Anda di halaman 1dari 33

MENGAPA KOMKES DIPERLUKAN DI BIDANG KESEHATAN

Pengertian
1. Komunikasi
Istilah komunikasi (communication) berasal dari bahasa Latin communicatus yang
artinya berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikasi menunjuk pada
suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan.
Menurut Effendi (1995) komunikasi itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberikan atau untuk
mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung
Komunikasi

adalah

suatu

proses

melalui

mana

seseorang

(komunikator)

menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau
membentuk perilaku orang lain (khalayak). (Hovland, Janis dan Kelley : 1953)
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lainlain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan
lain-lain. (Barelson dan Steiner, 1964).
2.Kesehatan
Kata dasarnya adalah sehat, yang berarti baik itu sehat jasmani maupun rohani. Jadi,
Kesehatan adalah salah satu konsep yang sering digunakan namun sukar untuk dijelaskan
artinya. Faktor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefinisikan kesehatan, kesakitan
dan penyakit (Gochman,1988; De Clercq,1993). Setidaknya definisi kesehatan harus
mengandung paling tidak komponen : biomedis,personal dan sosiokultural.
keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani), dan sosial, dan bukan hanya
suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Definisi tersebut tidak hanya
meliputi tindakan yang dapat secara langsung diamati dan jelas tetapi juga kejadian mental
dan keadaan perasaan yang diteliti dan diukur secara tidak langsung.
3.Komunikasi Kesehatan
Setelah tahu pengertian komunikasi dan kesehatan, apa itu Komunikasi Kesehatan ?
Proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media
tertentu kepada komunikan dengan tujuan untuk mendorong perilaku manusia tercapainya

kesejahteraan sebagai kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara
fisik, mental (rohani), dan sosial.
Jadi, komunikasi Kesehatan adalah proses penyampaian informasi tentang kesehatan.
4.Kharakteristik Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan
atau peristiwa yang terjadi secara berurutan- serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun
waktu tertentu. Sebagai proses komunikasi tidak statis tapi dinamis dalam arti akan
mengalami perubahan secara terus menerus.
Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.
Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat.
Komunikasi bersifat simbolis.
komunikasi bersifat transaksional.
Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang.
Komponen Komunikasi Kesehatan
Komunikator adalah orang atau lembaga yang menyampaikan pesan, misalnya
berisikan himbauan untuk melakukan 3M dalam mencegah dan memberantas penyebaran dan
perkembangan nyamuk aedes agyphti yang menyebabkan penyakit DBD.
Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang yang mempunyai arti,
contohnya bias berupa slogan tentang hidup sehat dan lain-lain.
Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Komunikan bias berupa manyarakat
maupun lembaga tertentu yang bertanggung jawab atas peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
Media adalah sarana atau saluran yang mendukung proses penyampaian pesan. Media
dimaksud bias berupa media cetak maupun elektronik yang dahulu biasa dilakukan dengan
kegiatan penyuluhan.
Efek adalah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh pesan . efek atau dampak
ialah nilai ketercapaian kita dalam penyanpaian pesan. Nilai baik maupun sebaliknya
tergantung cara kita dalam menyampaikan pesan tersebut.
Landasan Komunikasi Kesehatan
Dalam Undang-undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 63 dijelaskan perlunya
pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang mantap agar dapat menunjang sepenuhnya

pelaksanaan manajemen dan upaya kesehatan dengan menggunakan teknologi dari yang
sederhana hingga yang mutakhir disemua tingkat administrasi kesehatan. Sistem Informasi
Kesehatan dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen kesehatan. Pendekatan
sentralistis di waktu lampau menyebabkan tidak berkembangnya manajemen kesehatan di
unit-unit kesehatan dan di Daerah. Manajemen memang akan berkembang dengan baik pada
saat suatu unit atau Daerah diberi kewenangan untuk mengurus dirinya sendiri (otonom).
Dengan kurang jelasnya manajemen kesehatan diwaktu lampau, maka kebutuhan informasi
dan datanya pun menjadi tidak jelas pula.
Oleh karena itu, tahun 2001 yang merupakan awal pelaksanaan Otonomi Daerah
dapat dianggap sebagai momentum yang tepat untuk mulai mengembangkan kembali Sistem
Informasi Kesehatan. Mendukung hal tersebut maka pada tahun tersebut di terbitkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 551/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan
Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). Seiring dengan
pesatnya perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) maka pada
tahun 2003 dikeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengem-bangan egovernment. Kemudian dijabarkan lagi melalui
Surat Keputusan Menteri Informasi & Komunikasi nomor 56/KEP/M.KOMINFO/12/2003
tentang Panduan Manajemen Sist Dokumen Elektronik (versi 1.0) dan Surat Keputusan
Kepala Badan Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/ 2003 tentang Pedoman Penyusunan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
.
6. Fungsi Komunikasi
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Komunikasi dibuat untuk
menyebarluaskan pesan kepada publik, mempengaruhi khalayak dan menggambarkan
kebudayaan pada masyarakat. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi
yang kuat di masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan berinteraksi yang bersifat antarpribadi,
dipenuhi melalui kegiatan komunikasi interpersonal atau antarpribadi. Sedangkan kebutuhan
untuk berkomunikasi secara publik dengan orang banyak, dipenuhi melalui aktivitas
komunikasi massa.
Dengan demikian komunikasi menjadi unsur penting dalam berlangsungnya
kehidupan suatu masyarakat. Selain merupakan kebutuhan, aktivitas komunikasi sekaligus
merupakan unsur pembentuk suatu masyarakat. Sebab tidak mungkin manusia hidup di suatu
lingkungan tanpa berkomunikasi satu sama lain.

Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi kepada khalayak massa


dengan menggunakan saluran-saluran media massa. Jadi komunikasi massa tidak sama
dengan media massa. Media massa hanyalah salah satu faktor yang membentuk proses
komunikasi

massa

tersebut,

yaitu

sebagai

alat

atau

saluran.

Iklan merupakan berita pesanan untuk mendorong, membujuk orang agar tertarik pada barang
yang ditawarkan. Secara garis besar iklan dibagi menjadi dua, yang pertama iklan komersil
yaitu iklan yang bertujuan untuk meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa. Yang kedua
iklan non komersil yaitu bagian dari kampanye sosial dengan tujuan mengajak, menghimbau
atau menyampaikan gagasan demi kepentingan umum. Iklan non komersil lebih dikenal
dengan iklan layanan masyarakat.
Mengapa Komunikasi Kesehatan Diperlukan di Bidang Kesehatan
Komunikasi Kesehatan menjadi semakin populer dalam upaya promosi kesehatan
selama 20 tahun terakhir. Contoh, komunikasi kesehatan memegang peranan utama atau
pengontribusi dalam pemenuhan 219 dari 300 tujuan khusus dalam Healthy People 2010.
Apabila digunakan secara tepat, komunikasi kesehatan dapat mempengaruhi sikap, persepsi,
kesadaran, pengetahuan dan norma sosial yang kesemuanya berperan sebagai precursor dapa
perubahan prilaku. Komunikasi kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi prilaku karena
didasarkan pada psikologi sosial, pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan pemasaran
untuk mengembangkan dan menyampaikan promosi kesehatan dan pesan pencegahan
pencegahan.
Karya awal yang mempengaruhi perkembangan komunikasi kesehatan di susun oleh
National Cancer Institute (NCI) dan diberi judul Making Health Communication Programs
Work: A Planners Guide. Panduann ini menyatakan bahwa bidang ilmu seperti pendidikan
kesehatan, pemasaran sosial, dan komunikasi massa secara bersama mendefinisikan
komunikai kesehatan. Bukan hal luar biasa apabila mendengar peryataan bahwa komunikasi
kesehatan bahkan merupakan nama yang lebih baik untuk profesi daripada promosi kesehatan
atau pendidikan kesehatan bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam promosi kesehatan
melibatkan komunikasi untuk kesehatan. Kenyataannya, komunikasu kesehatan telah
didefinisikan secara luas oleh Everett Rogers, seorang pelopor dalam bidang komunikasi,
sebagai segala jenis komunikasi manusia yang berhubungan dengan kesehatan.
Komunikasi kesehatan juga dapat mencerminkan bagaimana persoalan kesehatan
diterima oleh audiens tertentu. Contoh, NCI mendefinisikan komunikasi kesehatan sebagai
seni dan teknik menyampaikan informasi, mempengaruhi, dan memotivasi individu, institusi,

dan audiens public tentang pentingnya persoalan kesehatan. The Centers of Disease Control
and Prevention (CDC) mendefinisikan komunikasi kesehatan sebagai suatu ilmu dan sebagai
penggunaan strategi komunikasi untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi
keputusan individu dan masyarakat yang dapat meningkatkan kesehatan. Walau begitu, masih
ada orang yang membicarakan konsep tersebut dengan menekankan berbagai bentuk
aplikasinya , termasuk advokasi media, komunikasi resiko, pendidikan hiburan, materi cetak,
dan komunikasi interaktif.
Ada dua perspektif utama yang diambil ketika mempertimbangkan komunikasi
kesehatan dalam praktik promosi kesehatan saat ini. Beberapa praktisi memandang
komunikasi massa sebagai proses menyeluruh yang membingkai penerapan intervensi
promosi kesehatan. Praktisi ini memandang komunikasi kesehatan sebagai strategi atau
aktifitas sempit seperti publikasi informasi atau sejenis komunikasi. Antar personal yang
mungkin berlangsung antara pendidik kesehatan dan kliennya. Kedua pemikiran itu
menyebabkan

komunikasi

kesehatan

rentan

terhadap

penafsiran

yang

luas

dan

kesalahpahaman.
Jadi,komunikasi kesehatan diperlukan di bidang kesehatan karena komunikasi dalam
kesehatan merupakan kunci pencapaian peningkatan tarap atau tingkat kesehatan masyarakat.
Sejauh ini komunikasi senantiasa berkembang seiring berkembangnya dunia teknologi
komunikasi. komunikasi yang dulunya biasa dilakukan dengan penyuluhan yang secara
langsung berhadapan dengan masyarakat dan dilakukan dengan media audio/radio sekarang
lebih popular dengan penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media internet
maupun media cetak dan elektronik. Tidak hanya bernilai praktis namun mempunyai nilai
ekonomis dan tampilannya lebih menarik. Media yang berkembang tersebut sangat
membantu dalam ketercapaian komunikasi kesehatan karena tercapai atau tidaknya
komunikasi kesehatan lebih dikarenakan penggunaan media informasi yang tepat, pesan yang
sistematis dan mudah dimengerti.

2
HEALTH BELIEF MODEL THEORY
(TEORI MODEL KEPERCAYAAN KESEHATAN)
Model Kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio psikologis.
Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem kesehatan ditandai oleh
kegagalan orang atau masyarakat. Untuk menerima usaha sama dengan pencegahan dan
penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider. Kegagalan ini akhirnya
memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit atau preventif behavior,
yang oleh Becker tahun 1974 mengembangkan dari teori lapangan (field theory) oleh Lewin
tahun 1954 menjadi model kepercayaan kesehatan/ health belief model.

Health Belief Model (HBM) menjadi salah satu kerangka konseptual yang
digunakan secara luas di dalam perilaku kesehatan selama 5 dasawarsa. HBM digunakan
untuk menjelaskan perubahan dan pemeliharaan dari perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, serta sebagai sebuah kerangka pedoman dari intervensi perilaku kesehatan. HBM
menggambarkan, membandingkan, dan menganalisa dengan menggunakan sebuah aturan
yang luas dari beraneka ragam teknik analitik. Lebih dari 2 dasawarsa yang lalu, lebih banyak
penelitian yang melakukan penetapan ukuran dari kepercayaan orang yang bersangkutan
terhadap kondisi kesehatan dan hubungan antara kepercayaan-kepercayaan ini.
Tinjauan dini dari penelitian HBM menemukan tersedianya konteks sejarah untuk
cabang ini (Becker, 1974 ; Janz & Becker, 1984). HBM baru saja melanjutkan penelitian
untuk menegaskan kepercayaan individu yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan, lalu
menempatkannya di berbagai ragam analisis & memeriksa kualitas dari prediktifnya.

HBM mulai berkembang pada tahun 1950 oleh sebuah kelompok ahli ilmu jiwa
sosial di US. Pelayanan kesehatan masyarakat menjelaskan kegagalan yang tersebar luas dari
keikutsertaan individu dalam program untuk pencegahan dan pendeteksian penyakit
(Hochbaum, 1958; Rosenstock, 1960, 1974). Kemudian model ini menyampaikan tentang
respon orang untuk berbagai gejala (Kirscht, 1974) dan tingkah laku mereka sebagai respons
untuk mendiagnosa penyakit, dengan factor-faktor yang adheren untuk aturan hidup dalam
kedokteran (Becker, 1974). Pada umumnya, sekarang timbul kepercayaan/ keyakinan bahwa
orang lebih memilih tindakan pencegahan, perlindungan atau untuk mengontrol keadaan sakit
dan sehat
KUNCI KONSEP & DEFINISIRI HEALTH BELIEF MODEL
KONSEP
DEFINISI
Merasa Rentan
Kepercayaan seseorang mengenai kesempatan
(Perceived susceptibility)
untuk mengkondisikan sesuatu
Merasa Berat
Kepercayaan seseorang tentang bagaimana
(Perceived severity)
seriusnya suatu kondisi dan bagaimana akibat
dari kondisi itu
Merasakan Manfaat
Kepercayaan seseorang tentang kemanjuran/
(Perceived benefits)
keampuhan dari nasehat, untuk mengurangi
resiko atau dampak yang serius
Merasakan Rintangan
Kepercayaan seseorang tentang kenyataan &
(Perceived barriers)
harga kejiwaan dari tindakan menasehati
Pedoman Tindakan
Strategi-strategi untuk memacu keadaan siap
(Cues to action)
seseorang
Keampuhan diri sendiri
Kepercayaan seseorang terhadap kemampuan(Self-efficacy)
nya untuk mengambil tindakan

KOMPONEN-KOMPONEN & HUBUNGAN DARI HBM

COMMUNICATION/ PERSUASION MODEL


Berdasarkan Oxford English Dictionary, communication berasal dari bahasa Latin.
Sekarang kita memberikan definisi communication sebagai hasil dan pertukaran informasi
dan bisa diartikan dengan menggunakan lambang/ isyarat dan dengan menggunakan symbol
(Gerbner, 1985). Ianya meliputi proses encoding, transmisi, decoding, dan pembentukan
informasi sekaligus artinya.
Karena yang menjadi pusat dari communication adalah hubungan antara tiap individu,
maka banyak tuntutan studi seperti empiris, kritikal, dan diwujudkan dalam praktek, termasuk
kesehatan masyarakat. Perwujudan communication perspective dengan menggunakan faktafakta mempengaruhi kesehatan masyarakat.

PILIHAN TEORI KOMUNIKASI DAN TINGKATAN ANALISISNYA

THEORY OF REASONED ACTION


Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967,
teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan
perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami
perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami hubungan
antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan
secara relative korespondensi yang rendah diantara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa
teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku
(Fishbein, 1993; Abelson, 1972; Wicker, 1969).

Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang


menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma
untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan norma
subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab diantara komponen
yang ditentukan dengan jelas (Ajzen dan Fishbein, 1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5
atau 7 titik skala.
THEORY OF REASONED ACTION & THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (TPB)

TRANSTHEORETICAL MODEL
Transtheoretical Model (TTM) menggunakan tingkatan dari perubahan untuk proses
integrative dan prinsipel dari perubahan across major theories dari intervensi; karena itulah
teori ini diberi nama transtheoritical. Model ini timbul dari analisis komperatif leading
theories psikoterapi dan perubahan perilaku. Tujuannya adalah untuk mencapai integrasi
secara teratur dari sebuah lapangan yang memecahnya menjadi lebih dari 300 teori

psikoterapi

(Prochaska,1979).

Setiap

tahap

perkembangan,

analisis

komperatif

mengidentifikasi 10 proses dari perubahan.


Mereka menaksir bahwa frekuensi setiap kelompok digunakan di setiap proses
dalam analisis empirical dari perbandingan perubahan diri seorang perokok dalam laporan
professional (DiClemente dan Prochaska, 1982). Penelitian partisipan menuturkan bahwa
mereka menggunakan proses perbedaan waktu dalam perjuangan mereka dalam merokok.

KONSEP DARI TRANSTHEORETICAL MODEL

PRECEDE/ PROCEED MODEL


Adopsi dari sebuah tindakan pencegahan baru atau penghentian dari sebuah perilaku
berbahaya memerlukan tindakan yang sengaja tenang dan berhati-hati. Precaution Adoption
Model lebih suka mempergunakan tipe ini untuk bertindak dibandingkan perkembangan yang
berangsur-angsur dari pola kebiasaan perilaku, contohnya latihan (exercise) dan diet. Ianya
juga menggunakan penjelasan mengapa dan bagaimana seseorang membuat perubahan
sengaja tenang dan berhati-hati (deliberate) di dalam pola kebiasaan mereka.

Tujuan dari model ini adalah untuk menjelaskan bagaimana seseorang dapat
memutuskan untuk mengambil tindakan, dan bagaimana seseorang menterjemahkan
keputusan menjadi tindakan. Meskipun beberapa aspek dari teori ini didiskusikan pada tahun
1988 (Weinstein, 1988), formulasi saat ini di publikasikan pada tahun 1992 (Weinstein dan
Sandman, 1992). Dalam model ini dikenal ada 7 tingkatan sepanjang jalur mulai dari
kekurangan kesadaran sampai dengan tindakan. Dalam beberapa poin inisial, orang tidak
sadar dengan persoalan kesehatan (tingkatan 1). Ketika mereka pertama kali mempelajari
tentang isu-isu itu, mereka tidak menyadari secara jangka panjang, tetapi tidak terikat dengan
isu-isu tersebuts (tingkatan 2). Orang yang meraih ketegasan akan membuat tingkatan
(tingkatan 3) menjadi perjanjian melalui persoalan dan mempertimbangkan tanggapan
mereka. Ketegasan ini membuat proses dapat menghasilkan 1 dari 2 hasil. Jika suatu
keputusan tidak mengakibatkan tindakan, maka adopsi tindakan pencegahan mengakhiri
proses (tingkatan 4), tingkatan selanjutnya untuk memulai perilaku (tingkatan 6). Pada
tingkatan 7, jika relevant, ini merupakan indikaasi bahwa perilaku dapat dipelihara dalam
waktu yang lebih (tingkatan 7).

DIFFUSION OF INNOVATION MODEL


Meskipun upaya yang sungguh-sungguh dan berbagai sumber dicurahkan untuk
mengembangkan dan menguji intervensi perilaku kesehatan, sedikit perhatian biasanya

memberikan metode pengembangan yang efektif untuk difusi penyebarannya. Difusi dapat
memaksimalkan pembukaan dan meraih intervensi yang baik, jadi meningkatkan pengaruh
yang kuat di kesehatan masyarakat. Cabang provider ini merupakan sebuah konseptual
kerangka kerja untuk memahami proses difusi dan jenis tingkatan, sebuah peninjauan luar
dari kunci metodologi dan isu penelitian, serta beberapa aplikasi dari Teori Difusi untuk
mengembangkan dan mengimplementasi inovasi perubahan perilaku kesehatan.
Edisi terakhir dari edisi buku Diffusion of Innovations, catatan Roger di topik
literature difusi, luas dan sangat banyak, hampir menekankan 4 ribu publikasi pada tempat
subjek dari penelitian agricultural untuk penelitian kontraseptif, produk consumer, dan ilmu
pasti modern di sekolah serta promosi kesehatan (Rogers, 1995). Walaupun demikian, banyak
inovasi perubahan perilaku kesehatan gagal diakhir, karena batasan frekuensi yang telah
hilang antara inovasi dan akhir pengembangan serta merencanakan awal difusi (Orlandi,
Landers, Weston, dan Haley, 1990). Asumsi ini timbul setelah terjadinya pengembangan
inovasi, dan menunjukkan keampuhan serta keefektifitasan, adopsinya tersebar luas dan
ditemukan dengan otomatis. Bagaimanapun, bayak fakta-fakta bahwa pengguna daftar
percobaan inisial dalam implementasi tidak khusus mengarahkan penggunaan substansi dari
sebuah program pendidikan kesehatan yang efektif, cepat mengerti dan melebihi pengguna
lainnya ini adalah tipe dari orang miskin
Roger (1983) menegaskan bahwa inovasi adalah sebuah ide, praktek atau objek
yang baru dari seorang individu atau unit lain dari adopsi. Difusi didefinisikan sebagai
proses dari sebuah inovasi yang disampaikan melalui saluran yang pasti melebihi waktu
diantara anggota-anggota dari sebuah sistem sosial, dengan maksud memaksimalkan
pembukaan dan meraih berbagai inovasi, strategi, atau program (Rogers, 1983). Proses ini
adalah tipe difusi yang meliputi 5 tingkatan: pengembangan inovasi, diskriminasi, adopsi,
implementasi, dan pemeliharaan.

TINGKATAN DARI DIFFUSION OF INNOVATIONS DALAM ORGANISASI


TINGKATAN
GAMBARAN
Agenda Setting
Agenda adalah pemicu dari (1) menerima masalah
organisasi dan memprioritaskannya untuk dicari solusi
atau (2) kesadaran akan eksistensi dari sebuah inovasi
yang pasti
Matching
Sebuah inovasi adalah pilihan untuk mencocokkan
sebuah pokok persoalan atau masalah dan mencoba
keluar dari organisasi
Redefining atau restructuring
Membentuk organisasi yang memiliki inovasis sebagai
objektif dan struktur
Clarifying
Menyusun antara organisasi dan inofasi
Routinizing
Inovasi termasuk dalam kebiasaan organisasi
SOCIAL LEARNING THEORY
Teori ini bertujuan sekaligus sebagai ilmu dinamika psychososial didalam
melancarkan perilaku kesehatan dan sebagai metode untuk mempromosikan perubahan yang
berhubungan dengan perilaku. Dalam teori ini, perilaku manusia merupakan penjelasan
terminology dari sebuah tritunggal, ilmu dinamika, dan model timbal balik dalam perilaku,
faktor personal, serta pengaruh dari likngkungan. Diantara semuanya, faktor personal sangat
penting karena ia merupakan kemampuan dari setiap individu untuk melambangkan perilaku,
untuk mengharapkan hasil dari perilaku, untuk belajar dari berbagai pengamatan, untuk
memiliki kepercayaan dalam menunjukkan sebuah perilaku, untuk menentukan diri sendiri
atau untuk mengatur prilaku diri sendiri, dan untuk reflex serta menganalisa pengalaman
(Bandura, 1997).
Pendidik kesehatan dan para ahli ilmu perilaku dengan kreatif menggunakan teori ini
untuk mengembangkan intervensi, prosedur, atau tekhnik yang dapat mempengaruhi pokok
variable-variabel kognitif, dengan demikian hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya
perubahan perilaku. Cabang provider ini adalah sebuah sejarah singkat dari perkembangan
Social Cognitive Theory, yang meliputi sebuah gambaran dari berbagai konsep kunci, dan
menganalisis dua contoh baru dari bagaimana teori ini digunakan untuk mendesign program
pendidikan dalam kesehatan.

PERILAKU KESEHATAN
Menurut batasan perilaku dari Skiner, maka yang dimaksud dengan perilaku
kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesahatan, makanan, dan minuman,
serta lingkungan. Dari batasan ini, prilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok yaitu :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit. Oleh karena itu, perilaku pemeliharaan
kesehatan terdiri dari 3 aspek yaitu:
a.

Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bila telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan
disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun
perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c.

Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta
meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi
penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini
sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit
atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri (self treatment)
sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan


Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya,
dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan
perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu
kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakat. Misalnya bagaimana mengelola
pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan
sebagainya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.
a.

Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain:
1)

Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam arti kualitas
(mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi tidak juga lebih). Secara kualitas
mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan 4 sehat 5 sempurna.

2)

Olahraga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan
waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung
dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.

3)

Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia, seolah-olah sudah
membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil suatu
penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. Inilah tantangan pendidikan kesehatan
kita.

4)

Tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan mengonsumsi
narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya, juga cenderung meningkat). Sekitar
1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum miras ini.

5)

Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidu akibat tuntutan untuk
penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan
berlebihan, sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.

6)

Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam
bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di
atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. Stres tidak dapat kita hindari,
yang penting dijaga agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat
mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

7)

Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya: tidak berganti-ganti
pasangan dalam hubungan seks, penyesuaiaan diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya.
b.

Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan
sebagainya.
c.

Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang
sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus
diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang
selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi:
1)
2)

Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

Mengenal/ mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/ penyembuhan penyakit yang layak

3)

Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan,


dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain
terutama kepada dokter/ petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain,
dan sebagainya).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan,
serta lingkungan.
Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan.
Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun
bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini
terdiri 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan lingkungan.
Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup:
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespons,
baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit
yang ada pada dirinya dan di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan
sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit
ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni:
2. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, (health
promotion behavior), misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, dan
sebagainya.
3. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah respons untuk
melakukan pencegahan penyakit, misalnya: tidur memakai kelambu untuk mencegah

gigitan nyamuk malaria, imunisasi, dan sebagainya. Termasuk juga perilaku untuk
tidak menularkan penyakit kepada orang lain.
4. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behavior), yaitu
perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati
sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern
(puskesmas, mantra, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan
tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).
5. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior),
yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah
sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran
dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya.
Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respons seseorang terhadap system
pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku
ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan
obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, dan penggunaan fasilitas,
petugas, dan obat-obatan.
1. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan,
persepsi, sikap, dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung
di dalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan dengan
kebutuhan tubuh kita.
1. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah
respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.

Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini
antara lain mencakup:
2. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalmnya komponen, manfaat, dan
penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
3. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi
higien pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.
4. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.
Termasuk di dalamnya system pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta
dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
5. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan,
lantai, dan sebagainya.
6. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vector), dan
sebagainya.
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa factor
yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain:
susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan, dan sebagainya.
Susunan syaraf pusat memegang peranan yang penting dalam perilaku manusia, karena
merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi perbuatan atau
tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan syaraf pusat dengan unit-unit dasarnya
yang disebut neuron. Neuron memindahkan energi-energi di dalam impuls-impuls syaraf.
Impuls-impuls syaraf pendengaran, penglihatan, pembauan, pencecepan dan perabaab

disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan melalui impuls-impuls syaraf ke susunan syaraf
pusat.
Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi.
Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra. Setiap orang
mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati objek yang sama. Motivasi yang
diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak mencapai suatu tujuan juga dapat terwujud
dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang
mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakikatnya
merupakan factor keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek
tersebut di atas akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan.
Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktekpraktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari
oleh perilaku terdahulu (sebelumnya). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku
itu dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya.
Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health
related behavior) sebagai berikut:
1. Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan,
memilih makanan, sanitasi, dan sebaginya.
1. Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan
kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk di sini juga kemampuan atau pengetahuan

individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha


mencegah penyakit tersebut.
1. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku
ini di samping berpengaruh terhadap kesehatan/ kesakitannya sendiri, juga
berpengaruh terhadap orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.
Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu dengan lingkungan social yang saling
mempengaruhi di dalam suatu diagram sebagai berikut:

4
INTERAKSI PERILAKU KESEHATAN

Keterangan:
1. Perilaku kesehatan individu; sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya dengan
lingkungan.
2. Lingkungan keluarga; kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan.
3. Lingkungan terbatas; tradisi, adat istiadat dan kepercayaan masyarakat sehubungan
dengan kesehatan.
4. Lingkungan umum; kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan, undangundang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.
Setiap individu sejak lahir terkait di dalm suatu kelompok, terutama kelompok keluarga.
Dalam keterkaitannya dengan kelompok ini membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan
mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa
berlaku aturan-aturan dan norma-norma sosial tertentu, maka perilaku tiap individu anggota
kelompok berlangsung di dalam suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu
tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan.
Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi
oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan, dan
kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap
individu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau
pencegahan berbeda, meskipun gangguan kesehatan sama. Pada umumnya tindakan yang
diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap
gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan
individu menstimulasikan dimulainya suatu proses social psikologis. Proses semacam ini
menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang

dialami, dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti
suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni:
1. Ada suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau
ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang
lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut berperan. Selanjutnya, gangguan
dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga), dan mereka yang diberi
informasi tersebut menilai dengan criteria subjektif.
2. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari
bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang
bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut
dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan
menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.
3. Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialami. Oleh karena
gangguan kesehatan terjadi secara teratur di dalam suatu kelompok tertentu, maka
setiap orang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang
berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus orang
menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu, baik secara tradisional
maupun secara modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam
menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut
adalah merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.
4. Dilakukannya tindakan manipulative untuk meniadakan atau menghilangkan
kecemasan atau gangguan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga
kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk
mengatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik
tradisional maupun modern.
TEORI-TEORI PERUBAHAN PERILAKU
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan
perilaku. Karena perubahan perilaku adalah merupakan tujuan dari pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehtan yang lainnya. Banyak
teori tentang perubahan perilaku ini, antara lain akan diuraikan dibawah ini.
a. Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung
kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas
dari sumber komunikasi (sources) misalnya: kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara
sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakikatnya adalah
sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses
belajar pada individu yang terdiri dari:
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif
mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima
oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia


mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3. Setelah itu organisme mengolah stimu;lus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus
(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat
melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan
organisme. Dalam meyakinkan organisme ini faktor reinforcement memegang peranan
penting.
Proses perubahan perilaku berdasarkan teori S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut:
TEORI S-O-R

1. b.

Teori Festinger (Dissonance Theory)

Finger (1957) telah bayak pengaruhnya dalam psikologi social. Teori ini sebenarnya sama
dengan konsep imbalance (= tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive
dissonance adalah ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang
berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri
individu, maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut
consonance (keseimbangan).
Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen
kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud dengan elemen kognisi adalah
pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau

objek, dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda/
bertentangan di dalam diri individu sendiri, maka terjadilah dissonance. Sherwood dan
Borrou merumuskan dissonance itu sebagai berikut:

Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang akan
menyebabkan perubahan perilaku terjadi disebabkan karena adanya perbedaan jumlah elemen
kognitif yang seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang serta sama-sama
pentingnya. Hal ini akan menimbulkan konflik pada diri individu tersebut.
1. c.

Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada
keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang
tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan, Katz berasumsi bahwa:
1. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif
terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat
memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negative. Misalnya, orang mau
membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar sudah menjadi kebutuhannya.
2. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri
dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakantindakannya manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang dating dari luar.
Misalnya, orang dapat menghindari penyakit demam berdarah, karena penyakit
tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.
3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam perannya
dengan tindakannya itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan
keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi.
Pengambilan keputusan yang mengakibatkantindakan-tindakan tersebut dilakukan
secara spontan dan daalam waktu yang singkat. Misalnya, bila seseorang merasa sakit
kepala, maka secara cepat, tanpa berpikir lama ia akan bertindak untuk mengatasi rasa
sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan meminumnya, atau dengan
tindakan-tindakan lain.
4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan
pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebabitu perilaku dapat merupakan layar
dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya, orang yang sedang marah,
senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.

Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar
individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungan menurut kebutuhannya. Oleh
sebab itu, di dalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah
secara relative.
1. d.

Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan
penahan (restrining forces). Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan
antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang.
Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni:
1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus
yang mendorong untuk terjadinya perubahn-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa
penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang
bersangkutan. Misalnya: seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara penting
anak sedikit, dengan kepercayaan bayak anak bayak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut
KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber-KB dinaikkan dengan penyuluhanpenyuluhan atau usah-usaha lain.

2. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi adanya stimulus-stimulus yang
memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya contoh tersebut di atas, dengan
pemberian pengertian kepada orang tersebut bahwa banyak anak banyak rezeki, bayak adalah
kepercayaan yang salah, maka kekuatan penahan tersebut melemah, dan akan terjadi
perubahan perilaku pada orang tersebut.

Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan pendorong menurun. Dengan keadaan semacam


ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti pada contoh di atas juga, penyuluhan
KB yang berisikan memberikan pengertian terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-

KB dan tidak benarnya kepercayaan anak bayak rezeki akan meningkatkan kekuatan
pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.

Perilaku adalah aktivitas organism atau makhluk hidup.


Perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus.
Stimulus - organism respon
Jenis respon
1. Respondent respons (Reflexive respons0
Yaitu respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertertu yang disebut ecliting stimuli karena
menimbulkan respon yang relative tetap
2. Operant respon
Respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli lain (Reinforcing
stimuli/reinforce)
Jenis Perilaku
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain secara
jelas. Covert behavior dapat diukur : pengetahuan, sikap
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan yang dapat diamati oleh
orang lain.
Ilmu-ilmu Dasar Perilaku
Perilaku terbentuk dari 2 faktor :
1. Stimulus 9eksternal)
Lingkungan fisik, sosial, budaya
2. Respons (internal)
Perhatian, pengamatan, motivasi, persepsi, intelegensi, fantasi
Respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan sehat, sakit, penyakit dan
faktor-faktor yang mempengaruhi sekahat sakit
Perilaku kesehatan :
1. Perilaku orang sehat
Perilaku preventif dan promotif
2. Perilaku orang sakit
Perilaku mencari pertolongan pengobatan untuk mencari kesembuhan
Perilaku sehat (Healthy behavior)
1. Makan dengan minum seimbang
2. Kegiatan fisik cukup dan teratur
3. Tidak merokok dan minum-minuman keras

4. Istirahat yang cukup


5. Pengendalian atau manajemen stress
6. Perilaku/gaya hidup positif
Perilaku sakit (illness behavior)
1. Didiamkan saja (no action)
2. Pengobatan sendiri (self treatment)
3. Mencari penyembuhan/pengobatan
Peranan (hak dan kewajiban) orang sakit ;
1. Tindakan untuk mengenal, mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh
kesembuhan
2. Melakukan kewajibannya sebagai pasien
3. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan proses penyembuhannya
4. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya
Pengetahuan
Adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indranya
Tingkat pengetahuan :
1. Tahu (know)
2. Memahami (comperehensif)
3. Aplikasi (application)
4. Analisa 9analysisi
5. Sintesis 9synthesis0
6. Evaluasi (evaluation)
Sikap
Adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau obyek tertentu yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi (Campbell)
Adalah kesiapan seseorang untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu
9Newcomb)
Komponen sikap :
1. Kepercayaan, keyakinan, ide, konsep trehadap objek
2. Kehidpan emosionil/evaluasi terhadap objel
3. Kecenderungan orang untuk bertindak
Tingkatan sikap :
1. Menerima (receiving)
2. Menghargai (valuing)
3. Menanggapi (responding)
4. Bertanggungjawab (responsible)

6
Langkah-langkah dalam komunikasi kesehatan
Stages in the health communication process
1. Planning : perencanaan
2. Development : pengembangan

3. Implementation : hasil
4. Evaluation : evaluasi
Langkah-langkah Precede-Proceed
Fase 1. Diagnosis sosial
Diagnosis sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau
kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk meingkatkan kualitas hidupnya melalui
partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang dirancang sebelumnya
Fase 2. Diagnosis epidemiologi
- Masalah kesehatan kualitas hidup
- Efek : langsung dan tidak langsung
- Identifikasi faktor kesehatan kualitas hidup
1. Kelompok mana yang terkena masalah kesehatan
2. Pengaruh masalah kesehatan : mprtalitas, morbiditas, disability, tanda, gejala
3. Cara menanggulangi masalah tersebut
- Prioritas masalah : tujuan program = who, howmuch, what outcome, when
Fase 3. Diagnosis perilaku dan lingkungan
- Identifikasi : masalah perilaku, lingkungan
- Masalah perilaku yang dapat dikontrol secara individu, institusi
- Indikator perilaku ;
1. Utilisasi penggunaan pelayanan kesehatan
2. Upaya pencegahan-pencegahan
3. Kepatuhan (compliance)
4. Upaya pemeliharaan kesehatan (selfcare)
- Dimensi perilaku : earliness, quality, persistence, frequency, range
- Indicator lingkungan : keadaan sosial, ekonomi, fisik, pelayanan kesehatan
Dimesi : keterjangkauan, kemampuan, perataan
Langkah-langkah diagnosis dan perilaku lingkungan :
1. Memisahkan faktor perilaku dan non perilaku penyebab masalah kesehatan
2. Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masaah kesehatan,
perawatan, dan pengobatan. Faktor lingkungan : mengeliminasi faktor yang tidak dapat
dirubah = genetic dan demografis
3. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh terhadap
masalah kesehatan
4. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan yang berdasarkan kemungkinan untuk dirubah
5. Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program
6. Tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai
Fase 4. Diagnosis pendidikan dan organisasional
Determinan perilaku yang mempengaruhi perilaku kesehatan
1. Faktor predisposisi : pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan, norma, nilai
2. Faktor enabling : faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang
3. Faktor reinforcing (pendorong)
Perilaku orang lain yang berpengaruh
Menetapkan tujuan pendidikan berdasarkan ;
1. Faktor predisposisi (tujuan pembelajaran)
2. Faktor pemungkin, penguat (tujuan organisasional : upaya pengembangan organisasi
menjadi pengembangan sumber daya
Fase 5. Diagnosis Administratif kebijakan
Analisis kebijakan, sumber dayam peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau
mengambat pengembangan program promosi kesehatan
3 penilaian dalam diagnosis administrative :

1. Sumber daya yang dibutuhkan


2. Sumber daya yang ada di organisasi dan masyarakat
3. Hambatan pelaksanaan program
Penilaian dalam diagnosis kebijakan : Dukungan dan hambatan politis, peraturan dan
organisasional yang memfasilitasi program, pengembangan lingkungan yang dapat
mendukung kegiatan masyarakat.
Langkah selanjutnya dari perencanaan dengan Precede ke implementasi dan evaluasi dengan
proceed
Precede digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan individu dan masyarakat sasaran.
Proceed untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima,
dan dapat dipertanggunjawabkan
Penilaian sumber daya -> keberadaan program
Perubahan organisasi -> program dapat dijangkau
Perubahan politis dan peraturan -> program dapat diterima masyarakat
Evaluasi -> program dapat dipertanggungjawabkan
Ditulis dalam Komunikasi Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai