Anda di halaman 1dari 13

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

Pengobatan Epilepsi
Dengan Diuretik
Paper ini Dibuat Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSU. Dr. Pirngadi Medan
Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Oleh,
DHINA LYDIA LESTARI
NIM. 99310052

Pembimbing,
Dr. Muchtar Nasution, Sp.S.

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH
APRIL 2004
KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004
Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

PENGOBATAN EPILEPSI DENGAN


DIURETIK

PENDAHULUAN
Epilepsi secara sederhana didefinisikan sebagai keadaan dimana pasien
cenderung mengalami serangan epilepsi. Epilepsi bukanlah suatu keadaan yang
homogen, tetapi bervariasi luas dalam bentuk, penyebab dan beratnya; dengan demikian
sukar untuk membuat generalisasi. (1)
Epilepsi dikenal dalam masyarakat luas dengan nama penyakit Ayan. Sebenarnya
epilepsi tidaklah dapat dinamakan suatu penyakit. Tetapi suatu sindrom, suatu reaksi dari
otak yang timbul secara paroksismal, karena adanya suatu rangsang patologik yang
menghinggapi korteks serebri secara lokal atau difus. (2)
Suatu serangan epilepsi (fit) disebabkan cetusan sekilas yang abnormal dan
berlebihan dari sel-sel saraf; dapat disamakan dengan suatu badai listrik yang kecil.
Cetusan yang abnormal tersebut mungkin melibatkan sebagian kecil otak saja (serangan
parsial /fokal) atau daerah yang lebih luas pada kedua belahan otak (serangan umum).
Gejala-gejala suatu serangan epilepsi menggambarkan aktivitas bagian otak yang
KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004
Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

dipengaruhi oleh aktivitas berlebihan itu. Cetusan abnormal itu mungkin berbeda
tempatnya, luasnya dan keparahannya, yang menjelaskan betapa beragamnya bentuk
klinis yang dapat terjadi. (1)
Dalam keadaan normal, suatu lepas muatan listrik mungkin tidaklah akan mudah
dapat terjadi, berhubung dengan adanya mekanisme penghambat di dalam susunan saraf
pusat itu sendiri. (2)

DEFINISI
Epilepsi adalah bangkitan kejang yang terjadi akibat lepas muatan listrik yang
berlebihan di sel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala terganggunya fungsi
otak. (3)

ETIOLOGI
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan epilepsi adalah: (1) faktor fisiologis,
(2) faktor biokimia, (3) faktor anatomis, atau (4) gabungan dari semuan faktor. (3)

KLASIFIKASI
A. Klasifikasi Montreal (1954)
Menurut klasifikasi ini, bangkitan epilepsi dibagi dalam:

KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004


Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

1. Epilepsi sentrensefalik.
2. Epilepsi fokal atau kortikal.

B. Kasifikasi WHO (1969)


Menurut klasifikasi ini, bangkitan epilepsi dibagi dalam:
1. Bangkitan Umum

Bangkitan epilepsi primer

Bangkitan epilepsi sekunder

2. Bangkitan Parsial

Dengan simtomatologi elementer

Dengan simtomatologi kompleks

Dengan generalisasi sekunder

3. Bangkitan tak tergolongkan.


C. Kalsifikasi International League (1981)
Menurut klasifikasi ini, bangkitan epilepsi dibagi dalam:
1. Bangkitan Parsial (fokal, lokal)
a. Bangkitan parsial sederhana (kesadaran tidak terganggu)

KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004


Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

b. Bangkitan parsial kompleks (disertai gangguan kesadaran)


c. Bangkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik,
tonik, klonik)
2. Bangkitan Umum (konvulsif atau non-konvulsif)
a. Bangkitan lena (absence)
b. Bangkitan mioklonik.
c. Bangkitan klonik.
d. Bangkitan tonik.
e. Bangkitan tonik-klonik.
f. Bangkitan atonik.
3. Bangkitan yang tak tergolongkan. (2)

DIURETIK
Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut
diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transport ion yang menurunkan
reabsorpsi Na+ pada bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya, Na+ dan ion lain
seperti Cl- memasuki urine dalam jumlah banyak dibandingkan bila keadaan normal
bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan
osmotik. Jadi, diuretik meningkatkan volume urine dan sering mengubah pH-nya serta

KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004


Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

komposisi ion di dalam urine dan darah. Efektivitas berbagai kelas diuretik yang
berbeda, sangat bervariasi, dengan peningkatan sekresi Na+ bervariasi dari kurang 2%
untuk diuretik hemat kalium yang lemah, sampai lebih dari 20% untuk loop diuretic
yang poten.
Penggunaan klinis utamanya adalah dalam menangani kelainan yang
mengakibatkan retensi cairan (edema) atau dalam mengobati hipertensi dengan efek
diuretiknya menyebabkan penurunan volume darah, sehingga terjadi penurunan tekanan
darah. (4)
Secara umum, diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: (1)
diuretik osmotik; (2) penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal.
Obat yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal adalah: (1)
penghambat karbonik anhidrase; (2) benzotiadiazid; (3) diuretik hemat kalium; dan (4)
diuretik kuat. (4)

PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE


Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi CO 2 + H2O
H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa
lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma.
Dalam tubuh, H2CO3 berada dalam keseimbangan dengan ion H+ dan HCO3yang sangat penting dalam sistem bufer darah. Ion ini juga penting pada proses
reabsorpsi ion tetap dalam tubuli ginjal, sekresi asam lambung dan beberapa proses lain

KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004


Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

dalam tubuh. Sebenarnya, tanpa enzim tersebut reaksi diatas dapat berjalan, tetapi sangat
lambat. (4)

FARMAKODINAMIK
Efek farmakodinamik yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan
karbonik anhidrase secara inkompetitif. Akibatnya terjadi terjadi perubahan sistemik dan
perubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.
Telah lama diketahui bahwa keadaan asidosis dapat mengurangi timbulnya
serangan epilepsi, dalam klinik keadaan ini dicapai dengan memberikan diet ketogenik
pada penderita. Karena asetazolamid dapat menimbulkan asidosis dan SSP banyak
mengandung karbonik anhidrase, maka diduga bahwa obat ini dapat dipakai untuk
mangobati penyakit epilepsi. Dugaan ini ternyata benar, tetapi rupanya efek
pengurangan serangan epilepsi tersebut bukan hanya disebabkan penghambatan
karbonik anhidrase tetapi juga oleh adanya efek langsung pada SSP. Gejala susunan
saraf pusat yang sering timbul pada penggunaan asetazolamid adalah somnolen dan
parestesia. (4)

FARMAKOKINETIK
Asetazolamid mudah diserap melalui saluran cerna, kadar maksimal dalam darah
dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam 24 jam. Obat ini
mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli dan sebagian direabsorpsi secara pasif.

KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004


Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

Asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase, sehingga terakumulasi dalam sel
yang banyak mengandung enzim ini, terutama sel eritrosit dan korteks ginjal. Obat
penghambat karbonik anhidrase tidak dapat masuk ke dalam eritrosit, jadi efeknya hanya
terbatas pada ginjal saja. Distribusi penghambatan karbonik anhidrase dalam tubuh
ditentukan oleh ada tidaknya enzim karbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan
dapat tidaknya obat itu masuk ke dalam sel. Asetazolamid tidak dimetabolisme dan
diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin. (4)

INDIKASI
Penggunaan asetazolamid yang utama adalah untuk menurunkan tekanan
intraokuler pada penyakit glukoma. Asetazolamid berguna mengatasi paralisis periodik
bahkan yang disertai hipokalemia. Diduga asidosis yang timbul setelah pemberian
asetazolamid akan meningkatkan kadar K+ ekstrasel setempat pada mikrosirkulasi otot.
Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mauntain sickness.
Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk
alkalinisasi urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah.
Walaupun asam salisilat merupakan zat organik yang bersifat, asetazolamid tidak
dianjurkan untuk mengatasi intoksikasi asam salisilat, sebab kedua obat ini
menyebabkan asidosis. Sedangkan obat gangliolitik yang bersifat basa lemah organik
akan dihambat ekskresinya, sehingga akan terjadi potensial bila diberikan bersama
dengan asetazolamid pada penderita hipertensi. (4)

KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004


Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

AZETAZOLAMID SEBAGAI ANTIEPILEPSI


Asetazolamid, suatu penghambat karbonik anhidrase sebagai suatu diuretik akan
menyebabkan asidosis ringan akibat kehilangan natrium dan kalium. Mekanisme kerja
sebagai antiepilepsi tidak bergantung pada efek diuresis atau asidosis metabolik yang
dapat ditimbulkan asetazolamid. Pada sel otak asetazolamid berefek menstabilkan
influks Na yang patologik, sifat yang menjadi dasar efek antikonvulsinya. Obat ini
berguna untuk mengatasi bangkitan lena dan bangkitan tonik-klonik yang bangkitannya
berhubungan denagan siklus menstruasi. Efek asetazolamid bersifat sementara karena
toleransi cepat terjadi. Dosis dewasa 5 15 mg/kgBB sehari sedangkan untuk anak 12
35 mg/kgBB sehari. (4)

KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004


Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

DAFTAR RUJUKAN

1. Shorvon SD. Epilepsi. Dalam: Epilepsi Untuk Dokter Umum. Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 1 32.
2. Prof. Dr. I. Gusti Ng. Gd. Ngoerah. Epilepsi. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit
Saraf. Penerbit Universitas Airlangga. Surabaya. 1990: 179 86.
3. Hassan R., Alatas H. Epilepsi. Dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2.
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas indonesia. Jakarta. 1997: 855 60.
4. Utama H., Gan VHS., Sunaryo. Anti Konvulsan, Diuretik. Dalam: Farmakologi
dan Terapi Edisi 4. Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 1995: 163 74, 380 5.

KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004


Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur dan hati lega, Penulis telah selesai menyusun paper ini guna
memenuhi persyaratan mengakhiri Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Neurologi RSU.
Dr. Pirngadi Medan dengan judul Pengobatan Epilepsi dengan Diuretik.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
pembimbing, yaitu Dr. Muchtar Nasution, Sp.S. atas bimbingan dan arahannya selama
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Neurologi RSU Dr. Pirngadi Medan
serta dalam penyusunan paper ini.
Bahwasanya hasil usaha penyusunan paper ini masih banyak kekurangannya,
tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, guna perbaikan
penyusunan paper lain di kemudian kesempatan.

KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004


Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

10

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

Harapan penulis semoga paper ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan Ilmu Neurologi dalam klinik
dan masyarakat.

Medan, Mei 2004

Penulis

DAFTAR ISI
i

Halaman
Kata Pengantar

Daftar Isi ..

ii

Pendahuluan .

Definisi

Etiologi ..

Klasifikasi ..

Diuretik .

Penghambat Karbonik Anhidrase .

Farmakodinamik .

Farmakokinetik

KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004


Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

11

Pengobatan Epilepsi Dengan Diuretik

Indikasi

Asetazolamid Sebagai Antiepilepsi ..

Daftar Rujukan ..

ii

KKS SMF. Neurologi RSUPM 2004


Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Dhina Lydia Lestari

12

Anda mungkin juga menyukai