L=T +V
... (1)
... (2)
d
( x )+ kx=0
dt
d
m x =kx (3)
dt
( )
... (4)
Solusi persamaan gerak menggunakan metode Lagrange dapat dicari dengan melihat
persamaan Euler Lagrange dan persamaan gerak pegas di atas yaitu :
L
L
=m x ;
=kx (5)
x
x
Kemudian dicari solusi masing-masing persamaan (5) menjadi :
L
=m x
x
L=m x x
L=m x d x
L=m
( 12 x )
1
T = m x 2
2
L
=kx
x
L=kx x
L=k x dx
L=k
V=
( 12 x )
2
1 2
kx
2
( (
)) (
d 1
1
m2 x = k 2 x
dt 2
2
d
m x =kx
dt
m
d x
=kx
dt
m x =kx (7)
Sebagai contoh sebuah partikel bergerak dalam bidang; kita memilih koordinat
polar untuk menyatakan konfigurasi sistem, maka dalam hal ini :
(12)
selanjutnya,
x=x ( r , ) =r cos
(
y= y r , )=r sin
(13)
dan,
x=
x
x
q +
q =cos rr sin
q 1 1 q 2 2
(14)
y=
y
y
q +
q =sin r+ r cos
q1 1 q 2 2
(15)
(q 1 , q 2 , , qn )
ke konfigurasi di dekatnya
dari titik
x
q
qk k
(16)
y
qk
k=1 q k
(17)
x i=
k=1
y i=
n
z i=
k=1
z
q
qk k
(18)
1 2
k x +mg ( l+x ) cos
2
Persaman Lagrange
L=T +V
1
1 2
L= m ( x 2+ ( l+ x )2 2) +
k x + mg ( l+ x ) cos
2
2
1
1 2
2
2 2
L= m ( x + ( l+ x ) ) +mg ( l+ x ) cos k x
2
2
Persamaan gerak
d L L
=
dt x x
( )
d
( m x )=m (l + x ) 2 +mg coskx
dt
m x =m ( l + x ) 2 +mg coskx
d L y
=
dt
( )
d
( m ( l+ x )2 )=mg (sin ) ( l+ x )
dt
m ( l+ x ) +2 m x =mg
sin
2. Sebuah partikel bermassa m yang bergerak akibat pengaruh gaya sentral pada
sebuah bidang.
Misalkan koordinat polar (r,) digunakan sebagai koordinat umum (umum).
Koordinat Cartesian (r,) dapat dihubungkan melalui :
x = r cos
y = r sin
Energi kinetik partikel
T 12 mv 2 12 m x&2 y&2 12 m r&2 r&2 2
Energi potensial gaya sentral
k
k
V
1/ 2
r
x 2 y2
Persamaan Lagrange untuk sistem ini
L T V 12 m r&2 r&22
dari persamaan Lagrange
d T
T
V
dt q k q k q k
k
r
d L
L
0
dt q&k
q k
substitusi q1 = r dan q2 = , diperoleh:
d L
L
0
&
dt r
r
d L
L
0
&
dt
mr&
dt r&
L
k
mr&2 2
r&
r
&2 mr&2
mr&
k
r2
2
&
mr&
mr&2 Fr
L
0
d L
2&
&
&
&
2mrr& mr
dt
2mrr&& mr 2&
& 0
d
dJ
mr 2 &
0
dt
dt
atau,
Hal ini berarti bahwa J merupakan momentum sudut yang nilainya konstan. Integrasi
persamaan di atas menghasilkan
J mr 2 &
= konstan
Berdasarkan persamaan di atas dapat dikatakan bahwa dalam medan konservatif momentum
sudut J, merupakan tetapan gerak.
3. Osilator Harmonik
Sebuah osilator harmonik 1-dimensi, dan misalkan padanya bekerja sebuah gaya
peredam yang besarnya sebanding dengan kecepatan. Oleh karena itu sistem dapat dipandang
tidak konservatif. Jika x menyatakan pergeseran koordinat, maka fungsi Lagrangiannya
adalah
1
2
mx 2 12 kx 2
L=T-V=
dimana m adalah massa dan k adalah tetapan pegas. Selanjutnya:
L
L
mx
kx
x
x
Oleh karena pada sistem bekerja gaya yang tidak konservatif yang harganya sebanding
&
x
dengan kecepatan; dalam hal ini Q' = -c , sehingga persamaan gerak dapat ditulis :
d
mx cx (kx )
dt
&
& cx
& kx 0
mx
Ini tak lain adalah persamaan gerak osilator harmonik satu dimensi dengan gaya peredam.
4. Parikel yang berada dalam Medan Sentral
Rumuskan persamaan Lagrange gerak sebuah partikel dalam sebuah bidang di
bawah pengaruh gaya sentral. Kita pilih koordinat polar q1 = r, q2 = . Maka
T 12 mv 2 12 m r 2 r 2 2
V V(r )
L 12 m r 2 r 2 2 V r
L
mr 2
d L L
dt r
r
d L L
dt
d
mr 2 0
dt
mr mr 2 f (r )
5. Pesawat Adwood
Sebuah pesawat Atwood yang terdiri dari dua benda bermassa m1 dan m2
dihubungkan oleh tali homogen yang panjangnya l m dan dilewatkan pada katrol (lihat
gambar). Sistem ini memiliki satu derajat kebebasan. Kita ambil variabel x untuk menyatakan
konfigurasi sistem, dimana x adalah jarak vertikal dari katrol ke massa m 1 seperti yang
ditunjukkan pada gambar.
l-x
x
m1
x / a
adalah :
T 12 m1 x 2 12 m 2 x 2 12 I
x 2
a2
L 12 m1 m 2 2
a
dt x x
yang berarti bahwa,
2
x g m1 m 2 x m 2 gl
m1 m 2
atau,
x g
I
a2
x g m1 m 2
m1 m 2
m1 m 2 I / a 2
adalah percepatan sistem. Nampak bahwa jika m 1>m2, maka m1 akan bergerak turun,
sebaliknya jika m1<m2 maka m1 akan bergerak naik dengan percepatan tertentu.
6. Pesawat Adwood Ganda
Pesawat Atwood ganda diperlihatkan pada gambar 2.5. Nampak bahwa sistem
tersebut mempunyai dua derajat kebebasan. Kita akan menyatakan konfigurasi sistem dengan
koordinat x dan x'. Massa katrol dalam hal ini diabaikan (untuk menyederhanakan persoalan).
Energi kinetik dan energi potensial sistem adalah :
T 12 m 1 x 2 12 m 2 ( x x ' ) 2 12 m 3 ( x x ' ) 2
l-x
l'-x
m1
m2
3
Gambarm2.5
Pesawat Atwood Ganda
1
2
dt x ' x'
dt x x
dengan penyelesaian
m1x m 2 ( x x ' ) m 3 ( x x ' ) g( m1 m 2 m 3 )
m 2 ( x x ' ) m 3 ( x x ' ) g( m 2 m 3 )
dan dari persamaan ini percepatan
dan
x '
dapat ditentukan.
dimana M adalah massa bidang miring dengan sudut kemiringan , seperti yang ditunjukkan
dalam gambar 2.6. dan m adalah massa partikel. Energi potensial sistem tak terkait dengan x
oleh karena bidangnya horisontal, sehingga kita dapat tuliskan :
V=mgx'sin + tetapan
dan
&&'cos ) 12 Mx
&
&2 mgx 'sin tetapan
L 12 m(x&2 x&'2 2xx
Persamaan geraknya
d L L
dt x x
d L L
dt x ' x'
Sehingga
m( x x ' cos) Mx 0
;
'
x
dan adalah :
g sin cos
x
mM
cos 2
m
Percepatan
x '
g sin
m cos 2
1
mM
x '
v
x'
Dengan memperhatikan sudut Eulerian sebagai koordinat umum, persamaan geraknya adalah:
d L L
dt
d L L
dt
d L L
dt
oleh karena Q (gaya umum) semuanya nol. Dengan menggunakan dalil rantai (chain rule):
L T 3
Sehingga
d L
3
I 3
dt
I11 1 I 2 2 2
I112 I 2 2 1
Dapat diperoleh
3 12 (I1 I 2 )
I 3
9.
Sebuah benda bermassa m (gambar 2.7) meluncur dengan bebas pada sebuah
kawat dengan lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari a.
Lingkaran kawat berputar searah jarum jam pada bidang horisontal dengaan kecepatan sudut
di sekitar titik O.
a.
Selidiki bagaimana gerak benda tersebut
b.
Bagaimana reaksi lingkaran kawat
a. Perhatikan gambar di atas. C adalah pusat lingkaran kawat. Diameter OA membentuk sudut
t dengan sumbu-X, sedangkan benda bermassa m membentuk sudut dengan diameter
OA. Jika yang kita perhatikan hanyalah gerak benda bermassa m saja, maka sistem yang kita
tinjau memiliki satu derajat kebebasan, oleh karena itu hanya koordinat umum q = yang
dipakai. Berdasarkan gambar 2.7 a dan 2.7 b, kita dapat tuliskan:
x a cos t a cos(t )
y a sin t a sin( t )
x a sin t a sin( t ) (t )
y a cos t a cos(t )(t )
Kuadratkan persamaan-persamaan di atas, kemudian jumlahkan akan diperoleh
besaran energi kinetik
2
T 12 m x 2 y 2 12 ma 2 2 2 cos
dan,
T
ma 2 cos
d T
2
ma sin
dt
T
ma 2 sin
Q1
dt q 1 q 1
Dalam hal ini Q1 = 0 dan q1 = , maka persamaan yang dihasilkan :
ma 2 sin ma 2 sin 0
2 sin 0
Persamaan di atas menggambarkan gerak benda bermassa m pada lingkaran kawat. Untuk
g
l
l
atau
g
2
l g / 2
yang panjangnya
y a sin t r sin t
1
m x 2 y 2
2
1
m a 2 2 r 2 r 2
2
2a r sin 2a r cos
d T T
Qr
dt r r
T r
Dimana Qr = R adalah gaya reaksi. Nilai dari
dan
2
R m r a cos r a cos
ra ,
r 0 , dan
R ma 2 cos
T r
r 0
melalui persamaan :
z r cot
Kemudian diperoleh dua derajat kebebasan. Bisa digunakan r, sebagai koordinat umum dan
menghilangkan z dengan menggunakan persamaan pembatas diatas. Energi kinetik massa m
adalah :
1
1
1
T mv 2 m r 2 r 2 2 z 2 m r 2 1 cot 2 r 2 2
2
2
2
1
m r 2 csc 2 r 2 2
2
atau
Energi potensial massa m (anggap V = 0 dan z = 0) :
V mgz mgr cot
Kemudian Lagrangian L sistem :
1
L T V m r 2 csc 2 r 2 2 mgr cot
2
d L L
0
dt r r
L
d L
L
mr csc 2 ,
mr csc 2 ,
mr 2 mg cot
r
dt r
r
0
dt
Dengan memasukkan nilai L, diperoleh :
L
L
mr 2 dan
0
d
d
mr 2 J z 0
dt
dt
Artinya
J z mr 2 kons tan
T
sebagai kuantitas
, yakni:
T
mx
x
(31)
Dalam kasus dimana sebuah sistem yang digambarkan oleh koordinat umum q 1,
q2, , qk qn, kuantitas pk didefinisikan dengan
L
pk
q k
(32)
yang disebut momentum umum. Persamaan Lagrange untuk sistem konservatif dapat ditulis
L
p k
q k
(33)
Misalkan dalam kasus khusus, satu dari koordinatnya, katakanlah q, tidak tersirat secara
eksplisit dalam L. Maka
p
sehingga
L
q
(34)
p tetapan c
(35)
Dalam kasus ini, koordinat q dikatakan dapat terabaikan (ignorable). Momentum umum
yang diasosiasikan dengan koordinat terabaikan tak lain adalah tetapan gerak sistem.
Sebagai contoh, dalam persoalan partikel yang meluncur pada bidang miring
yang licin (yang telah dikerjakan pada bagian sebelumnya), kita dapatkan bahwa koordinat x,
posisi bidang, tidak tersirat dalam fungsi Lagrangian L. Oleh karena x merupakan suatu
koordinat terabaikan, maka
L
px
(M m) x mx ' cos tetapan
x
(36)
Kita dapat lihat bahwa ternyata px adalah komponen total dalam arah mendatar dari
momentum linier sistem dan oleh karena tidak terdapat gaya yang bekerja dalam arah
mendatar pada sistem, komponen momentum linier dalam arah mendatar harus konstan.
Contoh lain koordinat terabaikan dapat dilihat dalam kasus gerak partikel
dalam medan sentral. Dalam koordinat polar
L 12 m r 2 r 2 2 V (r )
(37)
seperti yang diperlihatkan dalam contoh di atas. Dalam kasus ini adalah koordinat
terabaikan dan
p
L
mr 2 tetapan
(38)
yang sebagaimana telah kita ketahui dari bab terdahulu adalah momentum sudut di sekitar
titik asal.
Contoh
Bandul sferis, atau potongan sabun dalam mangkuk. Suatu persoalan klasik dalam mekanika
adalah bahwa partikel yang terbatasi untuk berada pada permukaan sferis yang licin di bawah
pengaruh gravitasi, seperti sebuah massa kecil meluncur pada permukaan mangkuk yang
licin. Kasus ini juga digambarkan oleh bandul sederhana yang berayun dengan bebas dalam
sembarang arah, Gambar 2.9. Ini dinamakan bandul sferis, yang dinyatakan sebelumnya
dalam bagian terdahulu.
z
l
m
m
g
y
Gambar 2.9
Bandul sferis
Dalam hal ini terdapat dua derajat kebebasan, dan kita akan menggunakan
koordinat umum dan seperti yang ditunjukkan. Hal ini kenyataannya ekivalen dengan
koordinat bola dengan r = l = tetapan dimana l adalah panjang tali bandul. Kedua komponen
kecepatan adalah v =
l sin
dan v =
(39)
(37)
Ini adalah momentum sudut di sekitar sumbu tegak atau sumbu z. Kita akan menundanya
untuk persamaan dalam :
d L L
dt
yang dapat juga dinyatakan sebagai:
(40)
(42)
(43)
Persamaan (43) mengandung beberapa makna sebagai berikut. Pertama, jika sudut konstan,
maka h = 0. Akibatnya, persamaan di atas dapat ditulis sebagai :
g sin 0
l
(44)
yang tak lain adalah persamaan gerak bandul sederhana. Geraknya berada dalam bidang =
o = konstan. Kedua, adalah kasus banduk konik (conical pendulum). Dalam hal ini,
gantungan bandul menggambarkan suatu lingkaran horisontal, sehingga = o = konstan.
Jadi,
dan
, sehingga persamaan (44) dapat disederhanakan menjadi :
2
g
2 cos o
sin o h
0
l
sin 2 o
(45)
atau :
h2
g
sin 4 o sec o
l
=2
=1
Gambar 2.10
Gerak pada permukaan bola
(46)
(47)
B. Mekanika Hamilton
Persamaan Hamilton untuk gerak pada sebuah fungsi dari koordinat umum
H
q k p k L
(48)
Untuk sebuah sistem dinamik sederhana, energi kinetik sistem adalah fungsi
q
kuadrat dari
q k
2T
q
k
k
k
k
k
(50)
Oleh karena itu :
H
q k p k L 2T (T V) T V
(51)
Persamaan ini tak lain adalah energi total dari sistem yang kita tinjau. Selanjutnya, pandang n
buah persamaan yang ditulis sebagai :
L
pk
q k
(k = 1,2, n)
q
dan nyatakan dalam dalam p dan q
q k q k (p k , q k )
(52)
(53)
Dengan persamaan di atas, kita dapat nyatakan fungsi H yang bersesuaian dengan variasi
p k , q k
sebagai berikut :
L
L
H
q k
p k q k q k p k q k
q k
q k
(54)
Suku pertama dan suku kedua yang ada dalam tanda kurung saling meniadakan, oleh karena
menurut defenisi
p k L / q k
H
(55)
Variasi fungsi H selanjutnya dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
p
k
p k
H
q k
q k
(56)
Akhirnya diperoleh :
H
q k
(57)
p k
H
pdikenal
Dua persamaan terakhir ini
dengan persamaan kanonik Hamilton untuk gerak.
k
q k
(105)orde-1 (bandingkan dengan
Persamaan-persamaan ini terdiri dari 2n persamaan defernsial
persamaan Lagrange yang mengandung n persamaan diferensial orde-2. Persamaan Hamilton
banyak dipakai dalam mekanika kuantum (teori dasar gejala atomik).
Contoh pemakaian.
1. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan gerak osilator harmonik satu
dimensi.
Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan sebagai :
1
1
T mx 2
V Kx 2
2
2
dan
(58)
Momentumnya dapat ditulis
T
p
p
mx
x
x
m
atau
(59)
Hamiltoniannya dapat ditulis :
1 2 K 2
H TV
p x
2m
2
(60)
Persamaan geraknya adalah :
H
H
x
p
p
x
(61)
dan diperoleh :
p
x
Kx p
m
Persamaan pertama menyatakan hubungan momentum-kecepatan. Dengan menggunakan
kedua persamaan di atas, dapat kita tulis :
mx Kx 0
(62)
Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan dalam koordinat polar
sebagai berikut:
T
m 2
(r r 2 2 )
2
dan V=V(r)
(63)
Jadi :
pr
p
T
mr
r
T
mr 2
pr
m
p
2
mr
(64)
(65)
Akibatnya :
p 2
1
2
H
(p r 2 ) V( r )
2m
r
Persamaan Hamiltoniannya:
H
H H
r H p r
p
p r
p
r
,
,
,
Selanjutnya:
pr
r
m
V( r ) p
3 p r
r
mr
(66)
(67)
(68)
p
mr 2
p 0
(69)
(70)
(71)
Dua persamaan yang terakhir menunjukkan bahwa momentum sudut tetap,
p kons tan mr 2& mh
(72)
Sedangkan dua persamaan sebelumnya memberikan,
mh 2 V(r )
mr p r 3
r
r
(71)
untuk persamaan gerak dalam arah radial.
11.