Desa

Jumlah

Persentase Jumlah
yang
Ibu
Periksa
Hamil dari
Tenaga
Medis
Profesional

8,3
20,3
19,1

85,4
74,4
73,7

1,5
0,7
0,7

0,6
0,4
0,2

0,1
0,4
0,9

3,0
2,4
4,0

100
100
100

94,7
96,1
94,3

1,33
11,05
2,41

20,0
20,7
13,0
4,4

76,3
73,9
77,0
76,8

0,4
0,7
1,6
2,6

0,3
0,5
0,5
0,3

0,1
0,5
1,2
0,4

1,4
2,3
5,1
14,3

100
100
100
100

97,7
96,0
91,6
82,5

5,54
7,12
1,59
536,00

27,9
10,2

69,1
81,3

0,1
1,4

0,3
0,5

0,5
0,4

0,9
4,5

100
100

98,2
93,3

7,36
7,42

3,2
4,9
5,5
9,6
26,8
61,7

59,6
82,5
87,4
86,2
69,7
36,3

4,9
2,1
1,3
0,5
0,2
0,1

0,5
0,7
0,7
0,3
0,3
0,0

0,8
0,3
0,8
0,3
0,3
0,5

29,8
8,3
3,1
1,6
0,9
0,3

100
100
100
100
100
100

64,0
88,5
94,0
97,4
98,4
99,1

274,00
1,24
3,52
3,97
4,02
1,77

3,3
8,5
13,4
23,7
47,2

82,1
85,6
82,8
73,8
51,1

2,8
0,6
0,2
0,1
0,0

0,8
0,7
0,2
0,2
0,2

0,7
0,5
0,4
0,4
0,2

8,8
2,5
1,5
0,3
0,2

100
100
100
100
100

86,9
95,8
97,7
99,0
99,4

3,04
2,88
2,94
3,11
2,82

19,00

75,30

0,80

0,40

0,40

2,70

100

95,7

14,78

Catatan :
Jika lebih dari satu tenaga pemeriksa yang disebutkan. Hanya tenaga pemeriksa dengan kualifikasi tertinggi yang
dicantumkan dalam tabel ini.
Sumber data : SDKI 2012

Sumber data: SDKI 2012

Komponen pemeriksaan kehamilan meliputi: informasi tentang tanda-tanda


komplikasi kehamilan, pemeriksaan urine, pemeriksaan darah. Tabel berikut
ini menyajikan tentang komponen pemeriksaan kehamilan.
Tabel 3.14 memperlihatkan bahwa jumlah ibu hamil yang tinggal di perkotaan
cenderung lebih tinggi dalam hal mencari informasi tentang tanda-tanda
komplikasi kehamilan, pemeriksaan urine, serta pemeriksaan darah.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

43

Tabel 3.13 Komponen Pemeriksaan Kehamilan

Karakteristik Latar
belakang

Jenis pelayanan kesehatan yang didapatkan ibu yang


mempunyai anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun
sebelum survei
Informasi
tentang tandaPemeriksaan Pemeriksaan
tanda
Jumlah ibu
urine
darah
komplikasi
kehamilan

Umur saat melahirkan


<20
20-34
35-49

49,8
54,3
48,8

43,9
47,9
48,7

38,6
40,7
43,8

1,286
10,748
2,293

Urutan kelahiran
1
2-3
4-5
6+

56,8
52,9
42,8
41,0

49,8
48,1
43,2
31,3

42,1
41,0
39,2
33,8

5,458
6,923
1,489
457

57,1
48,7

52,3
42,9

45,4
36,5

7,26
7,066

27,8
35,4
48,1
51,3
60,3
63,6

30,2
36,9
43,3
48,9
52,1
52,6

39,8
36,6
41,7
39,0
41,2
46,9

190
1,136
3,38
3,897
3,974
1,751

42,1
49,9
53,7
57,5
61,0

35,7
45,2
47,7
53,2
55,9

35,0
41,2
41,1
42,1
45,4

2,746
2,797
2,884
3,089
2,809

53,0

47,7

41,0

14,327

Daerah tempat tinggal


Perkotaan
Perdesaan
Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tidak tamat SMTA
Tamat SMTA
Perguruan tinggi
Indeks kuintil kekayaan
Terbawah
Menengah bawah
Menengah
Menengah atas
Teratas
Jumlah

Sumber data: SDKI 2012

3.5.3.3 Penolong Persalinan


Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya kematian ibu
adalah terbatasnya tempat persalinan yang memadai.
Sumber Tempat Persalinan
Tabel 3.15 di bawah menyajikan tentang tempat persalinan yang
dimanfaatkan oleh wanita yang melahirkan dalam lima tahun sebelum survei.
Dapat dilihat bahwa ibu umur di bawah 20 tahun yang melahirkan di fasilitas
kesehatan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang lebih tua.
Terjadi kenaikan persentase melahirkan di fasilitas kesehatan dari 46 persen
(SDKI 2007) menjadi 63 persen (SDKI 2012). Persentase yang dilahirkan di
fasilitas kesehatan menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.15.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

44

Tabel 3.14 Persentase wanita yang melahirkan di fasilitas kesehatan


Fasilitas kesehatan
Karakteristik Latar
belakang
Pemerintah Swasta Rumah Lainnya

Tidak
Jumlah
terjawab

Persentase
persalinan
di fasilitas
kesehatan

Jumlah
kelahiran

Umur saat melahirkan


<20
20-34
35-49

16,8
16,4
21,9

36,6
48,0
41,1

46,0
34,9
35,8

0,2
0,1
0,2

0,5
0,6
1,0

100,0
100,0
100,0

53,4
64,4
63,0

1,526
12,757
2,665

18,4
17,0
16,0
13,1

50,9
47,2
32,4
19,1

30,2
34,9
50,1
67,1

0,1
0,2
0,1
0,0

0,4
0,7
1,4
0,6

100,0
100,0
100,0
100,0

69,3
64,2
48,4
32,3

6,557
7,892
1,827
672

Urutan kelahiran
1
2-3
4-5
6+

Jumlah kunjungan periksa kehamilan


Tidak pernah
1-3
4+
Tidak tahu/tidak
terjawab

4,7
10,6
18,7

5,8
22,9
50,7

77,3
66,3
30,5

0,4
0,1
0,1

11,6
0,0
0,0

100,0
100,0
100,0

10,6
33,5
69,4

456
1,243
12,974

13,5

33,1

53,3

0,0

0,2

100,0

46,6

109

20,4
14,2

59,5
32,5

19,3
52,4

0,0
0,3

0,6
0,6

100,0
100,0

80,0
46,7

8,405
8,543

Tidak Sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tidak Tamat SMTA
Tamat SMTA

10,7
15,4
14,4
15,6
20,8

10,4
22,6
32,8
45,4
59,0

76,1
61,3
51,5
38,5
19,7

1,2
0,2
0,2
0,1
0,1

1,6
0,5
1,1
0,4
0,3

100,0
100,0
100,0
100,0
100,0

21,1
38,0
47,1
61,0
79,8

365
1,457
3,976
4,438
4,594

Perguruan Tinggi2

20,9

65,5

12,8

0,0

0,8

100,0

86,4

2,119

Terbawah
Menengah bawah
Menengah
Menengah Atas
Teratas

14,0
20,5
18,5
17,7
16,1

15,6
36,7
47,7
61,4
72,0

68,9
41,8
33,2
20,5
11,5

0,3
0,3
0,1
0,1
0,0

1,1
0,7
0,5
0,3
0,4

100,0
100,0
100,0
100,0
100,0

29,7
57,2
66,2
79,1
88,1

3,727
3,255
3,311
3,437
3,218

Jumlah

17,3

45,9

36,0

0,2

0,6

100,0

63,2

16,948

Daerah tempat tinggal


Perkotaan
Perdesaan
Pendidikan ibu

Indeks kuintil kekayaan

Hanya untuk anak yang dilahirkan lima tahun sebelum survei

Perguruan Tinggi adalah: Diploma, S1/S2/S3

Sumber data: SDKI 2012

Sumber data: SDKI 2012

Tenaga Kesehatan yang Menolong Persalinan


Upaya mengurangi resiko kesehatan ibu dengan cara meningkatkan
persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan professional. Kementrian
Kesehatan menetapkan target bahwa 90 persen persalinan ditolong oleh
tenaga medis pada tahun 2015 (MOH, 2008).
Peningkatan proporsi bayi yang dilahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan
yang professional adalah langkah yang sangat penting untuk mengurangi
resiko kesehatan ibu dan anak. Penanganan medis yang tepat dan memadai
selama melahirkan dapat menurunkan resiko komplikasi yang menyebabkan
kesakitan serius pada ibu dan bayinya. Tabel berikut ini menyajikan tentang
penolong persalinan berkualifikasi tinggi, yaitu orang yang dirujuk ibu jika
mendapat masalah kesehatan selama persalinan.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

45

Persentase kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis lebih rendah diantara
ibu yang berumur dibawah 20 tahun dibandingkan dengan ibu yang berumur
lebih tua, dan menurun dengan meningkatnya urutan kelahiran. Persalinan
yang dibantu oleh tenaga medis meningkat sejalan dengan meningkatnya
pendidikan ibu dan status kekayaan. Begitu pula trennya mengalami kenaikan
dari data SDKI 2007 sebesar 73 persen menjadi 83 persen dalam SDKI 2012.
Lihat Lampiran Tabel 3.16 untuk persentase wanita yang persalinannya
dibantu oleh tenaga kesehatan menurut Provinsi.
Tabel. 3.15 Persentase Penolong Persalinan Kualifikasi Tertinggi
Penolong Persalinan
Karakteristik
Dokter Perawat/ Dukun Saudara Lainnya Tidak
Tidak Jumlah
Latar
Dokter Ahli Bidan/Bi Bayi /Teman
Ada Terjawab
Belakang
Umum Kandun dan di
gan
Desa
Umur Saat Melahirkan

Persentase
Persalinan
oleh
Penolong
Profesional

Persentase
dengan
Jumlah
Bedah
Kelahiran
Caesar

<20
0,8
20-34
0,9
35-49
1,4
Urutan Kelahiran

11,4
20,4
23,0

63,0
62,9
58,0

21,5
12,7
13,0

2,4
2,0
2,8

0,1
0,3
0,2

0,3
0,3
0,4

0,4
0,6
1,0

100,0
100,0
100,0

75,3
84,2
82,5

5,8
12,6
14,9

1.526
12.757
2.665

1
1,1
2-3
1,0
4-5
1,0
6+
0,4
Tempat Persalinan

23,1
20,0
12,6
8,5

63,3
63,0
59,3
48,6

10,6
12,9
20,4
30,3

1,2
1,9
3,9
9,9

0,2
0,3
0,5
0,5

0,2
0,1
0,9
1,2

0,3
0,8
1,4
0,7

100,0
100,0
100,0
100,0

87,5
84,0
73,0
57,5

14,4
12,2
8,3
4,5

6.557
7.892
1.827
672

1,5

31,5

66,6

0,2

0,1

0,1

0,0

0,1

100,0

99,5

19,5

10.71

0,1

0,3

55,5

37,0

5,8

0,5

0,8

0,0

100,0

55,9

0,0

6.132

0,0

1,8

0,5

0,0

0,0

0,8

0,0

96,9

100,0

2,3

2,0

106

Perkotaan
1,3
Perdesaan
0,7
Pendidikan Ibu

27,7
12,4

62,8
61,5

6,7
20,2

0,6
3,7

0,2
0,4

0,1
0,5

0,7
0,6

100,0
100,0

91,8
74,6

16,8
7,9

8.405
8.543

Tidak Sekolah

5,1

26,5

33,9

28,6

2,1

1,8

1,8

100,0

31,8

2,7

365

0,7

8,7

51,7

33,3

4,5

0,2

0,4

0,6

100,0

61,1

6,1

1.457

0,6

10,8

61,4

22,6

2,6

0,3

0,6

1,1

100,0

72,8

6,8

3.976

0,7

13,9

71,1

12,0

1,4

0,1

0,2

0,5

100,0

85,7

7,6

4.438

1,2

26,6

66,5

4,6

0,5

0,2

0,0

0,3

100,0

94,3

18,5

4.594

48,7

1,8

0,4

0,3

0,0

0,7

100,0

96,8

24,9

2.119

3,7

3.727

Fasilitas
kesehatan
Lainnya
Tidak terjawab

Daerah Tempat Tinggal

Tidak tamat
SD
Tamat SD
Tidak Tamat
SMTA
Tamat SMTA

0,2

Perguruan
2,3
45,8
Tinggi2
Indeks Kuintil Kekayaan
Terbawah
Menengah
bawah
Menengah
Menengah
Atas
Teratas

0,9

6,2

50,3

32,4

7,6

0,6

0,8

1,1

100,0

57,5

0,7

14,6

66,6

15,5

1,5

0,1

0,3

0,7

100,0

81,8

9,0

3.255

0,7

15,9

73,1

8,7

0,7

0,2

0,2

0,5

100,0

89,7

11,4

3.311

1,5

24,4

67,3

5,9

0,1

0,3

0,0

0,5

100,0

93,2

15,5

3.437

1,1

40,9

54,6

2,5

0,3

0,1

0,0

0,4

100,0

96,6

23,1

3.218

Jumlah

1,0

20,0

62,2

13,5

2,2

0,3

0,3

0,7

100,0

83,1

12,3

16.948

Catatan : Jika responden menjawab lebih dari satu penolong persalinan, yang ditabulasi adalah penolong persalinan berkualifikasi tertinggi dalam tabel ini.
1

Penolong profesional termasuk dokter, perawat, bidan, bidan di desa..

Perguruan Tinggi adalah: Diploma, S1/S2/S3

Sumber data: SDKI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

46

3.5.4 Insiden HIV/AIDS


Meskipun pada tahun 2009 kasus HIV sempat mengalami penurunan, akan tetapi
secara umum Pengidap HIV terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 penderita
HIV tercatat sejumlah 6.048 penderita, angka tersebut naik pada tahun 2008
menjadi10.362 penderita, dan pada tahun 2012 jumlahnya sudah mencapai 21.511
penderita.
Data Kemenkes juga mencatat kasus AIDS pada tahun 2012 mengalami penurunan,
yakni dari 7.004 penderita pada tahun 2011 menjadi 5.686 penderita pada tahun
2012.
Gambar 3.14 Kasus HIV/AIDS dan Kematian

Sumber data: Ditjen PP dan PL Kemenkes

Sementara itu, jumlah meninggal karena kasus HIV/AIDS terus mengalami


peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 jumlah meninggal karena virus
HIV/AIDS sejumlah 825 orang, angka tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2008
yakni 917 orang meninggal, dan sampai dengan tahun 2012 jumlah meninggal
karena kasus ini sudah mencapai 1.146 orang (Lihat Lampiran Tabel 3.17 untuk
melihat kumulatif Kasus HIV dan AIDS menurut Provinsi)
3.6 Pendidikan
3.6.1 Literasi (Angka Melek Huruf/AMH)
Persentase penduduk laki-laki usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan
menulis dari data tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 masih berkisar di angka 95
persen. Sementara itu, persentase penduduk perempuan yang melek huruf
mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai 2010 sebelum akhirnya mengalami
sedikit penurunan pada tahun 2011. AMH perempuan tahun 2007 adalah 88,62
persen meningkat menjadi 90,52 persen tahun 2010 dan kemudian menurun menjadi
90,07 persen pada tahun 2011.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

47

Gambar 3.15 Angka Melek Huruf Tahun 2007-2011

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat


Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Provinsi dengan angka melek huruf tertinggi terdapat di Sulawesi Utara yaitu laki-laki
99,01 persen dan perempuan sebesar 98,69 persen. Sedangkan provinsi dengan
AMH terendah terdapat pada provinsi Papua dimana laki-laki sebanyak 70,72 persen
dan AMH perempuan sebanyak 56,74 persen. Lihat Lampiran Tabel 3.18 untuk
Angka Melek Huruf menurut Provinsi.
3.6.2 Pendidikan yang ditamatkan penduduk 15 tahun ke atas
Tingkat pendidikan penduduk Indonesia mengalami peningkatan ke arah yang lebih
baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya tren persentase penduduk yang tamat
SMP dan SM+ atau sederajat dan menurunnya tren persentase penduduk yang tidak
sekolah.
Gambar 3.16 Pendidikan yang Ditamatkan
Penduduk 15 Tahun ke Atas

Sumber data: BPS, Susenas 1994-2012

3.6.3 Partisipasi Sekolah


Jumlah penduduk yang bersekolah cenderung menurun dengan meningkatnya usia.
Hal ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk di kelompok usia produktif yang
tidak melanjutkan pendidikannya yang diperkirakan mereka segera bekerja atau
menikah (Lihat lampiran 3.19 untuk Angka Partisipasi sekolah menurut provinsi).

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

48

Gambar 3.17 Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2007-2011

Sumber data: BPS, Susenas 1994-2012

Partisipasi Murni Sekolah Dasar


Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar (SD) formal di Indonesia baik laki-laki
maupun perempuan mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun 2010.
Akan tetapi data tahun 2011 menunjukan angka partisipasi murni SD mengalami
penurunan. Angka partisipasi murni SD Laki-laki pada tahun 2007 sebanyak 93,88
persen menjadi 91,48 persen tahun 2011. Sedangkan angka partisipasi murni SD
perempuan pada tahun 2007 sebesar 93,62 persen menjadi 90,37 persen pada
tahun 2011.
Gambar 3.18 Angka Partisipasi Murni
SD/MI/Paket A Tahun 2007-2011

Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat


Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Provinsi dengan angka partisipasi murni SD formal dan non formal tertinggi adalah
Provinsi Sumatera Barat. Angka partisipasi laki-laki SD di Sumatera Barat pada
tahun 2011 adalah 94,25 persen dan perempuan 92,58 persen. Sedangkan, provinsi
dengan angka partsipasi murni SD formal dan non formal terendah adalah Papua.
Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SD laki-laki 70,56 persen dan perempuan
69,63 persen.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

49

Partisipasi Murni Sekolah Menengah Pertama


APM Sekolah Menengah Pertama (SMP) formal perempuan di Indonesia lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Pada tahun 2007, APM SMP laki-laki dari 66,01 persen
meningkat menjadi 66,86 pada tahun 2011. Sedangkan, APM SMP perempuan pada
tahun 2007, 67,3 persen meningkat menjadi 69,19 persen tahun 2011.
Gambar 3.19 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs/Paket B Tahun 2007-2011

Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat


Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Provinsi dengan angka partisipasi murni SMP formal dan non formal tertinggi adalah
Provinsi Aceh. Angka partisipasi laki-laki SMP di Aceh pada tahun 2011 adalah 72,58
persen dan perempuan 77,09 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi
murni SMP formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka
partisipasi murni SMP laki-laki 45,34 persen dan perempuan 46,85 persen.

Partisipasi Murni Sekolah Menengah Atas


APM Sekolah Menengah Atas (SMA) formal laki-laki di Indonesia meningkat dari
data tahun 2007 (44,82 persen) sampai dengan data tahun 2011 (47,47 persen).
Akan tetapi, data APM SMA formal perempuan di Indonesia mengalami fluktuatif dari
tahun 2007 sampai tahun 2010 (antara 44,29 persen sampai 44,53 persen). Setelah
itu, APM SMA formal perempuan meningkat menjadi 48,19 persen pada tahun 2011.
Gambar 3.20 Angka Partisipasi Murni SMA/MA/Paket C Tahun 2007-2011

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat


Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

50

Provinsi dengan angka partisipasi murni SMA formal dan non formal tertinggi adalah
Provinsi Aceh. Angka partisipasi laki-laki SMA di Aceh pada tahun 2011 adalah 61,82
persen dan perempuan 61,02 persen. Sedangkan, provinsi dengan angka partsipasi
murni SMA formal dan non formal terendah adalah Papua. Pada tahun 2011, angka
partisipasi murni SMA laki-laki 32,54 persen dan perempuan 32,34 persen. Lihat
lampiran table 3.20 untuk Angka partisipasi murni SD, SMP, dan SMA baik formal
maupun non formal menurut provinsi.
3.6.4 Rata-Rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas dalam jenjang pendidikan
formal sejak tahun 2007-2011 mengalami sedikit peningkatan. Berdasarkan data
statistik kesejahteraan rakyat rata-rata lama sekolah laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Pada tahun 2007, rata-rata lama sekolah laki-laki adalah 8
tahun dan meningkat menjadi 8,3 tahun pada tahun 2010 sampai dengan 2011.
Sedangkan, rata-rata lama sekolah perempuan pada tahun 2007 adalah 7 tahun dan
mengalami peningkatan menjadi 7,5 tahun pada tahun 2010 sampai dengan 2011.
Gambar 3.21 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Penduduk
Usia 15 tahun ke AtasTahun 2007-2011, Indonesia

Sumber data: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat


Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Provinsi dengan rata-rata lama sekolah tertinggi adalah provinsi DKI Jakarta. Ratarata lama sekolah laki-laki di DKI Jakarta pada tahun 2011 adalah 10,9 tahun dan
perempuan 9,9 tahun. Sedangkan, provinsi dengan rata-rata lama sekolah terendah
adalah Papua. Pada tahun 2011, rata-rata lama sekolah laki-laki 6,6 tahun dan
perempuan 5 tahun. Rata-rata Lama sekolah menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran Tabel 3.21.
3.7 Ekonomi dan Ketenagakerjaan
3.7.1 Ekonomi
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan
ekonomi. Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi cukup signifikan
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

51

pada tahun 2009 dari 6.01 persen pada tahun 2008 menjadi 4.58 persen. Pada
tahun 2010, pertumbuhan ekonomi kembali menguat, menjadi 6,20 persen dan terus
meningkat mencapai 6,46 persen pada tahun 2011 kemudian menurun kembali di
tahun 2012 sebesar 6,23.
Gambar 3.22 Persentase Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007 - 2012

Sumber data: BPS, Pendapatan Nasional Indonesia


tahun 2007, 2008, 2009, 2010*, 2011** dan 2012***
*) Angka Sementara
**) Angka sangat sementara
***) Angka sangat sangat sementara

Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita terdiri atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan
2000. Pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku terus meningkat dari
15.125.923,58 rupiah tahun 2007 menjadi 30.516.670,73 pada tahun 2012. Demikian
pula dengan pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000, meningkat dari
7.344.733,98 rupiah menjadi 9.490.533,09 rupiah pada tahun 2012.
Tabel 3.16 Jumlah Pendapatan per Kapita Indonesia Tahun 2007-2010
Jumlah
Pendapatan per
kapita per tahun
Atas dasar harga
berlaku
Atas dasar harga
konstan 2000

2007

2008

2009

2010

2011*)

2012**)

15,125,923.58

18,774,282.37

20,731,425.57

23,759,818.77

27,298,811.57

30,516,670.73

7,344,733.98

7,797,691.36

7,916,021.37

8,412,617.54

9,025,532.92

9,490,533.09

Sumber data: BPS 2007, 2008, 2009, 2010


*) Angka Sementara
**) Angka sangat sementara

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)


Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) terdiri atas dasar harga berlaku dan
atas dasar harga konstan 2000. PDRB atas dasar harga berlaku terus meningkat dari
3.556.333.628 juta rupiah tahun 2007 menjadi 6.020.994.080 juta rupiah pada tahun
2010. Begitu pula dengan PDRB atas dasar harga konstan 2000, meningkat dari
1.890.607.083 juta rupiah menjadi 2.363.341.719 juta rupiah pada tahun 2010.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

52

Tabel 3.17 Jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto


Indonesia (juta rupiah) Tahun 2007 - 2011
Jumlah Pendapatan
Domestik Regional Bruto
per tahun (juta rupiah)

2007

2008

2009

2010

2011

Atas dasar harga berlaku

3,556,333,628

4,271,044,592

4,653,539,247

5,293,856,970

6,020,994,080

Atas dasar harga konstan


2000

1,890,607,083

1,999,046,591

2,094,358,009

2,222,763,051

2,363,341,719

Sumber data: BPS 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

Berdasarkan harga berlaku, Provinsi dengan PDRB terendah pada tahun 2011
adalah Provinsi Maluku Utara dengan pendapatan bruto 6.056.973,74 juta rupiah.
Sementara Provinsi Gorontala memiliki pendapatan bruto terendah berdasarkan
harga konstan yakni 3.141.458,12 juta rupiah.
Provinsi DKI jakarta dengan PDRB harga berlaku dan harga konstan masing-masing
982.540.043,96 juta rupiah dan 422.162.570,82 menempati perolehan tertinggi
dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto di Indonesia untuk tahun 2011. Lihat
Lampiran Tabel 3.22 dan 3.23 untuk Pendapatan Domestik Bruto menurut Provinsi.

Kemiskinan
Kemiskinan adalah sebuah kondisi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan kesehatan.
Bank Dunia mendefiniskan kemiskinan ini dengan kehidupan dengan pendapatan
$ 1 USD per hari.
Gambar 3.23 Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2009-2013

Sumber data: Perkembangan Beberapa Indikator Utama


Sosial-Ekonomi Indonesia tahun 2009-2013

Gambar 3.23 menunjukkan persentase penduduk miskin di indonesia berdasarkan


Perkembangan Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia tahun 2009-2013 terus
mengalami penurunan. Persentase jumlah penduduk miskin di indonesia tahun
2009 adalah 14,15 persen, angka tersebut sampai dengan tahun 2013 turun menjadi
11,37 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

53

Provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak adalah Jawa Timur dengan
jumlah penduduk miskin mencapai 5.070.980 juta jiwa. Sedangkan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung berada pada posisi terendah yakni 71.360 jiwa
penduduk miskin. Lihat Lampiran Tabel 3.24 untuk melihat jumlah dan persentase
penduduk miskin menurut Provinsi.
3.7.2 Ketenagakerjaan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
TPAK adalah persentase penduduk yang bekerja terhadap jumlah seluruh penduduk
usia kerja (15-64 tahun).
Gambar 3.24 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Indonesia (persen) Tahun 2007 - 2010

Sumber data: Sakernas 2007,2008, 2009, 2010

Pada tahun 2011 tingkat partisipasi angkatan kerja belum berdasarkan jenis kelamin,
hasil sakernas pada tahun 2011 dan 2012 data pada bulan februari tahun 2011
sebesar 69.96 persen kemudian tingkat partisipasi angkatan kerja menurun sampai
dengan bulan Agustus tahun 2011 sebesar 68.34 persen. Pada tahun 2012 bulan
Februari naik kembali sebesar 69.66 persen kemudian kembali menurun pada bulan
agustus sebesar 67.88. Pada tahun 2013 tingkat partisipasi angkatan kerja hanya
tersedia sampai bulan Februari yaitu sebesar 69,21 persen (TPAK menurut Provinsi
dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.25).
Tabel 3.18 Tren Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja


(persen)
Februari

2011

2012

2013

69,96

69,66

69,21

Agustus

68,34

67,88

Sumber data: Sakernas 2011, 2012, 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

54

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)


TPT adalah persentase penduduk yang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan
usaha, yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan, yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dari jumlah
angkatan kerja yang ada.
Gambar 3.25 Tingkat Pengangguran Terbuka
Indonesia (persen) Tahun 2007 2011

Sumber data: Sakernas 2007,2008, 2009, 2010, 2011

Tingkat Pengangguran terbuka Indonesia dari hasil Sakernas pada tahun 2012
sampai dengan bulan Februari sebesar 6.32 dan pada bulan Agustus turun sebesar
6.14. Pada tahun 2013 pada bulan februari tingkat pengangguran terbuka sebesar
5.92, sementara data bulan agustus belum tersedia (Tingkat penganguran terbuka
menurut Provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 3.26).
Tabel 3.19 Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat Pengangguran Terbuka

2012

2013

Februari
Agustus

6.32
6.14

5.92
-

*) Pengangguran Terbuka : Mencari Pekerjaan, Mempersiapkan Usaha, Merasa Tidak Mungkin


Mendapat Pekerjaan, Sudah Punya Pekerjaan tetapi belum dimulai

3.8 Pertanian Pangan


3.8.1 Pangan Nasional
Terdapat penurunan kuantitas konsumsi pangan nasional di tingkat rumah tangga
sekitar 5,05 persen disebabkan menurunnya konsumsi beras dari 281,71
gram/kap/hari di tahun 2011 menjadi 267,49 gram/kap/hari pada tahun 2012.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

55

Tabel 3.20 Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional


Secara Kuantitas pada Tahun 2011 -2012
Kelompok
Bahan Pangan
Padi-padian
a. Beras
b. Jagung
c. Terigu
Umbi-umbian
a. Singkong
b. Ubi jalar
c. Kentang
d. Sagu
e. Umbi lainnya
Pangan Hewani
a. Daging ruminansia
b. Daging unggas
c. Telur
d. Susu
e. Ikan
Minyak dan Lemak
a. Minyak kelapa
b. Minyak sawit
c. Minyak lainnya
Buah/biji berminyak
a. Kelapa
b. Kemiri
Kacang-kacangan
a. Kedelai
b. Kacang tanah
c. Kacang hijau
d. Kacang lain
Gula
a. Gula pasir
b. Gula merah
Sayuran dan Buah
a. Sayur
b. Buah
Lain-lain
a. Minuman
b. Bumbu-bumbuan

Konsumsi
Gram/kap/hari
Kg/kap/thn
2012
2011
2012
2011
281,71
4,30
29,93

267,49
5,19
27,24

102,82
1,57
10,92

97,63
1,90
9,94

27,59
8,11
4,31
1,33
1,84

20,02
6,59
4,02
1,19
1,22

10,07
2,96
1,57
0,48
0,67

7,31
2,41
1,47
0,44
0,45

5,54
13,03
19,56
5,74
51,99

7,63
12,04
19,16
4,63
48,27

2,02
4,75
7,14
2,09
18,98

2,79
4,40
6,99
1,69
17,62

4,11
18,09
0,57

2,82
20,51
0,33

1,50
6,60
0,21

1,03
7,49
0,12

5,12
0,89

4,75
0,70

1,87
0,32

1,73
0,26

20,71
0,92
0,78
0,28

19,41
0,77
0,75
0,62

7,56
0,34
0,28
0,10

7,08
0,28
0,27
0,23

20,23
1,98

17,75
1,45

7,38
0,72

6,48
0,53

133,70
63,61

129,98
69,14

48,80
23,22

47,44
25,24

49,89
11,33

49,64
10,73

18,21
4,13

18,12
3,92

Sumber : Susenas 2011 2012 Triwulan I, BKPS diolah BKP

3.8.2 Produktivitas Pertanian


Berdasarkan angka sementara (Asem) BPS, produksi padi nasional tahun 2013
mencapai 70.87 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Artinya mengalami kenaikan
sebesar 1,81 juta ton atau 2,62 persen dibanding 2012.
Tabel 3.21 Produktivitas Padi Tahun 2011 -2013
Jenis
Tanaman
(1)

(2)

Luas Panen
(Ha)
(3)

Padi

2011

13.203.643

49,80

65.75.6904

Padi

2012

13.445.524

51,36

69.056.126

Padi

2013*)

13.769.913

51,46

70.866.571

Tahun

Produktivitas
(ku/Ha)
(4)

Produksi
(Ton)
(5)

Sumber data : BPS Tahun 2013


*) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

56

Kenaikan produksi padi nasional tersebut berasal dari kenaikan produksi di Jawa
sebesar 871.34 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 939.11 ribu ton. Produksi
komoditas padi meningkat seiring peningkatan luas panen 324,29 ribu hektare (2,41
persen) dan kenaikan produktivitas sebesar 0,1 kuintal per hektare.
Tabel 3.22 Produktivitas Jagung Tahun 2011 -2013

(2)

Luas Panen
(Ha)
(3)

Produktivitas
(ku/Ha)
(4)

Produksi
(Ton)
(5)

Jagung

2011

3.864.692

45,65

17.643.250

Jagung

2012

3.957.595

48,99

19.387.022

Jagung

2013*)

3.857.359

47,99

18.510.435

Jenis Tanaman

Tahun

(1)

Sumber data: BPS Tahun 2013


*) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara

Produktivitas jagung mengalami penurunan dari 48.99 (ku/ha) tahun 2012 menjadi
47.99 (ku/ha) pada tahun 2013, kondisi tersebut seiring dengan turunnya Luas
Panen dari 3.957.595 (Ha) tahun 2012 menjadi 3.857.359 (Ha) pada tahun 2013.
Tabel 3.23 Produktivitas Kedelai Tahun 2011 -2013

(2)

Luas Panen
(ha)
(3)

Produktivitas
(ku/Ha)
(4)

Produksi
(Ton)
(5)

Kedelai

2011

622.254

13,68

851.286

Kedelai

2012

567.624

14,85

843.153

Kedelai

2013*)

554.132

14,57

807.568

Jenis Tanaman

Tahun

(1)

Sumber data: BPS Tahun 2013


*) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara

Penurunan luas panen juga terjadi pada komoditas kedelai yakni dari 567,624 (Ha)
tahun 2012 menjadi 554,132 (Ha) pada tahun 2013. Kondisi tersebut berakibat pada
turunnya produktivitas kedelai tahun 2013 sebesar 0,28 (ku/Ha) bila dibandingkan
tahun 2012.
Tabel 3.24 Produktivitas Ubi Kayu tahun 2011 -2013

(3)

Luas Panen
(ha)
(4)

Produktivitas
(ku/Ha)
(5)

Produksi
(Ton)
(6)

Ubi Kayu

2011

1.184.696

202,96

24.044.025

Ubi Kayu

2012

1.129.688

214,02

24.177.372

Ubi Kayu

2013*)

1.137.210

224,18

25.494.507

Jenis Tanaman

Tahun

(2)

Sumber data: BPS Tahun 2013


*) Data Tahun 2013 adalah angka Sementara

Produksi Ubi kayu pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,32 juta ton
dibandingkan dengan tahun 2012. Peningkatan tersebut seiring dengan
meningkatnya produktivitas dari 214,02 (ku/Ha) pada tahun 2012 menjadi 224,18
pada tahun 2013.
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

57

3.8.3 Produkivitas Perikanan


Perikanan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis.
Peningkatan produktivitas perikanan hasil tangkapan baik perikanan tangkap
maupun perikanan budidaya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sebagai
berikut :
Tabel 3.25
3.23 Volume
Volume Produksi
Produksi Perikanan
Perikanan (ton)
Tabel
(ton)
No.

Uraian

2007

2008

2009

2010

2011

(1)
1

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

4.734.280

4.701.933

4.812.235

5.039.446

5.061.680

310.457

301.182

295.736

344.972

347.420

1.509.528

1.966.002

2.820.083

3.514.702

3.735.585

933.832
410.373
63.928

959.509
479.167
75.769

907.123
554.067
101.771

1.416.938
819.809
121.271

1.734.260
955.511
120.654

190.893

263.169

238.606

309.499

331.936

85.009

111.584

86.913

96.605

98.804

8.238.300

8.858.315

9.816.534

11.663.242

12.385.850

Perikanan
Tangkap

Perikanan
Budidaya

TOTAL

Perikanan
Laut
Perairan
Umum
Budidaya
Laut
Tambak
Kolam
Keramba
Jaring
Apung
Sawah

Sumber data: Perikanan dan Kelautan dalam Angka,


Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012

Produktivitas nelayan dan pembudidaya ikan perikanan Indonesia menunjukkan


peningkatan. Tahun 2011 perikanan tangkap meningkat 0,49 persen dan perikanan
budidaya meningkat 4,4 persen. Peningkatan produktifitas perikanan tersebut
dikarenakan adanya peningkatan produktivitas tambak dan peningkatan produktivitas
alat tangkap perairan umum, serta meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan
pembudidayaan ikan. Namun, tingkat konsumsi ikan nasional pada 2010 mencapai
30,48 kg/kapita/tahun sedangkan pada 2011 rata-rata konsumsi ikan per kapita
nasional sebesar 31,64 kg/kapita atau dapat dikatakan mengalami peningkatan ratarata 3,81 persen dibandingkan konsumsi tahun 2010.
3.8.4 Produktivitas Perkebunan
Perkebunan merupakan usaha pertanian dengan lahan luas untuk menghasilkan
komoditas perdagangan berbasis pertanian. Tabel 3.27 menyajikan berbagai
komoditas perkebunan dalam 6 (enam) tahun terakhir.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

58

Tabel 3.26 Produktivitas Tanaman Perkebunan Tahun 2008-2013

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2013, Kementerian Pertanian

3.8.5 Produktivitas Peternakan


Peternakan merupakan kegiatan mengembang biakkan dan membudidayakan
hewan ternak untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Berikut ini
gambaran produktivitas peternakan selama 3 tahun terakhir:
Tabel 3.27 Produktivitas Peternakan Tahun 2008-2011
No.

Kegiatan Utama

1.

Sapi Potong

2.

Sapi Perah

3.

Kerbau

4.

Kuda

5.

2009

2010

2011*

12.76

13.582

14.824**

475

488

597**

1.933

1.305**

399

419

416

Kambing

15.815

16.62

17.483

6.

Domba

10.199

10.725

11.372

7.

Babi

6.975

7.477

7.758

8.

Ayam Buras

249.964

257.544

274.893

9.

Ayam Ras Petelur

10.

Ayam Ras Pedaging

99.768

105.21

110.3

991.281

986.872

1.041.968

11.
Itik
42.318
44.302
49.392
Sumber : Direktorat jenderal Peternakan
*Angka Sementara
**Berdasarkan hasil pendataan lengkap sapi potong, sapi perah, dan kerbau tahun 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

59

Populasi sapi di Indonesia mencapai 15,4 juta ekor berdasarkan hasil akhir
Pendataan Sapi Perah, Sapi Potong dan Kerbau (PSPK 2011) oleh BPS bersama
Kementan. Riciannya adalah jumlah sapi potong mencapai 14,8 juta ekor, sapi perah
sebanyak 597.200 ekor dan kerbau 1,3 juta ekor. Produktivitas peternakan seperti
sapi saat ini setiap masyarakat Indonesia baru mampu mengkonsumsi daging sapi
kurang lebih 1,7 kg/orang/tahun, yang disupply dari sapi lokal sekitar 15 juta ekor
sapi setara dengan 350.000 ton daging. Sehingga masih kekurangan sapi potong
untuk memenuhi kebutuhan nasional. Rendahnya konsumsi daging disebabkan
supply sapi yang belum mencukupi permintaan dan biaya produksi (pemeliharaan)
yang relatif mahal, sehingga harga sapi potong melambung tinggi dan akhirnya daya
beli masyarakat tidak mampu menjangkau. Tingginya tingkat permintaan terhadap
produk unggas akan meningkatkan kontribusi daging unggas dalam memenuhi
kebutuhan daging nasional.

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

60

PENUTUP

Profil Kependudukan tingkat Nasional Indonesia ini diharapkan dapat memberikan


gambaran situasi kependudukan di Indonesia. Telaah lebih mendalam dari Profil ini
bermanfaat dalam memotret lebih tajam dan detil situasi kependudukan di Indonesia.
Tujuan dari penyusunan buku Profil Kependudukan ini, agar dapat memberikan masukan
kepada komponen maupun bidang teknis tentang permasalahan kependudukan di
Indonesia berdasarkan tren kecenderungan data yang ditampilkan.
Akhir kata, kritik dan saran membangun terhadap penyusunan buku Profil Kependudukan
Tingkat Nasional Indonesia ini sangat diperlukan, demi menyempurnakan isi dan relevansi
data profil ini terhadap situasi kependudukan di Indonesia, dalam upaya mengidentifikasi
masalah kependudukan, serta merumuskan alternatif solusi pemecahannya.

Jakarta, Oktober 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

61

DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013. Pelayanan Kontrasepsi


Agustus 2013, Jakarta
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,
Kementerian Kesehatan dan Macro International, 1992. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 1991. Calverton, Maryland, USA.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,
Kementerian Kesehatan dan Macro International, 1995. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 1994. Calverton, Maryland, USA.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,
Kementerian Kesehatan dan Macro International, 1998. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 1997. Calverton, Maryland, USA.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,
Kementerian Kesehatan dan Macro International, 2002-2003. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2002-2003. Calverton, Maryland, USA.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,
Kementerian Kesehatan dan Macro International, 2008. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2007. Calverton, Maryland, USA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik,
Kementerian Kesehatan dan Macro International, 2013. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia.
Badan Pusat Statistik, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
2012. Profil Anak Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia
Badan Pusat Statistik, 2008. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007. Survei Sosial Ekonomi
Nasional. Jakarta Indonesia
Badan Pusat Statistik, 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi
Indonesia 2009. Jakarta, Indonesia
Badan Pusat Statistik, 2009. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2008. Survei Sosial Ekonomi
Nasional. Jakarta Indonesia
Badan Pusat Statistik, 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi
Indonesia 2010. Jakarta, Indonesia

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

62

Badan

Pusat

Statistik,

2010.

Sensus

Penduduk

2010.

diakses

melalui

http://sp2010.bps.go.id/
Badan Pusat Statistik, 2010. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2009. Survei Sosial Ekonomi
Nasional. Jakarta Indonesia
Badan Pusat Statistik, 2011. Fertilitas Penduduk Indonesia, Hasil Sensus Penduduk 2010.
Jakarta, Indonesia
Badan Pusat Statistik, 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi
Indonesia 2011. Jakarta, Indonesia
Badan Pusat Statistik, 2011. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2010. Survei Sosial Ekonomi
Nasional. Jakarta Indonesia
Badan Pusat Statistik, 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi
Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia
Badan Pusat Statistik, 2012. Statistik Indonesia 2012. Jakarta, Indonesia
Badan Pusat Statistik, 2012. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011. Survei Sosial Ekonomi
Nasional. Jakarta Indonesia
Badan Pusat Statistik, 2013. Survei Angkatan Kerja Nasional (Susenas). Jakarta, Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008,
Jakarta, Indonesia
Gavin W. Jones,Terence H. Hull, 1997. Indonesia Assessment-Population and Human
Resources p.2, Institute of Southeast Asian Studies, Singapore diakses melalui
http://books.google.co.id pada September 2013
Indonesia,

International

Human

Development

Indicators,

diakses

melalui

www.hdrstats.undp.org/en/countries/profiles/IDN.html pada Agustus 2013.


Kementerian kelautan dan perikanan 2011. Perikanan dan Kelautan dalam Angka 2011,
Jakarta, Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009,
Jakarta, Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010,
Jakarta, Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011,
Jakarta, Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (PP & PL), Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Juni 2013,
diakses melalui http://www.spiritia.or.id pada September 2013
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik,
tahun 2012. Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2012
PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

63

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, Pengelolaan Kependudukan Dalam Meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia Di Indonesia, 2012. Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana
United Nations, Departement of Economic and Social Affairs, Population Division (2013).
World Population Prospect: The 2012 Revision, DVD Edition diakses melalui
http://esa.un.org/wpp/Excel-Data/mortality.htm pada September 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

64

TABEL LAMPIRAN

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

65

Tabel 2.1
Laju Pertumbuhan Penduduk di Indonesia
menurut Provinsi Tahun 1971 - 2010

No

Provinsi

1971-1980

1980-1990

1990-2000

2000-2010

Aceh

2,93

2,72

1,46

2,23

Sumatera Utara

2,6

2,06

1,32

1,10

Sumatera Barat

2,21

1,62

0,62

1,34

Riau

3,11

4,3

4,27

3,58

Jambi

4,07

3,4

1,83

2,56

Sumatera Selatan

3,32

3,15

1,24

1,85

Bengkulu

4,4

4,38

2,2

1,67

Lampung

5,78

2,67

1,17

1,24

Bangka Belitung

3,14

10

Kep. Riau

4,95

11

DKI Jakarta

3,94

2,42

0,13

1,41

12

Jawa Barat

2,66

2,57

2,24

1,90

13

Jawa Tengah

1,65

1,18

0,94

0,37

14

DIY

1,11

0,57

0,72

1,04

15

Jawa Timur

1,49

1,08

0,70

0,76

16

Banten

2,78

1,18

17

Bali

1,69

1,31

2,15

18

Nisa Tenggara Barat

2,36

2,15

1,81

1,17

19

Nusa Tenggara Timur

1,96

1,79

1,63

2,07

20

Kalimantan Barat

2,31

2,65

2,28

0,91

21

Kalimantan Tengah

3,44

3,88

2,98

1,79

22

Kalimantan Selatan

2,17

2,32

1,45

1,99

23

Kalimantan Timur

5,74

4,42

2,80

3,81

24

Sulawesi Utara

2,31

1,6

1,40

1,28

25

Sulawesi Tengah

3,87

2,87

2,52

1,95

26

Sulawesi Selatan

1,75

1,42

1,48

1,17

27

Sulawesi Tenggara

3,1

3,66

3,14

2,08

28

Gorontalo

2,26

29

Sulawesi Barat

2,68

30

Maluku

2,89

2,79

0,67

2,80

31
32

Maluku Utara
Papua Barat

2,47
3,71

Papua

3,46

33

2,68

3,10

5,39

INDONESIA

2,33

1,97

1,44

1,49

* khusus Aceh LPP dihitung berdasarkan SUPAS 2005 dan SP2010.


*LPP 1990-2000 tanpa Timor-Timur
Sumber data: SP 1971, 1980, 1990, 2000, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

66

Tabel
Tabel 2.2
2.3
Rasio ketergantungan di Indonesia
menurut Provinsi Tahun 2000-2010

No

Provinsi

2000

2010

Aceh

58.33

55.76

Sumatera Utara

63.48

59.05

Sumatera Barat

68.47

60.22

Riau

54.18

55.46

Jambi

55.70

51.68

Sumatera Selatan

61.82

52.24

Bengkulu

58.82

52.48

Lampung

57.45

49.53

Kep. Bangka Belitung

55.90

45.70

45.70

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

35.14

36.94

12

Jawa Barat

54.51

51.20

13

Jawa Tengah

53.44

50.31

14

DI Yogyakarta

44.73

45.93

15

Jawa Timur

45.93

46.33

16

Banten

61.87

48.66

17

Bali

45.57

48.12

18

NTB

63.09

55.52

19

NTT

70.32

73.21

20

Kalimantan Barat

59.44

54.85

21

Kalimantan Tengah

55.58

51.14

22

Kalimantan Selatan

55.86

48.62

23

Kalimantan Timur

50.09

49.13

24

Sulawesi Utara

48.35

50.24

25

Sulawesi Tengah

57.68

58.28

26

Sulawesi selatan

59.37

57.21

27

Sulawesi Tenggara

68.20

63.47

28

Gorontalo

55.66

55.29

29

Sulawesi Barat

66.99

30

Maluku

70.54

67.17

31

Maluku Utara

67.97

62.49

32

Papua

61.53

56.34

33

Papua Barat

55.72

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2000, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

67

Tabel
Tabel 2.3
2.4
Rasio Jenis Kelamin di Indonesia
menurut Provinsi Tahun 2000-2010

No

Provinsi

2000

2010

Aceh

101,1

100,0

Sumatera Utara

99,8

100,0

Sumatera Barat

96,1

98,0

Riau

104,4

106,0

Jambi

104,2

105,0

Sumatera Selatan

101,0

104,0

Bengkulu

103,2

105,0

Lampung

106,2

106,0

Kep.Bangka Belitung

104,0

108,0

10

Kep. Riau
DKI Jakarta

102,5

106,0

11
12

Jawa Barat

102,1

104,0

13

103,0

Jawa Tengah

99,2

99,0

14

DIY

98,3

98,0

15

Jawa Timur

97,9

98,0

16

Banten

101,5

105,0

17

Bali

101,0

102,0

18

Nisa Tenggara Barat

94,2

94,0

19

Nusa Tenggara Timur

98,6

99,0

20

Kalimantan Barat

104,7

105,0

21

Kalimantan Tengah

106,8

109,0

22

Kalimantan Selatan

100,5

103,0

23

Kalimantan Timur

109,7

111,0

24

Sulawesi Utara

104,9

104,0

25

105,0

Sulawesi Tengah

104,7

26

Sulawesi Selatan

95,1

95,0

27

Sulawesi Tenggara

100,7

101,0

28

Gorontalo

101,0

101,0

29

Sulawesi Barat
Maluku

102,8

101,0

30
31

Maluku Utara

104,7

105,0

32

Papua Barat

112,0

33

Papua

110,4

113,0

INDONESIA

100,6

101,0

102,0

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2000, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

68

Tabel 2.4
Tingkat Urbanisasi di Indonesia
menurut Provinsi Tahun 2000-2010

No

Provinsi

2000

2010

Aceh

23,1

28,1

Sumatera Utara

42,9

49,2

Sumatera Barart

28,9

38,7

Riau

34,0

39,2

Jambi

29,7

30,7

Sumatera Selatan

33,4

35,8

Bengkulu

28,3

31,0

Lampung

21,6

25,7

Kepulauan Bangka Belitung

43,0

49,2

10

Kepulauan Riau

76,5

82,8

11

DKI Jakarta

100,0

100,0

12

Jawa Barat

50,4

65,7

13

Jawa Tengah

40,2

45,7

14

Yogyakarta

57,6

66,4

15

Jawa Timur

40,9

47,6

16

Banten

54,7

67,0

17

Bali

49,7

60,2

18

Nusa Tenggara Barat

34,3

41,7

19

Nusa Tenggara Timur

14,5

19,3

20

Kalimantan Barat

30,2

21

Kalimantan Tengah

28,1

33,5

22

Kalimantan Selatan

36,2

42,1

23

Kalimantan Timur

57,7

62,1

24

Sulawesi Utara

37,7

45,2

25

Sulawesi Tengah

20,2

24,3

26

Sulawesi Selatan

31,2

36,7

27

Sulawesi Tenggara

20,8

27,4

28

Gorontalo

24,0

34,0

29

Sulawesi Barat

18,0

22,9

30

Maluku

25,3

37,1

31

Maluku Utara

27,8

27,1

32

Papua barat

32,1

30,0

33

Papua

20,4

26,0

Total Rata-Rata

42,1

49,8

Sumber data: buku Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indonesia, 2010 (website BPS)

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

69

Tabel
Tabel2.5
2.6
Kepadatan Penduduk di Indonesia menurut Provinsi
Tahun 2000-2010

No

Provinsi

Kepadatan Penduduk
(jiwa/km persegi)
2000

2010

Aceh

68

78

Sumatera Utara

160

178

Sumatera Barat

101

115

Riau

45

64

Jambi

48

62

Sumatera Selatan

68

81

Bengkulu

73

86

Lampung

194

220

Bangka Belitung

55

74

10

Kep. Riau

127

205

11

DKI Jakarta

12592

14469

12

Jawa Barat

1010

1217

13

Jawa Tengah

952

987

14

DIY

996

1104

15

Jawa Timur

727

784

16

Banten

838

1100

17

Bali

545

673

18

Nisa Tenggara Barat

216

242

19

Nusa Tenggara Timur

78

96

20

Kalimantan Barat

27

30

21

Kalimantan Tengah

12

14

22

Kalimantan Selatan

77

94

23

Kalimantan Timur

12

17

24

Sulawesi Utara

144

164

25

Sulawesi Tengah

35

43

26

Sulawesi Selatan

153

172

27

Sulawesi Tenggara

48

59

28

Gorontalo

74

92

29

Sulawesi Barat

53

69

30

Maluku

25

33

31

Maluku Utara

25

32

32

Papua Barat

33

Papua

107

124

INDONESIA

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2000, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

70

Tabel
2.6
Tabel 2.7
Estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR) di Indonesia
menurut Provinsi tahun 1990-2010

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kep. Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DIY
Jawa Timur
Banten
Bali
Nisa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA

Rasio Angka Kelahiran Kasar (CBR)


1990

2000

2010

21.7
25.0
22.8
24.1
21.8
22.7
24.4
22.9
19.3
22.5
19.9
14.9
16.6
15.9
25.4
27.2
21.5
22.1
20.2
22.2
21.1
25
20.1
27.3
27.8
23.4
20.9

14.1
19.5
20.6
20.2
18.1
15.6
18.6
16.7
17.3
16.5
19
16.4
14
13.6
18.6
15.7
17.3
25.4
17.5
15.9
18.1
21.1
17.9
24.1
18.1
22.9
22.3
23.8
19.9
16
17.4

21.2
20.9
19.8
21.9
20.1
19.8
20.1
19.3
20.4
22.5
16.8
17.4
16.3
14.4
14.5
18.6
15.9
21.3
22.3
19.1
19.5
19.2
21
15.9
19.8
18.6
23.1
18.4
21.8
21.8
20.8
22.1
17
17.9

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 1990, 2000, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

71

Tabel 2.7
Angka Fertilitas Total di Indonesia
menurut Provinsi Tahun 2002 - 2012

No

Provinsi

TFR
2002/'03

2007

2012

3,10

2,80

DI Aceh

Sumatera Utara

3,00

3,84

3,00

Sumatera Barat

3,20

3,38

2,80

Riau

3,20

2,69

2,90

Jambi

2,70

2,77

2,30

Sumatera Selatan

2,30

2,73

2,80

Bengkulu

3,00

2,43

2,20

Lampung

2,70

2,47

2,70

Bangka Belitung

2,40

2,49

2,60

10

Kepulauan Riau

3,10

2,60

11

DKI Jakarta

2,20

2,10

2,30

12

Jawa Barat

2,80

2,55

2,50

13

Jawa Tengah

2,10

2,06

2,50

14

DI Yogyakarta

1,90

1,82

2,10

15

Jawa Timur

2,10

2,14

2,30

16

Banten

2,60

2,64

2,50

17

Bali

2,10

2,06

2,30

18

Nusa Tenggara Barat

2,40

2,82

2,80

19

Nusa Tenggara Timur

4,10

4,22

3,30

20

Kalimantan Barat

2,90

2,77

3,10

21

Kalimantan Tengah

3,20

2,99

2,80

22

Kalimantan Selatan

3,00

2,65

2,50

23

Kalimantan Timur

2,80

2,70

2,80

24

Sulawesi Utara

2,60

2,76

2,60

25

Sulawesi Tengah

3,20

3,27

3,20

26

Sulawesi Selatan

2,60

2,85

2,60

27

Sulawesi Tenggara

3,60

3,28

3,00

28

Gorontalo

2,80

2,61

2,60

29

Sulawesi Barat

3,49

3,60

30

Maluku

3,90

3,20

31

Maluku Utara

3,18

3,10

32

Papua Barat

3,45

3,70

33

Papua

2,90

3,50

2,60

2,59

2,59

INDONESIA
Sumber data: SDKI 2002/'03, 2007, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

72

Tabel
Tabel 2.8
2.9
Rasio Anak Wanita di Indonesia
menurut Provinsi Tahun 2010

No

Provinsi

Rasio Anak
Wanita
395

Aceh

Sumatera Utara

420

Sumatera Barat

404

Riau

424

Jambi

374

Sumatera Selatan

375

Bengkulu

370

Lampung

360

Kep.Bangka Belitung

388

10

Kep. Riau

394

11

DKI Jakarta

278

12

Jawa Barat

351

13

Jawa Tengah

312

14

DIY

272

15

Jawa Timur

282

16

Banten

342

17

Bali

315

18

Nisa Tenggara Barat

369

19

Nusa Tenggara Timur

515

20

Kalimantan Barat

383

21

Kalimantan Tengah

381

22

Kalimantan Selatan

346

23

Kalimantan Timur

398

24

Sulawesi Utara

341

25

Sulawesi Tengah

417

26

Sulawesi Selatan

360

27

Sulawesi Tenggara

454

28

Gorontalo

378

29

Sulawesi Barat

462

30

Maluku

484

31

Maluku Utara

471

32

Papua Barat

462

33

Papua

396
INDONESIA

348

Sumber data : Sensus Penduduk Tahun 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

73

Tabel 2.9
Rata-Rata Usia Kawin Pertama di Indonesia
menurut Provinsi Tahun 2010

No

Provinsi

Rata-rata Usia
Kawin Pertama
23,1

Aceh

Sumatera Utara

21,8

Sumatera Barat

22,9

Riau

22,5

Jambi

21,2

Sumatera Selatan

22,2

Bengkulu

22,2

Lampung

22,0

Kep.Bangka Belitung

21,2

10

Kep. Riau

24,4

11

DKI Jakarta

23,5

12

Jawa Barat

22,2

13

Jawa Tengah

22,1

14

DIY

24,3

15

Jawa Timur

22,0

16

Banten

21,5

17

Bali

22,4

18

Nisa Tenggara Barat

22,1

19

Nusa Tenggara Timur

23,5

20

Kalimantan Barat

22,1

21

Kalimantan Tengah

21,0

22

Kalimantan Selatan

21,2

23

Kalimantan Timur

22,2

24

Sulawesi Utara

22,5

25

Sulawesi Tengah

21,8

26

Sulawesi Selatan

23,2

27

Sulawesi Tenggara

22,3

28

Gorontalo

21,6

29

Sulawesi Barat

22,0

30

Maluku

23,6

31

Maluku Utara

22,8

32

Papua Barat

23,0

33

Papua

22,3
INDONESIA

22,3

Sumber data : Sensus Penduduk Tahun 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

74

Tabel 2.10
Median Umur Kawin Pertama Wanita Umur 25-49
tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2012
No

Provinsi

Median UKP

Aceh

20,7

Sumatera Utara

21,6

Sumatera Barat

21,3

Riau

20,6

Jambi

19,1

Sumatera Selatan

20,0

Bengkulu

19,6

Lampung

19,7

Bangka Belitung

19,8

10

Kepulauan Riau

22,3

11

DKI Jakarta

22,3

12

Jawa Barat

19,4

13

Jawa Tengah

20,1

14

DI Yogyakarta

22,5

15

Jawa Timur

19,5

16

Banten

19,3

17

Bali

21,5

18

Nusa Tenggara Barat

19,5

19

Nusa Tenggara Timur

21,6

20

Kalimantan Barat

19,3

21

Kalimantan Tengah

19,0

22

Kalimantan Selatan

19,0

23

Kalimantan Timur

20,2

24

Sulawesi Utara

21,0

25

Sulawesi Tengah

19,5

26

Sulawesi Selatan

20,2

27

Sulawesi Tenggara

19,0

28

Gorontalo

20,0

29

Sulawesi Barat

19,1

30

Maluku

21,2

31

Maluku Utara

20,3

32

Papua

20,7

33

Papua Barat
INDONESIA

19,6
20,1

Sumber data: SDKI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

75

Tabel 2.11
Kebutuhan Ber-KB yang tidak Terpenuhi
di Indonesia Tahun 2012
Kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi
No

Provinsi

Untuk
menjarangkan
kelahiran

Untuk membatasi
kelahiran

Jumlah

Aceh

8,2

5,7

14,0

Sumatera Utara

4,1

9,2

13,2

Sumatera Barat

5,7

8,0

13,7

Riau

4,1

7,7

11,8

Jambi

3,1

4,8

7,9

Sumatera Selatan

2,6

5,5

8,1

Bengkulu

4,0

5,1

9,1

Lampung

3,0

4,9

7,9

Bangka Belitung

3,5

6,3

9,8

10

Kepulauan Riau

6,3

8,2

14,5

11

DKI Jakarta

5,1

8,1

13,2

12

Jawa Barat

3,5

7,5

11,0

13

Jawa Tengah

3,9

6,4

10,4

14

DI Yogyakarta

3,6

7,9

11,5

15

Jawa Timur

3,5

6,6

10,1

16

Banten

4,5

5,7

10,2

17

Bali

3,2

6,1

9,3

18

Nusa Tenggara Barat

11,1

5,0

16,1

19

Nusa Tenggara Timur

8,6

8,9

17,5

20

Kalimantan Barat

5,2

4,6

9,8

21

Kalimantan Tengah

3,6

4,0

7,6

22

Kalimantan Selatan

3,0

5,4

8,4

23

Kalimantan Timur

5,4

7,6

13,0

24

Sulawesi Utara

3,1

7,7

10,8

25

Sulawesi Tengah

7,0

8,8

15,7

26

Sulawesi Selatan

7,1

7,3

14,3

27

Sulawesi Tenggara

8,4

10,0

18,4

28

Gorontalo

6,4

7,2

13,6

29

Sulawesi Barat

7,4

6,9

14,2

30

Maluku

8,1

11,1

19,2

31

Maluku Utara

5,6

8,3

14,0

32

Papua

10,6

10,0

23,8

33

Papua Barat

16,2

7,6

20,6

4,5

6,9

11,4

INDONESIA
Sumber data: SDKI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

76

Tabel 2.12
Median lamanya pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia menurut
Provinsi Tahun 2002 - 2012

No

Provinsi

Median Lamanya (bulan) pemberian ASI


secara eksklusif
2002-03

2007

2012

0,6

2,3

Aceh

Sumatera Utara

2,0

0,6

0,6

Sumatera Barat

0,6

1,8

0,7

Riau

0,7

0,6

0,6

Jambi

3,9

0,7

2,0

Sumatera Selatan

2,0

1,7

0,5

Bengkulu

2,2

2,8

2,5

Lampung

2,5

1,4

0,5

Kep.Bangka Belitung

1,4

0,5

0,5

0,5

0,6

10

Kep. Riau

11

DKI Jakarta

0,6

0,6

0,6

12

Jawa Barat

1,6

1,2

1,1

13

Jawa Tengah

0,7

0,7

2,2

14

DIY

0,8

0,7

3,0

15

Jawa Timur

0,7

0,7

0,7

16

Banten

0,7

0,5

0,6

17

Bali

1,0

0,4

1,0

18

Nisa Tenggara Barat

3,2

1,3

4,2

19

Nusa Tenggara Timur

2,1

2,0

2,8

20

Kalimantan Barat

1,2

0,7

0,5

21

Kalimantan Tengah

1,9

0,7

1,6

22

Kalimantan Selatan

2,3

1,9

0,5

23

Kalimantan Timur

1,8

1,8

0,7

24

Sulawesi Utara

2,2

0,5

0,5

25

Sulawesi Tengah

2,7

0,7

1,7

26

Sulawesi Selatan

3,8

3,2

3,1

27

Sulawesi Tenggara

3,1

0,7

2,8

28

Gorontalo

1,5

0,4

0,6

29

Sulawesi Barat

3,2

1,7

30

Maluku

3,2

1,1

31

Maluku Utara

0,7

1,8

32

Papua Barat

0,5

1,2

33

Papua

0,5

0,5

1,6

0,7

0,7

TOTAL
Sumber data : SDKI 2002-03, 2007, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

77

Tabel 2.13
Angka Kematian Bayi dan Anak di Indonesia
menurut Provinsi Tahun 2012

No

Provinsi

Kematian
neonatum(NN)

Kematian postKematian
neonatum
bayi(1q0)
(PNN)
18
47

Kematian
anak (4q1)

Kematian
balita
(5q0)

52

Aceh

28

Sumatera Utara

26

14

40

15

54

Sumatera Barat

17

10

27

34

Riau

15

24

28

Jambi

16

18

34

36

Sumatera Selatan

20

29

37

Bengkulu

21

29

35

Lampung

20

10

30

38

Bangka Belitung

20

27

32

10

Kepulauan Riau

21

13

35

42

11

Jakarta

15

22

10

31

12

Jawa Barat

17

13

30

13

Jawa Tengah

22

10

32

14

Yogyakarta

18

25

15

Jawa Timur

14

15

30

16

Banten

23

32

17

Bali

18

11

29

18

Nusa Tenggara Barat

33

24

57

9
7
5
4
7
4
18

38
38
30
34
38
33
75

19

Nusa Tenggara Timur

26

19

45

14

58

20

Kalimantan Barat

18

13

31

21

Kalimantan Tengah

25

24

49

22

Kalimantan Selatan

30

14

44

23

Kalimantan Timur

12

21

24

Sulawesi Utara

23

33

25

Sulawesi Tengah

26

32

58

26

Sulawesi Selatan

13

12

25

27

Sulawesi Tenggara

25

20

45

28

Gorontalo

26

41

67

29

Sulawesi Barat

26

34

60

30

Maluku

24

12

36

31

Maluku Utara

37

24

62

32

Papua Barat

35

39

74

33

Papua

27

27

54

6
8
13
10
4
28
13
10
11
11
24
25
38
64

20

14

34

10

37
56
57
31
37
85
37
55
78
70
60
85
109
115
43

TOTAL
Sumber data: SDKI 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

78

Tabel 2.14
Estimasi Angka Harapan Hidup (Tahun) di Indonesia Menurut
Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010

No

Provinsi

L+P

Aceh

68,2

72,2

70,2

Sumatera Utara

68,8

72,8

70,9

Sumatera Barat

67,7

71,7

69,7

Riau

69,7

73,6

71,7

Jambi

67,8

71,8

69,9

Sumatera Selatan

72,8

70,9

Bengkulu

68,3

72,2

70,3

Lampung

69,7

73,6

71,7

Kep.Bangka Belitung

68,7

72,6

70,7

10

Kep. Riau

70,8

74,6

72,7

11

DKI Jakarta

72,8

76,5

74,7

12

Jawa Barat

68,9

72,8

70,9

13

Jawa Tengah

70,4

74,3

72,4

14

DI Yogyakarta

72,1

75,9

74,1

15

Jawa Timur

69,3

73,2

71,3

16

Banten

69,4

73,3

71,4

17

Bali

70,7

74,5

72,7

18

Nusa Tenggara Barat

63,1

67,0

65,1

19

Nusa Tenggara Timur

65,3

69,3

67,4

20

Kalimantan Barat

68,3

72,2

70,3

21

Kalimantan Tengah

69,5

73,4

71,5

22

Kalimantan Selatan

66,4

70,4

68,4

23

Kalimantan Timur

70,3

74,2

72,3

24

Sulawesi Utara

69,1

73,0

71,1

25

Sulawesi Tengah

63,9

67,8

65,9

26

Sulawesi Selatan

67,3

71,3

69,3

27

Sulawesi Tenggara

65,0

68,9

67,0

28

Gorontalo

61,2

65,0

63,2

29

Sulawesi Barat

63,2

67,0

65,1

30

Maluku

63,7

67,0

65,1

31

Maluku Utara

64,9

68,9

67,0

32

Papua Barat

69,8

73,6

71,8

33

Papua

71,1

74,9

73,0

68,7

72,6

70,7

INDONESIA
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010
Catatan:

1. AHH dihitung dengan Metode Trussell dari kelompok umur ibu 20-24, 25-29, 30-34
2. Angka dalam kurung () menunjukkan tahun rujukan

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

79

Tabel 2.15
Penyebab Kematian di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2012
Pneumonia

No

Diare

Tetanus Neonatorum

Campak

Difteri

Flu Burung

DBD

Leptospirosis

Prov insi
Penderita

Aceh

Kematian

Penderita

Kematian

Penderita

Kematian

Penderita

Kematian

Penderita

Kematian

Penderita

Kematian

Penderita

Kematian

Penderita

Kematian

1.718

1.262

2.269

Sumatera Utara

17.286

56

241

297

4.747

36

Sumatera Barat

9.126

21

274

424

3.158

20

Riau

10.099

271

1.114

16

Jambi

5.972

374

22

Sumatera Selatan

21.960

64

292

408

3.243

24

Bengkulu

1.383

174

967

Lampung

6.498

14

16

619

5.207

38

Kep. Bangka Belitung

5.104

74

1.075

25

10

Kep. Riau

1.966

23

74

386

1.076

13

11

DKI Jakarta

26.811

1.895

6.669

10

12

Jawa Barat

189.233

76

38

14

2.618

31

19.663

167

13

Jawa Tengah

75.910

18

167

490

32

7.088

108

129

20

14

DI Yogjakarta

3.693

75

1.093

971

72

15

Jawa Timur

61.449

54

81

29

15

1.207

954

37

8.177

116

28

16

Banten

23.894

115

84

32

17

1.846

13

3.362

29

17

Bali

4.937

22

31

2.650

18

Nusa Tenggara Barat

26.775

83

23

961

19

Nusa Tenggara Timur

4.734

12

62

1.135

20

Kalimantan Barat

3.389

406

15

1.664

21

21

Kalimantan Tengah

390

93

1.590

15

22

Kalimantan Selatan

13.895

50

61

13

1.547

25

23

Kalimantan Timur

6.843

385

13

3.267

29

24

Sulawesi Utara

949

110

1.253

16

25

Sulawesi Tengah

8.318

26

97

323

2.259

22

26

Sulawesi Selatan

7.230

740

50

12

2.333

23

27

Sulawesi Tenggara

3.788

52

91

373

28

Gorontalo

2.553

47

212

29

Sulawesi Barat

1.544

581

30

Maluku

1.096

15

107

31

Maluku Utara

1.165

65

32

Papua Barat

t.a.d

t.a.d

18

33

Papua

t.a.d

t.a.d

60

161

450

1.585

23

119

59

15.987

1.192

76

89.251

816

239

29

INDONESIA

549.708

609

Sumber data: Ditjen PP&PL dalam Profil Kesehatan Indonesia 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

80

80

Tabel 2.16
Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Risen Tahun 2010
Laki-laki
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep.Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jaw a Barat
Jaw a Tengah
DI Yogyakarta
Jaw a Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulaw esi Utara
Sulaw esi Tengah
Sulaw esi Selatan
Sulaw esi Tenggara
Gorontalo
Sulaw esi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Total

Non Migran

Migran

1.946.787
5.647.615
2.067.075
2.346.117
1.342.005
3.323.194
757.926
3.474.169
531.488
649.845
4.084.926
19.208.112
14.486.935
1.457.869
16.730.570
4.637.757
1.727.523
1.904.329
1.988.033
1.983.086
957.581
1.583.952
1.534.837
1.024.915
1.160.253
3.442.991
944.603
452.398
489.796
657.588
450.384
316.923
1.268.902
104.580.484

34.662
63.609
69.534
157.450
61.143
64.588
25.981
47.639
35.208
104.560
307.785
535.365
154.718
115.671
126.375
239.487
56.253
29.195
26.248
24.919
73.302
60.158
122.934
26.106
34.252
63.626
35.732
14.035
19.900
16.050
13.692
31.502
38.435
2.830.114

Tidak
ditanyakan
13.791
27.756
8.579
17.284
12.679
10.754
2.744
14.545
2.689
3.876
51.178
43.594
54.231
3.005
148.332
21.286
4.050
5.852
7.052
6.507
3.164
8.312
12.171
4.608
7.473
11.034
3.277
606
833
5.521
2.157
5.644
33.362
557.946

Perem puan
Jum lah

Non Migran

Migran

1.995.240
5.738.980
2.145.188
2.520.851
1.415.827
3.398.536
786.651
3.536.353
569.385
758.281
4.443.889
19.787.071
14.695.884
1.576.545
17.005.277
4.898.530
1.787.826
1.939.376
2.021.333
2.014.512
1.034.047
1.652.422
1.669.942
1.055.629
1.201.978
3.517.651
983.612
467.039
510.529
679.159
466.233
354.069
1.340.699
107.968.544

1.970.408
5.709.352
2.132.870
2.224.232
1.297.288
3.227.850
729.705
3.278.157
499.579
614.058
3.959.062
18.612.271
14.799.085
1.511.019
17.314.127
4.433.103
1.720.971
2.062.591
2.041.130
1.907.744
894.751
1.570.478
1.397.922
988.989
1.112.975
3.667.031
950.906
453.710
492.528
652.805
433.223
289.291
1.136.941
104.086.152

29.325
60.353
60.646
137.507
48.971
52.808
21.846
44.800
25.600
105.496
336.174
513.599
146.699
111.693
116.686
225.593
46.172
18.453
23.091
17.731
49.667
43.297
90.624
21.936
27.709
57.012
28.365
12.660
17.306
13.186
10.770
22.403
28.127
2.566.305

Total

Tidak
Ditanyakan
6.008
22.826
4.964
9.878
8.280
4.357
1.509
10.292
884
289
38.838
16.156
29.707
1.311
116.757
24.608
1.097
4.366
2.926
3.596
826
4.027
3.347
1.924
2.854
2.177
1.130
62
224
817
417
950
14.219
341.623

Jum lah

Non Migran

Migran

2.005.741
5.792.531
2.198.480
2.371.617
1.354.539
3.285.015
753.060
3.333.249
526.063
719.843
4.334.074
19.142.026
14.975.491
1.624.023
17.547.570
4.683.304
1.768.240
2.085.410
2.067.147
1.929.071
945.244
1.617.802
1.491.893
1.012.849
1.143.538
3.726.220
980.401
466.432
510.058
666.808
444.410
312.644
1.179.287
106.994.080

3.917.195
11.356.967
4.199.945
4.570.349
2.639.293
6.551.044
1.487.631
6.752.326
1.031.067
1.263.903
8.043.988
37.820.383
29.286.020
2.968.888
34.044.697
9.070.860
3.448.494
3.966.920
4.029.163
3.890.830
1.852.332
3.154.430
2.932.759
2.013.904
2.273.228
7.110.022
1.895.509
906.108
982.324
1.310.393
883.607
606.214
2.405.843
208.666.636

63.987
123.962
130.180
294.957
110.114
117.396
47.827
92.439
60.808
210.056
643.959
1.048.964
301.417
227.364
243.061
465.080
102.425
47.648
49.339
42.650
122.969
103.455
213.558
48.042
61.961
120.638
64.097
26.695
37.206
29.236
24.462
53.905
66.562
5.396.419

Tidak
Ditanyakan
19.799
50.582
13.543
27.162
20.959
15.111
4.253
24.837
3.573
4.165
90.016
59.750
83.938
4.316
265.089
45.894
5.147
10.218
9.978
10.103
3.990
12.339
15.518
6.532
10.327
13.211
4.407
668
1.057
6.338
2.574
6.594
47.581
899.569

Jum lah
4.000.981
11.531.511
4.343.668
4.892.468
2.770.366
6.683.551
1.539.711
6.869.602
1.095.448
1.478.124
8.777.963
38.929.097
29.671.375
3.200.568
34.552.847
9.581.834
3.556.066
4.024.786
4.088.480
3.943.583
1.979.291
3.270.224
3.161.835
2.068.478
2.345.516
7.243.871
1.964.013
933.471
1.020.587
1.345.967
910.643
666.713
2.519.986
214.962.624

Sumber data: Sensus Penduduk, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

81

81

Tabel 2.17
Penduduk Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Seumur Hidup Tahun 2010
Laki-laki
No

Provinsi

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kep.Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua

Total

Non Migran

Migran

2.136.708
6.217.406
2.220.901
1.838.498
1.183.350
3.246.118
689.737
3.144.812
515.496
449.076
2.805.962
19.178.515
15.625.181
1.427.776
18.009.709
4.005.953
1.743.359
2.121.924
2.233.804
2.075.657
855.080
1.565.874
1.146.522
1.047.126
1.104.783
3.736.962
883.789
487.725
489.797
709.521
472.908
263.244
1.259.273

112.244
265.948
183.476
1.014.670
397.760
546.529
187.422
771.810
119.598
413.068
2.063.241
2.728.525
465.931
281.134
493.807
1.433.195
217.989
61.722
92.683
171.246
298.663
270.336
725.168
112.777
246.061
187.469
238.037
34.189
91.729
65.956
58.485
139.154
246.610

104.892.546

14.736.632

Perem puan

Tidak
ditanyakan

1.735

1.735

Jum lah

Non Migran

Migran

2.248.952
6.483.354
2.404.377
2.853.168
1.581.110
3.792.647
877.159
3.916.622
635.094
862.144
4.870.938
21.907.040
16.091.112
1.708.910
18.503.516
5.439.148
1.961.348
2.183.646
2.326.487
2.246.903
1.153.743
1.836.210
1.871.690
1.159.903
1.350.844
3.924.431
1.121.826
521.914
581.526
775.477
531.393
402.398
1.505.883

2.144.149
6.242.951
2.281.754
1.788.109
1.169.954
3.186.286
678.130
2.999.664
501.095
429.014
2.720.852
18.649.946
15.854.765
1.467.331
18.541.538
3.859.463
1.740.477
2.262.456
2.264.940
2.027.097
830.272
1.573.497
1.098.136
1.017.331
1.077.434
3.933.526
901.313
487.854
496.741
700.820
457.498
246.982
1.138.335

101.309
255.899
160.778
897.090
341.201
471.461
160.229
692.119
87.107
388.005
2.014.274
2.496.746
436.780
281.250
431.703
1.333.555
188.932
54.110
92.400
121.983
228.074
216.909
583.317
93.362
206.731
176.819
209.447
30.396
80.384
57.209
49.196
111.042
189.163

119.630.913

104.769.710

13.238.980

Total

Tidak
Ditanyakan

1.723

1.723

Jum lah

Non Migran

Migran

2.245.458
6.498.850
2.442.532
2.685.199
1.511.155
3.657.747
838.359
3.691.783
588.202
817.019
4.736.849
21.146.692
16.291.545
1.748.581
18.973.241
5.193.018
1.929.409
2.316.566
2.357.340
2.149.080
1.058.346
1.790.406
1.681.453
1.110.693
1.284.165
4.110.345
1.110.760
518.250
577.125
758.029
506.694
358.024
1.327.498

4.280.857
12.982.204
4.846.909
5.538.367
3.092.265
7.450.394
1.715.518
7.608.405
1.223.296
1.679.163
9.607.787
43.053.732
32.382.657
3.457.491
37.476.757
10.632.166
3.890.757
4.500.212
4.683.827
4.395.983
2.212.089
3.626.616
3.553.143
2.270.596
2.635.009
8.034.776
2.232.586
1.040.164
1.158.651
1.533.506
1.038.087
760.422
2.833.381

213.553
521.847
344.254
1.911.760
738.961
1.017.990
347.651
1.463.929
206.705
801.073
4.077.515
5.225.271
902.711
562.384
925.510
2.766.750
406.921
115.832
185.083
293.229
526.737
487.245
1.308.485
206.139
452.792
364.288
447.484
64.585
172.113
123.165
107.681
188.350
357.652

118.010.413

209.662.256

27.975.612

Tidak
Ditanyakan

3.458

3.458

Jum lah

4.494.410
12.982.204
4.846.909
5.538.367
3.092.265
7.450.394
1.715.518
7.608.405
1.223.296
1.679.163
9.607.787
43.053.732
32.382.657
3.457.491
37.476.757
10.632.166
3.890.757
4.500.212
4.683.827
4.395.983
2.212.089
3.626.616
3.553.143
2.270.596
2.635.009
8.034.776
2.232.586
1.040.164
1.158.651
1.533.506
1.038.087
760.422
2.833.381
237.641.326

Sumber data: Sensus Penduduk, 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

82

82

Tabel 3.1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2011

Indeks Pembangunan Manusia


No

Provinsi
2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Aceh

70.35

70.76

71.31

71.70

72.16

69.05

69.41

Sumatera Utara

72.78

73.29

73.80

74.19

74.65

72.03

72.46

Sumatera Barat

72.23

72.96

73.44

73.78

74.28

71.19

71.65

Riau

74.63

75.09

75.60

76.07

76.53

73.63

73.81

Jambi

71.46

71.99

72.45

72.74

73.3

70.95

71.29

Sumatera Selatan

71.40

72.05

72.61

72.95

73.42

70.23

71.09

Bengkulu

71.57

72.14

72.55

72.92

73.4

71.09

71.28

Lampung

69.78

70.30

70.93

71.42

71.94

68.85

69.38

Bangka Belitung

71.62

72.19

72.55

72.86

73.37

70.68

71.18

10

Kepri

73.68

74.18

74.54

75.07

75.78

72.23

72.79

11

DKI Jakarta

76.59

77.03

77.36

77.60

77.97

76.07

76.33

12

Jawa Barat

70.71

71.12

71.64

72.29

72.73

69.93

70.32

13

Jawa Tengah

70.92

71.60

72.10

72.49

72.94

69.78

70.25

14

DI Yogyakarta

74.15

74.88

75.23

75.77

76.32

73.50

73.70

15

Jawa Timur

69.78

70.38

71.06

71.62

72.18

68.42

69.18

16

Banten

69.29

69.70

70.06

70.48

70.95

68.80

69.11

17

Bali

70.53

70.98

71.52

72.28

72.84

69.78

70.07

18

NTB

63.71

64.12

64.66

65.20

66.23

62.42

63.04

19

NTT

65.36

66.15

66.60

67.26

67.75

63.59

64.83

20

Kalimantan Barat

67.53

68.17

68.79

69.15

69.66

66.20

67.08

21

Kalimantan Tengah

73.49

73.88

74.36

74.64

75.06

73.22

73.40

22

Kalimantan Selatan

68.01

68.72

69.30

69.92

70.44

67.44

67.75

23

Kalimantan Timur

73.77

74.52

75.11

75.56

76.22

72.94

73.26

24

Sulawesi Utara

74.68

75.16

75.68

76.09

76.54

74.21

74.37

25

Sulawesi Tengah

69.34

70.09

70.70

71.14

71.62

68.47

68.85

26

Sulawesi Selatan

69.62

70.22

70.94

71.62

72.14

68.06

68.81

27

Sulawesi Tenggara

68.32

69.00

69.52

70.00

70.55

67.52

67.80

28

Gorontalo

68.83

69.29

69.79

70.28

70.82

67.46

68.01

29

Sulawesi Barat

67.72

68.55

69.18

69.64

70.11

65.72

67.06

30

Maluku

69.96

70.38

70.96

71.42

71.87

69.24

69.69

31

Maluku Utara

67.82

68.18

68.63

69.03

69.47

66.95

67.51

32

Papua Barat

67.28

67.95

68.58

69.15

69.65

64.83

66.08

33

Papua

63.41

64.00

64.53

64.94

65.36

62.08

62.75

INDONESIA

69.57

70.10

70.59

71.17

71.76

72.27

72.77

Sumber data: Data Pusat Statistik, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

83

Tabel 3.2
Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut Provinsi Tahun 2005 dan 2011

65,81
Sumber data: Data Pusat Statistik, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

84

Tabel 3.3
Penduduk Rentan Karena Kesulitan Fungsional di Indonesia menurut ProvinsiTahun 2010

No

Kesulitan Melihat

Provinsi

Sedikit

Parah

Kesulitan Mendengar

Sedikit

Parah

Kesulitan Berjalan atau


Naik Tangga
Sedikit

Parah

Kesulitan Mengingat/
Berkonsentrasi/
Berkomunikasi
Sedikit

Parah

Kesulitan Mengurus
Diri Sendiri
Sedikit

Parah

Aceh

117,338

12,734

54,205

10,306

57,570

16,207

48,435

14,701

35,968

12,279

Sumatera Utara

276,391

25,634

123,082

21,426

134,841

36,075

116,524

33,843

82,471

28,807

Sumatera Barat

154,096

15,116

62,269

12,250

69,757

18,933

55,380

16,936

34,576

14,419

Riau

122,589

9,707

39,959

6,345

38,964

9,725

35,635

9,347

27,114

8,220

Jambi

78,137

6,331

30,506

5,573

25,422

6,947

24,368

7,334

16,309

5,794

Sumatera Selatan

182,887

17,054

80,477

14,418

64,337

17,519

62,679

18,063

43,359

14,384

Bengkulu

46,959

4,396

20,135

3,850

16,625

4,240

15,899

4,485

9,835

3,358

Lampung

166,791

15,747

85,780

15,641

72,866

19,169

67,959

19,623

43,747

15,433

Kep.Bangka Belitung

25,637

2,397

9,488

2,100

9,152

3,267

8,195

3,110

5,186

2,667

10

Kepulauan Riau

34,508

2,410

8,812

1,383

9,490

2,483

7,669

2,177

5,033

1,931

11

DKI Jakarta

270,390

16,372

57,307

8,607

63,085

15,594

51,385

13,197

44,116

13,887

12

Jawa Barat

975,550

85,438

433,265

74,586

414,283

105,555

337,316

92,978

238,813

79,144

13

Jawa Tengah

509,772

59,894

394,446

63,155

363,567

100,783

333,335

96,429

225,356

84,124

14

DI Yogyakarta

58,927

8,117

53,180

9,866

48,076

15,100

43,974

14,116

27,788

12,539

15

Jawa Timur

759,100

83,736

461,026

78,225

459,497

121,745

393,920

112,108

295,184

101,996

16

Banten

193,519

15,567

73,139

12,581

67,679

16,885

62,750

16,605

49,808

13,859

17

Bali

82,793

7,556

48,113

8,097

48,823

11,875

45,628

11,250

27,169

9,939

18

Nusa Tenggara Barat

103,121

12,100

54,479

11,532

51,836

14,891

43,362

13,701

31,277

11,618

19

Nusa Tenggara Timur

125,339

16,845

63,589

18,544

52,289

18,686

51,808

19,818

37,877

16,555

20

Kalimantan Barat

105,248

10,264

46,160

8,915

40,327

12,398

38,487

12,557

27,277

10,180

21

Kalimatan Tengah

54,865

4,787

21,676

3,604

17,558

4,916

17,547

5,257

13,034

4,131

22

Kalimantan Selatan

88,217

6,864

35,278

5,966

35,072

9,810

28,485

8,759

19,997

7,615

23

Kalimantan Timur

90,256

6,133

24,792

3,998

23,676

5,871

21,484

5,929

17,696

5,236

24

Sulawesi Utara

80,224

7,667

28,115

5,748

28,524

8,643

21,488

6,936

16,128

6,728

25

Sulawesi Tengah

85,648

6,890

30,534

5,929

26,326

7,175

24,146

7,276

14,991

5,694

26

Sulawesi Selatan

286,060

27,118

141,641

26,256

116,362

29,851

99,555

28,908

74,911

25,306

27

Sulawesi Tenggara

66,381

5,666

26,109

4,883

21,887

6,158

20,704

5,980

11,991

4,763

28

Gorontalo

46,399

3,887

16,848

3,446

11,162

3,436

11,565

3,576

5,883

2,667

29

Sulawesi Barat

33,763

2,611

15,268

3,004

12,779

3,286

11,511

3,747

7,403

2,722

30

Maluku

35,554

3,190

11,611

2,389

12,181

3,694

9,052

3,046

5,965

2,844

31

Maluku Utara

23,056

1,939

7,524

1,658

8,814

2,313

6,480

1,941

5,456

1,626

32

Papua Barat

11,935

765

2,823

488

2,676

680

2,458

718

2,000

602

33

Papua

21,496

1,946

6,588

1,278

6,591

1,690

7,009

1,751

6,888

1,809

616,202 1,510,606

532,876

Jumlah

5,312,946

506,878 2,568,224

456,047 2,432,094

655,600 2,126,192

Sumber data: Data Pusat Statistik, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

85

Tabel 3.4
Rasio Sumber Daya Manusia Kesehatan (Dokter dan Bidan) per 100.000 Penduduk
Menurut Provinsi, 2011
No

Provinsi

Dokter

Bidan

Aceh

1.693

8.920

Sumatera Utara

4.816

12.956

Sumatera Barat

1.848

4.418

Riau

1.449

3.644

Jambi

1.012

2.775

Sumatera Selatan

1.080

3.798

Bengkulu

610

2.334

Lampung

1.393

3.398

Kep. Bangka Belitung

293

667

10

Kep. Riau

691

1.084

11

DKI Jakarta

7.783

2.121

12

Jawa Barat

5.449

10.496

13

Jawa Tengah

7.829

15.833

14

DI Yogyakarta

2.543

1.588

15

Jawa Timur

4.726

12.718

16

Banten

1.624

5.744

17

Bali

2.064

2.386

18

Nusa Tenggara Barat

855

2.051

19

Nusa Tenggara Timur

760

2.696

20

Kalimantan Barat

804

2.204

21

Kalimantan Tengah

600

1.772

22

Kalimantan Selatan

1.127

2.541

23

Kalimantan Timur

1.354

1.851

24

Sulawesi Utara

1.389

1.373

25

Sulawesi Tengah

559

2.112

26

Sulawesi Selatan

2.132

4.652

27

Sulawesi Tenggara

539

1.667

28

Gorontalo

311

645

29

Sulawesi Barat

341

902

30

Maluku

484

1.137

31

Maluku Utara

283

1.029

32

Papua Barat

243

600

33

Papua
INDONESIA

808

2.052

59.492

124.164

Jumlah
Rasio
Rasio
Penduduk*) dokter*) bidan*)
4.553.215
37,2
195,9
13.118.327
36,7
98,8
4.909.358
37,6
90,0
5.773.721
25,1
63,1
3.169.813
31,9
87,5
7.584.363
14,2
50,1
1.743.279
35,0
133,9
7.698.828
18,1
44,1
1.261.065
23,2
52,9
1.761.385
39,2
61,5
9.738.297
79,9
21,8
43.849.420
12,4
23,9
32.485.926
24,1
48,7
3.491.671
72,8
45,5
37.742.356
12,5
33,7
10.922.177
14,9
52,6
3.972.385
52,0
60,1
4.550.546
18,8
45,1
4.778.348
15,9
56,4
4.433.728
18,1
49,7
2.250.539
26,7
78,7
3.696.903
30,5
68,7
3.686.640
36,7
50,2
2.298.489
60,4
59,7
2.685.024
20,8
78,7
8.124.645
26,2
57,3
2.277.864
23,7
73,2
1.063.131
29,3
60,7
1.189.097
28,7
75,9
1.575.642
30,7
72,2
1.063.187
26,6
96,8
788.233
30,8
76,1
2.984.580
27,1
68,8
241.222.182
24,7
51,5

Sumber data: Profil Kesehatan Indonesia, 2011


Keterangan: *) Data merupakan estimasi yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia, 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

86

Tabel 3.5
Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)
di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2011
No

Provinsi

Puskesmas

Rumah Sakit

Aceh

325

45

Sumatera Utara

542

153

Sumatera Barat

254

45

Riau

203

42

Jambi

174

22

Sumatera Selatan

304

41

Bengkulu

178

18

Lampung

269

36

Kep. Bangka Belitung

58

11

10

Kep. Riau

67

22

11

DKI Jakarta

340

132

12

Jawa Barat

1,046

200

13

Jawa Tengah

867

225

14

DI Yogyakarta

121

51

15

Jawa Timur

956

187

16

Banten

226

46

17

Bali

114

43

18

Nusa Tenggara Barat

152

17

19

Nusa Tenggara Timur

342

34

20

Kalimantan Barat

235

33

21

Kalimantan Tengah

179

15

22

Kalimantan Selatan

224

29

23

Kalimantan Timur

215

36

24

Sulawesi Utara

170

32

25

Sulawesi Tengah

173

23

26

Sulawesi Selatan

421

67

27

Sulawesi Tenggara

249

22

28

Gorontalo

86

29

Sulawesi Barat

86

30

Maluku

170

24

31

Maluku Utara

115

15

32

Papua Barat

126

11

33

Papua

334

28

9,321

1,721

INDONESIA

Sumber data: Profil Kesehatan Indonesia, 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

87

Tabel 3.6
Klinik pelayanan KB di Indonesia menurut Provinsi, tahun 2013*)

No

Provinsi

Klinik KB
Pemerintah

Klinik KB
Swasta

Jumlah

Aceh

705

127

832

Sumatera Utara

1224

305

1529

Sumatera Barat

774

18

792

Riau

388

79

467

Kepulauan Riau

163

43

206

Jambi

780

33

813

Sumatera Selatan

1012

229

1241

Bangka Belitung

237

10

247

Bengkulu

347

17

364

10

Lampung

946

46

992

11

DKI Jakarta

417

99

516

12

Jawa Barat

2209

1330

3539

13

Banten

412

339

751

14

Jawa Tengah

1235

549

1784

15

DI Yogyakarta

165

142

307

16

Jawa Timur

3477

424

3901

17

Bali

540

49

589

18

Nusa Tenggara Barat

1027

64

1091

19

Nusa Tenggara Timur

528

37

565

20

Kalimantan Barat

297

112

409

21

Kalimantan Tengah

624

84

708

22

Kalimantan Selatan

367

27

394

23

Kalimantan Timur

419

118

537

24

Sulawesi Utara

231

128

359

25

Gorontalo

125

26

151

26

Sulawesi Tengah

893

48

941

27

Sulawesi Selatan

733

72

805

28

Sulawesi Barat

148

15

163

29

Sulawesi Tenggara

365

373

30

Maluku

283

44

327

31

Maluku Utara

96

12

108

32

Papua

327

36

363

33

Papua Barat

153

14

167

21.647

4.684

26.331

INDONESIA

Sumber Data: Laporan Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN


Keterangan: *) Data sampai dengan bulan Agustus 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

88

Tabel 3.7
Sarana Pendidikan (Sekolah) di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d 2010
Jenis Sekolah 2008/2009
No

Provinsi
TK

Jenis Sekolah 2009/2010

Sekolah Sekolah
Sekolah
Menengah Menengah
Dasar
Pertama
Atas

TK

Jenis Sekolah 2009/2010

Sekolah Sekolah
Sekolah
Menengah Menengah
Dasar
Pertama
Atas

TK

Sekolah Sekolah
Sekolah
Menengah Menengah
Dasar
Pertama
Atas

Aceh

1.111

3.691

1.114

660

1.318

3.855

1.200

708

1.498

3.904

1.222

743

Sumatera Utara

1.067

9.610

2.966

2.033

1.149

9.213

3.061

2.088

1.245

10.076

3.080

2.179

Sumatera Barat

1.943

4.176

1.016

596

1.865

4.149

1.051

618

1.950

4.268

1.068

611

Riau

1.345

3.704

1.344

650

1.389

3.496

1.383

708

1.472

3.768

1.418

762

Kep. Riau

362

692

275

161

397

753

317

163

455

866

329

188

Jambi

785

2.550

827

453

961

2.519

867

477

1.002

2.608

887

504

Sumatera Selatan

1.059

4.967

1.471

843

1.007

4.704

1.537

869

1.189

5.000

1.558

908

Kep. Bangka Belitung

198

810

211

128

222

815

215

129

226

820

217

130

Bengkulu

422

1.422

406

218

425

1.352

426

227

467

1.447

442

234

10 Lampung

1.710

5.296

1.706

852

1.856

5.601

1.797

886

2.049

5.297

1.846

962

11 DKI Jakarta

1.845

3.467

1.236

1.156

1.955

3.468

1.250

1.178

1.857

3.420

1.260

1.189

12 Jawa Barat

5.891

23.086

5.359

3.094

6.195

23.045

5.537

3.416

5.955

23.203

5.877

3.752

13 Banten

1.415

5.212

1.618

956

1.366

5.589

1.784

988

1.599

5.353

1.790

1.150

14 Jawa Tengah

12.690

23.474

4.344

2.369

13.036

23.402

4.464

2.500

12.862

23.484

4.540

2.592

15 DI Yogyakarta

2.098

2.411

505

397

2.030

1.910

516

405

2.112

2.080

539

395

15.769

25.601

6.088

3.380

15.976

26.015

6.349

3.590

16.413

26.636

6.507

3.737

17 Bali

1.176

2.485

370

297

1.164

2.496

387

306

1.239

2.482

395

317

18 Nusa Tenggara Barat

1.227

3.602

1.134

641

1.177

3.487

1.191

680

1.236

3.733

1.236

773

19 Nusa Tenggara Timur

1.142

4.688

872

414

1.087

4.503

946

415

1.147

4.700

967

444

517

4.365

1.174

519

565

4.162

1.229

557

605

4.434

1.258

580

21 Kalimantan Tengah

721

2.766

596

294

882

2.834

667

309

884

2.764

679

333

22 Kalimantan Selatan

1.620

3.455

809

346

1.793

3.460

827

362

1.799

3.414

853

386

987

2.260

749

460

1.005

2.286

765

478

1.016

2.338

771

482

1.144

2.338

641

312

1.228

2.441

660

338

1.228

2.276

694

363

551

930

290

107

472

960

298

114

627

948

310

122

26 Sulawesi Tengah

1.076

2.808

712

367

1.198

2.882

721

362

1.149

2.926

737

379

27 Sulawesi Selatan

2.793

6.570

1.732

978

3.115

6.785

1.802

1.043

3.214

6.927

1.838

1.101

28 Sulawesi Barat

367

1.256

312

152

507

1.353

330

168

513

1.412

362

190

29 Sulawesi Tenggara

994

2.110

650

334

1.077

2.308

704

372

1.129

2.349

721

617

30 Maluku

317

1.686

566

285

310

1.703

596

297

351

1.827

614

315

31 Maluku Utara

236

1.419

361

220

259

1.208

373

234

266

1.336

385

267

32 Papua

342

2.022

432

238

377

1.920

461

246

378

2.271

473

261

33 Papua Barat

181

823

183

92

187

817

177

101

194

964

204

130

65.101

165.752

42.069

24.002

67.550

165.491

43.888

25.332

69.326

169.331

45.077

27.096

16 Jawa Timur

20 Kalimantan Barat

23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Gorontalo

INDONESIA

Sumber data: Statistik Indonesia, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

89

Tabel 3.8
Rasio Jumlah Penduduk Usia Sekolah terhadap Jumlah Sekolah di
Indonesia Tahun 2010

No

Provinsi

Jumlah
Jumlah Sekolah
Penduduk Usia
2009/2010
Sekolah
1.825.374
7.184

Rasio
254,1

Aceh

Sumatera Utara

11.531.511

15.761

731,6

Sumatera Barat

1.862.879

7.797

238,9

Riau

2.201.848

7.055

312,1

Kepulauan Riau

597.511

1.659

360,2

Jambi

1.177.657

4.863

242,2

Sumatera Selatan

2.883.439

8.239

350,0

Bangka Belitung

454.114

1.390

326,7

Bengkulu

665.201

2.449

271,6

10

Lampung

2.841.459

10.214

278,2

11

DKI Jakarta

3.294.135

8.179

402,8

12

Jawa Barat

15.937.519

38.593

413,0

13

Banten

4.180.540

9.822

425,6

14

Jawa Tengah

10.863.030

43.649

248,9

15

DI Yogyakarta

1.084.769

4.986

217,6

16

Jawa Timur

12.073.536

46.238

261,1

17

Bali

1.240.384

2.215

560,0

18

Nusa Tenggara Barat

1.741.144

6.585

264,4

19

Nusa Tenggara Timur

1.927.129

6.989

275,7

20

Kalimantan Barat

1.742.064

6.559

265,6

21

Kalimantan Tengah

857.411

4.717

181,8

22

Kalimantan Selatan

1.351.891

6.490

208,3

23

Kalimantan Timur

1.317.066

4.601

286,3

24

Sulawesi Utara

789.245

4.720

167,2

25

Gorontalo

407.940

1.857

219,7

26

Sulawesi Tengah

1.030.819

5.187

198,7

27

Sulawesi Selatan

3.108.016

12.966

239,7

28

Sulawesi Barat

480.236

2.371

202,5

29

Sulawesi Tenggara

925.455

4.501

205,6

30

Maluku

638.891

2.932

217,9

31

Maluku Utara

428.811

2.091

205,1

32

Papua

1.215.643

3.049

398,7

33

Papua Barat

312.282

1.298

240,6

Sumber Data: SP 2010, Statistik Indonesia 2012 - BPS RI

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

90

Tabel 3.9
Jumlah Tenaga Guru di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 s/d 2010
Jenis Sekolah 2008/2009
No

Provinsi
TK

Jenis Sekolah 2009/2010

Sekolah Sekolah
Sekolah
Menengah Menengah
Dasar
Pertama
Atas

TK

Jenis Sekolah 2009/2010

Sekolah Sekolah
Sekolah
Menengah Menengah
Dasar
Pertama
Atas

TK

Sekolah Sekolah
Sekolah
Menengah Menengah
Dasar
Pertama
Atas

Aceh

3.777

46.561

24.957

19.439

5.639

55.778

26.740

20.958

6.079

55.575

24.401

19.259

Sumatera Utara

3.710

90.474

57.133

52.093

4.922

99.245

58.405

54.259

5.013

111.644

53.577

40.621

Sumatera Barat

5.797

45.078

25.449

21.579

5.901

44.470

25.955

22.683

4.927

42.851

24.567

19.209

Riau

4.739

41.903

20.944

15.008

4.845

42.999

22.128

16.419

5.201

47.923

21.325

15.012

Kep. Riau

1.344

8.286

4.322

3.733

1.385

10.040

4.464

4.048

1.546

10.623

4.021

3.241

Jambi

2.255

28.113

13.622

10.589

3.237

26.967

13.477

11.005

2.407

28.520

13.054

8.831

Sumatera Selatan

3.902

58.272

28.676

23.573

4.023

58.661

30.589

24.087

4.091

60.838

25.219

17.469

Kep. Bangka Belitung

603

7.940

3.078

3.034

958

8.627

3.189

3.071

768

8.306

2.989

2.512

Bengkulu

1.269

14.791

7.297

6.115

2.022

14.245

7.118

6.488

1.156

16.439

7.605

5.779

10

Lampung

5.399

59.241

30.559

22.819

6.439

60.688

27.438

23.453

6.975

63.764

28.232

17.396

11

DKI Jakarta

7.739

35.389

26.749

36.394

7.885

41.247

26.488

36.336

10.303

42.671

24.686

25.056

12

Jawa Barat

16.440

215.667

120.508

79.726

21.698

232.364

126.571

89.304

21.008

233.824

113.932

66.186

13

Banten

14

Jawa Tengah

15

4.856

57.368

32.256

23.086

5.167

63.111

36.473

24.336

5.962

63.624

31.094

20.292

29.414

224.532

109.462

75.182

32.628

229.615

104.126

77.935

24.978

205.574

90.140

59.883

DI Yogyakarta

4.128

29.449

13.178

14.654

6.846

22.778

14.304

15.201

5.965

21.686

11.900

12.672

16

Jawa Timur

41.139

276.557

133.960

95.391

46.528

284.267

141.501

105.390

42.049

290.866

128.096

80.758

17

Bali

3.135

23.534

13.026

12.227

4.402

24.863

12.740

13.148

4.548

25.296

10.996

8.959

18

Nusa Tenggara Barat

3.154

42.494

24.268

18.060

4.381

40.929

25.003

19.131

3.197

41.039

21.808

15.423

19

Nusa Tenggara Timur

2.307

41.354

14.426

10.216

2.705

42.241

15.504

12.107

1.970

43.943

14.751

10.098

20

Kalimantan Barat

1.517

36.247

13.631

10.734

1.996

41.818

15.628

12.278

2.130

40.725

13.178

8.741

21

Kalimantan Tengah

2.093

17.676

6.714

5.810

2.550

21.808

7.983

6.500

3.697

25.395

8.978

6.272

22

Kalimantan Selatan

4.540

35.961

13.733

9.213

6.460

35.976

13.013

9.627

5.752

36.951

13.115

8.216

23

Kalimantan Timur

3.246

24.652

12.019

10.448

3.397

24.846

11.328

11.102

4.353

30.612

11.781

9.207

24

Sulawesi Utara

3.877

18.832

8.886

7.370

2.512

19.407

9.170

7.976

2.694

19.485

8.909

6.301

25

Gorontalo

1.654

9.036

4.494

2.989

1.475

9.373

4.354

3.244

1.748

9.789

4.469

2.654

26

Sulawesi Tengah

3.496

20.436

10.341

8.062

3.904

24.466

11.549

8.429

2.706

23.930

10.267

6.938

27

Sulawesi Selatan

6.836

67.728

34.002

25.711

10.157

75.918

36.049

28.254

8.778

74.411

34.474

22.540

28

Sulawesi Barat

639

13.073

5.405

3.732

1.741

13.209

5.079

3.869

1.185

12.370

4.385

2.622

29

Sulawesi Tenggara

2.414

23.903

12.098

8.921

3.106

23.942

12.121

9.824

3.762

27.836

11.092

8.243

30

Maluku

601

15.997

7.247

6.402

746

15.580

7.450

6.500

938

17.698

7.345

6.355

31

Maluku Utara

571

7.751

4.676

4.496

784

9.036

5.110

4.725

805

9.433

4.706

3.293

32

Papua

1.076

13.678

6.150

5.627

1.355

12.648

6.329

5.816

1.147

11.596

4.893

4.546

33

Papua Barat

284

5.424

2.884

2.438

499

5.763

2.688

2.712

412

4.736

2.205

1.735

177.951 1.657.397

846.150

654.871

212.293 1.736.925

870.064

700.215

198.250 1.759.973

792.190

546.319

INDONESIA
Sumber data: Statistik Indonesia, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

91

Tabel 3.10
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Buang
Air Besar Tahun 2011
No

Provinsi

Sendiri

Bersama

Umum

Tidak Ada

Aceh

60,35

7,18

7,20

25,27

Sumatera Utara

74,89

7,39

3,60

14,12

Sumatera Barat

54,66

9,56

5,78

30,00

Riau

83,82

6,03

1,24

8,91

Kep. Riau

82,04

12,24

1,63

4,09

Jambi

68,13

8,84

3,50

19,53

Sumatera Selatan

64,59

10,77

4,17

20,47

Kep. Bangka Belitung

71,75

4,41

1,52

22,32

Bengkulu

66,57

8,24

1,65

23,54

10

Lampung

76,97

11,66

1,32

10,05

11

DKI Jakarta

76,30

18,41

4,84

0,45

12

Jawa Barat

67,60

14,02

6,40

11,98

13

Banten

62,92

11,72

2,52

22,84

14

Jawa Tengah

64,52

13,80

2,47

19,21

15

DI Yogyakarta

69,82

24,89

0,71

4,58

16

Jawa Timur

61,62

15,09

1,55

21,74

17

Bali

65,49

20,72

0,67

13,12

18

Nusa Tenggara Barat

41,85

16,35

2,89

38,91

19

Nusa Tenggara Timur

62,35

13,78

2,43

21,44

20

Kalimantan Barat

64,67

6,70

2,22

26,41

21

Kalimantan Tengah

53,60

24,94

8,84

12,62

22

Kalimantan Selatan

63,80

14,94

7,80

13,46

23

Kalimantan Timur

80,96

9,90

3,59

5,55

24

Sulawesi Utara

63,42

18,53

2,84

15,21

25

Gorontalo

33,06

17,40

10,97

38,57

26

Sulawesi Tengah

50,88

9,21

5,61

34,30

27

Sulawesi Selatan

62,30

13,29

2,42

21,99

28

Sulawesi Barat

44,86

10,42

2,79

41,93

29

Sulawesi Tenggara

58,63

10,45

2,80

28,12

30

Maluku

49,53

13,28

8,45

28,74

31

Maluku Utara

49,88

12,95

15,04

22,13

32

Papua

46,55

10,13

4,31

39,01

33

Papua Barat

54,83

18,55

13,24

13,38

Indonesia

65,20

13,37

3,65

17,78

Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

92

Tabel 3.11
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Fasilitas Air
Minum Tahun 2011
No

Provinsi

Sendiri

Bersama

Umum

Tidak Ada

Aceh

71,92

15,20

10,46

2,42

Sumatera Utara

64,87

14,58

16,09

4,46

Sumatera Barat

60,69

22,22

12,96

4,13

Riau

72,22

12,71

4,27

10,80

Kep. Riau

63,30

19,53

16,50

0,67

Jambi

63,97

17,75

6,88

11,40

Sumatera Selatan

58,64

24,93

9,38

7,05

Kep. Bangka Belitung

43,39

37,57

16,81

2,23

Bengkulu

71,58

20,80

6,56

1,06

10

Lampung

69,29

23,77

5,01

1,93

11

DKI Jakarta

79,64

18,55

1,32

0,49

12

Jawa Barat

61,56

24,90

12,39

1,15

13

Banten

63,04

22,97

12,24

1,75

14

Jawa Tengah

64,55

25,97

7,95

1,53

15

DI Yogyakarta

62,57

34,19

1,97

1,27

16

Jawa Timur

60,76

29,71

8,33

1,20

17

Bali

55,02

29,66

12,41

2,91

18

Nusa Tenggara Barat

30,10

49,57

18,34

1,99

19

Nusa Tenggara Timur

18,89

33,99

44,30

2,82

20

Kalimantan Barat

39,68

10,77

9,60

39,95

21

Kalimantan Tengah

46,95

19,43

17,12

16,50

22

Kalimantan Selatan

52,79

20,93

13,16

13,12

23

Kalimantan Timur

68,53

18,06

7,90

5,51

24

Sulawesi Utara

47,54

29,86

18,41

4,19

25

Gorontalo

36,66

41,31

17,13

4,90

26

Sulawesi Tengah

50,91

25,11

18,08

5,90

27

Sulawesi Selatan

46,02

38,20

13,55

2,23

28

Sulawesi Barat

40,59

30,68

22,37

6,36

29

Sulawesi Tenggara

41,72

37,48

19,63

1,17

30

Maluku

24,79

29,89

43,31

2,01

31

Maluku Utara

40,33

30,60

26,54

2,53

32
33

Papua

31,16

22,36

30,52

15,96

Papua Barat

41,62

27,46

23,12

7,80

Indonesia

58,69

25,92

11,74

3,65

Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

93

Tabel 3.12
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Sumber Penerangan, 2012
No

Provinsi

Listrik PLN

Listrik NonPLN

Petromak/ Pelita/Sentir/
Aladin
Obor

Lainnya*

Lainnya

Aceh

95,44

1,05

1,41

2,06

0,04

3,51

Sumatera Utara

92,5

2,31

1,21

3,88

0,1

5,19

Sumatera Barat

90,37

3,07

1,35

4,6

0,61

6,56

Riau

66,78

25,85

0,51

6,56

0,3

7,37

Kep. Riau

84,02

11,6

1,08

3,21

0,09

4,38

Jambi

84,73

10,77

0,54

3,76

0,2

4,5

Sumatera Selatan

86,21

6,66

0,11

6,96

0,07

7,14

Kep. Bangka Belitung

84,52

11,74

0,1

3,21

0,43

3,74

Bengkulu

89,61

7,53

0,25

2,48

0,12

2,85

10

Lampung

87,5

10,37

0,19

1,3

0,64

2,13

11

DKI Jakarta

99,97

0,03

0,03

12

Jawa Barat

98,45

0,82

0,02

0,48

0,23

0,73

13

Banten

99,33

0,34

0,01

0,3

0,03

0,34

14

Jawa Tengah

99,47

0,13

0,41

0,41

15

DI Yogyakarta

98,6

1,08

0,11

0,21

0,32

16

Jawa Timur

98,71

0,24

0,15

0,85

0,05

1,05

17

Bali

98,96

0,24

0,75

0,05

0,8

18

Nusa Tenggara Barat

92,68

3,1

0,24

3,94

0,05

4,23

19

Nusa Tenggara Timur

52,07

14,8

0,13

32,13

0,87

33,13

20

Kalimantan Barat

74,2

11,54

0,24

13,57

0,46

14,27

21

Kalimantan Tengah

67,42

13,79

1,93

15,06

1,8

18,79

22

Kalimantan Selatan

88,58

6,22

1,36

3,6

0,23

5,19

23

Kalimantan Timur

80,12

14,73

0,89

2,65

1,62

5,16

24

Sulawesi Utara

96,05

2,73

0,15

1,04

0,04

1,23

25

Gorontalo

79,99

6,56

0,15

13,07

0,24

13,46

26

Sulawesi Tengah

87,99

4,89

0,45

6,09

0,57

7,11

27

Sulawesi Selatan

81,89

7,02

0,02

10,95

0,12

11,09

28

Sulawesi Barat

74,35

7,35

4,26

14,03

18,29

29

Sulawesi Tenggara

59,13

25,18

15,6

0,09

15,69

30

Maluku

74,63

5,89

0,47

18,72

0,29

19,48

31

Maluku Utara

67,49

17,08

0,47

14,96

15,43

32

Papua

61,44

19,22

0,31

17,37

1,65

19,33

33

Papua Barat

33,7

8,16

0,67

24,34

33,13

58,14

92,08

3,84

0,3

3,16

0,62

4,08

Indonesia

Sumber data: Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS
Data Susenas Triwulan III-2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

94

Tabel 3.13
Persentase dan Cakupan Imunisasi pada Balita di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012

Aceh

77.6

76.8

67.6

57.6

83.6

75.5

64.5

67.5

59.6

56.1

31.4

59.8

Semua
vaksinasi
dasar
tanpa
Hepatitis
B
49.7

Sum atera Utara

80.4

76.7

68.4

61.1

87.0

81.5

65.3

67.6

57.3

47.0

18.1

64.2

50.8

Sum atera Barat

89.0

81.8

74.7

62.9

92.2

79.4

73.8

78.8

67.8

62.3

36.8

69.5

59.4

Riau

82.4

84.2

78.2

67.0

86.6

81.6

69.0

80.4

71.9

60.4

35.1

70.8

57.6

Jam bi

79.1

80.7

76.3

69.3

82.3

80.7

69.6

77.5

73.6

68.4

49.6

76.7

65.7

Sum atera Selatan

90.1

88.3

77.9

69.5

90.6

79.4

68.6

84.6

71.2

63.2

32.6

80.1

63.3

Bengkulu

88.9

92.9

84.8

71.9

91.1

89.7

77.9

87.8

78.2

69.6

18.7

82.1

66.7

Lam pung

95.3

95.8

86.0

74.1

95.8

91.9

79.4

95.9

86.2

65.6

38.8

89.3

68.9

Bangka Belitung

84.7

81.4

78.6

72.8

87.8

79.4

76.4

87.8

77.6

64.2

56.0

74.9

70.2

10

Kepulauan Riau

85.2

85.0

78.3

74.2

87.8

84.8

76.2

79.3

77.1

72.1

36.0

75.7

65.3

11

DKI Jakarta

93.3

92.3

84.2

77.5

95.3

88.7

82.8

87.7

78.8

68.3

39.1

86.5

73.2

12

Jawa Barat

94.1

91.8

81.8

73.8

95.2

88.7

77.0

89.2

78.0

69.5

41.8

81.1

65.6

13

Jawa Tengah

91.8

94.2

89.7

82.7

95.6

92.6

87.3

92.6

85.0

78.9

64.7

92.6

78.7

14

DI Yogyakarta

100.0

100.0

100.0

96.4

100.0

100.0

97.5

98.8

96.1

93.7

77.5

97.1

93.5

15

Jawa Tim ur

96.8

95.7

90.7

83.6

96.5

92.3

86.7

93.1

80.7

75.8

54.4

87.8

77.2

16

Banten

82.0

78.7

68.7

49.1

83.5

73.6

54.9

74.5

53.8

43.1

23.3

61.4

37.9

17

Bali

98.7

96.3

93.6

89.2

98.7

94.8

89.2

97.2

85.7

80.0

60.3

93.1

87.0

18

Nus a Tenggara Barat

92.2

92.9

85.1

70.7

92.9

91.8

75.5

90.9

75.7

58.5

33.7

89.9

66.0

19

Nus a Tenggara Tim ur

87.6

91.7

83.8

76.4

93.3

89.5

81.6

90.9

81.7

77.6

47.0

82.7

73.1

20

Kalim antan Barat

79.5

77.4

71.8

62.8

80.2

74.4

66.9

79.8

71.8

62.6

35.8

71.6

57.5

21

Kalim antan Tengah

72.3

67.2

57.3

52.5

79.7

69.2

57.5

67.6

54.7

49.9

27.5

64.2

45.9

22

Kalim antan Selatan

83.1

79.2

69.1

62.1

84.4

78.1

72.1

74.2

68.1

63.3

36.5

73.6

61.4

23

Kalim antan Tim ur

91.6

94.1

86.4

80.4

95.3

90.2

83.0

92.8

81.9

67.5

51.4

89.0

76.6

24

Sulawes i Utara

97.3

94.0

89.4

84.2

94.1

88.5

84.2

89.8

82.4

74.8

49.6

87.5

77.1

25

Sulawes i Tengah

86.3

86.0

77.7

71.5

85.3

78.3

76.1

84.0

71.0

61.7

31.2

82.9

67.2

26

Sulawes i Selatan

82.2

79.6

69.4

60.3

85.0

74.7

61.1

76.4

60.7

53.5

39.0

71.9

48.7

27

Sulawes i Tenggara

87.8

87.2

84.6

75.7

89.5

86.6

78.3

83.2

76.6

71.0

32.5

81.4

70.5

28

Gorontalo

94.5

90.3

81.1

71.5

93.1

79.8

72.3

93.0

74.7

64.9

47.8

91.6

67.4

29

Sulawes i Barat

71.7

70.5

58.3

49.8

74.9

68.2

56.4

71.3

52.1

47.0

32.5

60.9

43.4

30

Maluku

76.6

71.1

59.9

46.9

78.4

66.5

53.6

69.3

60.3

50.4

20.6

65.1

44.2

31

Maluku Utara

91.1

92.0

83.4

62.2

91.0

84.4

68.0

85.9

78.7

54.7

21.1

83.4

55.1

32

Papua Barat

72.3

74.5

69.5

58.1

75.9

69.5

59.6

70.4

66.6

58.2

29.9

62.9

50.7

33

Papua

59.4

51.9

48.0

35.3

51.6

49.0

43.4

50.3

45.4

36.2

14.1

49.0

34.0

Jum lah

89.3

88.1

80.7

72.0

91.2

85.5

75.9

85.3

74.5

66.3

42.4

80.1

65.6

No

Provinsi

BCG

DPT 1

DPT 2

DPT 3

Polio 1

Polio 2

Polio 3

Hepatitis
0

Hepatitis
1

Hepatitis
2

Hepatitis
3

Campak

Imunisasi BCG, Campak, 4 dosis Hepatitis B, 3 dosis DPT dan polio kecuali polio 4

Sumber da ta : SDKI, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

95

95

Tabel 3.14
Persentase Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang Hamil di Indonesia menurut
Provinsi Tahun 1997 - 2012
Wanita Umur 15-49 tahun yang sedang Hamil
No

Provinsi
1997

2002-03

2007

2012

Aceh

3,9

6,1

5,2

Sumatera Utara

3,7

4,0

3,6

5,8

Sumatera Barat

5,5

5,7

3,8

5,7

Riau

6,0

5,0

4,6

6,1

Jambi

4,1

6,7

5,3

5,3

Sumatera Selatan

5,7

2,5

3,1

4,6

Bengkulu

3,5

4,2

3,9

6,1

Lampung

4,4

4,4

4,0

4,8

Bangka Belitung

2,9

5,5

4,3

10

Kepulauan Riau

4,7

4,7

11

DKI Jakarta

3,7

3,8

3,8

4,1

12

Jawa Barat

5,2

4,4

4,1

4,4

13

Jawa Tengah

3,5

3,4

3,5

4,0

14

DI. Yogyakarta

2,8

3,3

4,4

3,4

15

Jawa Timur

3,6

3,5

2,6

2,9

16

Banten

4,3

3,4

3,7

17

Bali

4,7

3,8

3,5

3,1

18

Nusa Tenggara Barat

5,4

5,9

4,9

4,8

19

Nusa Tenggara Timur

5,2

6,0

6,2

6,2

20

Kalimantan Barat

4,3

3,9

5,1

5,3

21

Kalimantan Tengah

4,2

5,5

7,1

5,5

22

Kalimantan Selatan

4,3

4,3

5,7

3,8

23

Kalimantan Timur

4,1

6,1

5,7

5,2

24

Sulawesi Utara

4,6

3,9

4,1

3,6

25

Sulawesi Tengah

6,0

6,0

4,0

5,3

26

Sulawesi Selatan

4,7

3,8

4,1

3,9

27

Sulawesi Tenggara

4,4

6,7

5,6

5,7

28

Gorontalo

6,8

3,8

4,1

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

6,3

4,6

5,0

5,1

4,5

Maluku Utara

6,5

5,3

32

Papua Barat

4,7

5,2

33

Papua

5,9

4,2

2,5

Jumlah

4,4

4,1

3,9

4,3

Sumber data: SDKI 1997, 2002-03, 2007, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

96

Tabel 3.15
Persentase yang dilahirkan di Fasilitas Kesehatan di
Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012

No

Provinsi

Kelahiran di Fasilitas
Kesehatan

Aceh

52,9

Sumatera Utara

47,8

Sumatera Barat

74,5

Riau

50,8

Jambi

41,1

Sumatera Selatan

55,7

Bengkulu

34,7

Lampung

61,4

Bangka Belitung

64,3

10

Kepulauan Riau

81,8

11

DKI Jakarta

96

12

Jawa Barat

63,3

13

Jawa Tengah

75,2

14

DI. Yogyakarta

93,6

15

Jawa Timur

84,6

16

Banten

60,6

17

Bali

97,6

18

Nusa Tenggara Barat

74,3

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

40,8

21

Kalimantan Tengah

22,3

22

Kalimantan Selatan

35,5

23

Kalimantan Timur

63,1

24

Sulawesi Utara

59,4

25

Sulawesi Tengah

30,5

26

Sulawesi Selatan

47,7

27

Sulawesi Tenggara

21,7

28

Gorontalo

40,5

29

Sulawesi Barat

16,2

30

Maluku

21,6

31

Maluku Utara

20,6

32

Papua Barat

38,3

33

Papua

26,8

41

Jumlah

63

Sumber data: SDKI, 2012

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

97

Tabel 3.16
Persentase penolong persalinan di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2012

Penolong Persalinan
No

Provinsi

Tenaga
Profesional*)

Dukun

Saudara/
Teman

Lainnya

Tidak
Tidak ada tahu/tidak
menjawab

Jumlah

Aceh

89,8

9,0

0,2

0,2

0,2

0,6

100,0

Sumatera Utara

88,4

7,6

3,3

0,1

0,4

0,3

100,0

Sumatera Barat

90,5

8,5

0,2

0,0

0,0

0,7

100,0

Riau

86,4

11,7

1,1

0,0

0,0

0,8

100,0

Jambi

75,7

22,4

1,9

0,0

0,0

0,0

100,0

Sumatera Selatan

85,1

13,6

0,9

0,0

0,0

0,5

100,0

Bengkulu

87,2

11,3

0,9

0,0

0,0

0,6

100,0

Lampung

84,6

13,3

0,7

0,4

0,6

0,3

100,0

Bangka Belitung

89,3

8,3

1,3

0,0

0,5

0,7

100,0

10

Kepulauan Riau

94,7

3,7

0,4

0,0

0,0

1,2

100,0

11

DKI Jakarta

98,7

0,5

0,1

0,0

0,0

0,7

100,0

12

Jawa Barat

80,3

17,3

0,7

0,3

0,4

1,1

100,0

13

Jawa Tengah

93,6

5,2

0,5

0,2

0,2

0,5

100,0

14

DI. Yogyakarta

98,0

1,5

0,0

0,0

0,0

0,4

100,0

15

Jawa Timur

89,8

9,2

0,6

0,4

0,0

0,1

100,0

16

Banten

77,3

21,7

0,5

0,0

0,2

0,3

100,0

17

Bali

98,7

0,6

0,5

0,0

0,0

0,2

100,0

18

Nusa Tenggara Barat

81,7

16,4

0,4

0,2

0,6

0,6

100,0

19

Nusa Tenggara Timur

56,8

29,9

10,7

0,8

0,2

1,7

100,0

20

Kalimantan Barat

72,2

25,7

0,5

0,1

0,0

1,5

100,0

21

Kalimantan Tengah

70,2

27,7

1,2

0,0

0,3

0,6

100,0

22

Kalimantan Selatan

80,1

19,3

0,4

0,0

0,0

0,2

100,0

23

Kalimantan Timur

83,8

14,1

2,2

0,0

0,0

0,0

100,0

24

Sulawesi Utara

85,8

12,4

0,2

0,6

0,2

0,8

100,0

25

Sulawesi Tengah

62,9

25,6

11,2

0,0

0,0

0,3

100,0

26

Sulawesi Selatan

75,8

17,8

3,9

0,1

0,9

1,5

100,0

27

Sulawesi Tenggara

65,9

29,6

3,3

0,0

0,2

1,0

100,0

28

Gorontalo

74,9

23,4

1,2

0,0

0,2

0,3

100,0

29

Sulawesi Barat

43,3

43,5

11,2

0,0

1,2

0,8

100,0

30

Maluku

49,9

46,0

2,9

0,0

0,2

1,1

100,0

31

Maluku Utara

51,5

40,8

4,3

0,4

2,4

0,6

100,0

32

Papua Barat

62,6

12,8

16,0

4,6

1,5

2,5

100,0

33

Papua

39,9

9,3

42,2

4,0

3,2

1,3

100,0

83,1

13,5

2,2

0,3

0,3

0,7

100,0

Jumlah
Sumber data: SDKI, 2012

Keterangan : *) Penolong persalinan termasuk dokter, dokter kandungan, peraw at, bidan, dan bidan desa

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

98

Tabel 3.17
Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS Berdasarkan Provinsi
Tahun 2013 (sd Juni)

No

Provinsi

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI. Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua
Jumlah

HIV

AIDS

106
7.078
777
1.503
512
1.288
176
832
380
3.200
24.807
8.161
5.406
1.693
14.285
2.764
7.073
574
1.389
3.760
136
227
1.957
1.881
226
3.178
139
30
33
1.032
161
1.965
11.871
108.600

137
515
802
859
384
322
160
242
270
382
6.299
4.131
2.990
782
6.900
916
3.344
379
496
1.699
93
134
332
715
127
1.547
186
60
4
355
123
187
7.795
43.667

Sumber data: Ditjen PP dan PL, Kemenkes, 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

99

Tabel 3.18
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan
Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2006 dan 2011

No

Provinsi

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Aceh

94,85

95,13

96,39

96,87

97,26

95,84

Sumatera Utara

97,00

97,04

97,36

97,53

97,60

96,83

Sumatera Barat

96,35

96,49

97,00

97,21

97,40

96,20

Riau

97,54

97,53

97,98

98,31

98,51

97,61

Jambi

95,26

95,39

95,83

96,07

96,33

95,52

Sumatera Selatan

96,91

96,97

97,37

97,53

97,66

96,65

Bengkulu

94,50

94,56

95,26

95,54

95,85

95,13

Lampung

93,70

93,90

94,40

95,05

95,25

95,02

Kep. Bangka Belitung

95,33

95,24

95,71

95,87

95,88

95,60

10

Kep. Riau

95,77

96,03

96,29

96,46

97,49

97,67

11

DKI Jakarta

98,34

98,83

98,84

99,01

99,19

98,83

12

Jawa Barat

95,52

95,85

96,07

96,44

96,62

95,96

13

Jawa Tengah

89,56

89,91

90,46

90,64

91,02

90,34

14

DI Yogyakarta

87,53

88,86

90,25

90,98

91,62

91,49

15

Jawa Timur

88,36

88,66

88,60

89,01

89,47

88,52

16

Banten

95,60

95,76

95,78

96,44

96,60

96,25

17

Bali

87,14

87,32

88,22

88,48

89,49

89,17

18

Nusa Tenggara Barat

81,65

82,44

82,49

82,80

83,49

83,24

19

Nusa Tenggara Timur

87,98

88,53

88,99

89,66

90,16

87,63

20

Kalimantan Barat

90,31

90,61

89,84

90,94

91,43

90,03

21

Kalimantan Tengah

96,80

96,98

97,52

97,68

97,78

96,86

22

Kalimantan Selatan

94,60

94,67

95,59

95,90

96,34

95,66

23

Kalimantan Timur

95,96

96,13

96,71

97,18

97,36

96,99

24

Sulawesi Utara

99,00

98,94

99,17

99,27

99,35

98,85

25

Sulawesi Tengah

95,37

95,29

96,01

96,25

96,50

94,51

26

Sulawesi Selatan

87,28

87,72

88,10

88,67

89,16

88,07

27

Sulawesi Tenggara

91,24

91,64

92,21

92,66

92,90

91,29

28

Gorontalo

95,89

95,81

95,72

96,18

96,39

94,69

29

Sulawesi Barat

87,49

87,86

88,81

89,19

89,91

87,61

30

Maluku

96,89

97,16

97,55

97,77

97,79

96,63

31

Maluku Utara

95,04

95,22

95,91

96,22

96,52

96,01

32

Papua Barat

89,23

90,62

92,19

93,60

95,59

92,41

33

Papua

71,58

76,85

74,43

72,23

70,41

64,08

92,39

92,74

93,05

93,41

93,66

92,81

INDONESIA

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

100

Tabel 3.19

Angka Partisipasi Sekolah ( A P S ) Menurut Provinsi, 2012

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

2012**

Provinsi
7-12

13-15

16-18

19-24

Aceh

99,35

94,41

74,44

28,67

Sumatera Utara

98,59

90,85

69,73

17,36

Sumatera Barat

98,38

90,79

71,38

27,64

Riau

98,14

87,64

65,79

16,00

Kepulauan Riau

98,27

94,96

69,72

9,6

Jambi

98,65

90,83

59,11

15,23

Sumatera Selatan

98,04

88,52

58,31

13,55

Kep Bangka Belitung

97,74

83,52

50,89

8,67

Bengkulu

98,96

92,63

66,71

19,32

Lampung

98,59

90,03

59,8

11,6

DKI Jakarta

98,97

93,79

60,81

17,79

Jawa Barat

98,34

88,51

55,69

12,09

Banten

98,29

90,97

58,58

15,55

Jawa Tengah

98,87

89,59

58,56

11,78

DI Yogyakarta

99,77

98,32

80,22

44,32

Jawa Timur

98,66

91,7

61,68

14,35

Bali

99,2

95,15

70,8

18,62

Nusa Tenggara Barat

98,19

91,55

60,75

17,59

Nusa Tenggara Timur

96,12

88,68

62,15

18,36

Kalimantan Barat

96,63

85,22

54,65

14,18

Kalimantan Tengah

98,5

85,55

54,06

13,65

Kalimantan Selatan

97,9

85,35

57,55

16,68

Kalimantan Timur

99,17

96,53

71,16

19,22

Sulawesi Utara

98,22

88,5

65,43

16,25

Gorontalo

97,52

82,57

57,82

20,07

Sulawesi Tengah

96,54

84,42

59,6

16,23

Sulawesi Selatan

97,59

87,69

61,6

22,76

Sulawesi Barat

95,66

81,13

56,37

14,21

Sulawesi Tenggara

97,41

87,85

65,26

23,7

98,3

94,66

68,4

29,00

Maluku Utara

98,24

90,87

68,26

21,7

Papua

75,34

68,99

50,66

13,8

Papua Barat

95,56

91,65

67,18

19,9

Indonesia

97,95

89,66

61,06

15,84

Maluku

Sumber data: BPS-RI, Susenas 2012


Note:
** M ulai tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya APS mencakup pendidikan non formal
(paket A setara SD/M I, paket B setara SM P/M Ts dan paket C setara SM /SM K/M A)

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

101

Tabel 3.20

Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan Formal dan Non Formal
Tahun 2011

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

PROVINSI
Aceh
Sum atera Utara
Sum atera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jam bi
Sum atera Selatan
Kep, Bangka Belitung
Bengkulu
Lam pung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Tim ur
Bali
Nus a Tenggara Barat
Nus a Tenggara Tim ur
Kalim antan Barat
Kalim antan Tengah
Kalim antan Selatan
Kalim antan Tim ur
Sulawes i Utara
Gorontalo
Sulawes i Tengah
Sulawes i Selatan
Sulawes i Barat
Sulawes i Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
INDONESIA

SD
Laki-laki
92,87
91,61
94,25
90,82
92,77
93,06
91,17
91,51
93,32
92,83
91,95
93,04
92,71
91,00
91,8
92,18
91,57
92,41
92,35
92,16
92,38
92,67
92,18
86,54
87,84
90,14
89,51
89,12
89,16
88,48
90,59
70,56
88,44
91,56

Perempuan
92,24
91,3
92,58
92,57
91,3
92,28
88,33
90,7
92,15
89,98
87,57
91,41
91,59
89,3
92,19
91,55
89,06
92,97
91,89
92,21
92,11
91,27
92,27
85,21
92,46
89,82
89,45
89,61
88,45
87,5
89,23
69,63
88,1
90,46

SMP
Total
92,57
91,46
93,47
91,67
92,01
92,69
89,79
91,12
92,75
91,47
89,79
92,26
92,18
90,19
91,98
91,88
90,39
92,69
92,13
92,18
92,25
92,01
92,23
85,91
90,04
89,99
89,48
89,35
88,8
88
89,95
70,13
88,28
91,03

Laki-laki
72,58
67,05
63,52
61,51
74,4
62,53
62,99
55,81
67,78
63,61
71,57
69,58
71,13
67,85
67,79
71,48
65,99
76,62
52,33
57,4
65,55
63,83
71,74
59,8
60,11
60,56
62,44
58,6
65,27
62,91
65,49
45,34
59,03
67,01

SMU

Perempuan
77,09
68,99
71,36
70,38
72,27
71,08
65,34
65,08
69,41
69,9
65,94
69,57
71,12
71,89
70,5
72,09
72,94
76,78
61,36
60,26
67,24
67,92
73,15
62,74
58,2
62,91
68,19
62,38
63,39
65,85
66,41
46,85
56,19
69,32

Total
74,76
67,96
67,1
65,98
73,34
66,54
64,12
60,19
68,55
66,56
68,85
69,57
71,12
69,77
69,15
71,77
69,16
76,7
56,74
58,75
66,35
65,79
72,4
61,22
59,17
61,74
65,29
60,34
64,31
64,33
65,92
46,03
57,66
68,12

Laki-laki
61,82
55,34
48,44
50,27
52,65
47,55
42,97
38,77
47,08
40,45
52,18
43,53
47,12
47,15
60,51
51,11
63,56
53,95
38,37
34,77
42,34
42,22
52,98
43,85
38,94
48,18
48,2
46,83
51,83
50,12
48,86
32,54
49,09
47,64

Perempuan
61,02
60,35
60,33
55,89
56,2
49,73
48,1
43,5
53,07
50,46
46,7
41,3
45,16
47,54
58,9
47,43
57,47
53,91
43,28
37,71
45,8
43,82
56,38
58,02
50,24
45,66
47,59
46,83
52,48
55,21
55,51
32,34
46,62
48,31

Total
61,43
57,83
54,05
53,07
54,25
48,55
45,34
40,91
49,91
45,06
49,27
42,5
46,17
47,34
59,68
49,32
60,54
53,93
40,84
36,28
43,93
43,01
54,58
50,55
44,33
46,99
47,89
46,83
52,16
52,64
51,88
32,45
47,88
47,97

Sumber data: Stati sti k Kesej ahteraan Rakyat 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

102

102

Tabel 3.21
Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun
ke-atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2011

No

Provinsi

2011
Laki-laki Perempuan

Aceh

9,1

8,6

Sumatera Utara

9,1

8,5

Sumatera Barat

8,5

8,3

Riau

8,8

8,4

Jambi

8,4

7,6

Sumatera Selatan

8,1

7,5

Bengkulu

8,5

8,0

Lampung

7,9

7,4

Bangka Belitung

7,9

7,2

10

Kep. Riau

9,8

9,5

11

DKI Jakarta

10,9

9,9

12

Jawa Barat

8,3

7,5

13

Jawa Tengah

7,6

6,7

14

DI Yogyakarta

9,7

8,6

15

Jawa Timur

7,8

6,8

16

Banten

8,9

7,9

17

Bali

9,1

7,6

18

Nusa Tenggara Barat

7,5

6,4

19

Nusa Tenggara Timur

7,1

6,6

20

Kalimantan Barat

7,3

6,4

21

Kalimantan Tengah

8,2

7,7

22

Kalimantan Selatan

8,0

7,3

23

Kalimantan Timur

9,5

8,8

24

Sulawesi Utara

8,8

8,9

25

Sulawesi Tengah

8,2

7,8

26

Sulawesi Selatan

8,0

7,5

27

Sulawesi Tenggara

8,6

7,8

28

Gorontalo

7,0

7,6

29

Sulawesi Barat

7,3

6,6

30

Maluku

8,9

8,6

31

Maluku Utara

8,6

7,8

32

Papua Barat

9,3

8,3

33

Papua

6,6

5,0

INDONESIA

8,3

7,5

Sumber data: Statistik Kesejahteraan Rakyat: 2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

103

Tabel 3.22
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)

No

Provinsi

2007

2008

2009

2010*)

2011**)

Aceh

71,093,359.40

73,547,550.72

71,986,954.00

77,983,775.69

85,537,965.91

2
3

Sumatera Utara

181,819,737.32

213,931,696.78

236,353,615.83

275,700,207.28

314,156,937.46

Sumatera Barat

59,799,045.30

70,954,515.42

76,752,937.71

87,221,254.06

98,917,269.39

4
5

Riau

210,002,560.30

276,400,129.95

297,173,028.31

345,661,313.79

413,350,122.80

Jambi

32,076,677.16

41,056,483.56

44,127,005.65

53,816,693.02

63,268,138.39

Sumatera Selatan

Bengkulu

109,895,707.00

133,664,987.00

137,331,848.00

157,534,956.00

181,776,073.00

12,874,344.46

14,915,886.85

16,385,364.18

18,649,601.15

21,150,289.62

8
9

Lampung

60,921,966.22

73,719,258.60

88,934,860.61

108,378,506.78

128,408,894.93

Kep. Bangka Belitung

17,895,016.56

21,421,340.26

22,997,898.59

26,565,031.61

30,254,777.26

10

Kep. Riau

51,826,271.88

58,574,996.29

63,892,937.49

71,614,514.31

80,242,793.63

11

DKI Jakarta

566,449,360.08

677,044,743.16

757,696,594.05

862,089,736.64

982,540,043.96

12

Jaw a Barat

526,220,225.16

633,283,483.36

689,841,314.34

771,593,860.47

861,006,347.79

13

Jaw a Tengah

312,428,807.09

367,135,954.90

397,903,943.75

444,692,014.59

498,614,636.36

14

DI. Yogyakarta

32,916,736.41

38,101,684.50

41,407,049.50

45,625,589.50

51,782,092.43

15

Jaw a Timur

536,981,881.91

621,391,674.61

686,847,557.72

778,565,772.46

884,143,574.81

16

Banten

122,843,946.60

139,864,778.32

152,556,215.59

171,690,413.57

192,218,910.27

17

Bali

44,003,379.64

51,916,170.34

60,292,239.32

66,690,598.13

73,478,161.87

18

Kalimantan Barat

43,540,865.48

49,132,965.97

54,281,172.42

60,501,505.09

66,780,221.81

19

Kalimantan Tengah

27,931,949.58

32,760,167.75

37,161,800.06

42,620,950.16

49,072,507.10

20

Kalimantan Selatan

39,438,767.06

45,843,793.53

51,460,175.70

59,821,156.82

68,234,880.54

21

Kalimantan Timur

222,628,920.93

314,813,520.84

285,590,821.55

321,904,879.64

390,638,617.39

22

Sulaw esi Utara

24,081,132.54

28,697,756.23

33,033,609.80

36,911,814.52

41,505,118.26

23

Sulaw esi Tengah

23,218,709.21

28,727,505.31

32,461,331.62

37,319,062.92

44,317,854.52

24

Sulaw esi Selatan

69,271,924.56

85,143,191.27

99,954,589.75

117,862,210.18

137,389,879.40

25

Sulaw esi Tenggara

17,953,074.41

22,202,848.01

25,655,940.66

28,369,031.41

32,032,498.80

26

Gorontalo

4,760,695.43

5,906,736.28

7,069,054.18

8,056,512.92

9,153,669.04

27

Sulaw esi Barat

6,192,785.57

8,296,605.60

9,403,378.61

10,986,624.75

12,895,358.24

28

Nusa Tenggara Barat

33,522,225.01

35,314,731.04

44,014,619.43

49,559,794.14

48,729,106.73

29

Nusa Tenggara Timur

19,136,982.17

21,655,869.37

24,179,412.16

27,738,760.20

31,204,406.40

30

Maluku

5,698,799.37

6,269,957.84

7,069,642.15

8,084,807.44

9,594,886.01

31

Maluku Utara

3,160,041.71

3,862,243.13

4,691,161.48

5,389,831.57

6,056,973.74

32

Papua Barat

10,367,278.69

13,975,126.50

18,144,492.99

26,879,612.63

36,170,455.69

33

Papua
Jumlah 33 Provinsi

55,380,453.41

61,516,238.47

76,886,679.01

87,776,576.67

76,370,616.08

3,556,333,627.61 4,271,044,591.76 4,653,539,246.22 5,293,856,970.11 6,020,994,079.64

Catatan :
Perbedaan antara jumlah PDRB 33 PROVINSI dan PDB Indonesia antara lain disebabkan oleh diskrepansi statistik
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Sumber data: Badan Pusat Statistik, 2007-2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

104

Tabel 3.23
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi, 2007 - 2011 (Juta Rupiah)

No

Provinsi

2007

2008

2009

2010*)

2011**)

Aceh

35,983,090.79

34,097,992.47

32,219,086.32

33,118,170.55

34,779,702.73

Sumatera Utara

99,792,273.27

106,172,360.10

111,559,224.81

118,640,902.74

126,450,621.90

Sumatera Barat

32,912,968.59

35,176,632.43

36,683,238.69

38,860,187.68

41,276,406.36

Riau

86,213,259.46

91,085,381.81

93,786,236.58

97,707,498.51

102,605,913.65

Jambi

14,275,161.32

15,297,770.57

16,274,907.72

17,470,653.43

18,962,396.90

Sumatera Selatan

55,262,114.00

58,065,455.00

60,452,944.00

63,858,153.00

68,011,310.00

Bengkulu

7,037,404.03

7,441,873.08

7,859,919.71

8,336,018.75

8,869,250.28

Lampung

32,694,889.62

34,443,151.77

36,256,295.04

38,378,425.12

40,829,411.29

Kep. Bangka Belitung

9,464,539.15

9,899,925.78

10,270,106.49

10,879,422.58

11,575,263.56

10

Kep. Riau

34,713,813.64

37,014,735.92

38,318,828.63

41,075,858.84

43,816,718.59

11

DKI Jakarta

332,971,254.83

353,723,390.53

371,469,499.10

395,633,574.64

422,162,570.82

12

Jaw a Barat

274,180,307.83

291,205,836.70

303,405,250.51

322,223,816.79

343,111,243.18

13

Jaw a Tengah

159,110,253.77

168,034,483.29

176,673,456.57

186,995,480.65

198,226,349.47

14

DI. Yogyakarta

18,291,511.71

19,212,481.03

20,064,256.65

21,044,041.54

22,129,706.62

15

Jaw a Timur

288,404,312.28

305,538,686.62

320,861,168.91

342,280,765.51

366,984,301.20

16

Banten

75,349,610.92

79,700,684.04

83,453,729.29

88,525,884.79

94,222,355.05

17

Bali

24,449,885.70

25,910,325.54

27,290,945.61

28,880,686.20

30,753,674.05

18

Kalimantan Barat

26,019,737.63

27,438,791.32

28,756,875.70

30,299,808.07

32,100,656.04

19

Kalimantan Tengah

15,754,508.67

16,726,459.02

17,657,791.69

18,803,675.62

20,070,727.71

20

Kalimantan Selatan

25,922,287.52

27,593,092.50

29,051,630.55

30,674,123.86

32,552,849.54

21

Kalimantan Timur

98,386,381.52

103,206,871.34

105,564,937.57

110,886,682.21

115,244,165.43

22

Sulaw esi Utara

14,344,302.07

15,902,073.26

17,149,624.49

18,376,750.93

19,734,270.17

23

Sulaw esi Tengah

13,961,146.12

15,047,428.54

16,207,595.71

17,626,173.79

19,239,945.04

24

Sulaw esi Selatan

41,332,426.29

44,549,824.55

47,326,078.38

51,199,899.85

55,116,919.80

25

Sulaw esi Tenggara

9,331,719.95

10,010,586.35

10,768,577.19

11,650,187.12

12,661,942.71

26

Gorontalo

2,339,217.51

2,520,672.95

2,710,737.05

2,917,491.33

3,141,458.12

27

Sulaw esi Barat

3,567,816.12

3,998,502.00

4,239,460.87

4,744,309.49

5,238,359.96

28

Nusa Tenggara Barat

16,369,220.45

16,831,600.88

18,874,403.52

20,069,888.61

19,432,291.68

29

Nusa Tenggara Timur

10,902,404.44

11,429,772.58

11,920,601.87

12,543,821.97

13,249,720.21

30

Maluku

3,633,475.12

3,787,271.11

3,993,139.25

4,251,356.30

4,507,336.14

31

Maluku Utara

2,501,175.13

2,651,107.75

2,812,039.15

3,035,648.37

3,230,209.77

32

Papua Barat

33

Papua
Jumlah 33 Provinsi

5,934,315.82

6,399,528.24

7,286,977.24

9,366,407.50

11,916,133.71

19,200,297.42

18,931,841.59

23,138,444.49

22,407,284.20

21,137,537.80

1,890,607,082.70 1,999,046,590.66 2,094,358,009.37 2,222,763,050.54 2,363,341,719.46

Catatan :
Perbedaan antara jumlah PDRB 33 PROVINSI dan PDB Indonesia antara lain disebabkan oleh diskrepansi statistik
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Sumber data: Badan Pusat Statistik, 2007-2011

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

105

Tabel 3.24
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2009 - 2012

No

Provinsi

Jum lah Penduduk Miskin (dalam juta)


2009

2010

2011

2012

892,80

861,85

Persentase Penduduk Miskin


2009

2010

2011

2012

Aceh

894,81

909,04

21,80

20,98

19,57

19,46

Sumatera Utara

1.499,70

1.490,89

1.481,31

1.407,25

11,51

11,31

11,33

10,67

Sumatera Barat

429,30

430,02

442,09

404,74

9,54

9,50

9,04

8,19

Riau

527,50

500,26

482,05

483,07

9,48

8,65

8,47

8,22

Kep. Riau

128,20

241,61

129,56

131,22

8,27

8,34

7,4

7,11

Jambi

Sumatera Selatan

Kep. Bangka Belitung

249,70

1.125,73

272,67

271,67

8,77

15,47

8,65

8,42

1.167,90

324,93

1.074,81

1.057,03

16,28

18,30

14,24

13,78

76,60

1.479,93

72,06

71,36

7,46

18,94

5,75

5,53

Bengkulu

324,10

67,75

303,60

311,66

18,59

6,51

10

Lampung

1.558,30

129,66

1.298,71

1.253,83

20,22

11

DKI Jakarta

323,20

312,18

363,42

363,20

3,62

12

Jaw a Barat

4.983,60

4.773,72

4.648,63

4.477,53

13

Banten

788,10

5.369,16

690,49

14

Jaw a Tengah

5.725,70

577,30

5.107,36

15

DI Yogyakarta

585,80

5.529,30

16

Jaw a Timur

6.022,60

758,16

17

Bali

181,70

174,93

18

Nusa Tenggara Barat

1.050,90

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

17,5

17,7

16,93

16,18

3,48

3,75

3,69

11,96

11,27

10,65

10,09

652,80

7,64

16,56

6,32

5,85

4.977,36

17,72

16,83

15,76

15,34

560,88

565,32

17,23

15,26

16,08

16,05

5.356,21

5.070,98

16,68

7,16

14,23

13,4

166,23

168,78

5,13

4,88

4,2

4,18

1.009,35

894,77

852,64

22,78

21,55

19,73

18,63

1.013,10

1.014,09

1.012,90

1.012,52

23,31

23,03

21,23

20,88

434,80

428,76

380,11

363,31

9,30

9,02

8,6

8,17

21

Kalimantan Tengah

165,90

164,22

146,91

148,05

7,07

6,77

6,56

6,51

22

Kalimantan Selatan

176,00

181,96

194,62

189,88

5,12

5,21

5,29

5,06

23

Kalimantan Timur

239,20

243,00

247,90

253,34

7,73

7,66

6,77

6,68

24

Sulaw esi Utara

219,60

206,72

194,90

189,12

9,79

9,10

8,51

8,18

25

Gorontalo

224,60

474,99

198,27

186,91

25,01

18,07

18,75

17,33

26

Sulaw esi Tengah

489,80

913,43

423,63

418,64

18,98

11,60

15,83

15,4

27

Sulaw esi Selatan

963,60

400,70

832,91

825,79

12,31

17,05

10,29

10,11

28

Sulaw esi Barat

158,20

209,89

164,86

160,46

15,29

23,19

13,89

13,24

29

Sulaw esi Tenggara

434,30

141,33

330,00

316,33

18,93

13,58

14,56

13,71

30

Maluku

380,00

378,63

360,32

350,23

28,23

27,74

23

21,78

31

Maluku Utara

98,00

91,07

97,31

91,79

10,36

9,42

9,18

8,47

32

Papua

760,30

256,25

944,79

966,59

37,53

34,88

31,98

31,11

33

Papua Barat

256,80

761,62

249,84

229,99

35,71

36,80

32.529,90

31.023,39

30.018,93

29.132,40

14,15

13,33

INDONESIA

8,05

31,92
12,49

Sumber data: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia tahun, 2013

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

106

28,2
11,96

Tabel 3.25
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin
Tahun 2010

No

Provinsi

Laki-laki

Perempuan

Total

Aceh

77,2

44,9

60,8

Sumatera Utara

79,5

46,3

62,6

Sumatera Barat

78,1

43,9

60,5

Riau

82,0

32,8

58,1

Jambi

83,9

42,0

63,3

Sumatera Selatan

81,6

49,8

65,9

Bengkulu

83,1

55,6

69,6

Lampung

84,1

50,0

67,6

Kep.Bangka Belitung

85,4

34,8

61,2

10

Kep. Riau

86,6

41,5

64,6

11

DKI Jakarta

80,6

42,0

61,5

12

Jawa Barat

80,6

35,8

58,5

13

Jawa Tengah

82,2

55,5

68,6

14

DI Yogyakarta

77,6

59,7

68,4

15

Jawa Timur

82,4

51,3

66,6

16

Banten

78,5

36,8

58,1

17

Bali

83,1

64,5

73,8

18

Nusa Tenggara Barat

77,5

53,2

64,7

19

Nusa Tenggara Timur

81,2

65,7

73,2

20

Kalimantan Barat

83,2

53,2

68,5

21

Kalimantan Tengah

86,1

51,3

69,5

22

Kalimantan Selatan

83,5

48,6

66,1

23

Kalimantan Timur

83,0

34,6

60,2

24

Sulawesi Utara

79,4

34,9

57,5

25

Sulawesi Tengah

84,2

47,3

66,1

26

Sulawesi Selatan

84,2

47,3

66,1

27

Sulawesi Tenggara

81,8

52,0

66,7

28

Gorontalo

80,7

40,0

60,2

29

Sulawesi Barat

85,0

55,3

70,0

30

Maluku

74,3

46,4

62,8

31

Maluku Utara

78,6

46,4

62,8

32

Papua Barat

77,4

44,5

62,0

33

Papua

83,6

68,3

76,3

Indonesia

81,2

46,8

64,0

Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

107

Tabel 3.26
Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin
Tahun 2010

No

Provinsi

Laki-laki

Perempuan

Total

Aceh

1,4

3,1

2,0

Sumatera Utara

1,9

3,7

2,6

Sumatera Barat

1,5

2,9

2,0

Riau

1,6

4,8

2,5

Jambi

1,0

2,6

1,5

Sumatera Selatan

1,4

2,8

2,0

Bengkulu

1,0

2,0

1,4

Lampung

1,2

2,5

1,7

Kep.Bangka Belitung

1,0

3,6

1,7

10

Kep. Riau

2,5

5,0

3,3

11

DKI Jakarta

3,0

5,3

3,8

12

Jawa Barat

3,0

6,0

3,9

13

Jawa Tengah

2,4

3,5

2,9

14

DI Yogyakarta

2,3

2,7

2,5

15

Jawa Timur

1,7

2,7

2,1

16

Banten

2,8

5,7

3,7

17

Bali

1,0

1,4

1,1

18

Nusa Tenggara Barat

1,5

2,6

2,0

19

Nusa Tenggara Timur

0,8

1,3

1,0

20

Kalimantan Barat

1,3

2,4

1,7

21

Kalimantan Tengah

0,9

2,4

1,4

22

Kalimantan Selatan

1,3

2,1

1,6

23

Kalimantan Timur

2,8

6,1

3,7

24

Sulawesi Utara

2,2

8,9

4,2

25

Sulawesi Tengah

0,9

3,0

1,7

26

Sulawesi Selatan

1,4

3,0

2,0

27

Sulawesi Tenggara

1,1

2,6

1,7

28

Gorontalo

0,8

2,4

1,3

29

Sulawesi Barat

0,7

1,9

1,2

30

Maluku

1,4

3,0

2,0

31

Maluku Utara

0,6

1,6

1,0

32

Papua Barat

2,1

4,0

2,7

33

Papua

0,8

1,2

1,0

2,0

3,6

2,6

Indonesia
Sumber data: Sensus Penduduk Tahun 2010

PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

108

Anda mungkin juga menyukai