Anda di halaman 1dari 2

Suasana pagi itu begitu ramai, Berkumpul dipusat keramaian

Menanti gerhana itu datang. Menunggu gelap, bersiap pesta menyambut fenomena
sekali seumur hidup.
Ada yang membawa anak, Sanak saudara, bahkan teman dekat
Bersiap dengan kamera ponsel mengabadikan momen yang ditunggu-tunggu
Ketika gerhana itu dating, orang-orang mulai ramai berbicara.
Berdecak kagum dan antusias melihat gelap dipagi hari.
Mereka mulai mengeluarkan sesuatu dari saku, ada yang kecil dan ada juga
yang besar. Semua orang begitu bahagia, melihat kegelapan total di pagi
hari.
30 menit berlalu, mereka sudah mulai kehabisan gaya untuk foto.
Langit masih gelap. Sebagian orang sudah memasukkan ponsel ke dalam saku.
2 jam berlalu. Kebisingan itu mulai berkurang, tidak seperti 2 jam lalu.
Ada yang memilih mencari sarapan, ada juga yang berjalan menikmati jajanan.
3 jam berlalu. Orang-orang mulai bertanya, mengapa matahari tak kunjung
muncul? Mereka mulai membuka ponselnya, mencari berita sambil menikmati
jajanan di keramaian kota. Sebagian orang mulai pulang, melanjutkan aktivitas.
10 jam berlalu. Matahari tak kunjung datang. Fenomena aneh yang tidak
sesuai prediksi ini menjadi headline berita. Beragam spekulasi bermunculan
ini fenomena aneh.
Sudah petang tetap gelap. Masjid jadi ramai, bahkan marbot masjid harus
menyediakan tambahan. Digelar pengajian dadakan
Sampai malam tiba, orang-orang berharap cemas. Ada yang tidak bisa tidur, ada
yang tidak ingin tidur, menunggu fajar datang menyambut pagi.
Pagi yang dinanti itu tiba. Matahari itu tak kunjung tampak. Ahli ahli dunia mulai
membuat studi, menerka-nerka apa yang terjadi.
Orang-orang mulai menangis, takut, karena matahari tak kembali. Yang
ketika matahai pergi , mereka menyambut riang gembira.
Suasana jadi tidak stabil, tempat ibadah langsung disesaki umat manusia,
orang kaya jadi dermawan. Lembaga amal, panti sosial, rumah zakat
kebanjiran sumbangan. Orang-orang miskin jadi kenyang, anak jalanan
diadopsi, pengemis dipekerjakan. Gencatan senjata terjadi dimana-mana.
Dunia damai, tentram bersatu

Tempo hari ritual terus dilakukan. Tidak ada yang debat agama, debat kitab, atau
mempertanyakan Tuhan.
Mereka bersatu, meminta matahari pada tuhannya masing-masing.
Tidak adalagi hate speech di social media, semua rukun, bersatu meminta matahari.
Mulai terjadi sedikit keajaiban. Matahari itu muncul.
Ada yang menyambutnya dengan tangis haru, tangis bahagia.
Tapi ada juga yang menangis sejadi-jadinya, karena matahari itu terbit dari ufuk
yang berbeda.
Sudahkah kita mempersiapkan bekal kita. ?

Anda mungkin juga menyukai