Anda di halaman 1dari 3

Tata cara sholat makmum masbuq:

1. Jika makmum terlambat datang ke masjid dan imam sudah dalam posisi rukuk, sujud, atau julus
(duduk tasyahud), maka ia harus melakukan takbiratul ihram (dengan berdiri) untuk mulai sholat, lalu
mengucapkan takbir (Allahu Akbar) lagi untuk kemudian mengikuti posisi imam.
Jika imam masih membaca surat Al-Fatihah atau surat pendek, maka hanya takbiratul ihram saja.
2. Setelah imam selesai melakukan salam dan mengakhiri sholat, ia tidak boleh melakukan salam,
tetapi langsung berdiri untuk menambah rakaat yang telah terlewat.
a. Bila ia baru bisa mengikuti 2 rakaat terakhir sholat dzuhur, ashar, dan isya, maka ia harus
menambah 2 rakaat (tanpa duduk tasyahud) setelah imam melakukan salam.
Bila ia baru bisa mengikuti satu rakaat terakhir sholat dzuhur, ashar, dan isya, maka ketika imam
melakukan salam ia harus berdiri dan sholat satu rakaat (dengan Al-Fatihah dan membaca surat
pendek), duduk tasyahud, berdiri lagi untuk rakaat kedua (dengan Al-Fatihah dan membaca surat
pendek), lalu diteruskan berdiri lagi untuk rakaat ketiga (hanya Al-Fatihah).
b. Jika ia baru bisa mengikuti rakaat ke-2 dan ke-3 sholat maghrib, maka ia harus berdiri dan
menambah satu rakaat setelah imam melakukan salam.
c. Jika ia baru bisa mengikuti satu rakaat terakhir sholat maghrib, ia harus berdiri setelah imam
melakukan salam, sholat satu rakaat, lalu duduk untuk membaca tasyahud, kemudian berdiri lagi untuk
melakukan rakaat ke-3, setelah itu duduk untuk tasyahud akhir dan melakukan salam.
3. Bila makmum bergabung sholat jamaah ketika posisi rukuk, maka ia dianggap telah mengikuti rakaat
tersebut. Jika ia bergabung ketika imam sudah berdiri dari rukuk atau ketika sujud, ia dianggap telah
terlambat mengikuti rakaat tersebut dan harus melakukannya lagi.
Pertanyaan yang mungkin muncul mengenai tata cara sholat makmum masbuq:

Shalat Sendirian Lalu Ditepuk Bahunya


Assalamualaikum
Saya

mau

tanya

nih

ustadz.

Misalnya saya lagi shalat sndirian, terus ada teman saya menepuk bahu saya, dan otomatis saya
dan
dia
jadi
berjamaah
dimana
saya
sebagai
imamnya.
Yang

jadi

pertanyaan

1. Niat saya awalnya kan shalat sendiri, saat sudah ditepuk bahunya, bagaimana dengan niat
shalat saya? Bukankah shalatnya jadi berjamaah dan bukan sendirian lagi? Apa saya perlu
mengganti
niatnya
atau
dilanjutkan
saja?

2. Misalnya saya shalat maghrib di rakaat kedua, lalu ada teman saya yang menepuk bahu saya,
otomatis jadi berjamaah. Apakah sebagai imam harus sedikit dmengeraskan bacaan?
Kalau saya lagi di pertengahan Al-fatiha, apakah saya harus mengulang bacaan alfatihah sambil
mengeraskan suara, atau tetap melanjutkan surah alfatihanya sambil mengeraskan suara bacaan
saya?
Dan

apakah

ini

berlaku

juga

saat

saya

sedang

membaca

surah

pendek?

Terimakasih
Wassalamualaiku warrahmatullahi wabarakatuh

Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Sebenarnya kebiasaan tepuk
pundak ini tidak ada dasarnya dalam fiqih shalat. Sebab kita tidak menemukan dalil
baik dalam Al-Quran atau pun sunnah tentang hal ini.
Namun untuk lebih lengkapnya pemahaman kita tentang urusan ini, ada baiknya kita
telusuri kasusnya sejak semula, yaitu apakah boleh seorang shalat sendirian tiba-tiba
mengubah niatnya menjadi imam, karena ada orang yang datang kemudian dan
menjadikannya imam.
Dalam hal ini kalau kita telurusui pendapat para ulama, kita akan menemukan
perbedaan. Apakah untuk menjadi imam shalat disyaratkan berniat menjadi imam
sejak awal shalat jamaah dilakukan?
Ternyata ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa syarat untuk menjadi imam
harus sudah ada niat sejak awal shalat. Sebaliknya, menurut sebagian yang lain, niat
menjadi imam tidak menjadi syarat.
Mari kita rinci lebih dalam :
1. Harus Niat Sejak Awal
Sebagian ulama seperti mazhab Al-Hanafiyah dan Al-Hanabilah mengharuskan
seorang imam untuk sejak awal shalatnya sudah berniat jadi imam. Kalau awalnya
niat shalat sendiri lalu tiba-tiba di tengah shalat mendadak jadi imam, maka hal itu
tidak dibenarkan.
a. Al-Hanafiyah
Dalam shalat wajib tidak sah hukumnya untuk bermakmum kepada seseorang yang
sedang shalat sendiri dan tidak berniat menjadi imam sejak awal.
Namun bila shalat itu bukan shalat wajib tetapi shalat sunnah hukumnya tidak boleh.
Asalkan baik imam atau pun makmum sama-sama shalat sunnah.
b. Al-Hanabilah
Untuk sah menjadi imam disyaratkan niat sejak awal shalat. Karena dalam pandangan
mazhab ini, agar shalat itu sah hukumnya, maka baik imam atau pun makmum harus
sama-sama berniat masing-masing sesuai dengan posisinya sejak sebelum shalat
dimulai (takbiratul-ihram).
Namun sebagaimana dalam pandangan mazhab Al-Hanafiyah, ketentuan harus ada
niat sejak awal shalat ini berlaku hanya dalam shalat berjamaah. Dan ada
pengecualiannya yaitu :

Buat Imam Masjid


Bagi imam masjid yang tugasnya secara rutin mengimami orang shalat, boleh saja
memulai shalat sendirian, dan kemudian setelah itu akan menyusul orang yang shalat
di belakangnya sebagai makmum.
Jadi dalam hal ini niat ketika takbiratul-ihram shalat sendiri, kemudian berubah
menjadi imam karena tahu pasti akan ada orang yang akan menjadi makmum.
Dalam Shalat Sunnah
Dalam kasus shalat sunnah, seorang yang sedang shalat sendirian tanpa niat menjadi
imam, boleh saja tiba-tiba didatangi orang lain dan langsung menjadi makmum di
belakangnya. Maka niatnya berubah di tengah jalan dari yang awalnya hanya shalat
sendirian lalu niatnya menjadi imam.
Dasar kebolehan ini dilandaskan pada praktek yang terjadi di zaman Nabi SAW
berdasarkan apa yang diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiyallahuanhu :

Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu berkata,"Aku bermalam di rumah bibiku,


Maimunah radhiyallahuanha. Nabi SAW shalat sunnah malam dan mengambil
wudhu dari qirbah, berdiri dan mulai mengerjakan shalat. Aku pun bangun ketika
melihat beliau SAW melakukannya, aku pun ikut berwudhu dari qirbah dan berdiri
pada sisi kiri beliau SAW. Beliau SAW menarik tanganku dari balik punggungnya
dan menyeret aku agar pindah ke sisi kanan beliau. (HR. Bukhari)
Jadi berdasarkan hadits ini, menurut mazhab Al-Hanabilah, dalam kasus shalat
sunnah memang dibolehkan seorang yang awalnya shalat sendirian tiba-tiba
mendadak mengubah niatnya menjadi imam karena ada orang yang ingin menjadi
makmumnya. Tetapi hal itu tidak berlaku dalam kasus shalat fardhu.
2. Tidak Disyaratkan Niat
Sedangkan mereka yang membolehkan perubahan niat di tengah shalat adalah para
ulama dalam mazhab Asy-syafi'iyah dan Al-Malikiyah.
Kedua mazhab ini tidak mensyaratkan niat untuk menjadi imam sejak awal shalat.
Sehingga seorang yang shalat sejak awal niatnya shalat munfarid (sendirian), lalu ada
orang lain mengikutinya dari belakang, hukumnya sah dan boleh.Baik shalat itu
shalat sunnah atau pun shalat fardhu, keduanya sama-sama dibolehkan.
Mengeraskan Bacaan Shalat
Adapun apakah begitu jadi imam harus mengeraskan bacaan, sebenarnya tidak
menjadi kewajiban. Sebab mengeraskan bacaan itu bukan termasuk rukun dalam
shalat.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc., MA

Anda mungkin juga menyukai