Dahulu, hiduplah seekor monyet dan seekor kura-kura. Mereka adalah sahabat yang akrab.
Tak pernah terpisahkan oleh jarak dan waktu. Setiap pagi, mereka selalu jalan bersama,
makan bersama, semua selalu bersama. Suatu hari, mereka menemukan beberapa biji pisang.
"Hei, Ra. Gimana kalau kita tanam biji pisang ini? Siapa tahu berbuah," kata monyet. "Ya, ya.
Ayo kita tanam biji pisang ini," kata kura-kura semangat.
Mereka pun kembali ke rumah mereka masing-masing. Di rumah monyet, ia menanam biji
pisang itu di halaman rumahnya. Tapi, monyet tidak rajin merawatnya. Terkadang seminggu
sekali. Bahkan pernah dalam seminggu tidak dirawat sedikitpun. Maka, pohon pisang monyet
masih kecil sekali. Sementara itu, kura-kura menanam pohon pisang itu dengan rajin. Dia
selalu menyiramnya setiap hari. Akhirnya pohon pisang kura-kura sudah besar dan berbuah.
Dahulu kala, siput tidak membawa rumahnya kemanamana. Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah ditinggalkan induk burung di
atas pohon. Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun pohon merintangi
sinar matahari yang jatuh tepat ke sarang tempat siput tinggal. Tetapi ketika musim hujan
datang, daun-daun itu tidak bisa lagi menghalangi air hujan yang jatuh. Siput menjadi basah
dan kedinginan terkena air hujan.
Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput
terlindung dengan baik, bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah dan kedinginan.
Sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku, gumam siput dalam hati.
Tetapi di suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk. Tok..toktokburung pelatuk
terus mematuk batang pohon tempat rumah siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa
tidur. Dengan hati jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan mencari tempat tinggal
selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang di tanah, kelihatannya hangat jika malam
datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan memutuskan untuk tinggal di
dalamnya. Tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang menggali dari segala arah merusak
rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru.
Siput berjalan terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu karang. Sela-sela batu karang
dapat menjadi rumahku, siput bersorak senang. Aku bisa berlindung dari panas matahari dan
hujan, tidak akan ada burung pelatuk yang akan mematuk batu karang ini, dan tikus-tikus
tidak akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini.
Siput pun dapat beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut pasang dan naik sampai ke
atas batu karang, siput ikut tersapu bersama dengan ombak. Sekali lagi siput harus pergi
mencari rumah baru. Ketika berjalan meninggalkan pantai, siput menemukan sebuah
cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan. Karena lelah dan kedinginan, siput
masuk ke dalam cangkang itu. Siput merasa hangat dan nyaman lalu tidur bergelung di
dalamnya.
Ketika pagi datang, siput menyadari telah menemukan rumah yang terbaik baginya.
Cangkang ini sangat cocok untuknya. Aku tidak perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan
turun, aku tidak akan kepanasan lagi, tidak ada yang akan menggangguku. Aku akan
membawa rumah ini bersamaku kemanapun aku pergi.
2
Di suatu desa, hiduplah seorang petani yang sudah tua. Petani ini hidup seorang diri dan
sangat miskin, pakaiannya penuh dengan tambalan dan rumahnya terbuat dari gubuk kayu.
Musim dingin sudah tiba, pak petani tidak punya makanan, juga tidak mempunyai kayu bakar
untuk menghangatkan diri. Hari itu pak petani hendak pergi ke pasar untuk mencari
pekerjaan. Ketika keluar dari rumah, dilihatnya ada sebutir telur tergeletak diatas tanah
bersalju. Dengan hati-hati dipungutnya telur tersebut dan dibawanya ke dalam rumah.
Pak petani menyelimuti telur itu dengan kain lusuh dan meletakkannya di dalam kardus agar
tetap hangat. Setelah itu dia pergi ke pasar untuk bekerja. Pak petani membuat telur itu
menjadi hangat setiap hari sampai telur itu menetas. Ternyata telur itu adalah telur burung
camar. Mungkin induknya menjatuhkannya ketika hendak pindah ke tempat yang lebih
hangat. Pak petani merawat burung camar kecil itu dengan penuh kasih sayang. Dia selalu
membagi setiap makanan yang diperolehnya dari bekerja di pasar. Ketika harus
meninggalkan burung camar itu sendirian, pak petani akan meletakkannya di dalam kardus
dan menyalakan perapian agar burung camar tetap hangat.
Hari-hari berlalu, burung camar kecil tumbuh semakin besar. Pak petani sadar, burung camar
ini tidak selamanya akan tinggal bersama dirinya. Dengan berlinang air mata, pak petani
melepaskan burung camar itu agar pergi ke selatan, ke tempat yang hangat.
dan dia tidak merasa sakit. Karena keajaibannya, pak petani menamakan pohon itu Pohon
Dewa, karena buahnya dapat membuat pak petani menjadi sehat kembali.
Pak petani merawat pohon itu dengan baik. Meskipun musim dingin, pohon itu terus berbuah
dan tidak menjadi kering. Pak petani menjual buah itu dan mendapatkan banyak uang.
Sekarang pak petani tidak lagi kedinginan dan kelaparan. Meskipun demikian, pak petani
tetap murah hati, dia ingat bahwa apa yang diterimanya sekarang adalah buah dari
ketulusannya menolong sesama makhluk hidup.
Raksasa Yang Egois
Dahulu kala, ada sebuah taman yang sangat luas dan cantik, milik seorang
raksasa. Taman itu sangat indah dengan rumput yang hijau dan lembut, bunga-bunga yang cantik, dan
puluhan pohon yang berbuah lebat. Setiap siang, anak-anak masuk ke dalam taman itu untuk bermain
dan mendengarkan burung-burung berkicau merdu dari pohon-pohon.
Raksasa sedang pergi selama 5 tahun mengunjungi keluarganya di negeri lain. Sekarang, dia kembali
ke rumahnya, sebuah rumah yang sangat besar dengan taman di depannya. Saat tiba di taman, ia
melihat anak-anak sedang bermain disana. Raksasa lalu memarahi mereka, Apa yang kalian lakukan
disini? Pergi! Ini taman milikku! Anak-anak yang ketakutan berlari meninggalkan taman itu.
Karena tidak ingin ada orang lain yang ikut menikmati keindahan tamannya lagi, raksasa lalu
membangun tembok yang tinggi mengelilingi taman itu, dan memadang tulisan Yang masuk tanpa
ijin akan dihukum! Anak-anak kehilangan taman itu. Sesekali mereka memanjat dan melongok
melewati tembok yang tinggi, memandangi taman itu dan dengan sedihnya membicarakan permainanpermainan yang dulu mereka lakukan disana.
Hari demi hari berlalu. Bunga-bunga di taman itu tidak lagi bermekaran. Burung-burung tidak lagi
berkicau dan pohon-pohon berhenti berbuah. Rumput dan daun-daun yang dulunya subur dan hijau
kini menjadi kering dan berwarna coklat. Raksasa tidak mengerti mengapa taman miliknya menjadi
tidak indah lagi.
Pada suatu pagi, raksasa mendengar suara musik yang mengalun. Ternyata itu adalah suara kicauan
burung di luar jendelanya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia mendengar kicauan burung yang
indah seperti itu. Raksasa mendekat ke jendela dan mendengarkan kicauan burung itu dengan sedih.
Apa yang terjadi dengan tamanku? Aku berharap tamanku bisa menjadi indah seperti dulu, dengan
burung-burung yang berkicau merdu seperti kamu. kata raksasa kepada burung itu. Burung itu
terbang mendekati raksasa dan berkata Tamanmu tidak akan sama lagi tanpa kehadiran anak-anak
itu. Tamanmu merindukan gelak tawa dan suara anak-anak yang riang. Pohon, bunga-bunga, rumput,
dan kami para burung menginginkan kehadiran anak-anak yang menjadikan tempat ini kembali penuh
keceriaan.
Raksasa menyadari kesalahannya. Selama ini ia terlalu egois, dan akibatnya ia hidup sendirian dan
merasa kesepian. Raksasa pun mengambil palu besar dan menghancurkan tembok yang mengelilingi
4
tamannya. Dibuangnya tulisan peringatan yang dipasangnya dulu, dan dipanggilnya anak-anak untuk
bermain di taman. Awalnya anak-anak merasa takut. Akan tetapi ketika mereka melihat wajah raksasa
yang sekarang menjadi ramah, mereka mengikutinya ke taman untuk bermain disana. Lagipula, anakanak itu juga rindu bermain di taman itu.
Taman milik raksasa itu pun kembali penuh dengan anak-anak yang bermain gembira. Bunga-bunga
pun kembali bermekaran diantara rerumputan yang hijau. Daun-daun dan buah-buahan memenuhi
pohon-pohon, beserta burung-burung yang berkicau dengan merdu. Raksasa berkata kepada anakanak, Sekarang, tamanku adalah taman milik kalian juga. Sekarang raksasa tidak hanya memiliki
sebuah taman yang indah, tetapi ia juga memiliki banyak teman-teman kecil yang ceria.
Puteri Tidur
Dahulu kala, ada sepasang Raja dan Ratu yang berbahagia, karena setelah bertahun-tahun
lamanya, akhirnya Ratu melahirkan seorang Puteri. Raja dan Ratu mengundang tujuh peri
untuk datang dan memberkati Puteri yang baru saja lahir itu. Dalam acara megah yang
diselenggarakan sebagai penghormatan kepada para peri itu, masing-masing peri memberikan
berkat kepada sang Puteri.
Peri pertama mengatakan Kamu akan menjadi Puteri tercantik di dunia.Peri kedua
mengatakan Kamu akan menjadi seorang Puteri yang periang.Peri ketiga mengatakan
Kamu akan selalu mendapatkan banyak kasih sayang.Peri keempat mengatakan Kamu
akan dapat menari dengan sangat anggun.Peri kelima mengatakan Kamu akan dapat
bernyanyi dengan sangat merdu. Peri keenam mengatakan Kamu akan sangat pintar
memainkan alat musik.
Aladin adalah seorang laki-laki yang berasal dari Negara Persia. Dia tinggal berdua dengan
ibunya. Mereka hidup dalam kesederhanaan. Hingga pada suatu hari ada seorang laki-laki
yang datang kerumah Aladin. Laki-laki itu berkata kalau dia adalah saudara laki-laki
almarhum bapaknya yang sudah lama merantau ke Negara tetangga. Aladin dan ibunya
sangat senang sekali, karena ternyata mereka masih memiliki saudara.
Malang sekali nasibmu saudaraku, kata laki-laki itu kepada aladin dan ibunya. Yang
penting kita masih bisa makan, paman, jawab Aladin. Karena merasa prihatin dengan
keadaan saudaranya tersebut, maka laki-laki itu bermaksud untuk mengajak Aladin ke luar
kota. Dengan seijin ibunya,lalu Aladin mengikuti pamannya pergi ke luar kota.
Perjalanan yang mereka tempuh sangat jauh sekali, dan pamannya tidak mengijinkan Aladin
untuk beristirahat. Saat Aladin meminta pamannya untuk berhenti sejenak, pamannya
langsung memarahinya. Hingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat di tengah hutan.
Aladin lalu diperintahkan pamannya untuk mencari kayu bakar. Nanti ya paman, Aladin mau
istirahat dulu, kata Aladin. Pamannya sangat marah setelah mendengar jawaban Aladin
tersebut. Berangkatlah sekarang, atau kusihir engkau menjadi katak, teriak pamannya.
Melihat pamannya sangat marah,lalu Aladin bergegas berangkat mencari kayu.
Setelah mendapatkan kayu, pamannya lalu membuat api dan mengucapkan mantera. Aladin
sangat terkejut sekali, karena setelah pamannya membacakan mantera, tiba-tiba tanah
menjadi retak dan membentuk lubang. Aladin mulai bertanya pada dirinya sendiri, Apakah
dia benar pamanku? Atau dia hanya seorang penyihir yang ingin memanfaatkan aku saja?
Aladin, turunlah kamu kelubang itu. Ambilkan aku lampu antic di dasar gua itu, suruh
pamannya. Aku takut paman, kata Aladin. Pamannya lalu memberikan cincin kepada
Aladin. Pakailah ini, cincin ini akan melindungimu, kata pamannya. Kemudian Aladin
mulai turun kebawah.
Setelah sampai di bawah, Aladin sangat takjub dengan apa yang dia lihat. Di dasar gua
tersebut Aladin menemukan pohon yang berbuahkan permata dan banyak sekali perhiasan.
Cepat kau bawa lampu antiknya padaku, Aladin. Jangan perdulikan yang lain, teriak
pamannya dari atas.
Cinderela
Di sebuah rumah, hiduplah seorang anak yang sangat cantik dan baik hati. Dia diberi nama Cinderela
oleh kedua kakak tirinya. Kakak tiri Cindera itu sangat tidak suka dengan Cinderela. Tiap hari
Cinderela selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dari kedua kakak dan ibu tirinya. Dia selalu
disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah dan selalu dibentak-bentak.
Hingga pada suatu hari, datanglah pegawai kerajaan ke rumah mereka. Pegawai kerajaan teresebut
ternyata membawa undangan pesta dari sang raja. Kedua kakak dan ibu tiri Cinderala bersorak
kegirangan. Horeeee.. besok kita akan pergi ke Istana. Aku akan berdandan secantik mungkin,
agar pangeran suka denganku, teriak kedua kakak Cinderela. Mendengar teriakan kakak-kakaknya
tersebut, lalu Cinderela meminta ijin pada ibu tirinya untuk ikut dalam pesta tersebut. Cinderela
sangat sedih, karena ibu tiri dan kakak-kakak tirinya tidak mengijinkan dia ikut dalam acara itu.
Kamu mau pakai baju apa Cinderela? Apa kamu mau ke pesta dengan baju kumalmu itu?, teriak
kakaknya.
Akhirnya waktu pelaksanaan pesta sudah tiba, semuanya sudah berdandan dengan cantik dan sudah
siap berangkat. Cinderela hanya bisa memandangi kakak dan ibu tirinya. Dia sangat sedih
sekali,karena tidak dapat ikut dalam pesta itu. Dia hanya bisa menangis di dalam kamar dan
membayangkan meriahnya pesta tersebut. Andaikan aku bisa ikut dalam pesta itu, pasti aku akan
senang sekali, gumam Cindera. Tidak berapa lama setelah Cinderela berkata, tiba-tiba ada suara dari
belakangnya. Janganlah engkau menangis Cinderela. Mendengar suara itu, lalu Cinderela berbalik.
Ternyata dia melihat ada seorang peri yang sedang tersenyum padanya. Kamu pasti bisa datang ke
pesta itu Cinderela, kata peri itu. Bagaimana caranya? Aku tidak punya baju pesta dan saudarasaudaraku juga sudah berangkat., tanya Cinderela pada peri itu.
tidak menyangka kalau putri yang cantik itu adalah Cinderela. Pangeran terus berdansa dengan
Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini," kata sang Pangeran.
Pulau Hantu
Tersebutlah dua orang jagoan yang selalu ingin menunjukkan dirinya lebih jago dari yang
lain. Pada suatu hari, mereka bertemu di perairan sebelah selatan Singapura. Tanpa basa basi,
mereka langsung saling menyerang. Mereka bertarung lama sekali hingga tubuh mereka
bersimbah darah. Karena sama-sama kuat, tak ada tanda-tanda siapa yang akan kalah.
Jin Laut tidak suka dengan pertarungan itu karena darah mereka mengotori laut. Jin Laut lalu
menjungkirbalikkan perahu mereka. Maksudnya agar mereka berhenti bertarung. Ternyata,
mereka tetap bertarung. Dengan kesaktiannya masing-masing, mereka bertarung di atas air.
Jin Laut pun berkata Hei, aku perintahkan kalian berhenti bertarung! Ini wilayah
kekuasaanku. Kalau tidak
Bukannya berhenti, kedua jagoan itu malah bertempur lebih seru. Dengan isyarat tangan,
mereka bahkan seperti mengejek Jin Laut. Jin Laut marah. Dia menyemburkan air ke wajah
kedua jagoan itu sehingga pandangan mereka terhalang. Karena tak dapat melihat dengan
jelas, kedua jagoan itu bertempur secara membabi-buta. Mereka mengayunkan pedang ke
sana-kemari sekehendak hati sampai akhirnya bersarang di tubuh lawan masing-masing.
Kedua jagoan itu pun menemui ajalnya.
Para dewa di kayangan murka karena Jin Laut turut campur urusan manusia. Mereka
memperingatkan Jin Laut untuk tidak lagi ikut campur urusan manusia. Jin Laut mengaku
salah dan mencoba menebus dosa dengan membuatkan tempat khusus agar roh kedua jagoan
itu dapat bersemayam dengan tenang. Jin Laut menyulap sampan yang ditumpangi kedua
jagoan itu menjadi pulau tempat bersemayam roh mereka. Orang-orang kemudian menyebut
pulau itu sebagai Pulau Hantu.
10
Pulau Kakak-Beradik
Karena dianggap sudah cukup umur, Mina dan Lina dipanggil ibu mereka untuk
membicarakan rencana perkawinan kakak-beradik itu. Kalian sudah cukup dewasa. Sudah
waktunya kalian membangun rumah tangga, kata sang ibu. Kami mau dikawinkan dengan
satu syarat, kata Mina dan Lina. Apa syaratnya? tanya sang ibu. Karena kami kakakberadik, suami kami juga harus kakak-beradik jawab Mina dan Lina.
Sang ibu tahu, itu adalah cara mereka menolak perkawinan. Menurut Mina dan Lina,
perkawinan membuat orang kehilangan segala sesuatu yang mereka cintai: orang tua, teman,
sanak-saudara, bahkan kampung halaman. Demikianlah, karena tak ada laki-laki kakakberadik yang menyunting Mina dan Lina, mereka tak kunjung menikah. Waktu pun terus
berlalu. Ibu Mina dan Lina meninggal karena usia yang semakin tua. Sepeninggal ibunya,
gadis kakak-beradik itu tinggal bersama dengan paman mereka.
Pada suatu hari, sekelompok bajak laut menculik Lina. Pemimpin bajak laut itu ingin
memperistri Lina. Lina menolak dan meronta sekuat tenaga. Penculikan itu diketahui oleh
Mina. Karena tak ingin terpisah dari adiknya, Mina bertekad menyusul Lina. Dengan perahu
yang lebih kecil, Mina mengejar perahu penculik Lina. Teriakan orang sekampung tak
dihiraukannya. Mina terus mengejar sampai tubuhnya tak kelihatan lagi.
Tiba-tiba mendung datang. Tak lama kemudian hujan pun turun. Halilintar menggelegar, petir
menyambar-nyambar. Orang-orang berlarian ke rumah masing-masing. Ombak bergulunggulung. Menelan perahu penculik Lina, menelan Lina, menelan Mina, menelan semuanya.
Ketika keadaan kembali normal, orang-orang dikejutkan oleh dua pulau yang tiba-tiba
muncul di kejauhan. Mereka yakin, pulau itu adalah penjelmaan Mina dan Lina. Kedua pulau
itu diberi nama Pulau Sekijang Bendera dan Sekijang Pelepah, tetapi kebanyakan orang
menyebutnya Pulau Kakak-Beradik.
11
Adalah seekor anjing mencuri sepotong tulang yag besar di warung. Ia berlari kencang
sekali sehingga tidak terkejar si tukang daging. Ia berlari ke ladang sambil membawa tulang
di moncongnya. Ia ingin makan semuanya sendirian.
12
13
14
Dahulu kala peri dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Mekhala, si peri cantik dan
pandai, berguru pada Shie, seorang pertapa sakti. Selain Mekhala, Guru Shie juga
mempunyai murid laki-laki bernama Ramasaur. Murid laki-laki ini selalu iri pada Mekhala
karena kalah pandai. Namun Guru Shie tetap menyayangi kedua muridnya. Dan tidak pernah
membedakan mereka.
Suatu hari Guru Shie memanggil mereka dan berkata, Besok, berikan padaku secawan
penuh air embun. Siapa yang lebih cepat mendapatkannya, beruntunglah dia. Embun itu akan
kuubah menjadi permata, yang bisa mengabulkan permintaan apapun. Mekhala dan
Ramasaur tertegun. Terbayang oleh Ramasaur ia akan meminta harta dan kemewahan.
Sehingga ia bisa menjadi orang terkaya di negerinya. Namun Mekhala malah berpikir keras.
Mendapatkan secawan air embun tentu tidak mudah, gumam Mekhala di dalam hati.
Esoknya pagi-pagi sekali kedua murid itu telah berada di hutan. Ramasaur dengan ceroboh
mencabuti rumput dan tanaman kecil lainnya. Tetapi hasilnya sangat mengecewakan. Air
embun selalu tumpah sebelum dituang ke cawan. Sebaliknya, Mekhala dengan hati-hati
menyerap embun dengan sehelai kain lunak. Perlahan diperasnya lalu dimasukan ke cawan.
Hasilnya sangat menggembirakan. Tak lama kemudian cawannya telah penuh. Mekhala
segera menemui Guru Shie dan memberikan hasil pekerjaannya.
Guru Shie menerimanya dengan gembira. Mekhala memang murid yang cerdik. Seperti
janjinya, Guru Shie mengubah embun itu menjadi sebuah permata sebesar ibu jari. Jika kau
menginginkan sesuatu, angkatlah permata ini sejajar dengan keningmu. Lalu ucapkan
keinginanmu, ujar Guru Shie. Mekhala mengerjakan apa yang diajarkan gurunya, lalu
menyebut keinginannya. Dalam sekejap Mekhala telah berada di langit biru. Melayanglayang seperti Rajawali. Indah sekali.
15
Ternyata Ramasaur menyalahgunakan hadiah itu. Ia iri melihat Mekhala yang bisa melayanglayang di angkasa. Ramasaur segera melemparkan kapak itu ke arah Mekhala. Tahu ada
bahaya mengancam, Mekhala menangkis kapak itu dengan permatanya. Akibatnya terjadilah
benturan dahsyat dan cahaya yang sangat menyilaukan. Benturan itu terus terjadi hingga saat
ini, berupa gelegar yang memekakkan telinga. Orang-orang menyebutnya guntur.
Si Kancil dan Siput
Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali
untuk dibuka. Aaa....rrrrgh, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si
kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir
rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, Wahai
penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa
menandingi kecerdasan dan kepintaranku.
Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di
sungai, ia bertemu dengan seekor siput. Hai kancil !, sapa si siput. Kenapa kamu teriak-teriak?
Apakah kamu sedang bergembira?, tanya si siput. Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada
semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar, jawab si kancil
dengan sombongnya.
SiputSombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini, kata si Siput.
Hahahaha......., mana mungkin ledek Kancil. Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi
kita lomba lari?, tantang si Siput. Baiklah, aku terima tantanganmu, jawab si Kancil. Akhirnya
mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.
Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar
teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil
memanggil.
Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. Apakah kau
sudah siap untuk berlomba lari denganku, tanya si kancil. Tentu saja sudah, dan aku pasti menang,
jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya
untuk memastikan sudah sampai mana si siput.
Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si
kancil mencoba untuk memanggil si siput. Siput....sudah sampai mana kamu?, teriak si kancil. Aku
ada di depanmu!, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya.
Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.Aku ada
didepanmu!
Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada
depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Kancil
16
berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena
waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari
perlombaan lari itu.
Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. Hai
kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!, teriak si siput. Dengan menundukkan
kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. Makanya jangan sombong, kamu
memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik, kata si siput. Iya,
maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi, kata si kancil.
17
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang dewa. Pada tanggal 31 Desember
pagi sebelum tahun baru, Sang Dewa menulis surat kepada binatang2 diseluruh negeri. Angin
lalu menyebarkan surat-surat itu ke seluruh negeri. Dalam sekejap, para binatang menerima
surat2 itu, yang isinya seperti ini:
"Besok pagi di Tahun Baru, aku akan memilih binatang yang paling dahulu datang kesini,
dari nomor satu sampai dengan nomor duabelas. Lalu, setiap tahun aku akan mengangkat
satu-persatu dari mereka sebagai Jenderal berdasarkan urutan". Tertanda, Dewa.
Para bintang sangat bersemangat dan tertarik dengan hal itu. Mereka sangat ingin menjadi
Jenderal. Tetapi, ada seekor binatang yang tidak membaca surat semacam ini, yaitu Kucing
yang suka bersantai dan tidur. Ia hanya mendengar berita ini dari Tikus. Tikus yang licik
menipunya dan memberitahu bahwa mereka harus berkumpul di tempat Dewa lusa tanggal 2
Januari, padahal seharusnya mereka berkumpul besok pagi tanggal 1 Januari.
Semua binatang bersemangat dan memikirkan tentang kemenangan, dan mereka semua tidur
cepat. Hanya Sapi yang langsung berangkat malam itu juga, karena ia sadar bahwa ia hanya
dapat berjalan lambat. Tikus yang licik melihatnya lalu meloncat dan menumpang di
punggung Sapi, tapi Sapi tidak menyadari hal itu.
Pagi harinya, saat hari masih gelap, Anjing, Monyet, Babi Hutan, Harimau, Naga, Ular,
Kelinci, Ayam, Domba dan Kuda semuanya berangkat berlari menuju ketempat Sang Dewa.
Saat matahari mulai terbit, yang pertama kali sampai di tampat tinggal Dewa adalah...Sapi.
Tapi kemudian Tikus melompat kedepan dan mendarat tepat dihadapan Dewa. Maka Tikus
pun menjadi yang pertama.
Selamat Tahun Baru Dewa...kata Tikus kepada Dewa. Sapi pun menangis karena kecewa
menjadi urutan ke dua. Di belakang mereka, tibalah Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda,
Domba, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi Hutan datang berurutan. Dengan demikian mereka
ditetapkan sebagai pemenang satu sampai dengan duabelas sesuai dengan urutan
kedatangannya. Duabelas ekor binatang ini kemudian disebut dengan 12 Shio Bintang.
Para binatang itu merayakan kemenangan dan berpesta pora sambil mengelilingi Sang Dewa.
Lalu, kucing datang dengan wajah yang sangat marah. Ia mencari Tikus yang telah
menipunya sehingga ia datang terlambat. Kucing pun berlari mengejar Tikus kesana kemari.
Sejak itu mulailah era Duabelas Shio Binatang, dimulai dari yang pertama tahun Tikus, lalu
Sapi, kemudian Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Domba, Monyet, Ayam, Anjing dan
18
Babi Hutan. Kucing yang tidak berhasil masuk kedalam Dua belas Shio Binatang sampai
sekarang masih mengejar Tikus kesana kemari karena telah ditipu.
Sumber: http://www.ceritaanak.org
19