Anda di halaman 1dari 3

A. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT REPRODUKSI.

Dalam Surveilans Epidemiologis, ada beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu :
1. Surveilans Penyakit reproduksi adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data, serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak /
instansi terkait secara sistematis dan terus menerus tentang situasi Penyakit reproduksi di
daerah endemik atau non endemik dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan
dan penularan penyakit tersebut agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan secara efektif
dan efisien.
2.

Penegakan diagnosis penyakit reproduksi

a.Gonore

Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokusgram negatif,


intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.

Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya


kultur.Menggunakan media transport dan media pertumbuhan

dilakukan

pembiakan

Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif),tes
fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)

Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warnakuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase

Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes inidigunakan untuk
mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung

Pemeriksaan penunjang yang paling bermanfaat adalah preparat basah basah dari secret
vagina.pada pemeriksaan ini bisa ditemukan organism penyebab dan sel
polifermononuklear.diagnosis vaginosis dapat ditegakkan empat kriteria

.Cairan Putih lengket tidak bergumpal

pH vaginal.4,5

Bau amis setelah ditambahkan kalium hidroksil 10% pada sekresi

8
vaginalis)

Adanya clue cell(epite skuamosa vagina yang diliputih oleh garnderella

b.sifilis
5.

Pemeriksaan mikroskop

6.

Pemeriksaan darah (tes serologic untuk sifilis, yang terdiri dari :

a.
a.)Non treponemal : aglutinasi, VDRL (Veneral Disease Research Laboratory), RPR
(Rapid Plasma Reagen), ikatan komplemen, wassermann
b.
b.)Treponemal : FTA (Fluorescent Treponemal Antibody Absorption), TPI (Treponema
Pallidum Immunobilization)
7.

Pemeriksaan cairan serebrospinal

8.

Pemeriksaan rontgen

Sifilis biasanya secara tidak langsung ditemukan pada pasien risiko tinggi seperti adanya
penyakit menular seksual dan penggunanarkotika. Karena T. Pallidum tidak dapat tumbuh
pada media kulturmaka digunakan metode lain untuk mendiagnosis penyakitsifilis.Seperti
mikroskop lapangan gelap . Bahan pemeriksaan adalah transudat segar dari chancer pada
infeksi primer
Atau kondilomalata pada infeksi sekunder. Hasil positif bila ditemukan spiroketa yang
motil,Membentuk kumparan padat dan bergerak melengkung untuk penderita dengan suspek
neurosifilis, diangnosis ditegakkan dengan sampel dari cairan cerebrospinal.
Tesserologis non treponemamen deteksi antibody yang merupakan kompleks dari
lecithin,kolestrol dan kardioli pindan digunakan untuk skrining adanya infeksi oleh T.
Pallidum. Termasuk tes ini adalah Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Rapid
Plasma Reagen (RPR) yang memberikan hasil positive setelah 4-6 minggu terinfeksi
( positive pada 70% pasiendenganlesi Primer dan stadium Lanjut ). Tapi tes ini dapat
memberikan positive palsu pada kondisi seperti kehamilan, kecanduan obat, keganasan,
penyakit autoimun dan infeksi virus.
Sedangtesserologis yang spesifikuntukinfeksitreponemaseperti Serum FluorencetTreponemal Antibody absorbable test (FTA-ABS)danTreponema yang positive
harusdikonfirmasidengantestreponema yang mempunyaisensitivitas yang spesifikasi yang
lebihtinggi.
(
Sacher
R.A,
MCPerson
R.A,2004;Mayo
Clinic.com
2006)
Penyakitsifilisdapatdidifferentialdiangnosisdenganpenyakitkelamin lain seperti :

Genital Ulcer

Genital herpes

Chancroi

3.
Tersangka sifilis dan gonore yakni orang yang telah menunjukkan gejala awal dari
penyakit sifilis dan gonore
4.
Laporan kewaspadaan dini penyakit reproduksi (KD/RS reproduksi) adalah laporan
segera bagi penderita penyakit reproduksi dan penanggulangan terhadap penyakit tersebut
5.
Laporan tersangka GONORE DAN SIFILIS dimaksudkan hanya untuk kegiatan
proaktif surveilans dan peningkatan kewaspadaan, tetapi bukan sebagai laporan kasus atau
penderita GONORE DAN SIFILIS.
6.
Unit pelayanan kesehatan adalah rumah sakit (RS), Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
balai pengobatan, poliklinik, dokter praktek bersama, dokter praktek swasta, dan lain lain.

Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari.
Setiap tahun sekitar 500 juta orang menjadi sakit dengan salah satu dari 4 PMS
yaitu klamidia, gonore, sifilis dan trikomoniasis. Mayoritas PMS hadir tanpa
gejala. IMS memiliki dampak besar pada kesehatan seksual dan reproduksi di
seluruh dunia (WHO, 2014). Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah satu di
antara faktorfaktor penting yang meningkatkan penularan HIV. Apabila tidak ada
kebijakan yang tepat dalam memerangi PMS, maka mengurangi penularan HIV
akan menjadi sulit. Strategi utama untuk mengontrol PMS adalah melalui
meningkatkan Program Pencegahan (SDKI, 2012).

Infeksi gonore di Indonesia menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis
PMS. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap wanita
pekerja sex menunjukkan bahwa prevalensi gonore berkisar antara 7,4%50%.
Masalah PMS pada WPS dewasa ini sangat menarik perhatian, baik bagi para
pengendali program maupun para peneliti, terutama dengan adanya krisis
ekonomi dan ditutupnya beberapa lokalisasi wanita pekerja sex di Jakarta,
Bandung, serta Surabaya. Keadaan ini akan menambah kompleksnya masalah
penanggulangan PMS. (Yuwono dkk, 2007)

Anda mungkin juga menyukai