Pseudoefedrin adalah salah satu alkaloid yang diperoleh dari Epedra sp
dan merupakan stereoisomer dari efedrin. Pseudoefedrin HCl mempunyai rumus
molekul = C10H15NO.HCl; BM = 201,70; pemerian : hablur putih atau serbuk putih, serbuk halus putih atau hampir putih, bau khas lemah; kelarutan: sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam kloroform; titik lebur : 182,50 182,50 ; pKa = 9,8 (Ditjen POM, 1995; Moffat, 2007). Pseudoefedrin HCl adalah salah satu obat simpatomimetik yang bekerja dengan cara langsung terhadap reseptor di otot polos dan jantung dan juga secara tak langsung dapat membebaskan noradrenalin. Penggunaan utamanya adalah bronkodilatasi kuat (2), sebagai dekongestan. Efek midriatikum dari obat ini kurang merangsang dibandingkan dengan adrenalin. Waktu paruh plasmanya adalah lebih kurang 7 jam. Obat ini banyak digunakan dalam sediaan kombinasi untuk flu. Volume distribusi 3L/Kg. Dosis 3-4 kali sehari 60 mg (Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2010). Pseudoefedrin mudah diabsorbsi melalui saluran pencernaan. Pseudoefedrin sebagian besar diekskresikan dalam bentuk tidak berubah dalam urin dan sebagian kecil sebagai metabolit hati. Pseudoefedrin memiliki paruh sekitar 5-8 jam Dalam jumlah kecil didistribusikan ke dalam ASI . Salah satu analisa kualitatif untuk efedrin dan derivatnya adalah reaksi Chen-kao. Reaksi ini adalah reaksi dengan CuSO 4 dan NaOH menghasilkan warna ungu. Jika dikocok dengan dengan eter, maka akan terbentuk dua lapisan berwarna. Lapisan eter akan berwarna ungu dan lapisan air akan berwarna biru. Reaksi ini adalah reaksi pembentukan kompleks antara Cu dengan turunan fenilalkilamin yang mempunyai gugus amino dan gugus hidroksi. Selain menggunakan eter dapat juga digunakan n-butanol yang akan menghasilkan warna ungu pada lapisan n-butanol dan warna biru pada lapisan air (Roth, et al., 1991). Pseudoefedrin HCl dapat ditetapkan kadarnya dengan beberapa cara yaitu spektrofotometri ultraviolet pada panjang gelombang 257 nm (A 1%, 1 cm dalam larutan asam = 11,9a), kromatografi gas, dan dengan kromatografi cair kinerja tinggi (Moffat, 2007). Dapat juga ditetapkan kadarnya secara titrasi bebas air karena mempunyai atom N yang bersifat basa (Cairns, 2008). KONTRA-INDIKASI
Jangan digunakan untuk penyakit saluran nafas bagian bawah termasuk
asma. Hipersensitivitas terhadap obat ini. Pada penderita dengan gejala hipertensi, glaukoma, diabetes, penyakit arteri koroner dan pada terapi dengan penghambat monoamin oksidase.
Antihistamin dapat menyebabkan pusing, rasa kantuk, mulut kering,
penglihatan kabur, rasa letih, mual, sakit kepala atau gelisah pada beberapa penderita.
PERHATIAN -
Hati-hati bila mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
Karena efeknya pada bayi belum diketahui, maka pemberian pada wanita hamil dan menyusui harus sesuai petunjuk dokter. Jangan melebihi dosis yang dianjurkan. Bila gejala belum hilang atau timbul demam dalam waktu 2 hari, konsultasikan pada dokter. Tidak dianjurkan untuk anak dibawah 2 tahun kecuali atas petunjuk dokter. Hentikan penggunaan obat bila terjadi sukar tidur, jantung berdebar-debar atau pusing. Bagi yang menerima injeksi alergen, tidak bolehmenggunakan obat ini. Selama minum obat ini, jangan minum minuman yang mengandung alkohol, obat penenang dan obat lain yang menyebabkan rasa kantuk.
INTERAKSI OBAT Penggunaan bersama dengan furazolidon dan penghambat monoamin oksidase dapat menaikkan efek alfa-adrenergik dari simpatomimetik, seperti sakit kepala, krisis hipertensif.