Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Tumor otak atau tumor intrakranial merupakan neoplasma atau proses desak

ruang (space occupying lession atau space taking lession) yang timbul di dalam
rongga

tengkorak

baik

di

dalam

kompartemen

supratentorial

maupun

infratentorial
Berdasarkan data statistik, angka insidensi tahunan tumor intrakranial di
Amerika adalah 16,5 per 100.000 populasi per tahun, dimana separuhnya (17.030)
adalah kasus tumor primer yang baru dan separuh sisanya (17.380) merupakan
lesi-lesi metastasis. Di Indonesia dijumpai frekuensi tumor otak sebanyak 200220 kasus/tahun dimana 10% darinya adalah lesi metastasis. Insidensi tumor otak
primer bervariasi sehubungan dengan kelompok umur penderita. Angka insidens
ini mulai cenderung meningkat sejak kelompok usia dekade pertama yaitu dari
2/100.000 populasi/tahun pada kelompok umur 10 tahun menjadi 8/100.000
populasi/tahun pada kelompok usia 40 tahun; dan kemudian meningkat tajam
menjadi 20/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia 70 tahun untuk
selanjutnya menurun lagi.
Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi.
Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi
membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang
ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan
cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor ke
jaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari
jaringan otak. Walaupun demikian ada beberapa jenis tumor yang mempunyai
predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak.
Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan
tumor benigna dan maligna.

Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding
perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun
(31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi
dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100
penderita (74,1 persen) yang dioperasi dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan
operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase
(sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen),
sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar,
medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari
hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai
adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan
lain-lain yang tak dapat ditentukan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Anatomi
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak atau

encephalon adalah sentral supervisori dari sistem syaraf/pusat supervisori dari


system syaraf sentral vertebrata, yang terletak pada kepala.Otak mengatur dan
mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis
seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh.
Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan,
pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya. (8) Otak dapat
dibagi ke dalam otak besar (cerebrum), batang otak(brainstem), dan otak kecil
(cerebellum): (2)

Gambar 1. Bagian-bagian otak


1.

Cerebrum
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut

dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum


membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa,
kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan
intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum secara

terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang
menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut
sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal,
Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak
Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kemampuan bahasa secara umum.(6)
Lobus Parietal merupakan bagian tengah otak, lobus parietalis membantu
seseorang untuk mengidentifikasi objek dan memahami hubungan spasial
(dimana tubuh seseorang dibandingkan dengan benda-benda di sekitar
orang tersebut). Lobus parietalis juga terlibat dalam interpretasi rasa sakit
dan sentuhan pada tubuh
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara dan
terlibat dalam memori,ucapan, dan indra penciuman.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga terdiri atas
bagian kiri dan kanan yang disebut hemispherium Cerebri. Kedua bagian
itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum,
belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri
mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan
kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir
rasional.

2.

Cerebellum
Terletak dibawah Cerebrum dan dibelakang otak. Cerebellum

mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau


posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan
tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan
otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan
saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan
pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi,
misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam
mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.(9)
3.

Batang otak (brainstem)


Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga

kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau


sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar
manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh,
mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia
yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh
karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil
mengatur perasaan teritorial sebagai insting primitif. Contohnya anda
akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda
kenal terlalu dekat dengan anda. Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah
bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar
dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol
respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata,
mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari
sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga

sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak


jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat
otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan
apakah kita terjaga atau tertidur.

Gambar 2. Gambaran ptongan medial otak dan batang otak

Otak dilindungi oleh tulang tengkorak dan ditutupi oleh 3 membran yang
disebut meningen.Otak juga dilindungi oleh cairan serebrospinal, yang diproduksi
oleh pleksus khoroideus, yang masuk ke dalam 4ventrikel dan rongga antara
meningen. Cairan serebrospinal membawa nutrient dari darah ke otak dan
membawa kembali zat-zat yang tidak diperlukan lagi dari otak ke darah.Otak
terdiri dari beberapa tipe sel, setiap tipe mempunyai fungsinya masing-masing.
Ketika sel kehilangan kemampuan untuk mengontrol pertumbuhannya dan sel-sel
diluar suatu massa jaringan disebut tumor.

2.2

Sirkulasi darah otak


Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi

oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh
dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dan
dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan
membentuk system anastomosis, yaitu sirkulus wilisi. Arteri karotis interna dan
eksterna bercabang dari arteri karotis komunis kira kira setinggi rawan
tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang
kira-kira setinggi kisma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media.
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur
seperti

nukleus

kaudattus

dan

putamen

basal

ganglia,

kapsula

interna,korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan


parietalis serebri, termasuk kortes somestetik dan korteks motorik. Arteri
serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis, dan frontalis
korteks serebri. Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria
subklavia sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak
melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata.
Kedua arteri ini bersatu membentuk basilaris, arteri basilaris terus berjalan
sampai

setinggi

otak

tengah,dan

disini

bercabang

menjadi

dua

membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem


vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata,pons, serebelum, otak
tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya
memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis,
aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.
Sistim vena sentral terdiri atas: Aliran vena serebral eksternal atau
superficial dan aliran vena serebral atau profunda. Kedua sistim vena ini
mengalirkan darah ke dalam sinus venosus. Anastomose banyak terjadi antara dua
kelompok ini melalui anyaman pembuluh didalam substansi
sinusvenosus melalui
ekstrakranial

vena

otak. Dari

emisries darah balik ini diteruskan ke vena

Gambar 3. Arteri pada daerah otak


2.3

Definisi Tumor Otak


Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)

ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala


(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer
maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri,
disebut

tumor

otak

primer

dan

bila

berasal

dari

organ-organ

lain

(metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut
tumor otak sekunder. (5)
Tumor adalah adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang disebabkan
oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan
munculnya tumor. Sebenarnya sel memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA
repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan
apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat.
Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan
pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan
sel itu sendiri.Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat

memicu

terjadinya

kanker.Tumor

otak

adalah

suatu

pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak merupakan penyakit yang


menyerang otak manusia, yang merupakan pusat kendali dari tubuh manusia, sehingga
tumor otak pada umumnya dapat mengganggu fungsi organ tubuh lain bahkan dapat
menyebabkan kematian. Tumor otak dapat bersifat benigna dan maligna.Tumor
intrakranial (termasuk lesi desak ruang) bersifat jinak maupun ganas, dan timbul
dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasal dari jaringan neuronal, jaringan
otak

penyokong,

sistem

retikuloendotelial,

lapisan

otak dan

jaringan

perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari karsinoma sistemik.


Metastasis otak ditandai oleh keganasan sistemik dari kanker paru, payudara,
melanoma, limfoma dan kolon. Tumor otak dapat terjadi pada semua usia; dapat
terjadi pada anak kurang dari 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada dewasa
usia dekade

kelima

dan

enam.

Pasien yang

bertahan

ganas jumlahnya tidak berubah banyak selama 20 tahun terakhir

Gambar 4. Tumor otak primer

dari

tumor otak

2.4

Epidemiologi
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma

seluruh tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam
kanalis spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap
tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10%
dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di
Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor
otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70
dengan puncak usia 40-65 tahun.(5)
Tumor otak primer hanya 2 3% dari seluruh jumlah kanker pada orang
dewasa. Kira-kira 18.000 kasus baru pasien tumor otak dan dengan kematian
14.000. pada anak-anak tumor otak primer kira-kira 25% dari seluruh tumor.
Tumor otak dapat terjadi pada setiap umur, dari penelitian, tumor otak sering
terdapat pada anak-anak 3 12 tahun dan pada dewasa sekitar 40 70 tahun. (2)
2.4

Etiologi
Kebanyakan tumor otak primer adalah tidak diketahui penyebabnya.

Pelbagai kemungkinan sebagai factor penyebab seperti merokok, pemakanan,


pekerjaan dan penggunaan telefon gengam telah dilakukan penelitian dengan tiada
bukti kausatif terkait tumor. Sesetangah tumor otak dikaitkan dengan kelainan
genetic. (1)
Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,
yaitu :
1.

Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat
dijumpaipada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau
penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhanbaru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain
jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2.

Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest )


Bangunan-bangunan

embrional

berkembang menjadi bangunan-

bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi


dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya.

Perkembangan

abnormal

itu

dapat

terjadi

pada

kraniofaringioma, teratomaintrakranial dan kordoma.


3.

Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu

terjadinya

suatu

glioma.

Pernah

dilaporkan

bahwa

meningiomaterjadi setelah timbulnya suatu radiasi.


4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksivirus
dalam

proses

terjadinya

neoplasma,

tetapi

hingga

saat

ini

belumditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan


tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan

tentang

substansi

karsinogen

sudah

lama

dan

luasdilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik


seperti

methylcholanthrone,

nitroso-ethyl-urea.

Ini

berdasarkan

percobaan yang dilakukan pada hewan. (5)

2.5

Klasifikasi Tumor Otak


Tumor otak memiliki banyak klasifikasi, diantaranya :
a. Klasifikasi tumor, terbagi dua yaitu : (2)

Tabel 1. Klasifikasi Tumor Otak


Tumor Jinak (Benigna)
Tumor Ganas (Maligna)
Tidak terdapat sel kanker
Mengandung sel kanker

Biasanya dapat diangkat dan

Menganggu fungsi vital dan

tidak berulang

mengancam nyawa

Batas tegas

Bersifat tidak menginvasi ke


jaringan

sekitar

dapatmenekan
sensitive

dari

tapi

daerah

yang

otak

dan

mengakibatkangejala

ke jaringan sekitar otak

Seperti tanaman, tumor maligna


mempunyai akar yang tumbuhke
dalam jaringan otak yang sehat

Bila terletak di daerah vital dari


otak dan menganggu fungsi

Tumbuh cepat dan menginvasi

Tumor

otak

maligna

bisa

encapsulated

Contoh:

vital maka dapat dipikirkan

a. Astrocytoma (grade 2, 3, 4)

suatu keganasan.

b. Oligodendroglioma

Contoh:

c. Apendymoma

a. Acoustic neuroma
b. Meningioma
c. Pituitary adenoma
d. Astrocytoma (grade I)

b. Klasifikasi tumor otak menurut lokasi, yaitu :

Supratentorial, yaitu tumor yang terletak di atas tentorium serebelli

Infratentorial atau subtentorial, yaitu tumor yang terletak dibawah


tentorium serebelli dalam fossa Kranni Posterior

Gambar 5. Letak tumor otak supratentorial dan infratentorial

Gambar 6. Klasifikasi tumor otak menurut lokasi

c. Klasifikasi tumor otak menurut WHO berdasarkan histopatologik :

d. Pembagian tumor menurut asal sel, yaitu


1. Tumor otak primer
-

Tumor yang berasal dari jaringan otak

Diklasifikasikan berdasarkan tipe jaringan asal, yaitu :


1) Glioma

Astrositoma, yaitu : Tumor otak yang berasal dari astrosit,


yaitu sel kecil seperti bintang, pada orang dewasa terdapat pada
secebrum dan pada anak-anak dapat terjadi di batang otak,
serebrum dan serebellum. Merupakan 25% dari seluruh tumor
otak

Pilositik

astrositoma,

yaitu

non-infiltrating

astrositoma,

berdiferensiasi, baik, jarang berubah, mampu diangkat semua


dengan operasi. Pada anak banyak pada Cerebellum, dan pada
orang dewasa banyak terdapat pada Korteks serebri.

Glioblastoma Multiforme, yaitu tumor otak yang tumbuh cepat,


berasal dari astrosit, astroblas, spongioblas. Banyak pada usia
45 55 tahun. Prognosis buruk

Ependimoma, berasal dari sel ependim yang ada di dinding


ventrikel, dapat juga terjadi di Medulla spinalis. Bisa terdapat
pada semua umur, terutama pada anak-anak dan dewasa

Oligodendroglioma, berasal dari sel yang menghasilkan myelin


untuk melindungi saraf, yang bermula dari serebrum. Tumbuh
lambat dan tidak menyebar ke jaringan otak disekeliling.
Sering terjadi pada usia pertengahan pada dewasa tetapi bisa
terdapat pada semua umur

2) Medulloblastoma, sebelumnya diduga berasal dari sel glia, tetapi


pada penelitian disimpulkan bahwa tumor ini berasal dari sel saraf
yang primitif yang secara normal tidak ada pada tubuh setelah
lahir, kadang disebut Primitif Neuro Ektoderma Tumor (PNET).
Sering terdapat di Serebellum. Sering terjadi pada anak-anak
terutama anak laki-laki dan puncak berada pada 3 5 tahun.
Cenderung metastasis relatif tinggi

3) Meningioma, berasal dari Meningen, bersifat jinak karena


tumbuhnya sangat lambat dan otak mampu untuk menerima adanya
meningioma, sering tumbuh sampai cukup besar baru memberikan
gejala. Banyak terdapat pada wanita antara 30 50 tahun
4) Schwannoma, tumor jinak berasal dari sel Schwan, yang
menghasilkan myelin yang melindungi saraf akustikus untuk
pendengaran. Banyak pada orang dewasa, dan ternyata 2 kali lipat
lebih banyak pada wanita daripada laki-laki
5) Craniopharingioma, tumor berasal dari kelenjar pituitary dekat
hipotalamus, karena dapat menekan atau merusak hipotalamus dan
dapat menyebabkan gangguan fungsi vital dan banyak terdapat
pada anak-anak dan dewasa.
6) Germ Cell Tumor, berasal dari sel primitif sel kelamin atau dari
germ sel, sering disebut Germinoma
7) Tumor Pineal, terjadi disekitar kelenjar pineal, yaitu suatu organ
yang kecil di dekat pusat otak. Tumbuh lambat (Pineositoma),
dapat tumbuh cepat (Pineoblastoma). Daerah pineal sulit dicapai
dan sering tidak dapat diangkat
2. Tumor otak sekunder
-

Tumor yang tumbuh ketika kanker menyebar dari tempat lain ke otak
dan menyebabkan tumor otak

Tumor sekunder tidak sama dengan tumor otak primer, karena sel
yang terdapat pada tumor otak sekunder mirip dengan sel asal tumor
metastasis tersebut yang abnormal

Terapi tergantung pada asal tumor dan perluasan penyebaran tumor,


umur, keadaan umum pasien, respon terhadap pengobatan sebelumnya

e. Pembagian stadium tumor otak, menurut diferensiasi tumor yang tampak


secara mikroskopis :

Derajat I

: Sifat kurang agresif, tumbuh lambat, gambar sel

hampir normal, bila dilakukan operasi maka merupakan terapi yang


efektif

Derajat II : Relatif tumbuh lambat, ada sel yang abnormal di bawah


mikroskop, menginvasi jaringan normal, dapat timbul kembali bila

diangkat
Derajat III: Cenderung tumbuh lebih cepat, menginfiltrasi dan dapat

timbul kembali bila diangkat


Derajat IV: Tumbuh sangat cepat, bersifat agresif, gambaran bizarre pada
mikroskop

2.6

Gejala Klinis Tumor Otak


Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat

menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari
tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak.
Gejala-gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsurangsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah ganguan
keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal dan darah serebral.
Sebagai akibat pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat
dilakukan melalui penekanan pada vena-vena intrakranial, melalui penurunan
volume cairan serebrospinal ( Dengan meningkatkan absorbsi dan menurunkan
produksi ), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunkan masa
jaringan otak intraseluler dan ekstraseluler. Bila kompensasi ini semua gagal,
maka pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK.
Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kapala,
muntah, papiledema (Choked disc atau edema saraf optik), perubahan
kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi
saraf kranial.
Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu : Gejala
klinik umum, gejala klinik lokal, dan gejala lokal yang menyesatkan (False
lokalizing features).

1.

Gejala Klinik Umum


Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat

infiltrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala,
perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan
muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih progresif
daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus temporal depan dan frontal
dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa
menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan gejalagejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan
oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan
gejala umum.
a. Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten.
Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk,
maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri
kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor
supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada
fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
b. Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan
mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita
dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan
jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
c. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada
tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan
temporal.
Tipe dari kejang dapat memberikan tanda lokasi dari tumor sebagai
contohnya pada lesi parietal menyebabkan kejang parsial sederhana, di

mana dapat menjadi generalisata sekunder, lesi temporal medial


menyebabkan kejang parsial kompleks dan sebagainya. (3) Ini terjadi bila
tumor berada di hemisfer serebri serta meransang korteks motorik. Kejang
yang sifatnya local sukar dibedakan kejang akibat lesi otak lainnya,
sedangkan kejang yang sifatnya umum atau genera sukar dibedakan dengan
kejang kerana epilepsy. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia
dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor. (7)
d. Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab
dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil
pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk
melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan
perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan
menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.
e. Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari
massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak.
Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil
tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intrakranial.
2.

Gejala Klinik Lokal


Manifestasi lokal terjadi pada tumor yeng menyebabkan destruksi parenkim,

infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor
(contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya
dapat menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.
Tumor Kortikal
Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti
paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma
frontal khusus berkaitan dengan kejang. Tanda lokal tumor frontal antara
lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan afasia jika hemisfer dominant

dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan adanya tumor bulbus


olfaktorius.

Tumor Lobus Temporalis


Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal
kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian,
disfungsi memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan
menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang
merupakan gejala utama tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain
diantaranya disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia/
quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple motor atau kejang
sensoris.
Tumor Lobus Oksipital
Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang
kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi
kontralateral episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk
geometri.
Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal
Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat
ventrikel atau aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi
dapat meningkatkan tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat
pada daerah frontal dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal
ini juga menyebabkan gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea,
galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.
Tumor Batang Otak
Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang,
nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel
empat menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala
umum.

Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang
sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus
mungkin menonjol.
3.

Gejala Lokal yang Menyesatkan (False Localizing Features)


Gejala lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi

tumor yang sebenarnya. Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial,


pergeseran dari struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI
berkembang ketika terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan
kompresi saraf. Tumor lobus frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum
menyebabkan ataksia (frontal ataksia).
2.7

DIAGNOSA
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita

tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti.

Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor
otak adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya,
lokasinya,

batasnya,

hubungannya

dengan

sistem

ventrikel,

dan

hubungannya dengan struktur vital otak misalnya; sirrkulus willisi dan


hipotalamus. Selain itu, juga diperlukan periksaan radiologis canggih yang
invasive maupun non invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup CTScan dan MRI bila perlu diberikan kontras agar dapat mengetahui batasbatas tumor. Pemeriksaan invasif seperti angiografi serebral yang dapat
memberikan gambaran sistem pendarahan tumor, dan hubungannya dengan
sistem pembuluh darah sirkulus willisi.
Penegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor
otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti.
Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh
penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di

atas. Misalnya; ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan
melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala
seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.
Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan
yang spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
-

Foto tulang tengkorak, dapat memperlihatkan defisit kalsium yang ada


dalam beberapa tipe tumor. Dapat memperlihatkan perubahan dalam
tulang yang disebabkan oleh sel tumor

Lumbal pungsi

EEG

Mielografi

Angiografi atau arteriografi

CT-Brain (Computerized Tomography Scanning Brain)


CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen
yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi
tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil.
Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi
abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya.
Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena
densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi
mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang
hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu
pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras.

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

PET (Position Emission Tomography)


Penilaian CT Scan pada tumor otak:
Tanda proses desak ruang:

Pendorongan struktur garis tengah otak

Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel

Kelainan densitas pada lesi:

Hipodens

Hiperdens atau kombinasi

Kalsifikasi, perdarahan

Edema perifokal

2.8

Penanganan Tumor Otak


Pemilihan tindakan penanganan yang dapat dilakukan pada penderita tumor

otak tergantung dari beberapa faktor, antara lain :


Kondisi umum penderita
Tersedianya alat yang lengkap
Pengertian penderita dan keluarga
Luasnya metastasis
Adapun terapi dan modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup
tindakan-tindakan:

Terapi Kortikosteroid
Biasanya deksametason diberikan 4 20 mg intravena setiap 6 jam untuk
mengatasi edema vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan TTIK.
Peranan nya masih kontroversial dalam terapi TTIK. Beberapa efek
samping yang dapat timbul adalah berkaitan dengan penggunaan steroid
lama seperti: penurunan kekebalan, supresi adrenal, hiperglikemia,
hipokalemia, alkalosis metabolic, retensi cairan, penyembuhan luka yang

terlambat, psikosis, miopatia, ulserasi lambung, dan hipertensi.


Terapi operatif
Tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan diagnosa pasti dan
dekompresi internal, mengingat bahwa obat-obatan antiedema otak tidak
dapat diberikan secara terus-menerus. Persiapan prabedah, penanganan
pembiusan, teknik operasi dan penanganan pascabedah sangat berperan
penting dalam menentukan keberhasilan penanganan operatif terhadap

tumor otak.
Terapi konservatif
o Radioterapi
Tindakan ini untuk tumor-tumor susunan saraf pusat kebanyakan
menggunakan sinar X dan sinar Gamma, disamping juga radiasi
lainnya seperti: proton, partikel alfa, neutron, dan pimeson.

Keberhasilan terapi radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh


beberapa faktor:
1. Terapi yang baik dan tidak melukai struktur kritis lainnya
2. Sensitivitas sel tumor dengan sel normal
3. Tipe sel yang disinar
4. Metastasis yang ada
5. Kemampuan sel normal untuk repopulasi, dan
6. Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval
antarfraksi radiasi.
o Kemoterapi
Peranan kemoterapi tunggal untuk tumor ganas otak masih belum
mempunyai nilai keberhasilan yang bermakna sekali. Saat ini yang
menjadi titik pusat perhatian modalitas terapi ini adalah tumortumor otak jenis astrositoma (Grade III dan IV) glioblastoma dan
astrositoma anaplastik beserta variannya. Ada beberapa obat
kemoterapi untuk tumor ganas otak yang saat ini beredar di
kalangan medis yaitu: HU (hidroksiurea), 5-FU (5-Fluorourasil),
PCV (prokarbazin, CCNU, Vincristine), Nitrous Urea (PCNU,
BCNU/Karmustin, CCNU/lomustin, MTX (metotrksat), DAG
(dianhidrogalaktitol) dan sebagainya. Potensi kemoterapi pada
susunan saraf di samping didasarkan oleh farmakologi sendiri juga
perlu dipertimbangkan aspek farmakokinetiknya (transportasi obat
mencapai target) mengingat adanya sawar darah otak. Pemberian
kemoterapi dapat dilakukan melalui intra-arterial (infuse, perfusi),
melalui intratekal/intraventrikuler (punksi lumbal, punksi sisterna,
via pudentz/omyama reservoir); atau intra tumoral.
o Immunoterapi
Yang mendasari modalitas terapi ini adalah anggapan bahwa
tumbuhnya suatu tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi
immunologi tubuh sehingga diharapkan dengan melakukan
restorasi sistem imun dapat menekan dapat menekan pertumbuhan
tumor.
2.9

DIAGNOSIS BANDING

Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap
proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :
-

Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik

2.10 Prognosis Tumor Otak


Prognosis tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negaranegara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui
pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5
years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years
survival) berkisar 30-40%.

BAB III
ASTROSITOMA dan MENINGIOMA
3.1

Astrositoma
Astrositoma merupakan tumor susunan saraf pusat otak primer dengan

frekuensi kasus 17-30% dari semua glioma dan 11-13% dari seluruh tumor otak.
Tumor ini berasal dari sel astrosit yang merupakan bagian dari jaringan penunjang
otak. Sel ini dinamakan astrosit karena bentuknya yang menyerupai bintang.
Astrocytomas berkembang dari sel glia yang berbentuk seperti bintang disebut
astrosit, bagian dari jaringan yang mendukung otak. (9) Pada orang dewasa terdapat

pada serebrum dan pada anak-anak dapat terjadi di batang otak, serebrum dan
serebellum.

Gambar 7. Astrositoma
Ada berbagai jenis astrocytomas, dan lesi ini diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori sesuai dengan gambara sel di bawah mikroskop. Klasifikasi ini
penting karena, gambaran astrocytoma yang akan sering memprediksi sifat dari
sel serta prognosis pada pasien.
Skema derajat berdasarkan karakteristik histopatologi telah yang telah
ditemukan, termasuk system penilaian Bailey dan Cushing , nilai Kernohan I-IV,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kelas I-IV, dan Anne / Mayo St kelas 1-4.
Kawasan tumor menunjukkan tingkat terbesar anaplasia digunakan untuk
menentukan kelas histologis tumor. Praktek ini didasarkan pada asumsi bahwa
bidang anaplasia terbesar menentukan perkembangan penyakit.
Pada skema penilaian WHO diterima secara luas di mana bergantung pada
penilaian atypia nuklir, aktivitas mitosis, selluler, proliferasi pembuluh darah, dan
nekrosis. WHO grade I sesuai dengan astrocytoma pilocytic, WHO grade II sesuai
dengan kelas rendah (difus ) astrocytoma, WHO kelas III sesuai dengan
astrocytoma anaplastik, dan WHO kelas IV sesuai dengan glioblastoma (GBM). (9)
Astrositoma sering menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista
dalam berbagai ukuran. Walaupun menginfiltrasi bagian otak namun efeknya pada
fungsi otak hanya sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya
astrositoma tidak bersifat ganas, walaupun dapat mengalami perubahan

keganasan berupa glioblastoma, yaitu suatu astrositoma yang sangat ganas.tumortumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu penderita sering tidak
datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun-tahun. Astrositoma
derajat I memperlihatkan gambaran astrosit yang tidak banyak berbeda dengan
astrosit normal, hanya saja jumlahnya berbeda, sehingga kepadatannya dalam
suatu daerah menonjol. Astrositoma derajat II,III, dan IV secara berturut-turut
memperlihatkan segi-segi keganasan yang meningkat. Astrositoma derajat III
menggambarkan gambaran histologik yang sudah mitotik, infiltratif dan ekspansif
sehingga banyak necrosis dan hemoragik terjadi. Apalagi astrositoma derajat IV,
berbagai jenis sel dalam tahap mitosis dijumpai baik dalam formasi yang khas, maupun yang
tersebar secara tidak teratur dengan banyak nekrosis dan hemoragi, maka
astrositoma derajat III dan IV diberi nama tersendiri yaitu glioblastoma multiform.
Sampai timbul gejala (missal: serangan epilepsy maupun nyeri kepala). Eksisi
bedah lengkap pada umumnya tidak dapat dilakukan kerana tumor bersifat invasif
tapi bersifat residif terhadap radiasi.
Durasi gejala astrositoma Grade I rata-rata: 21 bulan sedangkan Grade II:
11 bulan. Walaupun sakit kepala dan muntah bukanlah merupakan keluhan yang
tersering, namun 72% astrositoma serebrum mempunyai keluhan ini, dimana 11%
diantaranya cenderung melibatkan nyeri sebelah saja (75% darinya ipsilateral
terhadap tumor). Muntah dijumpai pada kira-kira 31% kasus. Gejala awal yang
sering adalah kejang (40-75%), baik kejang umum maupun fokal. Kejang ini
merupakan akibat insufisiensi aliran darah yang sesaat menimbulkan elektrik yang
berlebihan. 19% penderita menunjukkan gejala paresis atau paralisa, 55% parese
fasial dan 41% parese tungkai.
Gambaran histopatologi pada low grade astrocytoma adalah memiliki
gambaran sel multipolar dan multinuklear yang atipik. Sedangkan, gambaran CTScan yang merupakan suatu revolusi dalam mendiagnosis astrositoma dengan
akurasi 100% pada low grade astrocytoma tergambar lesi yang hipodens dengan
sedikit atau bahkan tidak terdapat massa tumor.

Gambar 8. Gambaran Histopatologi Low Grade Astrocytoma

Gambar 9. Gambaran CT-Scan Low Grade Astrocytoma


Gradasi Astrositoma :
Grade I (Astrositoma Pilositik)
Tumor ini tumbuh secara lambat dan sering berkista. Tumor ini sering
dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda. Tumor ini merupakan tumor
glial yang tersering pada anak, sekitar 10% melibatkan bagian serebral
dan 85% mengenai serebellum. Lokasi yang paling sering dijumpai,
pada: nervus optikus, kiasma optikum, hipotalamus, ganglia basalis,
hemisfer serebri, serebellum, dan batang otak. Gambaran histologinya:
berupa sel-sel bipolar dengan serat Rosenthal dan sel-sel multipolar yang
tampak kehilangan teksturnya dengan mikro kista dan granular bodies.
Grade II (Astrositoma Difus)
Karakteristik tumor ini adalah tumbuhnya lambat dan menginfiltrasi
struktur otak di dekatnya. Sekitar 35% tumor otak astrositik adalah jenis

ini. Biasanya mengenai orang-orang usia dewasa muda dan cenderung


untuk menjadi ganas ke arah astrositoma anaplastik da glioblastoma.
Lokasi tumor ini bisa di mana saja, namun paling sering di daerah
serebelar.
Gambaran histopatologis tumor ini berupa fibrilasi yang berdiferensiasi
baik atau gemistositik neoplastik astrosit. Terdapat varian histologis:
astrositoma fibrilari, astrositoma gemistositik.
Grade III (Astrositoma Anaplastik) dan Grade IV (Glioblastoma
Multiforme)
Termasuk astrositoma maligna. Biasanya muncul secara sporadik tanpa
kecenderungan familial maupun keterlibatan faktor lingkungan. Akan
tetapi, keduanya dapat menjadi faktor penyulit pada beberapa kelainan
genetic seperti neurofibromatosis tipe 1 dan 2, syndrome Li-Fraumeni,
dan syndrome Turcot. Gambaran mikroskopis tumor ini; tampak adanya
peningkatan selularitas, nukleus atipik, dan aktifitas mitosis yang
meningkat dibandingkan dengan astrositoma difus (Grade II). Sedangkan
pada glioblastoma multiforme, secara mikroskopik akan tampak bersifat
anaplastik, seluler glioma berdiferensiasi buruk, dan juiga seringkali
terlihat sel tumor astrosit pleomorfik dengan nukleus atipik dan aktifitas
mitosis yang tinggi.
Patofisiologi
Tumor ini akan menyebabkan penekanan ke jaringan otak sekitarnya,
invasi dan destruksi terhadap parenkim otak. Fungsi parenkim akan
terganggu karena hipoksia arterial maupun vena, terjadi kompetisi
pengambilan nutrisi, pelepasan produk metabolisme, serta adanya pengaruh
pelepasan mediator radang sebagai akibat lanjut dari hal tersebut diatas.
Efek massa yang ditimbulkan dapat menyebabkan gejala defisit neurologis
fokal berupa kelemahan suatu sisi tubuh, gangguan sensorik, parese nervus
kranialis atau bahkan kejang.

Astrocytoma low grade yang merupakan grade II klasifikasi WHO


akan tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan bentuk yang maligna.
Tumor doubling time untuk astrocytoma low grade kira-kira 4 kali lebih
lambat

dibandingkan

dengan

astrocytoma

anaplastic

(grade

III

astrocytoma ). Sering diperlukan waktu beberapa tahun antara gejala awal


hingga diagnosa low grade astrocytoma ditegakkan, interval ini kira-kira 3,5
tahun. Astrocytoma low grade ini seringkali disebut diffuse astrocytoma
WHO grade II.
Astrositoma memiliki banyak tipe dan menyerang berbagai
umur di mana lesi massa ditemukan dimana saja dan dapat menimbulkan
gejala dimana tumor tersebut berada. Jika tidak diobati dengan benar,
astrositoma dapat menyebabkan kematian. Kematian terjadi karena herniasi
tentorium dari desakan massa.
Gejala-gejala klinik
Kejang-kejang umum merupakan manifestasi utama yang seringkali
dijumpai, walaupun secara retrospektif dapat djumpai gangguan-gangguan
lain terlebih dahulu seperti kesulitan berbicara, perubahan sensibilitas,
gangguan penglihatan atau motorik Pada tumor low grade astrositoma
kejang-kejang dijumpai pada 80% kasus dibandingkan high grade sebesar
30%. Jika dibandingkan dengan astrocytoma anaplastic, gejala awal berupa
kejang lebih jarang dijumpai. Gejala lainnya adalah meningginya tekanan
intrakranial sebagai akibat pertumbuhan tumor yang dapat menyebabkan
edema vasogenik. Penderita mengalami keluhan-keluhan sakit kepala yang
progresif, nausea, muntah-muntah, mengantuk, dan gangguan penglihatan
(edema papil pada pemeriksaan funduskopi, atau diplopia akibat
kelumpuhan nervus abdusens). Gejala meningginya tekanan intracranial
lainnya adalah terjadinya

hidrosefalus. Semakin bertumbuhnya tumor

gejala-gejala yang ditemukan sangat tergantung dari lokasi tumor tersebut.


Tumor

supratentorial

dapat

menyebabkan

gangguan

motorik

atau

sensitifitas, hemianopsia, afasia atau kombinasi gejala-gejala. Sedangkan

tumor di fosa posterior dapat menimbulkan kombinasi dari gejala-gejala


kelumpuhan saraf kranial, disfungsi serebeler dan gangguan kognitif.
Penanganan
Penanganan astrositoma ditujukan untuk menegakkan diagnose pasti
dan

perbaikan

prognosa,

mengurangi-pemulihan

gejala

serta

memperpanjang harapan hidup. Radioterapi tampaknya cukup berperan bagi


tumor-tumor ini, dimana banyak peneliti yang mengemukakan adanya
harapan hidup yang lebih panjang pada penderita-penderita tumor yang
pasca bedahnya diberikan radiasi .
3.2
bisa

Meningioma
Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak (meningen),
menyebabkan

berbagai

gejala

yang

pertumbuhannya. Masih belum bisa dipastikan

tergantung

kepada

lokasi

apa penyebab meningioma,

namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa
kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Di antara 40%
dan 80% dari meningioma berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen
neurofibromatosis 2 (NF2).
Meningioma bersifat jinak karena tumbuhnya sangat lambat dan otak
mampu untuk menerima adanya meningioma, sering tumbuh sampai cukup besar
baru memberikan gejala. Banyak terdapat pada wanita antara 30 50 tahun.
Tumor ini tumbuhnya lambat sehingga sering gejala klinisnya tidak begitu
menonjol. Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan penciuman,
penonjolan mata dan gangguan penglihatan. Pada penderita lanjut usia bisa
menyebabkan hilang

ingatan

dan kesulitan dalam

berfikir,

mirip dengan yang

terjadi

pada
Alzheimer.

penyakit

Gambar 10. Gambaran tumor meningioma pada lapisan meningien


Epidemiologi
Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling banyak
pada usia pertengahan. Meningioma intracranial merupakan 1520% dari
semua tumor primer di regio ini.Meningioma juga bisa timbul di sepanjang
kanalis spinalis, danfrekuensinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
tumor lain yang tumbuh di regio ini. Di rongga kepala, meningioma banyak
ditemukan padawanita dibanding pria (2 : 1), sedangkan pada kanalis
spinalis lebih tinggi lagi (4 : 1). Meningioma pada bayi lebih banyak pada
pria
Gejala-gejala klinik
Gejala pada pasien meningioma dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :
Meningioma falx dan parasagittal : nyeri tungkai
Meningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal,
perubahan status mental
Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguan
lapangan pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.
Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman, masalah
visus.
Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan
spasme otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan,
gangguan gaya berjalan,
Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visus

Spinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lengan


Meningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mata
Meningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing
Penyebab
Faktor-faktor terpenting sebagai penyebab meningioma adalah trauma,
kehamilan, dan virus. Pada penyelidikan dilaporkan 1/3 dari meningioma
mengalami trauma. Pada beberapa kasus ada hubungan langsung antara
tempat terjadinya trauma dengan tempat timbulnya tumor. Sehingga
disimpulkan bahwa penyebab timbulnya meningioma adalah trauma.
Beberapa penyelidikan berpendapat hanya sedikit bukti yang menunjukkan
adanya hubungan antara meningioma dengan trauma.
Dilaporkan juga bahwa meningioma ini sering timbul pada akhir
kehamilan, mungkin hal ini dapat dijelaskan atas dasar adanya hidrasi otak
yang meningkat pada saat itu.
Teori lain menyatakan bahwa virus dapat juga sebagai penyebabnya.
Pada

penyelidikan

dengan light

microscope ditemukan virus

like

inclusion bodies dalam nuclei dari meningioma. Tetapi penyelidikan ini


kemudian dibantah bahwa pemeriksaan electron misroscope inclusion
bodies ini adalah proyeksi cytoplasma yang berada dalam membran inti.
Klasifikasi Meningioma menurut histologi
Gambaran mikroskopik meningioma amat bervariasi, macam-macam
klasifikasi diusulkan, namun Orville Bailey(1940) menganggap klasifikasi
meningioma tidak diperlukan. Pandangan ini didasarkan secara biologis
karma variasi-variasi histologis tersebut tidak banyak kaitannya dengan
perangai biologi kelompok tumor ini.
Gambaran

makroskopik

Meningioma

intrakranial

banyak

ditemukan di regio para-sagital, selanjutnya di daerah permukaan konveks


lateral dan falx cerebri. Di kanalis spinalis meningioma lebih sering
menempati regio torakal. Pertumbuhan tumor ini mengakibatkan tekanan

hebat pada jaringan sekitamya, namun jarang menyebar ke jaringan otak. Kadangkadang ditemukan fokus-fokus kalsifikasi kecil-kecil yang berasal
dari psammoma bodies, bahkandapat ditemukan pembentukan jaringan
tulang baru.
Klasifikasi menurut Kernohan dan Sayre, yaitu (1) Meningioma
meningotheliomatosa

(syncytial,

endothclimatous).

(2)

Meningioma

fibroblastik dan (3) Meningioma angioblastik.


Meningioma meningotheliomatosa
Terdiri atas sel-sel uniform, berinti bulat atau oval, mengandung satu/dua
nukleoii yang nyata, sedangkan membrane sel tidak jelas, sebagian dari
kelompok-kelompok

sel

tersebut

tersusun

dalam

lobulus-lobulus

membentuk massa yang solid. Jaringan ikat pada batas-batas lobulus.


Whorls dan psammomabodies juga merupakan gambaran khas tumor ini.
Meningioma ftbroblastik
Terdiri atas sel-sel pipih yang membentuk berkas-berkas yang saling
beranyaman, kadang-kadang dengan bagian-bagian menyerupai struktur
palisade. Sel-sel tersebut mirip dengan fibroblast, namun inti sel identik
dengan inti sel meningioma meningiomatosa. Adanya serabut retikulin yang
berlebihan dan serabut kolagen yang menjadi pemisah antara sel pada
meningioma tipe ini, merupakan tanda yang khas.
Meningioma angioblastik
Terdiri atas sel-sel tersusun padat, batas-batas sitoplasma tidak jelas, inti sel
tersusun rapat. Sel-sel tersebut umumnyamenempel pada dinding kapiler,
namun kapiler-kapiler tersebutsebagian mengalami dilatasi, sebagian lagi
kompresi, sehingga sukar untuk diidentifikasi Bailey dkk (1928)
beranggapan bahwa sel-sel tumor ini berasal dari elemen dinding pembuluh
darah. Beberapa penulis melaporkan bahwa meningioma angioblastik lebih
sering kambuh.
Terapi

Terapi operatif radikal yang maksimal merupakan penanganan terpilih


untuk tumor ini, peranan radiasi untuk meningioma yang tidak berhasil
diangkat seluruhnya masih belum terlalu jelas, mengingat secara umum
meningioma merupakan tumor yang relatif radioresisten. Pada umumnya
prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang
sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang
dewasa snrvivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak,
dilaporkan survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih
agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi
sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10%
meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi.

BAB IV
KESIMPULAN
Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara
klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang
maligna,kerana gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan
terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak.
Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum
yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya
gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT Scan
berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna
atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.(5)

Anda mungkin juga menyukai