Hepatitis B
Hepatitis B
STRONGILOIDIASIS
No. ICPC II : D96 Worms/other parasites
2. Pemeriksaan laboratorium darah: dapat ditemukan eosinofilia atau hipereosinofilia, walaupun pada
banyak kasus jumlah sel eosinofilia normal.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ditemukannya larva atau cacing
dalam tinja.
Diagnosis Banding: Komplikasi: Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, antara lain:
a. Menggunakan jamban keluarga.
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas.
c. Menggunakan alas kaki.
d. Hindari penggunaan pupuk dengan tinja.
2. Farmakologi
a. Pemberian Albendazol menjadi terapi pilihan saat ini dengan dosis 400 mg, 1-2 x sehari, selama 3 hari,
atau
b. Mebendazol 100 mg, 3 x sehari, selama 2 atau 4 minggu.
Prognosis
Pada umumnya prognosis penyakit ini adalah bonam, karena jarang menimbulkan kondisi klinis yang
berat.
Referensi
1. Gandahusada, S. 2000. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Ganesh S, Cruz RJ. Review Strongyloidiasis: a multifaceted diseases. Gastroenetrology & hepatology
2011;7:194-6. (Ganesh & Cruz, 2011)
3. King CH. Hookworms. In: Berhman RE, Kliegman RM, Arvin AM, editors. Nelsons Tetxbook of
Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: W.B.Saunders Company; 2012. p.1000-1.
HIPERMETROPIA
No. ICPC-2 : F91 Refractive error
No. ICD-10 : H52.0 Hypermetropia ringan
Tingkat Kemampuan 4A
Masalah Kesehatan
Hipermetropia (rabun dekat) merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar
sejajar jauh tidak cukup kuat dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Kelainan ini
menyebar merata di berbagai geografis, etnis, usia dan jenis kelamin.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Penglihatan kurang jelas untuk objek yang dekat.
2. Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada penggunaan mata yang lama dan membaca
dekat. Penglihatan tidak enak (asthenopia akomodatif = eye strain) terutama bila melihat pada jarak yang
tetap dan diperlukan penglihatan jelas pada jangka waktu yang lama, misalnya menonton TV dan lainlain.
3. Mata sensitif terhadap sinar.
4. Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia. Mata juling dapat terjadi karena
akomodasi yang berlebihan akan diikuti konvergensi yang berlebihan pula.
2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta:Balai Penerbit FK UI. 2008.
3. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000