Definisi BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. dulu bayi baru lahir yang
berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram (2500 gram) disebut bayi
prematur. Tetapi ternyata morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya
bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas bayi itu
(Wiknjosastro, 2002).
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan
berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai 2.499
gram).BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram
tanpamemandang masa kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
Dahulu neonatus dengan berat kelahiran kurang dari 2500 gram atau
sama dengan 2500 disebut prematur. Pada tahun 1961 menurut WHO semua
bayi baru lahir dengan berat lahir kurangdari 2500 gram disebut Low Birth
Weight Infant.Hal ini dilakukan karena tidaksemua bayi berat kurang dari 2500
gram pada waktu lahir merupakan bayi yang prematur.
Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas (Manuaba,
2007):
a Bayi dengan berat badan normal, 2.500-4.000 gram
b Bayi dengan berat badan lebih, lebih 4.000 gram
c Bayi dengan berat badan rendah, kurang dari 2.500 gram/1.500-2.500
d
e
gram
Bayi dengan berat badan sangat rendah, kurang dari 1.500 gram
Bayi dengan berat badan ekstrim rendah, kurang dari 1.000 gram
Secara umum bayi BBLR ini dihubungkan dengan usia kehamilan
Klasifikasi bayi berdasarkan masa gestasi, dihitung dari hari pertama haid
terakhir sampai saat kelahiran, yaitu (Manuaba, 2007) :
a Bayi kurang bulan (preterm), adalah bayi dengan masa kehamilan
b
Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu.
Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu
sampai 42 minggu.
Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih.
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya <37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut bayi kurang bulan-sesuai
masa kehamilan (BKB-SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).
2. Faktor Risiko
A. Prematuritas murni
1. Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan
psikologis. Penyebab lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit
jantung, bacterial vaginosis, chorioamnionitis atau tindakan operatif
dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
b. Riwayat BBLR sebelumnya
Riwayat BBLR berulang dapat terjadi biasanya pada kelainan
anatomis dari uterus, seperti septum uterus, biasanya septum pada
uterus avaskular dan terjadi keadaan kegagalan vaskularisasi ini
akan
menyebabkan
gangguan
pada
perkembangan
plasenta.
menghambat
pertumbuhan
janin,
selain
itu
dapat
Faktor janin
Hidramnion, gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya
akan mengakibatkan BBLR (Wiknjosastro, 2002; Arifuddin, 2004).
B. Dismaturitas
Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang menganggu pertukaran
zat antara ibu dan janin (gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas
dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan
insuffisiensi
plasenta,
pertumbuhan
dan
perkembangan
janin,
atau
sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan (Wiknjosastro,
2002; Arifuddin, 2004).
Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum
sempurna, begitu juga refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis,
gelisah, aktivitas bertambah. Bila dalam waktu tiga hari tanda kelaparan ini tidak
ada, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial.
Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang menjadi lebih nyata
sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting
edema. Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum,
diabetes mellitus, dan toksemia gravidarum (Arifuddin, 2004)..
Frekuensi pernapasan bervariasi terutama pada hari-hari pertama. Bila
frekuensi pernapasan terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit, harus
waspada
kemungkinan
terjadinya
pneumonia,
gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam hal ini, harus
dicari penyebabnya, misalnya dengan melakukan pemeriksaan radiologis toraks
(Wiknjosastro, 2002; Arifuddin, 2004).
B. Dismaturitas
Dismaturis dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm akan
terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas.
Dalam hal ini berat badan kurang dari 2500 gram, karakteristik fisis sama dengan
bayi prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan
wasting. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol
adalah wasting, demikian pula pada post term dengan dismaturitas (Behrman,
2004).
Bayi dismatur dengan tanda wasting tersebut, yaitu (Behrman, 2004):
1. Stadium pertama
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti
perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.
2. Stadium kedua
Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada
kulit, plasenta, dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang
tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit,
umbilikus, dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterin.
3. Stadium ketiga
Ballard Score
Ballard score merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur ini
penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang
tenang dan beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama
beberapa jam pertama kehidupan.Penilaian menurut Ballard adalah
dengan menggabungkan hasil penilaian maturitas neuromuskuler dan
maturitas fisik.Kriteria pemeriksaan maturitas neuromuskuler diberi skor,
demikian
pula
kriteria
pemeriksaan
maturitas
fisik.Jumlah
skor
Kulit
Pematangan
kulit
janin
melibatkan
pengembangan
struktur
Lanugo
Lanugo adalah rambut halus menutupi tubuh janin.Pada orang
dewasa, kulit tidak memiliki lanugo.Hal ini mulai muncul di sekitar
minggu 24 sampai 25 dan biasanya muncul terutama di bahu dan
punggung atas, pada minggu 28 kehamilan.Penipisan terjadi
pertama di atas punggung bawah, karena posisi janin yang
tertekuk.Daerah kebotakan muncul dan menjadi lebih besar pada
daerah lumbo-sakral. Variabilitas dalam jumlah dan lokasi lanugo
pada usia kehamilan tertentu mungkin disebabkan sebagian ciri-ciri
Di
sisi
lain
dilaporkan,
percepatan
perkembangan
Payudara
Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang
untuk tumbuh dengan estrogen ibu dan jaringan lemak yang
tergantung pada status gizi janin. pemeriksa catatan ukuran areola
dan ada atau tidak adanya stippling (perkembangan papila dari
Montgomery). Palpasi jaringan payudara di bawah kulit dengan
memegangnya dengan ibu jari dan telunjuk, memperkirakan
diameter dalam milimeter, dan memilih yang sesuai pada lembar
skor. Kurang dan lebih gizi janin dapat mempengaruhi variasi
ukuran payudara pada usia kehamilan tertentu. Efek estrogen ibu
Mata / Telinga
Perubahan pinna dari telinga janin dapat dijadikan penilaian
konfigurasi dan peningkatan konten tulang rawan sebagai kemajuan
pematangan. Penilaian meliputi palpasi untuk ketebalan tulang
rawan, kemudian melipat pinna maju ke arah wajah dan
melepaskannya. Pemeriksa mencatat kecepatan pinna dilipat dan
kembali menjauh dari wajah ketika dilepas, kemudian memilih yang
paling dekat menggambarkan tingkat perkembangan cartilago. Pada
bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap terlipat ketika
dilepas.
Pada
bayi
tersebut,
pemeriksa
mencatat
keadaan
Genitalia Pria
Testis janin mulai turun dari rongga peritoneum ke dalam kantong
skrotum pada sekitar minggu 30 kehamilan.Testis kiri mendahului
testis kanan yang biasanya baru memasuki skrotum pada minggu
ke-32.Pada saat testis turun, kulit skrotum mengental dan
membentuk rugae lebih banyak.Testis ditemukan di dalam zona
rugated dianggap turun.
Genitalia Wanita
Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul harus dinaikan sedikit,
sekitar 45 dari horizontal dengan bayi berbaring telentang.hal ini
menyebabkan
klitoris
dan
labia
minora
menonjol.
Dalam
intrauterin
atau
pasca-jatuh
tempo,
dapat
Maturitas Neuromuskuler
Penjelasan :
1 Postur
Otot tubuh total tercermin dalam sikap yang disukai bayi saat istirahat dan
ketahanan
untuk
meregangkan
kelompok
otot.
Saat
pematangan
berlangsung, gerak otot meningkat secara bertahap mulai dari fleksor pasif
yang berlangsung dalam arah sentripetal, dengan ekstremitas bawah sedikit
di depan ekstremitas atas. Untuk mendapatkan item postur, bayi ditempatkan
terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi mengendap dalam posisi
santai atau disukai. Jika bayi ditemukan telentang santai, manipulasi lembut
dari ekstremitas akan memungkinkan bayi untuk mencari posisi dasar
kenyamanan. bentuk yang paling dekat menggambarkan postur yang disukai
bayi.
2 Jendela pergelangan tangan
Fleksibilitas pergelangan dan / atau resistensi terhadap peregangan
ekstensor bertanggung jawab untuk sudut yang dihasilkan dari fleksi pada
pergelangan tangan.Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan berikan tekanan
lembut pada dorsum tangan, dekat jari-jari. Sudut yang dihasilkan antara
telapak tangan dan lengan bawah bayi diperkirakan; > 90 , 90 , 60 , 45 ,
30 , dan 0 .
3 Gerakan lengan membalik
Manuver ini berfokus pada gerakan fleksor pasif otot bisep dimana akan
diukur sudut dari ekstremitas atas. Dengan bayi berbaring telentang,
pemeriksa menempatkan satu tangan di bawah siku bayi.Kemudian, ambil
tangan bayi dan pemeriksa membuat lengan bayi dalm posisi fleksi, sesaat
kemudian lepaskan.Sudut mundur lengan saat kembali dicatat, dan dipilih
pada lembar skor. Bayi yang sangat prematur tidak akan menunjukkan
pengembalian lengan.
4 Sudut popliteal
Manuver ini menilai pematangan gerakan fleksor pasif sendi lutut dengan
pengujian
untuk
ketahanan
terhadap
perpanjangan
ekstremitas
selama manuver ini.Pada titik ini terbentuk pada sudut lutut oleh atas dan
kaki bagian bawah diukur.Catatan: a) Hal ini penting bahwa pemeriksa
menunggu sampai bayi berhenti menendang aktif sebelum memperpanjang
kaki. b) Posisi terang akan mengganggu kehamilan sungsang dengan ini
manuver untuk 24 sampai 48 jam pertama usia karena kelelahan
berkepanjangan fleksor intrauterin. Tes harus diulang setelah pemulihan telah
terjadi; bergantian, skor yang sama dengan yang diperoleh untuk item lain
dalam ujian dapat diberikan.
5 Scarf Sign (Tanda selendang)
Manuver ini dilakukan dengan mengukur gerakan pasif fleksor bahu.Bayi
dalam posisi berbaring terlentang, pemeriksa menyesuaikan kepala bayi
untuk garis tengah dan meletakan tangan bayi di dada bagian atas dengan
satu tangan. Ibu jari tangan lain pemeriksa ditempatkan pada siku
bayi.Pemeriksa kemudian mendorong siku ke arah dada.Titik pada dada saat
siku bergerak dengan mudah sebelum resistensi yang signifikan, dicatat.
Batasnya adalah: leher (-1); aksila kontralateral (0); papila mamae
kontralateral (1); prosesus xyphoid (2); papila mamae ipsilateral (3), dan
aksila ipsilateral (4).
6 Tumit ke Telinga
Manuver ini mengukur gerakan fleksor pasif panggul dengan tes fleksi pasif
atau resistensi terhadap perpanjangan otot fleksor pinggul posterior.Bayi
ditempatkanterlentang
dan
tekuk
ekstremitas
bawahnya.Pemeriksa
mendukung paha bayi lateral samping tubuh dengan satu telapak tangan.
Sisi lain digunakan untuk menangkap kaki bayi dan tarik ke arah telinga
ipsilateral.Pemeriksa mencatat ketahanan terhadap perpanjangan fleksor
panggul posterior dan lokasi dari tumit saat resistensi yang signifikan.
Batasnya adalah: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); papila mamae (2); daerah
pusar (3), dan lipatan femoral (4).
c.
Hasil Pemeriksaan
Jumlah skor
Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain (Depkes RI, 2005):
1
berat badan kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang dari 45
Atur suhu
BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. Bisa dengan membersihkan cairan pada
tubuh bayi, kemudian dibungkus. Atau bisa juga dengan meletakkannya
di bawah lampu atau dalam inkubator. Dan bila listrik tidak ada, bisa
dengan metode kangguru, yaitu meletakkan bayi dalam pelukan ibu (skin
to skin) (Gomella, 2002).
Cegah sianosis
Cara mencegah sianosis dapat dengan cara pemberian oksigen agar
saturasi oksigen dalam tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas
normal.
Cegah infeksi
BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya
tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup untuk
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan belum baik. Oleh karena itu, perlu diperhatikan prinsipprinsip pencegahan infeksi, antara lain mencuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi, membersihkan tempat tidur bayi segera
sesudah tidak dipakai lagi, membersihkan kulit dan tali pusat bayi dengan
baik (Saifuddin, 2000; Gomella, 2002)
Pemberian vitamin K
Dosis 1 mg intra muskular, sekali pemberian. Pemberian vitamin K pada
bayi imatur adalah sama seperti bayi-bayi dengan berat badan dan
maturitas yang normal (Saifuddin, 2000)
Pada bayi-bayi prematur, refleks isap, telan dan batuk belum sempurna.
Kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan, terutama
lipase masih kurang. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur
3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada
umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu
pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu
mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama.
Dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung (Gomella, 2002)
B. Penatalaksanaan bayi dismaturitas
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya,
seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lainlain. Bayi dismatur biasanya tampak haus dan harus diberi makanan dini
(early feeding). Hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia. Kadar gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam. Frekuensi
pernapadan terutama dalam 24 jam pertama harus diawasi untuk
mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan
pernapasan idiopatik. Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernapasan.
Bila frekuensi lebih dari 60x/menit, dibuat foto thorax. Pencegahan terhadap
infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan terhadap infeksi, yaitu
karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu. Temperatur harus
dikelola, jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur lebih mudah
menjadi hipotermik, hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh
bayi relatif lebih besar dan jaringan lemak subkutan
kurang (Wiknjosastro,
memerlukan suhu lingkungan lebih rendah dari bayi yang kecil dan lebih
muda. Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang dan
konsumsi oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjang pun dapat
mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5- 37,5 oC. Tingginya suhu
lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan bayi. Dalam keadaaan
tertentu, bayi yang sangat prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk
mengatur suhu tubuhnya, tetapi juga memerlukan pleksiglas penahan panas
atau topi maupun pakaian (Wiknjosastro, 2002; Gomella, 2002).
Seandainya tidak ada inkubator, pengaturan suhu dan kelembapan
dapat diatur dengan memberikan sinar panas, dan botol air hangat, disertai
dengan pengaturan suhu dan kelembapan ruangan. Mungkin pula
diperlukan pemberian oksigen melalui pipa intubasi (Gomella, 2002).
Ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak perlu khawatir
lagi soal perawatan buah hatinya itu selepas keluar rumah sakit. Sekarang
para ahli di bidang kedokteran mengembangkan metode kangguru untuk
merawat BBLR itu. Metode tersebut memungkinkan panas tubuh ibunya
memberikan kehangatan bayinya. Metode kangguru ini memang terkesan
unik, dengan sebuah pakaian yang berbentuk seperti tubuh kangguru yang
berkantung, bayi bisa mendapatkan kehangatan cukup karena bersentuhan
langsung dengan tubuh ibunya. Ada tiga kriteria BBLR sudah bisa dirawat di
rumah setelah keluar dari inkubator. Pertama, berat sudah kembali ke berat
lahir dan lebih dari 1500 gram. Kemudian berat bayi cenderung naik dan
suhu tubuh stabil selama tiga hari berturut-turut. Yang juga harus
diperhatikan, bayi sudah mampu mengisap dan menelan. Selain itu, ibu
sudah harus merawat dan memberi minum. Metode kangguru ini cukup
efektif sebab selain membuat bayi tidak tergantung pada rumah sakit, ibu
lebih percaya diri merawat bayinya di rumah. Keuntungan lainnya, BBLR
bisa mendapatkan ASI eksklusif dan menurunkan resiko bayi terkena
kehilangan panas tubuh (Gomella, 2002)
5. KOMPLIKASI
Komplikasi prematuritas meliputi (Gomella, 2002; Wiknjosastro, 2002;
Saifuddin. 2000):
1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik
Disebut juga sebagai penyakit membran hialin karena pada stadium akhir
akan terbentuk membran hialin yang akan melapisi paru.
2. Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada bayi prematur karena refleks menelan dan batuk
belum sempurna.
3. Perdarahan intraventrikuler
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral karena anoksia otak. Kelainan
ini biasanya hanya ditemukan pada otopsi.
4. Fibroplasias retrolental
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh gangguan
oksigen yang berlebihan.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hiprebilirubinemia dibandingkan
dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh faktor kematangan hepar
yang tidak sempurna sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin
direk belum sempurna.
6. Infeksi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya IgG gamma
globulin.
Komplikasi dismaturitas meliputi Gomella, 2002; Wiknjosastro, 2002;
Saifuddin. 2000):
1. Sindrom aspirasi mekonium
Keadaan hipoksia intrauterin mengakibatkan janin mengadakan gasping
dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likuor amnion,
akibatnya cairan yang mengandung mekonium yang lengket itu masuk ke
dalam paru janin karena inhalasi. Pada saat lahir, bayi akan menderita
gangguan pernapasan idiopatik.
2. Hipoglikemia simptomatik
Tertama pada bayi laki-laki. Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin sekali
disebabkan oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi
dismaturitas. Diagnosis dapat dibuat dengan melakukan pemeriksaan kadar
gula darah. Bayi BBLR dinyatakan hipoglikemia bila kadar gula darah yang
kurang dari 20 mg%.
3. Asfiksia neonatorum
spontan,SC
umur
kehamilan
antara
24
sampai
37
absorbsi
kurang/lemah
sehingga
kebutuhan
terganggu
Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar
nutrisi
adalah
120
sampai
160x/menit,
bunyi
jantung
konsistensi
dan
bau),
BAB
(jumlah,
warna,
lingkungan.
g) Sistem kulit: Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,
lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,
terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik: Berat badan sama dengan atau kurang
dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang
dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33
cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm,
lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis,
halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris
menonjol,
sedangkan
pada
laki-laki
skrotum
belum
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan,
keterbatasan
perkembangan
otot,
penurunan
edisi
ke-3.
Jakarta:
Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo
Arifuddin J, Palada P. 2004. BBLR-LBW. Dalam: Perinatologi dan Tumbuh
Kembang. Jakarta: FKUI
Behrman, RE, Kliegman RM. 2004. The Fetus and the Neonatal Infant, In:
Nelson Textbook of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders
Saifuddin, AB, Adrianz, G. 2000. Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam: Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta :
yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Gomella, TL, Cunningham MD. 2002. Management of the Extremely Low Birth
Infant During the First Weekof Life. In: Lange Neonatology; 5 th ed. New
York: Medical Publishing Division
3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Perawatan
1
Intervensi
dengan Kebutuhan
maturitas
Rasional
leher
sedikit
Kriteria:
keterbatasan
penurunan
Pernafasan teratur.
Bersihkan
energi/kelelahan,
Tidak cyanosis.
ketidakseimbangan
metabolik.
mulut, Jalan
nafas
harus
tetap
tidak Tujuan
dalam
gejala
kardinal
yang sempurna.
dan Deteksi dini adanya kelainan.
PO2 = 50 90 mmHg
kontrol
nafas,
Observasi
PCO2 = 35 mm Hg
dengan
jalan
variable).
PH = 7,35 7,45
efektif
dan
pernafasan,
2. Thermoregulasi
nyaman
bayi alas yang data, kepala lurus, dan mengantisipasi flexi leher yang
pusat terpenuhi
perkembangan
rasa
pemberian
pemeriksaan
kadar
O2
dan
gas
darah
arteri
Letakkan bayi terlentang diatas Mengurangi
pemancar panas (infant warmer)
kehilangan
panas
yang
imatur
Warna
Singkirkan
dipakai
seluruh
kain
untuk
yang
sudah Mencegah
kehilangan
tubuh
kemerahan
kebutuhan Tujuan:Kebutuhan
kurang
kebutuhan
berhubungan
ketidak
jumlah
tubuh Kriteria
dapat
minum
tidak
mungkin
dan
frekuensi
badan
tidak
turun
adanya
kelainan
konsistensi.
ASI
diberikan.
nutrisi Lakukan observasi BAB dan BAK Deteksi
dari terpenuhi
dengan Bayi
bila
yang tepat.
Monitor turgor dan mukosa mulut. Menentukan derajat dehidrasi dari
Monitor intake dan out put.
tubuh (balance)
Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara
control
berat
adekuat.
badan Penambahan dan penurunan berat
badan dapat di monito
Lakukan
control
berat
setiap hari.
4. Resiko
infeksi Tujuan:
Lakukan
berhubungan
Selama
perawatan
tidak antiseptik
dengan pertahanan
ada
tanda-tanda
aseptik
asuhan keperawatan
Cuci tangan sebelum dan sesudah Mencegah
penyebaran
infeksi
melakukan tindakan.
nosokomial.
Pakai baju khusus/ short waktu Mencegah masuknya bakteri dari
memper-cepat
pengeringan
tali
pusat karena
mengandung anti
terjadinya
penularan
sakit.
infeksi.
Kolaborasi dengan team medis Mencegah infeksi dari pneumonia
untuk pemberian antibiotik.
Siapkan pemeriksaan laboratorat Sebagai pemeriksaan penunjang
sesuai
advis
dokter
yaitu