Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian
pada bayi dan anak balita di negara berkembang. Hasil dari penelitian di negara berkembang
menunjukkan bahwa 2030 % kematian balita diberbagai negara setiap tahun disebabkan karena
menderita ISPA.
Tujuan Millennium Development Goals (MDGs) keempat (mengurangi angka kematian
anak) hanya dapat dicapai melalui upaya-upaya intensif yang fokus pada penyebab utama
kematian pada anak, yaitu pneumonia, diare, malaria, kekurangan gizi dan masalah neonatal.
Diperkirakan dari 8,8 juta kematian anak di dunia pada tahun 2008, 1,6 juta dikarenakan
pneumonia dan 1,3 juta dikarenakan diare (Kemenkes RI, 2010).
Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru dan mempunyai
gejala batuk, sesak nafas, ronki dan infiltrat pada foto rontgen. Pneumonia yang terjadi pada
anak ini seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkus yang disebut
bronchopneumonia (Depkes RI, 2009).
Indonesia merupakan salah satu diantara 15 negara yang mengalami kejadian penyakit
pneumonia yang tinggi di dunia dan Indonesia menduduki peringkat keenam dengan jumlah
kasus sebanyak 6 juta kasus. Pada penelitian kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, pneumonia
menduduki tempat kedua sebagai penyebab kematian bayi dan balita setelah diare dan
menduduki tempat ketiga sebagai penyebab kematian pada neonatus (Kemenkes, 2010).
Berdasarkan kemenkes, proporsi pneumonia balita di Indonesia tahun 2008 adalah
49,45%, tahun 2009 adalah 49,23%, dan tahun 2010 adalah 39,38% dari jumlah balita di
Indonesia. Pada kegiatan Pengendalian Penyakit ISPA, pengamatan lebih intensif dilakukan
terutama penderita Pneumonia pada usia balita, karena penyakit ini secara nasional masih sering
menimbulkan kematian. Jumlah penderita yang ditemukan cukup tinggi walaupun tidak setinggi
perkiraan yang ditetapkan secara nasional. Menurut perkiraan (nasional) 10 % dari jumlah balita
akan menderita pneumonia setiap tahunnya.
Kinerja puskesmas diukur dari tingkat keberhasilannya dengan

membandingkan

kegiatan yang ada di puskesmas dengan target yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan

Minimal (SPM). Salah satu bagian penilaian yang ada di SPM adalah cakupan balita dengan
pneumonia yang ditentukan atau ditangani sesuai standar dengan target yang harus tercapai. Di
Puskesmas Lempake, berdasarkan perhitungan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bulan Januari
sampai Maret 2015 didapatkan penemuan penderita pneumonia balita sebanyak 11 orang, angka
ini meningkat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan perumusan masalah bagaimana gambaran
karateristik pneumonia pada balita di wilayah puskesmas lempake periode tahun 2015?
C. TUJUAN
Mengetahui dan

mengidentifikasi gambaran karakteristik pneumonia pada balita di

wilayah Puskesmas Lempake periode Januari-Maret tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai