PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tumor otak atau tumor intrakranial merupakan neoplasma atau proses desak
ruang (space occupying lession atau space taking lession) yang timbul di dalam
rongga
tengkorak
baik
di
dalam
kompartemen
supratentorial
maupun
infratentorial
Berdasarkan data statistik, angka insidensi tahunan tumor intrakranial di
Amerika adalah 16,5 per 100.000 populasi per tahun, dimana separuhnya (17.030)
adalah kasus tumor primer yang baru dan separuh sisanya (17.380) merupakan
lesi-lesi metastasis. Di Indonesia dijumpai frekuensi tumor otak sebanyak 200220 kasus/tahun dimana 10% darinya adalah lesi metastasis. Insidensi tumor otak
primer bervariasi sehubungan dengan kelompok umur penderita. Angka insidens
ini mulai cenderung meningkat sejak kelompok usia dekade pertama yaitu dari
2/100.000 populasi/tahun pada kelompok umur 10 tahun menjadi 8/100.000
populasi/tahun pada kelompok usia 40 tahun; dan kemudian meningkat tajam
menjadi 20/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia 70 tahun untuk
selanjutnya menurun lagi.
Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi.
Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi
membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang
ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan
cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor ke
jaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari
jaringan otak. Walaupun demikian ada beberapa jenis tumor yang mempunyai
predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak.
Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan
tumor benigna dan maligna.
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding
perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun
(31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi
dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100
penderita (74,1 persen) yang dioperasi dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan
operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase
(sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen),
sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar,
medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari
hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai
adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan
lain-lain yang tak dapat ditentukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak atau
Cerebrum
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut
terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang
menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut
sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal,
Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak
Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kemampuan bahasa secara umum.(6)
Lobus Parietal merupakan bagian tengah otak, lobus parietalis membantu
seseorang untuk mengidentifikasi objek dan memahami hubungan spasial
(dimana tubuh seseorang dibandingkan dengan benda-benda di sekitar
orang tersebut). Lobus parietalis juga terlibat dalam interpretasi rasa sakit
dan sentuhan pada tubuh
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara dan
terlibat dalam memori,ucapan, dan indra penciuman.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga terdiri atas
bagian kiri dan kanan yang disebut hemispherium Cerebri. Kedua bagian
itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum,
belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri
mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan
kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir
rasional.
2.
Cerebellum
Terletak dibawah Cerebrum dan dibelakang otak. Cerebellum
Otak dilindungi oleh tulang tengkorak dan ditutupi oleh 3 membran yang
disebut meningen.Otak juga dilindungi oleh cairan serebrospinal, yang diproduksi
oleh pleksus khoroideus, yang masuk ke dalam 4ventrikel dan rongga antara
meningen. Cairan serebrospinal membawa nutrient dari darah ke otak dan
membawa kembali zat-zat yang tidak diperlukan lagi dari otak ke darah.Otak
terdiri dari beberapa tipe sel, setiap tipe mempunyai fungsinya masing-masing.
Ketika sel kehilangan kemampuan untuk mengontrol pertumbuhannya dan sel-sel
diluar suatu massa jaringan disebut tumor.
2.2
oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh
dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dan
dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan
membentuk system anastomosis, yaitu sirkulus wilisi. Arteri karotis interna dan
eksterna bercabang dari arteri karotis komunis kira kira setinggi rawan
tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang
kira-kira setinggi kisma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media.
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur
seperti
nukleus
kaudattus
dan
putamen
basal
ganglia,
kapsula
setinggi
otak
tengah,dan
disini
bercabang
menjadi
dua
vena
otak. Dari
tumor
otak
primer
dan
bila
berasal
dari
organ-organ
lain
(metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut
tumor otak sekunder. (5)
Tumor adalah adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang disebabkan
oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan
munculnya tumor. Sebenarnya sel memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA
repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan
apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat.
Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan
pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan
sel itu sendiri.Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat
memicu
terjadinya
kanker.Tumor
otak
adalah
suatu
penyokong,
sistem
retikuloendotelial,
lapisan
otak dan
jaringan
kelima
dan
enam.
Pasien yang
bertahan
dari
tumor otak
2.4
Epidemiologi
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma
seluruh tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam
kanalis spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap
tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10%
dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di
Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor
otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70
dengan puncak usia 40-65 tahun.(5)
Tumor otak primer hanya 2 3% dari seluruh jumlah kanker pada orang
dewasa. Kira-kira 18.000 kasus baru pasien tumor otak dan dengan kematian
14.000. pada anak-anak tumor otak primer kira-kira 25% dari seluruh tumor.
Tumor otak dapat terjadi pada setiap umur, dari penelitian, tumor otak sering
terdapat pada anak-anak 3 12 tahun dan pada dewasa sekitar 40 70 tahun. (2)
2.4
Etiologi
Kebanyakan tumor otak primer adalah tidak diketahui penyebabnya.
Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat
dijumpaipada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau
penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhanbaru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain
jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2.
embrional
Perkembangan
abnormal
itu
dapat
terjadi
pada
Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu
terjadinya
suatu
glioma.
Pernah
dilaporkan
bahwa
proses
terjadinya
neoplasma,
tetapi
hingga
saat
ini
tentang
substansi
karsinogen
sudah
lama
dan
methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea.
Ini
berdasarkan
2.5
tidak berulang
mengancam nyawa
Batas tegas
sekitar
dapatmenekan
sensitive
dari
tapi
daerah
yang
otak
dan
mengakibatkangejala
Tumor
otak
maligna
bisa
encapsulated
Contoh:
a. Astrocytoma (grade 2, 3, 4)
suatu keganasan.
b. Oligodendroglioma
Contoh:
c. Apendymoma
a. Acoustic neuroma
b. Meningioma
c. Pituitary adenoma
d. Astrocytoma (grade I)
Pilositik
astrositoma,
yaitu
non-infiltrating
astrositoma,
Tumor yang tumbuh ketika kanker menyebar dari tempat lain ke otak
dan menyebabkan tumor otak
Tumor sekunder tidak sama dengan tumor otak primer, karena sel
yang terdapat pada tumor otak sekunder mirip dengan sel asal tumor
metastasis tersebut yang abnormal
Derajat I
diangkat
Derajat III: Cenderung tumbuh lebih cepat, menginfiltrasi dan dapat
2.6
menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari
tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak.
Gejala-gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsurangsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah ganguan
keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal dan darah serebral.
Sebagai akibat pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat
dilakukan melalui penekanan pada vena-vena intrakranial, melalui penurunan
volume cairan serebrospinal ( Dengan meningkatkan absorbsi dan menurunkan
produksi ), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunkan masa
jaringan otak intraseluler dan ekstraseluler. Bila kompensasi ini semua gagal,
maka pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK.
Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kapala,
muntah, papiledema (Choked disc atau edema saraf optik), perubahan
kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi
saraf kranial.
Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu : Gejala
klinik umum, gejala klinik lokal, dan gejala lokal yang menyesatkan (False
lokalizing features).
1.
infiltrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala,
perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan
muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih progresif
daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus temporal depan dan frontal
dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa
menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan gejalagejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan
oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan
gejala umum.
a. Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten.
Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk,
maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri
kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor
supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada
fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
b. Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan
mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita
dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan
jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
c. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada
tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan
temporal.
Tipe dari kejang dapat memberikan tanda lokasi dari tumor sebagai
contohnya pada lesi parietal menyebabkan kejang parsial sederhana, di
infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor
(contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya
dapat menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.
Tumor Kortikal
Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti
paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma
frontal khusus berkaitan dengan kejang. Tanda lokal tumor frontal antara
lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan afasia jika hemisfer dominant
Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang
sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus
mungkin menonjol.
3.
DIAGNOSA
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita
tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti.
batasnya,
hubungannya
dengan
sistem
ventrikel,
dan
atas. Misalnya; ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan
melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala
seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.
Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan
yang spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
-
Lumbal pungsi
EEG
Mielografi
Hipodens
Kalsifikasi, perdarahan
Edema perifokal
2.8
Terapi Kortikosteroid
Biasanya deksametason diberikan 4 20 mg intravena setiap 6 jam untuk
mengatasi edema vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan TTIK.
Peranan nya masih kontroversial dalam terapi TTIK. Beberapa efek
samping yang dapat timbul adalah berkaitan dengan penggunaan steroid
lama seperti: penurunan kekebalan, supresi adrenal, hiperglikemia,
hipokalemia, alkalosis metabolic, retensi cairan, penyembuhan luka yang
tumor otak.
Terapi konservatif
o Radioterapi
Tindakan ini untuk tumor-tumor susunan saraf pusat kebanyakan
menggunakan sinar X dan sinar Gamma, disamping juga radiasi
lainnya seperti: proton, partikel alfa, neutron, dan pimeson.
DIAGNOSIS BANDING
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap
proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :
-
Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik
BAB III
ASTROSITOMA dan MENINGIOMA
3.1
Astrositoma
Astrositoma merupakan tumor susunan saraf pusat otak primer dengan
frekuensi kasus 17-30% dari semua glioma dan 11-13% dari seluruh tumor otak.
Tumor ini berasal dari sel astrosit yang merupakan bagian dari jaringan penunjang
otak. Sel ini dinamakan astrosit karena bentuknya yang menyerupai bintang.
Astrocytomas berkembang dari sel glia yang berbentuk seperti bintang disebut
astrosit, bagian dari jaringan yang mendukung otak. (9) Pada orang dewasa terdapat
pada serebrum dan pada anak-anak dapat terjadi di batang otak, serebrum dan
serebellum.
Gambar 7. Astrositoma
Ada berbagai jenis astrocytomas, dan lesi ini diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori sesuai dengan gambara sel di bawah mikroskop. Klasifikasi ini
penting karena, gambaran astrocytoma yang akan sering memprediksi sifat dari
sel serta prognosis pada pasien.
Skema derajat berdasarkan karakteristik histopatologi telah yang telah
ditemukan, termasuk system penilaian Bailey dan Cushing , nilai Kernohan I-IV,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kelas I-IV, dan Anne / Mayo St kelas 1-4.
Kawasan tumor menunjukkan tingkat terbesar anaplasia digunakan untuk
menentukan kelas histologis tumor. Praktek ini didasarkan pada asumsi bahwa
bidang anaplasia terbesar menentukan perkembangan penyakit.
Pada skema penilaian WHO diterima secara luas di mana bergantung pada
penilaian atypia nuklir, aktivitas mitosis, selluler, proliferasi pembuluh darah, dan
nekrosis. WHO grade I sesuai dengan astrocytoma pilocytic, WHO grade II sesuai
dengan kelas rendah (difus ) astrocytoma, WHO kelas III sesuai dengan
astrocytoma anaplastik, dan WHO kelas IV sesuai dengan glioblastoma (GBM). (9)
Astrositoma sering menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista
dalam berbagai ukuran. Walaupun menginfiltrasi bagian otak namun efeknya pada
fungsi otak hanya sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya
astrositoma tidak bersifat ganas, walaupun dapat mengalami perubahan
keganasan berupa glioblastoma, yaitu suatu astrositoma yang sangat ganas.tumortumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu penderita sering tidak
datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun-tahun. Astrositoma
derajat I memperlihatkan gambaran astrosit yang tidak banyak berbeda dengan
astrosit normal, hanya saja jumlahnya berbeda, sehingga kepadatannya dalam
suatu daerah menonjol. Astrositoma derajat II,III, dan IV secara berturut-turut
memperlihatkan segi-segi keganasan yang meningkat. Astrositoma derajat III
menggambarkan gambaran histologik yang sudah mitotik, infiltratif dan ekspansif
sehingga banyak necrosis dan hemoragik terjadi. Apalagi astrositoma derajat IV,
berbagai jenis sel dalam tahap mitosis dijumpai baik dalam formasi yang khas, maupun yang
tersebar secara tidak teratur dengan banyak nekrosis dan hemoragi, maka
astrositoma derajat III dan IV diberi nama tersendiri yaitu glioblastoma multiform.
Sampai timbul gejala (missal: serangan epilepsy maupun nyeri kepala). Eksisi
bedah lengkap pada umumnya tidak dapat dilakukan kerana tumor bersifat invasif
tapi bersifat residif terhadap radiasi.
Durasi gejala astrositoma Grade I rata-rata: 21 bulan sedangkan Grade II:
11 bulan. Walaupun sakit kepala dan muntah bukanlah merupakan keluhan yang
tersering, namun 72% astrositoma serebrum mempunyai keluhan ini, dimana 11%
diantaranya cenderung melibatkan nyeri sebelah saja (75% darinya ipsilateral
terhadap tumor). Muntah dijumpai pada kira-kira 31% kasus. Gejala awal yang
sering adalah kejang (40-75%), baik kejang umum maupun fokal. Kejang ini
merupakan akibat insufisiensi aliran darah yang sesaat menimbulkan elektrik yang
berlebihan. 19% penderita menunjukkan gejala paresis atau paralisa, 55% parese
fasial dan 41% parese tungkai.
Gambaran histopatologi pada low grade astrocytoma adalah memiliki
gambaran sel multipolar dan multinuklear yang atipik. Sedangkan, gambaran CTScan yang merupakan suatu revolusi dalam mendiagnosis astrositoma dengan
akurasi 100% pada low grade astrocytoma tergambar lesi yang hipodens dengan
sedikit atau bahkan tidak terdapat massa tumor.
dibandingkan
dengan
astrocytoma
anaplastic
(grade
III
supratentorial
dapat
menyebabkan
gangguan
motorik
atau
perbaikan
prognosa,
mengurangi-pemulihan
gejala
serta
Meningioma
Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak (meningen),
menyebabkan
berbagai
gejala
yang
tergantung
kepada
lokasi
namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa
kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Di antara 40%
dan 80% dari meningioma berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen
neurofibromatosis 2 (NF2).
Meningioma bersifat jinak karena tumbuhnya sangat lambat dan otak
mampu untuk menerima adanya meningioma, sering tumbuh sampai cukup besar
baru memberikan gejala. Banyak terdapat pada wanita antara 30 50 tahun.
Tumor ini tumbuhnya lambat sehingga sering gejala klinisnya tidak begitu
menonjol. Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan penciuman,
penonjolan mata dan gangguan penglihatan. Pada penderita lanjut usia bisa
menyebabkan hilang
ingatan
berfikir,
terjadi
pada
Alzheimer.
penyakit
penyelidikan
dengan light
like
makroskopik
Meningioma
intrakranial
banyak
hebat pada jaringan sekitamya, namun jarang menyebar ke jaringan otak. Kadangkadang ditemukan fokus-fokus kalsifikasi kecil-kecil yang berasal
dari psammoma bodies, bahkandapat ditemukan pembentukan jaringan
tulang baru.
Klasifikasi menurut Kernohan dan Sayre, yaitu (1) Meningioma
meningotheliomatosa
(syncytial,
endothclimatous).
(2)
Meningioma
sel
tersebut
tersusun
dalam
lobulus-lobulus
BAB IV
KESIMPULAN
Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara
klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang
maligna,kerana gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan
terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak.
Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum
yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya
gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT Scan
berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna
atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.(5)