Anda di halaman 1dari 19

Si Monyet dan Si Kura-kura

Dahulu, hiduplah seekor monyet dan seekor kura-kura. Mereka adalah sahabat yang akrab.
Tak pernah terpisahkan oleh jarak dan waktu. Setiap pagi, mereka selalu jalan bersama,
makan bersama, semua selalu bersama. Suatu hari, mereka menemukan beberapa biji pisang.
"Hei, Ra. Gimana kalau kita tanam biji pisang ini? Siapa tahu berbuah," kata monyet. "Ya, ya.
Ayo kita tanam biji pisang ini," kata kura-kura semangat.
Mereka pun kembali ke rumah mereka masing-masing. Di rumah monyet, ia menanam biji
pisang itu di halaman rumahnya. Tapi, monyet tidak rajin merawatnya. Terkadang seminggu
sekali. Bahkan pernah dalam seminggu tidak dirawat sedikitpun. Maka, pohon pisang monyet
masih kecil sekali. Sementara itu, kura-kura menanam pohon pisang itu dengan rajin. Dia
selalu menyiramnya setiap hari. Akhirnya pohon pisang kura-kura sudah besar dan berbuah.

Suatu hari, monyet pergi ke rumah kura-kura. Dilihatnya


pisang yang sudah besar dan matang. Kebetulan juga kura-kura meminta tolong pada monyet.
"Sahabat baikku, maukah kau petikkan untukku pisang itu? Tenang saja, kau juga akan
kubagi," kata kura-kura. Dalam hati monyet, monyet senang. Tapi, ada suatu niat jahat. Dia
akan memanjat pohon lalu memakan semua pisang kura-kura tanpa memberinya. "Baiklah,
aku akan mengambilnya," kata monyet. Monyet lalu memanjat pohon itu.
Begitu sampai di atas, monyet langsung memakan pisang yang ada di pohon itu. Kura-kura
kaget dan marah. "Hei sahabatku! Mengapa kau makan pisangku?!" tanya kura-kura marah.
Si monyet tak menghiraukannya lagi. Dimakannya semua pisang itu sampai kenyang. Tapi
salah satu dari dahan pisang itu retak. Akhirnya dahan itu jatuh bersama monyet. Si monyet
itu pun meringis kesakitan. Tulang punggungnya patah.

Asal Mula Rumah Siput

Dahulu kala, siput tidak membawa rumahnya kemanamana. Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah ditinggalkan induk burung di
atas pohon. Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun pohon merintangi
sinar matahari yang jatuh tepat ke sarang tempat siput tinggal. Tetapi ketika musim hujan
datang, daun-daun itu tidak bisa lagi menghalangi air hujan yang jatuh. Siput menjadi basah
dan kedinginan terkena air hujan.
Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput
terlindung dengan baik, bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah dan kedinginan.
Sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku, gumam siput dalam hati.
Tetapi di suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk. Tok..toktokburung pelatuk
terus mematuk batang pohon tempat rumah siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa
tidur. Dengan hati jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan mencari tempat tinggal
selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang di tanah, kelihatannya hangat jika malam
datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan memutuskan untuk tinggal di
dalamnya. Tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang menggali dari segala arah merusak
rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru.
Siput berjalan terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu karang. Sela-sela batu karang
dapat menjadi rumahku, siput bersorak senang. Aku bisa berlindung dari panas matahari dan
hujan, tidak akan ada burung pelatuk yang akan mematuk batu karang ini, dan tikus-tikus
tidak akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini.
Siput pun dapat beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut pasang dan naik sampai ke
atas batu karang, siput ikut tersapu bersama dengan ombak. Sekali lagi siput harus pergi
mencari rumah baru. Ketika berjalan meninggalkan pantai, siput menemukan sebuah
cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan. Karena lelah dan kedinginan, siput
masuk ke dalam cangkang itu. Siput merasa hangat dan nyaman lalu tidur bergelung di
dalamnya.
Ketika pagi datang, siput menyadari telah menemukan rumah yang terbaik baginya.
Cangkang ini sangat cocok untuknya. Aku tidak perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan
turun, aku tidak akan kepanasan lagi, tidak ada yang akan menggangguku. Aku akan
membawa rumah ini bersamaku kemanapun aku pergi.
2

Petani yang Baik Hati

Di suatu desa, hiduplah seorang petani yang sudah tua. Petani ini hidup seorang diri dan
sangat miskin, pakaiannya penuh dengan tambalan dan rumahnya terbuat dari gubuk kayu.
Musim dingin sudah tiba, pak petani tidak punya makanan, juga tidak mempunyai kayu bakar
untuk menghangatkan diri. Hari itu pak petani hendak pergi ke pasar untuk mencari
pekerjaan. Ketika keluar dari rumah, dilihatnya ada sebutir telur tergeletak diatas tanah
bersalju. Dengan hati-hati dipungutnya telur tersebut dan dibawanya ke dalam rumah.
Pak petani menyelimuti telur itu dengan kain lusuh dan meletakkannya di dalam kardus agar
tetap hangat. Setelah itu dia pergi ke pasar untuk bekerja. Pak petani membuat telur itu
menjadi hangat setiap hari sampai telur itu menetas. Ternyata telur itu adalah telur burung
camar. Mungkin induknya menjatuhkannya ketika hendak pindah ke tempat yang lebih
hangat. Pak petani merawat burung camar kecil itu dengan penuh kasih sayang. Dia selalu
membagi setiap makanan yang diperolehnya dari bekerja di pasar. Ketika harus
meninggalkan burung camar itu sendirian, pak petani akan meletakkannya di dalam kardus
dan menyalakan perapian agar burung camar tetap hangat.
Hari-hari berlalu, burung camar kecil tumbuh semakin besar. Pak petani sadar, burung camar
ini tidak selamanya akan tinggal bersama dirinya. Dengan berlinang air mata, pak petani
melepaskan burung camar itu agar pergi ke selatan, ke tempat yang hangat.

Suatu hari, pak petani terbaring sakit karena kedinginan.


Dia tidak punya uang untuk membeli obat, kayu bakar dan makanan. Tok tok tok, terdengar
suara dari pintu rumah pak petani. Ternyata burung camar itu kembali. Di paruhnya terdapat
benih tanaman. Pak petani heran burung camar itu masih mengingatnya. Dibiarkannya
burung camar itu masuk dan diberinya minum. Sambil memandang benih yang dibawa oleh
burung camar, pak petani bertanya-tanya. Benih apakah ini? Dapatkah aku menanamnya di
tengah musim dingin ini? Tanyanya dalam hati.
Burung camar keluar dari rumah pak petani, membuat lubang di halaman rumah pak petani
lalu menanam benih itu. Ketika hari menjelang senja burung camar itu pergi meninggalkan
pak petani. Esok harinya, keajaiban terjadi. Benih yang ditanam burung camar tumbuh
menjadi pohon lengkap dengan buahnya hanya dalam sehari. Pak petani sangat terkejut
melihatnya. Karena lapar, pak petani memakan buah pohon itu. Ajaib, tubuhnya menjadi kuat
3

dan dia tidak merasa sakit. Karena keajaibannya, pak petani menamakan pohon itu Pohon
Dewa, karena buahnya dapat membuat pak petani menjadi sehat kembali.
Pak petani merawat pohon itu dengan baik. Meskipun musim dingin, pohon itu terus berbuah
dan tidak menjadi kering. Pak petani menjual buah itu dan mendapatkan banyak uang.
Sekarang pak petani tidak lagi kedinginan dan kelaparan. Meskipun demikian, pak petani
tetap murah hati, dia ingat bahwa apa yang diterimanya sekarang adalah buah dari
ketulusannya menolong sesama makhluk hidup.
Raksasa Yang Egois

Dahulu kala, ada sebuah taman yang sangat luas dan cantik, milik seorang
raksasa. Taman itu sangat indah dengan rumput yang hijau dan lembut, bunga-bunga yang cantik, dan
puluhan pohon yang berbuah lebat. Setiap siang, anak-anak masuk ke dalam taman itu untuk bermain
dan mendengarkan burung-burung berkicau merdu dari pohon-pohon.
Raksasa sedang pergi selama 5 tahun mengunjungi keluarganya di negeri lain. Sekarang, dia kembali
ke rumahnya, sebuah rumah yang sangat besar dengan taman di depannya. Saat tiba di taman, ia
melihat anak-anak sedang bermain disana. Raksasa lalu memarahi mereka, Apa yang kalian lakukan
disini? Pergi! Ini taman milikku! Anak-anak yang ketakutan berlari meninggalkan taman itu.
Karena tidak ingin ada orang lain yang ikut menikmati keindahan tamannya lagi, raksasa lalu
membangun tembok yang tinggi mengelilingi taman itu, dan memadang tulisan Yang masuk tanpa
ijin akan dihukum! Anak-anak kehilangan taman itu. Sesekali mereka memanjat dan melongok
melewati tembok yang tinggi, memandangi taman itu dan dengan sedihnya membicarakan permainanpermainan yang dulu mereka lakukan disana.
Hari demi hari berlalu. Bunga-bunga di taman itu tidak lagi bermekaran. Burung-burung tidak lagi
berkicau dan pohon-pohon berhenti berbuah. Rumput dan daun-daun yang dulunya subur dan hijau
kini menjadi kering dan berwarna coklat. Raksasa tidak mengerti mengapa taman miliknya menjadi
tidak indah lagi.
Pada suatu pagi, raksasa mendengar suara musik yang mengalun. Ternyata itu adalah suara kicauan
burung di luar jendelanya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia mendengar kicauan burung yang
indah seperti itu. Raksasa mendekat ke jendela dan mendengarkan kicauan burung itu dengan sedih.
Apa yang terjadi dengan tamanku? Aku berharap tamanku bisa menjadi indah seperti dulu, dengan
burung-burung yang berkicau merdu seperti kamu. kata raksasa kepada burung itu. Burung itu
terbang mendekati raksasa dan berkata Tamanmu tidak akan sama lagi tanpa kehadiran anak-anak
itu. Tamanmu merindukan gelak tawa dan suara anak-anak yang riang. Pohon, bunga-bunga, rumput,
dan kami para burung menginginkan kehadiran anak-anak yang menjadikan tempat ini kembali penuh
keceriaan.
Raksasa menyadari kesalahannya. Selama ini ia terlalu egois, dan akibatnya ia hidup sendirian dan
merasa kesepian. Raksasa pun mengambil palu besar dan menghancurkan tembok yang mengelilingi
4

tamannya. Dibuangnya tulisan peringatan yang dipasangnya dulu, dan dipanggilnya anak-anak untuk
bermain di taman. Awalnya anak-anak merasa takut. Akan tetapi ketika mereka melihat wajah raksasa
yang sekarang menjadi ramah, mereka mengikutinya ke taman untuk bermain disana. Lagipula, anakanak itu juga rindu bermain di taman itu.
Taman milik raksasa itu pun kembali penuh dengan anak-anak yang bermain gembira. Bunga-bunga
pun kembali bermekaran diantara rerumputan yang hijau. Daun-daun dan buah-buahan memenuhi
pohon-pohon, beserta burung-burung yang berkicau dengan merdu. Raksasa berkata kepada anakanak, Sekarang, tamanku adalah taman milik kalian juga. Sekarang raksasa tidak hanya memiliki
sebuah taman yang indah, tetapi ia juga memiliki banyak teman-teman kecil yang ceria.

Puteri Tidur

Dahulu kala, ada sepasang Raja dan Ratu yang berbahagia, karena setelah bertahun-tahun
lamanya, akhirnya Ratu melahirkan seorang Puteri. Raja dan Ratu mengundang tujuh peri
untuk datang dan memberkati Puteri yang baru saja lahir itu. Dalam acara megah yang
diselenggarakan sebagai penghormatan kepada para peri itu, masing-masing peri memberikan
berkat kepada sang Puteri.
Peri pertama mengatakan Kamu akan menjadi Puteri tercantik di dunia.Peri kedua
mengatakan Kamu akan menjadi seorang Puteri yang periang.Peri ketiga mengatakan
Kamu akan selalu mendapatkan banyak kasih sayang.Peri keempat mengatakan Kamu
akan dapat menari dengan sangat anggun.Peri kelima mengatakan Kamu akan dapat
bernyanyi dengan sangat merdu. Peri keenam mengatakan Kamu akan sangat pintar
memainkan alat musik.

Tiba tiba datang peri tua ke tengah acara itu. Ia sangat


marah karena tidak diundang. Semua orang memang sudah lama tidak pernah melihat peri tua
itu, dan mengira bahwa ia sudah meninggal atau pergi dari kerajaan itu. Peri tua yang marah
itu mendekati sang Puteri dan mengutuknya Jarimu akan tertusuk jarum pintal dan kamu
akan mati! dan kemudian peri tua itu pun menghilang.
Semua orang sangat terkejut. Ratu pun mulai menangis. Peri ketujuh mendekati sang Puteri
dan memberikan berkatnya Aku tidak bisa membatalkan kutukan, tapi aku dapat
memberikan berkatku supaya Puteri tidak akan mati karena terkena jarum pintal, melainkan
hanya tertidur pulas selama seratus tahun. Setelah seratus tahun, seorang Pangeran tampan
akan datang untuk membangunkannya.
Raja dan Ratu merasa sedikit lega mendengarnya. Mereka lalu mengeluarkan peraturan baru
bahwa di kerajaan itu tidak boleh ada alat pintal satu pun. Mereka menyita dan
menghancurkan semua alat pintal yang ada di kerajaan itu demi selamatan sang Puteri. Pada
suatu hari disaat Puteri berusia 18 tahun, Raja dan Ratu pergi sepanjang hari. Karena
kesepian, sang Puteri berjalan-jalan menjelajahi istana dan sampai di sebuah loteng. Disana ia
menjumpai seorang wanita tua yang sedang memintal benang menggunakan alat pintal.
Karena belum pernah melihat alat pintal, sang Puteri sangat tertarik dan ingin mencoba.

Aladin dan Lampu Ajaib

Aladin adalah seorang laki-laki yang berasal dari Negara Persia. Dia tinggal berdua dengan
ibunya. Mereka hidup dalam kesederhanaan. Hingga pada suatu hari ada seorang laki-laki
yang datang kerumah Aladin. Laki-laki itu berkata kalau dia adalah saudara laki-laki
almarhum bapaknya yang sudah lama merantau ke Negara tetangga. Aladin dan ibunya
sangat senang sekali, karena ternyata mereka masih memiliki saudara.
Malang sekali nasibmu saudaraku, kata laki-laki itu kepada aladin dan ibunya. Yang
penting kita masih bisa makan, paman, jawab Aladin. Karena merasa prihatin dengan
keadaan saudaranya tersebut, maka laki-laki itu bermaksud untuk mengajak Aladin ke luar
kota. Dengan seijin ibunya,lalu Aladin mengikuti pamannya pergi ke luar kota.
Perjalanan yang mereka tempuh sangat jauh sekali, dan pamannya tidak mengijinkan Aladin
untuk beristirahat. Saat Aladin meminta pamannya untuk berhenti sejenak, pamannya
langsung memarahinya. Hingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat di tengah hutan.
Aladin lalu diperintahkan pamannya untuk mencari kayu bakar. Nanti ya paman, Aladin mau
istirahat dulu, kata Aladin. Pamannya sangat marah setelah mendengar jawaban Aladin
tersebut. Berangkatlah sekarang, atau kusihir engkau menjadi katak, teriak pamannya.
Melihat pamannya sangat marah,lalu Aladin bergegas berangkat mencari kayu.
Setelah mendapatkan kayu, pamannya lalu membuat api dan mengucapkan mantera. Aladin
sangat terkejut sekali, karena setelah pamannya membacakan mantera, tiba-tiba tanah
menjadi retak dan membentuk lubang. Aladin mulai bertanya pada dirinya sendiri, Apakah
dia benar pamanku? Atau dia hanya seorang penyihir yang ingin memanfaatkan aku saja?
Aladin, turunlah kamu kelubang itu. Ambilkan aku lampu antic di dasar gua itu, suruh
pamannya. Aku takut paman, kata Aladin. Pamannya lalu memberikan cincin kepada
Aladin. Pakailah ini, cincin ini akan melindungimu, kata pamannya. Kemudian Aladin
mulai turun kebawah.
Setelah sampai di bawah, Aladin sangat takjub dengan apa yang dia lihat. Di dasar gua
tersebut Aladin menemukan pohon yang berbuahkan permata dan banyak sekali perhiasan.
Cepat kau bawa lampu antiknya padaku, Aladin. Jangan perdulikan yang lain, teriak
pamannya dari atas.

Cinderela
Di sebuah rumah, hiduplah seorang anak yang sangat cantik dan baik hati. Dia diberi nama Cinderela
oleh kedua kakak tirinya. Kakak tiri Cindera itu sangat tidak suka dengan Cinderela. Tiap hari
Cinderela selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dari kedua kakak dan ibu tirinya. Dia selalu
disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah dan selalu dibentak-bentak.
Hingga pada suatu hari, datanglah pegawai kerajaan ke rumah mereka. Pegawai kerajaan teresebut
ternyata membawa undangan pesta dari sang raja. Kedua kakak dan ibu tiri Cinderala bersorak
kegirangan. Horeeee.. besok kita akan pergi ke Istana. Aku akan berdandan secantik mungkin,
agar pangeran suka denganku, teriak kedua kakak Cinderela. Mendengar teriakan kakak-kakaknya
tersebut, lalu Cinderela meminta ijin pada ibu tirinya untuk ikut dalam pesta tersebut. Cinderela
sangat sedih, karena ibu tiri dan kakak-kakak tirinya tidak mengijinkan dia ikut dalam acara itu.
Kamu mau pakai baju apa Cinderela? Apa kamu mau ke pesta dengan baju kumalmu itu?, teriak
kakaknya.
Akhirnya waktu pelaksanaan pesta sudah tiba, semuanya sudah berdandan dengan cantik dan sudah
siap berangkat. Cinderela hanya bisa memandangi kakak dan ibu tirinya. Dia sangat sedih
sekali,karena tidak dapat ikut dalam pesta itu. Dia hanya bisa menangis di dalam kamar dan
membayangkan meriahnya pesta tersebut. Andaikan aku bisa ikut dalam pesta itu, pasti aku akan
senang sekali, gumam Cindera. Tidak berapa lama setelah Cinderela berkata, tiba-tiba ada suara dari
belakangnya. Janganlah engkau menangis Cinderela. Mendengar suara itu, lalu Cinderela berbalik.
Ternyata dia melihat ada seorang peri yang sedang tersenyum padanya. Kamu pasti bisa datang ke
pesta itu Cinderela, kata peri itu. Bagaimana caranya? Aku tidak punya baju pesta dan saudarasaudaraku juga sudah berangkat., tanya Cinderela pada peri itu.

Tenanglah Cinderela, bawalah empat ekor tikus dan dua ekor


kadal kepadaku", kata peri itu. Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan
kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil menebar sihirnya, terjadilah
suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua
orang sais. Cinderela pun disulap menjadi Putri yang sangat cantik, dengan memakai gaun yang
sangat indah dan sepatu kaca.
"Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam, jadi kamu harus
pulang sebelum pukul dua belas,kata peri itu. "Ya ibu peri. Terimakasih", jawab Cinderela. Setelah
semuanya sudah siap, kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah
tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju
pada Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantik sekali putri itu! Putri
dari negara mana ya ?" Tanya mereka.
Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik, maukah Anda menari
dengan saya ?" katanya. "Ya," kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ
8

tidak menyangka kalau putri yang cantik itu adalah Cinderela. Pangeran terus berdansa dengan
Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini," kata sang Pangeran.

Pulau Hantu

Tersebutlah dua orang jagoan yang selalu ingin menunjukkan dirinya lebih jago dari yang
lain. Pada suatu hari, mereka bertemu di perairan sebelah selatan Singapura. Tanpa basa basi,
mereka langsung saling menyerang. Mereka bertarung lama sekali hingga tubuh mereka
bersimbah darah. Karena sama-sama kuat, tak ada tanda-tanda siapa yang akan kalah.
Jin Laut tidak suka dengan pertarungan itu karena darah mereka mengotori laut. Jin Laut lalu
menjungkirbalikkan perahu mereka. Maksudnya agar mereka berhenti bertarung. Ternyata,
mereka tetap bertarung. Dengan kesaktiannya masing-masing, mereka bertarung di atas air.
Jin Laut pun berkata Hei, aku perintahkan kalian berhenti bertarung! Ini wilayah
kekuasaanku. Kalau tidak
Bukannya berhenti, kedua jagoan itu malah bertempur lebih seru. Dengan isyarat tangan,
mereka bahkan seperti mengejek Jin Laut. Jin Laut marah. Dia menyemburkan air ke wajah
kedua jagoan itu sehingga pandangan mereka terhalang. Karena tak dapat melihat dengan
jelas, kedua jagoan itu bertempur secara membabi-buta. Mereka mengayunkan pedang ke
sana-kemari sekehendak hati sampai akhirnya bersarang di tubuh lawan masing-masing.
Kedua jagoan itu pun menemui ajalnya.
Para dewa di kayangan murka karena Jin Laut turut campur urusan manusia. Mereka
memperingatkan Jin Laut untuk tidak lagi ikut campur urusan manusia. Jin Laut mengaku
salah dan mencoba menebus dosa dengan membuatkan tempat khusus agar roh kedua jagoan
itu dapat bersemayam dengan tenang. Jin Laut menyulap sampan yang ditumpangi kedua
jagoan itu menjadi pulau tempat bersemayam roh mereka. Orang-orang kemudian menyebut
pulau itu sebagai Pulau Hantu.

10

Pulau Kakak-Beradik

Karena dianggap sudah cukup umur, Mina dan Lina dipanggil ibu mereka untuk
membicarakan rencana perkawinan kakak-beradik itu. Kalian sudah cukup dewasa. Sudah
waktunya kalian membangun rumah tangga, kata sang ibu. Kami mau dikawinkan dengan
satu syarat, kata Mina dan Lina. Apa syaratnya? tanya sang ibu. Karena kami kakakberadik, suami kami juga harus kakak-beradik jawab Mina dan Lina.
Sang ibu tahu, itu adalah cara mereka menolak perkawinan. Menurut Mina dan Lina,
perkawinan membuat orang kehilangan segala sesuatu yang mereka cintai: orang tua, teman,
sanak-saudara, bahkan kampung halaman. Demikianlah, karena tak ada laki-laki kakakberadik yang menyunting Mina dan Lina, mereka tak kunjung menikah. Waktu pun terus
berlalu. Ibu Mina dan Lina meninggal karena usia yang semakin tua. Sepeninggal ibunya,
gadis kakak-beradik itu tinggal bersama dengan paman mereka.
Pada suatu hari, sekelompok bajak laut menculik Lina. Pemimpin bajak laut itu ingin
memperistri Lina. Lina menolak dan meronta sekuat tenaga. Penculikan itu diketahui oleh
Mina. Karena tak ingin terpisah dari adiknya, Mina bertekad menyusul Lina. Dengan perahu
yang lebih kecil, Mina mengejar perahu penculik Lina. Teriakan orang sekampung tak
dihiraukannya. Mina terus mengejar sampai tubuhnya tak kelihatan lagi.
Tiba-tiba mendung datang. Tak lama kemudian hujan pun turun. Halilintar menggelegar, petir
menyambar-nyambar. Orang-orang berlarian ke rumah masing-masing. Ombak bergulunggulung. Menelan perahu penculik Lina, menelan Lina, menelan Mina, menelan semuanya.
Ketika keadaan kembali normal, orang-orang dikejutkan oleh dua pulau yang tiba-tiba
muncul di kejauhan. Mereka yakin, pulau itu adalah penjelmaan Mina dan Lina. Kedua pulau
itu diberi nama Pulau Sekijang Bendera dan Sekijang Pelepah, tetapi kebanyakan orang
menyebutnya Pulau Kakak-Beradik.

11

Anjing Yang Rakus

Adalah seekor anjing mencuri sepotong tulang yag besar di warung. Ia berlari kencang
sekali sehingga tidak terkejar si tukang daging. Ia berlari ke ladang sambil membawa tulang
di moncongnya. Ia ingin makan semuanya sendirian.

Anjing itu melewati sebuah sungai kecil. Ada sebuah


jembatan sempit di atasnya. Ia berjalan di jembatan itu sambil melihat ke air. Ia melihat
bayangannya sendiri di dalam air. Ia berpikir ada anjing lain dengan tulang di mulutnya.
Anjing yang rakus itu berpikir tulang yang di mulut anjing itu lebih besar dari pada yang ia
bawa.
Ia meloncat ke air untuk merebut tulang yang lebih besar dari anjing yang ia lihat tadi. Ia
meloncat dengan sangat kuat sehingga tulang di mulutnya terlepas. Ia mencari di mana-mana
tetapi tidak menemukan anjing yang lain. Bayangan tadi telah hilang.
Anjing yang bodoh itu pulang kelaparan dan kedinginan. Ia kehilangan tulang yang ia curi
dari tukang daging dan tidak mendapatkan apa pun karena ia terlalu rakus.

12

Rajawali Yang Cerdik

Di suatu hari yang panas seekor rajawali sangat haus dan


ingin minum. Sungai amat jauh dan sangat melelahkan jika terbang ke sana untuk minum. Ia
tidak melihat kolam air di mana pun. Ia terbang berputar-putar. Akhirnya ia melihat sebuah
buyung (tempat untuk membawa air yang besar perutnya yang terbuat dari tanah) di luar
rumah. Rajawali terbang turun ke buyung itu. Di sana ada sedikit air di dasar buyung.
Rajawali memasukkan kepalanya ke dalam buyung tetapi ia tidak menggapai air itu. Ia
memanjat ke atas buyung. Ia memasukkan lagi kepalanya ke dalam buyung tetapi paruhnya
tidak bisa mencapai air itu.
Kemudian ia mencari akal. Rajawali itu terbang tinggi dan kemudian turun menuju ke
buyung untuk memecahkannya dengan paruhnya tetapi buyung itu amat kuat. Ia tidak dapat
memecahkannya. Rajawali itu keluar terbang kearah buyung kemudian ia menabrakkan
sayapnya. Ia mencoba memecahkannya, agar airnya akan keluar membasahi lantai. Tetapi
buyung itu amat kuat. Rajawali itu amat letih bila harus terbang lebih jauh lagi. Ia berpikir ia
akan mati kehausan.
Rajawali itu duduk termenung di sarangnya. Ia berpikir terus menerus Ia tidak mau mati
karena kehausan. Ia melihat banyak batu-batu kecil di tanah. Ia mendapatkan ide. Ia
mengambil batu itu dan memasukkannya ke dalam buyung. Ia memasukkan dan memasukkan
terus. Air itu naik lebih tinggi setiap kali batu jatuh ke dalam buyung. Buyung itu hampir
penuh dengan batu. Air telah naik sampai ke permukaan. Rajawali yang pintar itu
memasukkan paruhnya dan ia mendapatkan air. Pepatah mengatakan bahwa Jika ada
kemauan pasti ada jalan. Rajawali itu telah membuktikannya.

13

Emas dan Batu

Berkat kerja keras dan selalu menabung, seorang petani


akhirnya menjadi kaya raya. Karena tak ingin tetangganya tahu mengenai kekayaannya,
seluruh tabungannya dibelikan emas dan dikuburnya emas itu di sebuah lubang di belakang
rumahnya. Seminggu sekali digalinya lubang itu, dikeluarkan emasnya, dan diciuminya
dengan penuh kebanggaan. Setelah puas, ia kembali mengubur emasnya.
Pada suatu hari, seorang penjahat melihat perbuatan petani itu. Malam harinya, penjahat itu
mencuri seluruh emas si petani. Esok harinya petani itu menangis meraung-raung sehingga
seluruh tetangga mengetahui apa yang terjadi. Tak seorang tetangga pun tahu siapa yang
mencuri emasnya. Jangankan soal pencurian, tentang lubang berisi emas itu saja mereka baru
tahu hari itu. Kalau tidak ada pencurian, tak ada yang tahu bahwa petani itu memiliki emas
yang dikubur di belakang rumahnya. Sebagian orang ikut bersedih atas pencurian itu,
sebagian yang lain mengejek dan menganggap petani itu bodoh. Salah sendiri menyimpan
emas di rumah. Mengapa tidak dijual saja dan uangnya dipakai untuk membangun rumah.
Biar rumahnya lebih bagus, tidak reot seperti sekarang. Itulah ganjaran orang kikir. Kalau
dimintai sumbangan, selalu saja jawabannya tidak punya. Sekarang, rasakan sendiri!
Tetapi tak seorang pun yang berani terus terang mengejek atau mengumpat petani yang
ditimpa kemalangan itu. Semua ejekan dan umpatan hanya diucapkan di antara sesama
mereka saja, tidak di hadapan si petani. Hanya seorang lelaki tua miskin yang berani bersikap
jujur kepada petani itu. Lelaki tua itu tinggal tak jauh dari rumah si petani. Sudahlah, begini
saja. Di lubang bekas emas itu kuburkanlah sebongkah batu atau apa saja dan berlakulah
seperti sebelum kau kecurian. Mendengar itu, si petani marah. Apa maksudmu? Kau
mengejekku, ya? Yang hilang itu emas, bukan batu. Kau sungguh tetangga yang jahat. Kau
memang orang miskin yang cuma bisa mengubur batu. Aku bisa mengubur emas atau apa
saja semauku. Kini aku kehilangan emas dan kau enak saja menyuruhku mengubur batu. Kau
pikir batu sama dengan emas?!
Suasana pun gaduh. Orang-orang melerai. Dengan tenang lelaki tua itu menjawab: Apa
bedanya emas dan batu? Kalau kau bisa mengubur emas, seharusnya kau juga bisa mengubur
batu. Tahukah kau, dengan mengubur emas berarti kau telah menjadikan logam mulia itu
sebagai barang yang tidak berharga. Lalu, apa salahnya kau mengubur batu dan berkhayal
yang kau kubur itu adalah emas.

14

Asal Mula Guntur

Dahulu kala peri dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Mekhala, si peri cantik dan
pandai, berguru pada Shie, seorang pertapa sakti. Selain Mekhala, Guru Shie juga
mempunyai murid laki-laki bernama Ramasaur. Murid laki-laki ini selalu iri pada Mekhala
karena kalah pandai. Namun Guru Shie tetap menyayangi kedua muridnya. Dan tidak pernah
membedakan mereka.
Suatu hari Guru Shie memanggil mereka dan berkata, Besok, berikan padaku secawan
penuh air embun. Siapa yang lebih cepat mendapatkannya, beruntunglah dia. Embun itu akan
kuubah menjadi permata, yang bisa mengabulkan permintaan apapun. Mekhala dan
Ramasaur tertegun. Terbayang oleh Ramasaur ia akan meminta harta dan kemewahan.
Sehingga ia bisa menjadi orang terkaya di negerinya. Namun Mekhala malah berpikir keras.
Mendapatkan secawan air embun tentu tidak mudah, gumam Mekhala di dalam hati.
Esoknya pagi-pagi sekali kedua murid itu telah berada di hutan. Ramasaur dengan ceroboh
mencabuti rumput dan tanaman kecil lainnya. Tetapi hasilnya sangat mengecewakan. Air
embun selalu tumpah sebelum dituang ke cawan. Sebaliknya, Mekhala dengan hati-hati
menyerap embun dengan sehelai kain lunak. Perlahan diperasnya lalu dimasukan ke cawan.
Hasilnya sangat menggembirakan. Tak lama kemudian cawannya telah penuh. Mekhala
segera menemui Guru Shie dan memberikan hasil pekerjaannya.
Guru Shie menerimanya dengan gembira. Mekhala memang murid yang cerdik. Seperti
janjinya, Guru Shie mengubah embun itu menjadi sebuah permata sebesar ibu jari. Jika kau
menginginkan sesuatu, angkatlah permata ini sejajar dengan keningmu. Lalu ucapkan
keinginanmu, ujar Guru Shie. Mekhala mengerjakan apa yang diajarkan gurunya, lalu
menyebut keinginannya. Dalam sekejap Mekhala telah berada di langit biru. Melayanglayang seperti Rajawali. Indah sekali.

Sementara itu, baru pada senja hari Ramasaur berhasil


mendapat secawan embun. Hasilnya pun tidak sejernih yang didapat Mekhala. Tergopohgopoh Ramasaur menyerahkannya pada Guru Shie. Meskipun kalah cepat dari Mekhala, kau
akan tetap mendapat hadiah atas jerih payahmu, kata Guru Shie sambil menyerahkan sebuah
kapak sakti. Kapak itu terbuat dari perak. Digunakan untuk membela diri bila dalam bahaya.
Bila kapak itu dilemparkan ke sasaran, gunung pun bisa hancur.

15

Ternyata Ramasaur menyalahgunakan hadiah itu. Ia iri melihat Mekhala yang bisa melayanglayang di angkasa. Ramasaur segera melemparkan kapak itu ke arah Mekhala. Tahu ada
bahaya mengancam, Mekhala menangkis kapak itu dengan permatanya. Akibatnya terjadilah
benturan dahsyat dan cahaya yang sangat menyilaukan. Benturan itu terus terjadi hingga saat
ini, berupa gelegar yang memekakkan telinga. Orang-orang menyebutnya guntur.
Si Kancil dan Siput

Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali
untuk dibuka. Aaa....rrrrgh, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si
kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir
rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, Wahai
penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa
menandingi kecerdasan dan kepintaranku.
Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di
sungai, ia bertemu dengan seekor siput. Hai kancil !, sapa si siput. Kenapa kamu teriak-teriak?
Apakah kamu sedang bergembira?, tanya si siput. Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada
semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar, jawab si kancil
dengan sombongnya.
SiputSombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini, kata si Siput.
Hahahaha......., mana mungkin ledek Kancil. Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi
kita lomba lari?, tantang si Siput. Baiklah, aku terima tantanganmu, jawab si Kancil. Akhirnya
mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.
Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar
teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil
memanggil.
Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. Apakah kau
sudah siap untuk berlomba lari denganku, tanya si kancil. Tentu saja sudah, dan aku pasti menang,
jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya
untuk memastikan sudah sampai mana si siput.
Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si
kancil mencoba untuk memanggil si siput. Siput....sudah sampai mana kamu?, teriak si kancil. Aku
ada di depanmu!, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya.
Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.Aku ada
didepanmu!
Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada
depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Kancil
16

berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena
waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari
perlombaan lari itu.
Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. Hai
kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!, teriak si siput. Dengan menundukkan
kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. Makanya jangan sombong, kamu
memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik, kata si siput. Iya,
maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi, kata si kancil.

17

Dongeng Asal Mula Duabelas Shio Binatang

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang dewa. Pada tanggal 31 Desember
pagi sebelum tahun baru, Sang Dewa menulis surat kepada binatang2 diseluruh negeri. Angin
lalu menyebarkan surat-surat itu ke seluruh negeri. Dalam sekejap, para binatang menerima
surat2 itu, yang isinya seperti ini:
"Besok pagi di Tahun Baru, aku akan memilih binatang yang paling dahulu datang kesini,
dari nomor satu sampai dengan nomor duabelas. Lalu, setiap tahun aku akan mengangkat
satu-persatu dari mereka sebagai Jenderal berdasarkan urutan". Tertanda, Dewa.
Para bintang sangat bersemangat dan tertarik dengan hal itu. Mereka sangat ingin menjadi
Jenderal. Tetapi, ada seekor binatang yang tidak membaca surat semacam ini, yaitu Kucing
yang suka bersantai dan tidur. Ia hanya mendengar berita ini dari Tikus. Tikus yang licik
menipunya dan memberitahu bahwa mereka harus berkumpul di tempat Dewa lusa tanggal 2
Januari, padahal seharusnya mereka berkumpul besok pagi tanggal 1 Januari.
Semua binatang bersemangat dan memikirkan tentang kemenangan, dan mereka semua tidur
cepat. Hanya Sapi yang langsung berangkat malam itu juga, karena ia sadar bahwa ia hanya
dapat berjalan lambat. Tikus yang licik melihatnya lalu meloncat dan menumpang di
punggung Sapi, tapi Sapi tidak menyadari hal itu.
Pagi harinya, saat hari masih gelap, Anjing, Monyet, Babi Hutan, Harimau, Naga, Ular,
Kelinci, Ayam, Domba dan Kuda semuanya berangkat berlari menuju ketempat Sang Dewa.
Saat matahari mulai terbit, yang pertama kali sampai di tampat tinggal Dewa adalah...Sapi.
Tapi kemudian Tikus melompat kedepan dan mendarat tepat dihadapan Dewa. Maka Tikus
pun menjadi yang pertama.
Selamat Tahun Baru Dewa...kata Tikus kepada Dewa. Sapi pun menangis karena kecewa
menjadi urutan ke dua. Di belakang mereka, tibalah Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda,
Domba, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi Hutan datang berurutan. Dengan demikian mereka
ditetapkan sebagai pemenang satu sampai dengan duabelas sesuai dengan urutan
kedatangannya. Duabelas ekor binatang ini kemudian disebut dengan 12 Shio Bintang.
Para binatang itu merayakan kemenangan dan berpesta pora sambil mengelilingi Sang Dewa.
Lalu, kucing datang dengan wajah yang sangat marah. Ia mencari Tikus yang telah
menipunya sehingga ia datang terlambat. Kucing pun berlari mengejar Tikus kesana kemari.
Sejak itu mulailah era Duabelas Shio Binatang, dimulai dari yang pertama tahun Tikus, lalu
Sapi, kemudian Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Domba, Monyet, Ayam, Anjing dan
18

Babi Hutan. Kucing yang tidak berhasil masuk kedalam Dua belas Shio Binatang sampai
sekarang masih mengejar Tikus kesana kemari karena telah ditipu.
Sumber: http://www.ceritaanak.org

19

Anda mungkin juga menyukai