Pengukuran pertama kali dilakukan pada larutan blangko yang merupakan
campuran dari aquadest dengan reagen warna. dimana tujuan dari larutan blangko ini
untuk memastikan bahwa pelarut yang digunakan tidak memiliki daya
absorbansi (sama dengan nol) sehingga ketika mengukur sampel menggunakan
spektrofotometri, hanya kadar yang kita inginkan (kadar glukosa) yang terbaca. Selanjutnya dilakukan pengukuran larutan standard dan larutan uji dengan spektrofotometri. Setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan spektrofotometri, pada larutan standar didapat absorbansi rata-rata 0,29. Nilai absorbansi ini merupakan nilai absorbansi yang baik karena berada di rentang absorbansi yang memenuhi standar yaitu 0,2 sampai 0,8dan kadar dari larutan standar adalah 100 mg/dL. Kemudian pengukuran larutan uji didapatkan nilai absorbansi sebesar 0,264. Berdasarkan hokum Lambert-beer, nilai absorbansi yang memiliki presisi maksimum yaitu pada rentang 0,2-0,8. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengukuran absorbansi larutan uji memiliki presisi (ketelitian) yang baik, karena berada pada rentang tersebut. Dari hasil data yang diperoleh, maka dapat di hitung kadar glukosa dengan menggunakan rumus : Glukosa darah
mg ) = dL
a bsorbansi uji kadar standar absorbansi standar
Kemudian dengan berdasarkan perhitungan dari rumus tersebut maka
didapatkan kadar glukosa darah sebesar 91,03 mg/dL Pada praktikum ini pemeriksaan kadar glukosa yang dilakukan yaitu pemriksaan glukosa sewaktu, dimana pengukuran kadar glukosa dalam darah yang diambil kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir. Menurut literature, Nilai normal glukosa sewaktu yaitu < 180 mg/ dL. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan kadar glukosa sewaktu sebesar 91,03 mg/dL. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa pada sampel tidak termasuk hiperglikemia (diabetes militus) karena tidak melebihi batasan nilai kadar glukosa sewaktu.