KELOMPOK 1
Anggota:
ALAN ANGGARA K.
FERDI PRAING
KRISANTI AYU I.
LALU ARDIKA CAHYA
NIA AGUSTINA
NOFIA TITA SARI
RAFIKA TWO ROSYANTI
SONIA NUR F.
WIKA INDANING H.
titrasi
iodimetri
digunakan
untuk
2. Permanganometri
Selama lebih dari 1 abad, kalium permanangat telah digunakan sebagai alat
pengisodasi yang penting dalam reaksi redoks. Dalam suasana asam reaksi paro kalium
permanangat adalah sebagai berikut.
MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O
Potensial standar dalam larutan asam ini adalah sebesar (E0 = 1,51 volt). Jadi kalium
permanganate merupakan oksidator yang sangat kuat. Dari persamaan reaksi diatas dapat
diketahui bahwa berat ekuivalen (BE) dari KMnO 4 adalah seperlima dari berat
molekulnya (BE = BM), karena tiap mol kalium permanganate setara dengan 5 elektron
Asam sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai pelarutnya
karena jika asam klorida maka kemungkinan akan terjadi reaksi seperti dibawah ini.
2MnO4- + 16H+ + 10Cl 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
Dengan demikian, sebagian permanganatnya digunakan untuk pembentukan klorin.
Reaksi ini terutama terjadi dengan garam-garam besi. Adanya mangan dioksida dapat
mempercepat peruraian permanganate karena mangan dioksida tersebut memperbanyak
pembentukan mangan dioksida sehingga peruraian bertambah cepat. Ion-ion mangan juga
dapat bereaksi dengan permanganate membentuk mangan dioksida menurut reaksi.
2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O
2MnO2 + 4H+
Reaksi ini berjalan lambat dalam suasana asam, akan tetapi dalam suasana netral berjalan
sangat cepat.
Karena aquades umumnya mengandung zat-zat organic yang dapat mereduksi, maka
sering terjadi peruraian sendiri dalam penyimpanan larutan kalium permanganate
menurut reaksi.
4MnO4- + 2H2O
4MnO2 + 3O2 + 4OHDan sebagaimana dijelaskan diatas, reaksi ini dikatalisis oleh MnO2 padat.
Kalium permanganate jika digunakan sebagai oksidator dalam larutan alkalis
kuat, maka ada 2 kemungkinan bagian reaksi, yaitu pertama: reaksi yang berjalan relative
cepat:
MnO4- + e-
MnO42-
tersebut, antara lain dengan pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan zat-zat
yang mudah dioksidasi.
Dalam Farmakope Indonesia IV, larutan baku kalium permanganate hanya
digunakan untuk menetapkan kadar hydrogen peroksida dengan cara sebagai berikut:
Timbang seksama lebih kurang 1 ml hydrogen peroksida dalam labu terukur (labu takar)
yang telah ditara sebelumnya dan diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml. Pada
20,0 ml asam sulfat 2 N, titrasi dengan kalium permanganate 0,1 N sampai terbentuk
warna pink permanen pertama kali. Tiap ml larutan kalium permanganate 0,1 N setara
dengan 1,701 mg hydrogen peroksida.
Pada penetapan kadar diatas, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
2MnO4- + 6H+ + 5H2O2
2Mn2+ + 5O2 + 4H2O
Karena 5 mol H2O2 setara dengan 10 elektron, maka valensinya adalah 2 sehingga berat
ekuivalen (BE) sama dengan berat molekul dibagi 2 atau BE =
Untuk titrasi dengan baku kalium permanganate yang encer maka disarankan untuk
menggunakan indicator ferroin.
warna dengan sejumlah kecil logam. Pada saat titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan
EDTA) maka kompleks indicator-logam akan pecah dan menghasilkan warna yang
berbeda. Indicator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini, antara lain
Hitam eriokrom (Eriochrom Black T, Mordant Black II, Solochrome Black), mureksid,
jingga pirokatekol, jingga xilenol, asam kalkon karbonat, kalmagit, dan biru hidroksi
naftol.
Berikut ini macam-macam titrasi kompleksometri adalah sebagai berikut.
Titrasi Langsung
Merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai. Larutan ion
yang akan ditetapkan ditambah dengan buffer, misalnya buffer pH 10 lalu
ditambahkan indicator logam yang sesuai dan dititrasi langsung dengan larutan
baku dinatrium edetat. Untuk mencegah pengendapan logam hidroksida atau
garam basa dengan buffer, dilakukan dengan penambahan pembentuk kompleks
pembantu misalnya tartrat, sitrat, atau trietanol amin. Pada ttitik ekuivalen, kadar
logam yang ditetapkan berkurang dengan sekonyong-konyong yang ditunjukan
Titrasi Kembali
Cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada pH
yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya sulfat,
kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk kompleks yang sangat lambat
dan ion logam yang membentuk kompleks yang lebih stabil dengan natrium
edetat daripada dengan indicator. Pada keadaan demikian, dapat ditambahkan
larutan baku dinatrium edetat berlebihan kemudian larutan ditambah buffer pada
pH yang diinginkan, dan kelebihan dinatrium edetat ditritasi kembali dengan
larutan baku ion logam. Titik akhir ditunjukkan dengan portolongan indicator
logam.
Titrasi Substitusi
Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut memberikan titik akhir yang
jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali, atau juga jika
ion logam tersebut membentuk kompleks dengan dinatrium edetat lebih stabil
daripada logam lain seperti magnesium dan kalsium.
Kalsium, timbal dan raksa dapat ditetapkab dengan cara ini dengan
indicator hitam eriokrom dengan hasil yang memuaskan.
Titrasi Alkalimetri
Pada metode ini, proton dari dinatrium edetat, Na 2H2Y dibebaskan oleh
logam berat dan dititrasi dengan larutan baku alkali sesuai dengan persamaan
reaksi berikut.
Mn+ + H2Y2 (MY)+ n-4 + 2H+
Larutan logam yang ditetapkan dengan metode ini sebelum dititrasi harus
dalam suasana netral terhadp indicator yang digunakan. Penetapan titik akhir
menggunakan indicator asam-basa atau secara potensiometri.
Dalam farmakope Indonesia, titrasi kompleksometri digunakan untuk
menentukan kadar: bismuth subkarbonat; bismuth subnitrat; kalsium karbonat;
kalsium klorida dan sediaan injeksinya; kalsium glukonat; kalsium hydrogen
fosfat; kalsium hidroksida dan larutan topical kalsium hidroksida; kalsium laktat
dan sediaan tabletnya; kalsium pantotenat; kalsium sulfat; magnesium karbonat;
magnesium stearate; magnesium sulfat; mangan sulfat; zink klorida; dan zink
sulfat.
Refrensi :
Rohman abdul et al. Kimia Farmasi Analisis 2013