Anda di halaman 1dari 28

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Program Pembangunan Infrastruktur


Perdesaan (PPIP) 2013

Sosialisasi PPIP Tingkat Provinsi

Disampaikan oleh :

Tim Pelaksana Pusat PPIP 2013

Kemiskinan di perdesaan masih menjadi tantangan


pembangunan nasional.
PPIP
mendukung
pelaksanaan
Program
Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) dalam
upaya pengentasan kemiskinan.
Pembangunan perdesaan mendorong peningkatan ekonomi
lokal.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat akan mendorong
kemandirian dalam penanggulangan kemiskinan di
perdesaan.
Peningkatan
peran
stakeholder
akan
mendorong
keberlanjutan hasil pelaksanaan program.

MAKSUD :
Sebagai upaya untuk mengurangi kemiskinan dan memperkuat
implementasi tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance).

TUJUAN :
Mewujudkan peningkatan akses masyarakat miskin, hampir
miskin, dan kaum perempuan, termasuk kaum minoritas ke
pelayanan infrastruktur dasar perdesaan, dengan berbasis pada
pendekatan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan tata
kelola pemerintahan yang baik.

Tersedianya infrastruktur perdesaan yang sesuai dengan


kebutuhan dan kemampuan masyarakat, berkualitas,
berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan.
Meningkatnya kemampuan masyarakat perdesaan dalam
penyelenggaraan infrastruktur perdesaan.
Memperluas upaya pembangunan dan penanganan
wilayah desa-desa miskin.
Meningkatnya kemampuan aparatur pemerintah daerah
sebagai fasilitator pembangunan di perdesaan.
Terlaksananya
penyelenggaraan
pembangunan
infrastruktur perdesaan yang partisipatif, transparan,
akuntabel, dan berkelanjutan.

PRINSIP

Acceptable : Pemilihan
kegiatan berdasarkan
musyawarah masyarakat.
Transparent : dilaksanakan
masyarakat secara terbuka
Accountable : dapat
dipertanggungjawabkan
Sustainable : memberikan
manfaat kepada masyarakat
secara berkelanjutan

PENDEKATAN

Pemberdayaan Masyarakat
Keberpihakan kepada orang
miskin
Otonomi dan desentralisasi
Partisipatif
Keswadayaan
Keterpaduan program
pembangunan
Penguatan kapasitas
kelembagaan
Kesetaraan dan keadilan gender

PENINGKATAN
KAPASITAS
MASYARAKAT
DALAM
PERENCANAAN
DAN
PEMBANGUNAN

Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat khususnya


OMS & KPP melalui pelatihan (on-the-job training) dan
pendampingan penyelenggaraan program dari proses
Pemetaan Swadaya, Perencanaan Partisipatif, Pengadaan,
Transparansi dan Akuntabilitas pelaksanaan, Operasi &
Pemeliharaan.

Penugasan FM untuk melakukan


pemberdayaan masyarakat.

pendampingan

dan

Peningkatan
kapasitas
pemerintah
daerah
(provinsi,
kabupaten, dan desa) dalam mengimplementasikan program
berbasis masyarakat, terutama bottom-up planning dan propoor budgeting, serta manajemen keuangan; workshop dan
training aparat Pemda.

Implementasi dana BLM untuk peningkatan infrastruktur dasar


perdesaan yang dilaksanakan sesuai dengan RKM yang telah
disusun masyarakat.

PENINGKATAN
PELAYANAN
DASAR DAN
INFRASTRUKTUR
PERDESAAN

BLM diberikan dalam 3 (tiga) tahap bagi masing-masing desa,


Tahap I = 40% (100 Juta), Tahap II = 30% (75 Juta),
Tahap III = 30% (75 Juta).

BLM lebih bersifat open menu dengan beberapa kegiatan


yang tidak boleh dilaksanakan (negative list), seperti: rumah
ibadah, kegiatan yang berdampak negatif bagi lingkungan,
pembangunan irigasi lebih dari 50 ha, jalan hotmix dsb.

Pelatihan para pemangku kepentingan dalam kinerja sosialisasi,


pengendalian dan pemantauan kemajuan program.

PENINGKATAN
KAPASITAS
PENYELENGGARA
AN PROGRAM
DAN
MONITORING
EVALUASI

Strategi pendampingan program mengenai indeks capaian


program, sistem pelaporan, monitoring dan evaluasi program.

Audit kinerja (performance audit) terhadap hasil pelaksanaan


program secara menyeluruh dalam meningkatkan daya dukung
terhadap tertib administrasi dan mewujudkan program yang
tepat guna dan tepat sasaran.

DIREKTORAT
JENDERAL CIPTA
KARYA
KMP
(Konsultan Manajemen
Pusat)

Satker/PPK PPIP
Pusat

TKP
(Tim Koordinasi Pusat)

KMW
(Konsultan Manajemen
Wilayah)

TPPr
TKPr

(Tim Pelaksana Provinsi)

KMPr

(Tim Koordinasi Provinsi)

Satker/PPK Provinsi

(Konsultan Manajemen
Provinsi)

Unsur Struktur Dinas PU

TPK
(Tim Pelaksana Kabupaten)

KMK

(Tim Koordinasi Kabupaten)

Satker/PPK Kabupaten

(Konsultan Manajemen
Kabupaten)

Pemerintah Kecamatan

Unsur Struktur Dinas PU

TKK

BPD
(Badan Permusyawaratan
Desa)

PEMERINTAH DESA

KPP

OMS

(Kelompok Pemanfaat
dan Pemelihara)

(Organisasi
Masyarakat Setempat)

Garis Pengendalian
Garis Koordinasi
Garis Pelaporan
Garis Pembinaan

FM
(Fasilitator Masyarakat)

KD
(Kader Desa)

Program dilaksanakan dengan pendekatan pemberdayaan


masyarakat. Partisipasi masyarakat menjadi sasaran utama dalam
program.
Seluruh masyarakat harus diberikan kesempatan untuk memberikan
pendapat atau usulan atau masukan dalam setiap musyawarah
desa.
Hasil Musyawarah Desa merupakan keputusan tertinggi dalam
program.
Musyawarah Desa dilaksanakan 4 (empat) kali, disamping akan
dilakukan rembug-rembug secara rutin.
Program harus dilaksanakan secara transparan/ terbuka.
Hasil-hasil musyawarah desa, rembug dan penggunaan dana BLM
harus dipublikasikan di papan informasi agar masyarakat dapat
mengetahuinya.
Kegiatan pembangunan infrastruktur tidak boleh dikontraktualkan,
tetapi dilaksanakan sendiri oleh masyarakat secara swakelola.
Dalam pembangunan fisik, sedapat mungkin menggunakan tenaga
kerja dan material lokal.

Pengadaan material akan dilakukan oleh panitia pengadaan untuk


mendapatkan material dengan kualitas yang baik dengan harga
penawaran terendah.
Infrastruktur terbangun merupakan aset masyarakat desa yang
harus dipelihara sendiri oleh masyarakat melalui Kelompok
Pemanfaat dan Pemelihara (KPP).
Program akan menyalurkan dana Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM) secara langsung kepada masyarakat, tanpa potongan/
kutipan.
Masyarakat siap dan bertanggung jawab penuh atas penggunaan
dana BLM, dinyatakan melalui penandatanganan Pakta Integritas.
Penyelenggara program adalah Tim Pelaksana yang dikoordinir oleh
Tim Koordinasi di tingkat provinsi dan kabupaten.

PKPS-BBM IP
RISP
PPIP
PPIP*

14,000

Total Sasaran

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012


12,834

2005-2011
12,834

1,840

1,840
2,289 2,050 1,900 2,200 2,000 5,000
2,400

12,000

15,439
2,400

10,000

JUMLAH DESA

PROGRAM

JUMLAH

8,000
6,000
4,000
2,000
-

TOTAL

12,834 1,840 2,289 2,050 1,900 2,200 4,400 5,000

32,513

2005

2006

2007

2008

2009

2010

TAHUN

PKPS BBM - IP : Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak bidang
Infrastruktur Perdesaan
RISP : Rural Infrastructure Support Project
PPIP : Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan
* PPIP APBN-P 2011

2011

2012

Sasaran PPIP 2013 meliputi 6.040


desa, terdiri dari:
Desa Reguler (teralokasi di DIPA
kabupaten): 1.500 desa
Desa Tambahan 2013: 4.540
desa*
* Dana BLM desa Tambahan akan ditambahkan pada
DIPA Satker PKP Provinsi dan Satker PIP Kabupaten
melalui mekanisme revisi DIPA.

a. Dana Pemerintah (APBN) yang dipergunakan untuk membiayai BLM, gaji

dan pelatihan fasilitator serta operasional Satker Provinsi dalam


pengendalian dan pengawasan yang teralokasi di DIPA Satker PKP di
tingkat provinsi.

b. Dana Pemerintah Provinsi (APBD) sebesar 1% dari total BLM yang

diterima untuk membiayai operasional Tim Koordinasi dan Tim Pelaksana


Provinsi penyelenggaraan program yang teralokasi di DIPA SKPD di
tingkat Provinsi.

c. Dana Pemerintah Kabupaten (APBD) minimal sebesar 5% dari total BLM

yang diterima untuk membiayai operasional Satker, Tim Koordinasi dan


Tim Pelaksana Kabupaten guna pengendalian dan pengawasan yang
teralokasi di DIPA SKPD di tingkat Kabupaten.

d. Dana swadaya masyarakat untuk mendukung pelaksanaan musyawarah

dan rembug-rembug desa, pemeliharaan dan pengembangan manfaat


infrastruktur yang dibangun melalui PPIP.

Penandatanganan

Pakta Integritas dilaksanakan


setelah Musyawarah Desa I, sehingga OMS, KPP, KD
terpilih ikut menandatangani Pakta Integritas.
Penyusunan dokumen Usulan Prioritas Desa (UPD)
ditiadakan.
Perubahan pada struktur organisasi di tingkat provinsi
dan kabupaten, khususnya pada Tim Koordinasi dan
Tim Pelaksana. Kasatker dan PPK PPIP otomatis
menjadi anggota Tim Pelaksana Provinsi/Kabupaten.

Pemerintah kabupaten agar mengalokasikan dana

operasional bagi Tim Koordinasi, Tim Pelaksana dan


Satuan Kerja PIP.
Koordinasi antar pelaku program senantiasa
dilaksanakan secara teratur.
Permasalahan yang ditemui dalam kegiatan PPIP
berdasarkan post audit BPKP (tahun 2011) agar
menjadi pembelajaran bagi seluruh pelaksana
program guna meningkatkan kinerja
Pelaksanaan PPIP pada tahun y.a.d.

SK Desa PPIP TA. 2012 baru terbit pada 1 Juni 2012 sehingga waktu
pelaksanaan terbatas.
SK Satker PIP Kabupaten sering mengalami revisi sehingga menghambat
proses pelaksanaan kegiatan.
Revisi DIPA APBN-P TA. 2012 baru selesai di bulan Oktober 2012 yang
mengakibatkan kegiatan fisik belum dapat tuntas 100% di akhir bulan
Desember 2012 untuk desa PPIP kategori APBN-P.
Rumitnya klasifikasi kategori Desa PPIP TA. 2012 yang terdiri dari Desa
Reguler I, Reguler II dan APBN-P sehingga membingungkan Satker
Provinsi dan Kabupaten.
Alokasi dana BLM PPIP di kategori Desa PPIP TA. 2012 (Reguler 1 dan
Reguler 2) tidak utuh 250 Juta (baru teralokasi 70%) dari sisanya (30%)
baru teralokasi pada revisi DIPA APBN-P TA. 2012 sehingga
membingungkan Satker Provinsi dan Kabupaten.

Satker PKP Provinsi belum dapat menjalankan fungsi monitoring dan


evaluasi terhadap Satker PIP Kabupaten secara optimal karena masih
harus melaksanakan penyaluran dana BLM PPIP untuk Kabupaten yang
tidak memiliki Satker.
Kurang optimalnya publikasi kegiatan PPIP TA. 2012 melalui media cetak
dan elektronik untuk skala nasional.
Belum semua provinsi menyampaikan buku Laporan hasil pelaksanaan
kegiatan PPIP TA. 2012.
Berdasarkan laporan Satker PKP Provinsi, terdapat 3 (tiga) provinsi yang
BLM PPIP-nya tidak tersalurkan 100% yaitu 5 desa di Kabupaten Lany
Jaya Provinsi Papua, 1 desa di Kabupaten Buru Selatan Provinsi Maluku
dan 2 desa di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Barat.
Belum optimalnya kompilasi data Sistem Informasi Manajemen (SIM) PPIP
Pusat 2012.

Banyaknya usulan revisi SK Desa PPIP TA. 2012


karena perubahan data administratif di daerah
(pemekaran
desa/
kecamatan
baru).
Data
perencanaan desa PPIP 2012 masih menggunakan
data PPLS 2008 dari Biro Pusat Statistik (BPS).
Fungsi Tim Koordinasi Provinsi dan Kabupaten untuk
kegiatan PPIP TA. 2012 belum optimal.
Fungsi pengendalian di tingkat pusat belum optimal
karena Satker PPIP hanya dibantu oleh 1 (satu)
konsultan yaitu Konsultan Manajemen Pusat.

INDIKATOR UTAMA
KINERJA

CAPAIAN KINERJA

2008

2009

2010

2011

EFISIENSI DAN
EFEKTIFITAS

77, 34%

83, 75%

80, 99%

75, 83%

KEANDALAN PELAPORAN

59, 50%

67, 30%

75, 59%

73, 48%

KETAATAN PERATURAN

62, 69%

74, 32%

89, 50%

96, 78%

TOTAL KINERJA

74,53%
(Cukup
berhasil)

79,96%
(Cukup
berhasil)

80,37%
(Cukup
berhasil)

76,48 %
(Cukup
berhasil)

20

Masih kurangnya dukungan/ peran serta


Pemerintah Provinsi dan Kabupaten atas
penyelenggaraan PPIP.
Pengadaan jasa Konsultan Manajemen Kabupaten
(KMK) dan Fasilitator belum sepenuhnya mengacu
pada Perpres 54 Tahun 2010.
Tim Pelaksana Provinsi dan Kabupaten masih
belum berfungsi dengan optimal.
Masih belum optimalnya koordinasi, pemantauan
dan evaluasi yang dilaksanakan Satker PPIP

Belum optimalnya satker kabupaten dalam


melakukan verifikasi usulan rencana kerja
masyarakat desa.
Masih rendahnya partisipasi masyarakat
dalam proses pemberdayaan PPIP.
Belum optimalnya partisipasi masyarakat
dalam pemilihan jenis dan lokasi infrastruktur.

1.

2.

3.

4.

Pembangunan IP secara keseluruhan dilaksanakan oleh pihak


ke-3 (kontraktor) dan pungutan langsung ke kontraktor.
Fasilitator (FM) tidak memberdayakan masyarakat tetapi
secara langsung membuatkan RAB ataupun menyusun
pertanggungjawaban keuangan OMS dan memintakan kutipan
kepada OMS atas jasanya.
Pembangunan Infrastruktur Perdesaan menggunakan material
setempat tetapi dipertanggungjawabkan sebagai pembelian
(pengeluaran fiktif).
Upah tenaga kerja tidak dibayarkan (kegiatan gotong royong)
tetapi dipertanggungjawabkan sebagai pembayaran upah.(SPJ
upah fiktif).

5.

6.

7.

8.

Pengadaan barang melalui supplier dikoordinir oleh oknum


PPK, secara fisik pembangunan IP tercapai 100% tetapi
manfaat program untuk melibatkan peran masyarakat desa
tidak tercapai.
Pekerjaan
pembangunan
jalan
dengan
pekerjaan
pengaspalan yang kurang melibatkan peran masyarakat.
Adanya bangunan yang sudah jadi dan diakui sebagai
hasil PPIP atau ada pembangunan infrastruktur PPIP yang
tumpang tindih dengan pembangunan yang telah dibiaya
kegiatan lain.
Pembayaran konsultan/fasilitator yang sebagian bulan atau
seluruh penugasan konsultan tersebut tidak bekerja.

9.
10.

11.

12.
13.

Dana pemeliharaan (KPP) dipinjam Kepala Desa.


Penggunaan dana BOP tidak didukung bukti yang
memadai.
Pemilihan ketua OMS dimotori oleh Partai dan proses
rembug desa tidak efektif sehingga timbul konflik
internal dan berakibat tidak selesainya pekerjaan dan
dana tahap terakhir tidak cair.
Ketua OMS melarikan uang dana tahap III.
Pelatihan KPP yang fiktif terungkap tidak didukung bukti
yang memadai dan setelah dikonfirmasi ke fasilitator
mengakui memang tidak ada.

14.

15.

16.

Kutipan kepada OMS oleh Petugas PPIP Tingkat Kabupaten.


Pengakuan dari OMS berupa kutipan yang dilakukan oleh pihak
Satker Kabupaten.
Potongan atas dana PPIP dengan cara saat pencairan diminta
kembali dari rekening OMS oleh Satker yang dikoordinir seorang
petugas dari satker melalui Kepala Desa. Kasus terungkap oleh
LSM. Seharusnya berpengaruh terhadap kondisi fisik yang pasti
tidak terpasang 100% atau material yang terpasang bersumber
dari swadaya.
Masyarakat tidak diberdayakan tetapi diajarin membuat SPJ yang
salah dimana SPJ dibuat sesuai RAB tetapi tidak sesuai
dengan realisasi fisik. Kelemahan tim audit tidak dapat menilai
kualitas khususnya campuran beton.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai