No dokumen :
7.1.1 Ep. 1
SOP
No. Revisi
:1/2
TTD Kapus
1.Pengertian
2.Tujuan
3.Kebijakan
4.Prosedur
5. Bagan Alir
6. Referensi
7.Dokumen
Terkait
7.1.1 Ep. 2
KTP
KK
Jamkesda
Jamkesmas
Askes
BPJS
SIM
Kartu
kunjungan
Pasien datang
Pasien mengambil kartu antrian
Kartu antrian
Selesai
Pasien baru?
Ya
Tidak
Karcis
Penyerahan
status
rekam
medik pasien ke poli oleh petugas loket
Petugas Poli menyerahkan
rekam
medik
ke Loket
Rekam medik
7.1.1 Ep. 5
No
PERNYATAANTIN/KAT
KEPUASAN
URAIAN
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
KEPUASAN
Petugas tidak MENILAI
memandang status
sosial dan PELANGGAN
memperlakukan peserta dengan hormat dan sopan 7.1.1 Ep.
No. Dokumen
: 5
SCORE
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
:
:
1-2
I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes
NIP: 19740305 199503 1 001
1.Pengertian
Kepuasan adalah suatu keadaan yang dirasakan konsumen setelah dia mengalami suatu kinerja
(atau hasil) yang telah memenuhi berbagai harapannya. Menurut Oliver, kepuasan adalah
tingkat perasaan seseorang pelanggan setelah membandingkan antara kinerja atau hasil yang
dirasakan (pelayanan yang) diterima dan dirasakan) dengan yang diharapkann. (Irine 2009 p.
61)
2.Tujuan
Untuk menilai tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelaynan kesehatan di Puskesmas
3.Kebijakan
2.
3.
4.
6.
4.Referensi
1.Permenkes 1691 tahuN 2011 tentang Keselamatan Pasien
5.Prosedur
1. Formulir survei kepuasanpelan pelanggang
a. Pasien mengunjungi layanan kesehatan
b. Petugas memberikan Formulir survei kepuasan pelanggan
c. Pasien mengisi Formulir
d. Menuliskan nama dan paraf
e. Pelanggang menyerahkan formulir yang telah diisi kepada petugas
Kotak saran
a. Pasien mengunjungi layanan kesehatan
b. Pasien menuliskan saran ditempat yang telah disediakan
c. Pasien memasukkan saran yang telah ditulis pada kotak saran
Kotak kepuasan pelanggang
a. Pasien mengunjungi layanan kesehatan
b. Pasien memasukkan pada kotak kepuasan pelanggan pada masing-masing pelayanan
yang telah disediakan
Warna hijau jika puas
warna merah jika tidak puas
Kontak pengaduan
Pelanggan menelpon atau mengirimkan pesan melalui nomor yang tertera pada
kontak pengaduan
5. Tindak lanjut pengaduan
7. Unit Terkait
1. Tim Penjamin Mutu
2. Semua unit Pelayana
7.1.1 Ep.
DAFTAR HADIR
SURVEI MENILAI KEPUASAN PELANGGAN PUSKESMAS BONGO II
TAHUN 2016
NAMA SURVEI
TANGGAL
NO
NAMA
PEKERJAAN
TANDA
TANGAN
7.1.1 Ep. 5
NO
KEGIATAN
SASARAN
PELAKSANA
LOKASI
WAKTU
SUMBER DANA
KETERANGAN
KEPALA PUSKESMAS
BONGO II
7.1.1 Ep. 5
PENYEBA
NO
MASALAH
KEGIATAN PEMECAHAN
MASALAH
MASALAH
Wonosari,
TUJUAN
SASARAN
LOKASI
PENANGGUN
G JAWAB
September 2014
WAKTU
INDIKATOR
KEBERHASILAN
Mengetahui
KEPALA PUSKESMAS
BONGO II
I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes
NIP: 19740305 199503 1 001
7.1.1 Ep. 5
EVALUASI rencana tindak lanjut penderita pneumonia PADA BULAN JULI 2015
No
KEGIATAN
SASARAN
PENANGGUNG
JAWAB
PELAKSANA
WAKTU
INDIKATOR
KEBERHASILAN
ANALISIS
SITUASI
MASALAH/
HAMBATAN
REKOMEN
DASI
RTL
Penyuluhan
Balita
Programer
Pneumonia (kiki
kholfiah salli
Amd.Kep)
Deni Eko P
Fitriyah
Uyunk gaul
3
Agustus
2015
Meningkatnya
penemuan cakupan
pneumonia balita
Bekerja sama
dengan nakes
suwasta
Nakes
suwasta
perawat
bidan
Programer
pneumonia (kiki
kholfiah salli
Amd.Kep)
Perawat
Bidan
3 agustus
2015
Ada peningkatan
cakupan pneumonia
sampai 30%
Belum semua
posyandu
mendapat
penyuluhan
tentang
pneumonia
Belum semua
nakes suwasta
bekerja sama
dengan tengkes
pustu semiring
Kegiatan
dilanjutkan
Refresing
dengan
progremer
Perawat
Bidan
Progremer
pneumonia ( kiki
kholfiah salli
Amd.kep)
Dokter umum
dan Progremer
pneumonia
Juli 2015
Ada peningkatan
cakupan pneumonia
Penyuluhan
dilakukan
oleh tenkes
di
posyandu
jeruk
Akan
bekerja
sama
dengan
nakes
suwasta yg
ada di
wilayah
mangaran
Ruang aula
Puskesmas
mangaran
Tidak ada
hambatan
Konsultasi
dengan dokter
umum dan
progremer
Kegiatan di
lanjutkan
TTD
MANAJEMEN
MUTU
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1. Pengertian
Tujuan
Kebijakan
4.Referensi
5.Prosedur
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
1-2
S O P
i n i
m e n g a t u r
t e n t a n g
c a r a p en ya mp a i an in fo r ma s i te n t an g h ak d an kew aj ia n
k ep ad a pe la ng g an ba ik s e ca ra lisan maupun media bantu
P el an gg a n d ap at me mp er ol e h i nf or ma s i tentang hak dan kewajiban
pasien.
Langkah- langkah didalam pelaporan hasil pemeriksaan yang kritis dengan
melaksanakan langkah- langkah/ prosedur SPO ini.
6. Unit Terkait
Dokumen Terkait
PENYAMPAIAN INFORMASI
No.
Dokumen
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1.Pengertian
2.Tujuan
Kebijakan
4.Referensi
5.Prosedur
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
7.1.2 Ep. 3
1-2
informasi
yang
akan
disampaikan
6. Referensi
7.Dokumen
Terkait
SOP
No.
Dokumen
No. Revisi
:
:
7.1.3 Ep. 3
Tanggal
Terbit
Halaman
KABUPATEN
BOALEMO
1. Pengertian
:
:
1-2
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur/ Langkahlangkah
Kewajiban
3. Hak Pasien :
a. Memperoleh
informasi
mengenai
tatatertib
dan
standar
profesi
dan
standar
prosedur
operasional.
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan.
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya
dan
peraturan
yang
berlaku
di
Puskesmas.
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik
(SIP) baik di dalam maupun di luar Puskesmas.
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya.
j. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan
dan
keselamatan
dirinya
sesuai
dengan
perundang-undangan
4. Kewajiban Pasien:
a. Setiap
pasien
mempunyai
ketentuan
kewajiban
peraturan
terhadap
7.1.3 EP.1
UU No. 36/2009 tentang Kesehatan,
UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit
7.1.3 EP.4
Persyaratan kompetensi petugas, pola ketenagaan, dan kesesuaian terhadap persyaratan kompetensi dan pola ketenagaan, pelatihan yang diikuti
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 1996
TENTANG
TENAGA KESEHATAN
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
1-2
I Wayan Yasa,
SKM.,M.Kes
NIP: 19740305 199503 1 001
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Kebijakan
d. Referensi
e. Prosedur/
Langkah-langkah
f. Unit Terkait
Klinis
Bagi
Dokter
Di
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan Primer
1 Petugas mengecek Biodata Rekam Medis pasien yang
bersangkutan
2 Petugas menanyakan keluhan utama pasien
3 Petugas melakukan anamnesis
4 Petugas melakukan pemeriksaan fisik; mengukur
tekanan darah dan suhu, menghitung nadi, respirasi
rate
5 Petugas menyarankan pemeriksaan laboratorium jika
perlu
6 Petugas menyimpulkan diagnosis
7 Petugas menulis terapi
8 Petugas menganalisis tujuan terapi
9 Petugas melakukan penyuluh kesehatan berdasarkan
diagnosa yang disimpulkan
10 Petugas membubuhi paraf pada kolom yang tersedia
pada RM
1. Unit Rawat Jalan
2. Unit Pelayanan UGD
3. Unit Pelayanan KBR/ KIA
PELAKSANAAN TRIASE
No.
Dokumen
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1. Pengertian
2. Tujuan
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
1-2
I Wayan Yasa,
SKM.,M.Kes
3. Kebijakan
Surat
Keputusan
Kepala
Puskesmas
nomor:
1. Pedoman
Teknis
Penanggulangan
Krisis
Kesehatan
Tindakan / Prosedur :
1.
2.
dan
cepat
(selintas)
untuk
menentukan
derajat
kegawatannya.
3.
a.
b.
c.
6. Unit Terkait
UGD
PENANGANAN PASIEN
EMERGENSI DAN RUJUKAN
PASIEN EMERGENSI
No.
Dokumen
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
1-2
I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes
NIP: 19740305 199503 1 001
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi 1. Pedoman Rujukan Medik Puskesmas, Depkes RI, 1991
Peralatan:
1.
2.
3.
4.
Tensimeter
Stetoskop
Kasa
Termometer
5. Tabung oksigen
6. Infus set
7. Cairan infus: RL, NaCL 0,9%, Normal salid
Prosedur:
umum
pasien
sesuai
kasus
pemberian
cairan
kristaloid
(Nacl,
RL,
Normal Salin)
c) Periksa tekanan darah, nadi dan perifer.
c.
d.
e.
f.
di
fasilitas
rujukan.
1. Loket Pendaftaran
2. Unit Pelayanan UGD
3. Unit Pelayanan KBR
pelayanan
pihak
kesehatan
yang
tempat
L A TA R B E L A K A N G
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan akan kebutuhanmasyarakat terhadap pelayanan% maka sangat dibutuhkan tenaga dokter dan perawat
yangmampu memberikan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai dengan standar profesi danetika profesi serta berkualitas.&elayanan dokter dan perawat di Puskesmas
merupakan bagian integral dari pelayanankesehatan. #ntuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas% perlu didukung dengan sumberdaya manusia yang handal sesuai dengan
misi Puskesmas.' e r d a s a r k a n h a l t e r s e b u t d i a t a s % p e r l u a d a n y a r e n c a n a p r o g r a m p e l a t i h a n d a n pengembangan pegawai IGD melalui pendidikan
formal dan informal untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian tenaga keperawatan maupun dokter di IGD
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Peserta latih mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada neonatus yang di
rawat di ruang NICU
2. Tujuan Khusus:
Peserta latih mampu:
a) Memahami tentang konsep kegawatan neonatus
b) Memahami prinsip pemberian terapi oksigen pada neonatus yang dirawat di
NICU
c) Memberikan nutrisi parenteral dan enteral pada pasien NICU
d) Merawat neonatus dengan alat bantu nafas mekanik
e) Melaksanakan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi di ruang
NICU.
III. PESERTA
1. Kriteria Peserta
a. Rumah sakit:
Pegawai Negeri Sipil
Pendidikan Minimal D3 Keperawatan
Pengalaman bekerja di NICU minimal 2 tahun
Diusulkan untuk mengikuti pelatihan oleh institusi yang bersangkutan.
Belum pernah mengikuti pelatihan sejenis.
b. Poltekkes:
Pegawai Negeri Sipil
Pendidikan Minimal S1
Mengampu mata kuliah Perawat NICU
Diusulkan untuk mengikuti pelatihan oleh institusi yang bersangkutan.
Belum pernah mengikuti pelatihan sejenis.
2. Jumlah Peserta
Dalam satu kelas / angkatan maksimal sebanyak 30 orang, yang terdiri dari:
1. RSUD Zainoel Abidin Aceh : 1 orang
2. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru : 1 orang
3. RSUD Pirngadi Medan : 1 orang
4. RS Otorita Batam : 1 orang
5. RSUD Embung Fatimah : 1 orang
6. RSUD Kota Tanjung Pinang : 1 orang
7. RSUD Tanjung Uban : 1 orang
8. RSUD Dabo Lingga : 1 orang
9. RSUD Karimun : 1 orang
10. RS Lapangan Natuna : 1 orang
11. RS Lapangan Anambas : 1 orang
12. RSUD Bari Palembang : 1 orang
13. RSUD Kuala Tungkal Jambi : 1 orang
14. RSUD Yogyakarta : 1 orang
IV. TENAGA PELATIH
1. Asal instansi
Tenaga pelatih Pelatiahan Perawat NICU terdiri dari :
a. Dityanwat & KM
b.Organisasi profesi
c. Praktisi keperawatan rumah sakit
d.Pejabat Sruktural di lingkungan Badan PSSDM.
e. Bapelkes Batam
2. Persyaratan pelatih
a. Menguasai materi yang diajarkan.
- Penugasan
- RTL
Peserta dapat memahami materi pelatihan sesuai TPU & TPK dan dapat melakukan asuhan keperawatan padan eonates yang di rawat di NICU
VIII. PEMBIAYAAN
Sumber pembiayaan penyelenggaraan Pelatihan Perawat NICU ini dibebankan pada
DIPA Bapelkes Batam tahun 2011 termasuk biaya konsumsi dan biaya-biaya lain
sesuai kebutuhan diklat selama 8 hari pelatihan.
IX. EVALUASI
1. Evaluasi terhadap peserta
Evaluasi pada peserta dilakukan melalui pre-post test dari seluruh materi, absensi
kehadiran, sikap dan perilaku, jumlah pelanggaran atas peraturan yang dibuat
atau disepakati pada saat membuat tata tertib yang dibuat oleh peserta sendiri.
2. Evaluasi terhadap fasilitator
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh seorang fasilitator
atau Narasumber melaksanakan tugasnya dalam arti bahwa fasilitator mampu
menyampaikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta dengan baik,
dapat dipahami dan diserap oleh peserta pelatihan. Disamping itu juga
dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan pelatihan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Evaluasi ini dapat dilihat melalui nilai rata rata yang diberikan
oleh peserta pelatihan dengan menggunakan Lembar Penilaian Pelatih/
fasilitator.
Aspek yang dinilai :
a. Penguasaan materi.
b. Sistematika pelajaran.
c. Ketepatan waktu.
d. Penggunaan metode dan alat bantu.
e. Gaya dan sikap terhadap peserta latih.
f. Penggunaan bahasa.
g. Pemberian motivasi belajar kepada peserta latih.
h. Pencapaian tujuan pembelajaran.
i. Kerapian pakaian.
b. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah
diperolehnya pemahaman dan kesepakatan dalam
penyelenggaraan diknakes yang bermutu. Pemahaman dan kesepakatan tersebut antara
lain dalam bidang SDM, standar, manajemen serta kelembagaan.
4.
Indikator Keluaran dan Keluaran
a. Indikator Keluaran
Rekomendasi dan bahan masukan terkait dengan pengelolaan dan penyelenggaraan
diknakes yang bermutu.
b. Keluaran
Output kegiatan ini adalah dokumen laporan penyelenggaraan Pertemuan Koordinasi
Pengelola Penyelenggara Diknakes serta hasil pertemuan dalam bentuk rekomendasi dan
bahan masukan..
5.
Cara Pelaksanaan Kegiatan
a. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan dengan isntitusi penyelenggara
diknakes.
b. Tahapan Kegiatan
1) Persiapan
2) Penjajagan Lokasi
3) Pertemuan
4) Pelaporan
6.
Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di dua lokasi yang terpilih berdasarkan pembagian wilayah.
7.
Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan
Pelaksana kegiatan ini adalah seluruh Bidang/Sub Bagian Pusdiklatnakes dengan Penanggung
Jawab Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
8.
Jadwal Kegiatan
NIP. 1959050819871120
Definisi Operasional :
- Pelatihan PPGD/BCLS adalah Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang
diselenggarakan oleh ikatan profesi atau institusi kesehatan sesuai materi pelatihan yang
diakui oleh Kementrian Kesehatan.
- ALS Pilihan
- ATLS (Advanced Trauma Life Support) adalah training yang dilaksanakan selama 3 (tiga)
hari. Penyelenggara Komisi Trauma, Ikatan Ahli Bedah Indonesia (Sekretariat di Bagian
Bedah FKUI-RSCM / FKUNPAD-RSHS) untuk menanggulangi penderita gawat darurat
akibat trauma. Target training adalah dokter umum di rumah sakit, dokter umum
(Puskesmas) di daerah rawan kecelakaan, kasus trauma.
- ACLS (Advanced Cardiac Life Support) adalah training yang dilaksanakan selama 3 (tiga)
hari Penyelenggara Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI) dan Rumah Sakit Jantung
Harapan Kita ditujukan untuk menanggulangi penderita gawat darurat akibat kelainan /
penyakit jantung.
- APLS (Advanced Pediatric Life Support) adalah training yang diselenggarakan oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI). Target training adalah dokter umum di rumah sakit dan
Puskesmas (optional).
PEMBENTUKAN TIM INTERPROFESI
(HOME CARE)
No.
Dokumen
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
1-2
1.Pengertian
2.Tujuan
3.Kebijakan
Referensi
5.Prosedur
Unit Terkait
Tim interprofesi adalah tim kesehatan yang profesional dan kompeten untuk
melakukan kajian jika sewaktu- waktu diperlukan
Terbentuknya tim interfrofesi ( tim kesehatan) dengantenaga profesional yang
kompeten untuk melakukankajian jika diperlukan penanganan secara tim
SK kepala puskesmas tentang kewajiban klinis dalam meningkatkan mutu
klinis dan keselamatan pasien
1. Petugas mengsulkan kepada kepala Puskesmastentang diperlukannya tim
interfofesi.
2. Petugas menjelaskan maksud dan tujuan di bentuknya tim interfrofesi.
3. Kepala puskesmas mengadakan rapat, yang diwakilioleh masing-masing
unit pelayanan medik.
4. Semua unit pelayanan medik bersama-samamembentuk tim interprofesi
dengan menunjuktenaga yang kompeten dan profesional.
5 . Masing-masing petugas yang ditunjuk sebagaianggota tim melaksanakan
kajian jika diperlukanpenaganan secara tim
dokter
paramedis
Dokumen
terkait
Rekam Medis
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1.Pengertian
2.Tujuan
3.Kebijakan
Referensi
9.Prosedur
Unit Terkait
Tanggal
Terbit
Halaman
1-2
Re n c a n a l a y a n a n m e d i s a d a l a h re n c a n a t i n d a ka n
dan pengobatan yang dipandu oleh kebijakan dan
p r o s e d u r y a n g j e l a s s e s u a i ke b u t u h a n p a s i e n dan
sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan
1. Terdapat prosedur ,ang e-ekti- +ika pasien mendapatkan
penanganan oleh tim kesehatan ,ang terkoordinasi
2.Meningkatkan
kualitas
Pel a, anan
guna
m e m b e r i k a n k e p u a s a n p p a d a pasien
Ruang penda-taran
Ruang K$
Ruang Tindakan
Ruang $6
Dokumen
terkait
Rekam Medis
AUDIT KLINIS
No.
Dokumen
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1.Pengertian
2.Tujuan
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
1-2
13.Prosedur
Unit Terkait
Ruang penda-taran
Ruang K$
Ruang Tindakan
Ruang $6
Dokumen
terkait
Rekam Medis
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1.Pengertian
2.Tujuan
3.Kebijakan
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
1-2
P e m b e r i a n
i n f o r m a s i
t e n t a n g
e f e k
s a m p i n g
d a n
r e s i k o
p e n g o b a t a n
a d a l a h ke g i a t a n m e m b e r i k a n p e n j e l a s a n m e n g e n a i
pengobatan
yang
akan
di l aku kan
termasuk
didalamnya penjelasan mengenai efek samping dan
re s i ko d ar i p e ng o b a t an y an g akan d il aku kan b aik p ad a
s a a t p e n g o b a t a n berlangsung atau setelah pengobatan selesai
P a s i e n
m e m a h a m i
P e m b e r i a n
i n f o r m a s i t e n t a n g e f e k s a m p i n g d a n
r e s i k o
p e n g o b a t a n
a d a l a h
keg i at an
memberikan penjelasan mengenai pengobatan yang
akan
d il aku kan
termasuk
didalamnya
penjelasan
m en g e n ai ef ek s am p in g d an re s iko d ar i pe n g o b at an
y an g akan d il aku kan b aik p ad a s a at pe n g o b at an
berlangsung atau setelah pengobatan selesaim e n g e n a i
e f e k
s a m p i n g
d a n
r e s i k o
d a r i
p e n g o b a t a n y an g d il a kukan s eh i n gg a p as i en
s i a p m e n e r i m a ke m u n g k i n a n r e s i k o y a n g a k a n t e r j a d i
saat pengobatan berlangsung atau setelah selesai
pengobatan
Referensi
17.Prosedur
Unit Terkait
1 P e t u g a s
m e n e r i m a
r e k a m
m e d i s
p a s i e n
d a r i
p e t u g a s
p e n d a f t a r a n "
2 Pe t u g a s m e m a n g g i l p a s i e n m a s u k ke r u a n g p e r i k s a "
3Petugas melakukan anamnesa"!
P e t u g a s m e l a k u k a n p e m e r i k s a a n fi s i k " #
Pe t u g a s m e r u m u s k a n d i a g n o s e p a s i e n d a n r e n $ a n a
asuhan pasien"%
Pe t u g a s
memberitahukan
pada
pasien
tentang
p e n y a k i t d a n p e n g o b a t a n yang akan dilakukan"&
Petugas menjelaskan mengenai efek s amping dan resiko
pengobatan yangakan dilakukan"
' Pe t u g a s
member
ke s e m p at an
untuk
be rtanya
m e n g e n a i p e n g o b a t a n y a n g akan dilakukan"
Pe t u g a s m e n y i a p k a n f o r m i n f o r m e d $ o n s e n t " 1
)Petugas menjelaskan isi informed $onsent"
11Petugas memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengambil
keputusan
mengenai
persetujuan
terhadap
pengobatan yang akan dilakukan"
12Petugas meminta pasien untuk menandatangani informed
$onsent"
13Petugas menandatangani informed $onsent yang telah
ditandatangani pasien"
1!Petugas mendokumentasikan kegiatan
Ruang penda-taran
Ruang K$
Ruang Tindakan
Ruang $6
Dokumen
terkait
Rekam Medis
PENDELEGASIAN WEWENANG
No.
Dokumen
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1. Pengertian
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
1-2
Delegasi
wewenang
merupakan
pemberian
limpahan
harus
maupun
penerima
wewenang
dengan
Kebijakan
4.Referensi
1. Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan.
2. Permenkes RI nomor 5 tahun 2004 tentang Panduan
Praktik
Klinis
Bagi
Dokter
Di
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan Primer
3. Permenkes nomor HK.02.02/Menkes/148/2010 Tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan
5. Prosedur/
Langkah-langkah
delegasi
wewenang
3. Petugas pemberi wewenang menghubungi calon petugas
yang
diberi
delegasi
wewenang
untuk
meminta
persetujuan
4. Petugas pemberi wewenang menyerahkan surat delegasi
wewenang ke administrasi surat untuk diberikan nomor
surat
5. Petugas
administrasi
surat
memintakan
persetujuan
1.
2.
3.
4.
PEMELIHARAAN ALKES
SOP
No.
Dokumen
No. Revisi
:
:
Tanggal
Terbit
Halaman
KABUPATEN
BOALEMO
8. Pengertian
:
:
1-2
9. Tujuan
Sebagai
dan
keperawatan
10.Kebijakan
11.Referensi
12.Prosedur/
Langkah-langkah
dimasukan
ke
PEMELIHARAAN ALKES
SOP
No. Dokumen
Ditetapkan Oleh
No. Revisi
Kepala UPTD
Tanggal Terbit
: 1 Juni 2015
Halaman
: 2/3
Nasrullah, SKM
NIP. 197910202005011009
dan
Mendesinfeksi
Serta
Menyimpan
Pispot
1. Peralatan
a. Pispot + urinal kotor.
b. Sarung tangan
c. Larutan desinfektan (bayclin)
d. Bak septik tank
e. Keranjang sampah.
f. Bak/ ember tempat merendam.
g. Lap bersih dan kering.
h. Sikat bertangkai
2. Prosedur
a. Membawa pispot yang kotor ke dalam spoel hoek.
b. Memakai sarung tangan.
c. Membuang
tissue
bekas
pakai
keranjang
ke
melekat
dengan
bertangkai
e. larutan desinfektan
mempergunakan
sampai
pispot terendam.
f. Membersihkan pispot
semua
dengan
cara
sikat
permukaan
menyikat
Menyimpan
2. Prosedur
a. Membawa urinal ke kamar spoel hoek.
b. Memakai sarung tangan.
c. Membuang urinal ke bak septik tank.
d. Membilas urinal dengan air.
e. Merendam urinal dalam bak/ ember yang berisi
larutan
desinfektan
urinal
terendam
sampai
semua
(konsentrasi
perendaman pispot)
f. Memberihkan dengan
cara
permukaan
sama
menyikat
dengan
memakai
sabun/detergen
g. Membilas urinal dibawah air mengalir
h. Mengeringkan urinal dan menggantungkannya
13.
Unit Terkait
ditempatnya
1. Pelayanan Rawat Inap
2. Pelayanan UGD
3. Pelayanan KB dan KBR
KALIBRASI
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Referensi
Prosedur Kegiatan
No.
Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
:
:
:
:
1-2
bidang.
b. Kaji Ulang Kesepakatan / Kerjasama. Manajer teknis mengkaji
kesepakatan kerjasama, meliputi:Biaya,PO (Purchase Order) dari
pelanggan, kesepakatan waktu pelaksanaan.
c. Persetujuan Kerjasama Pelaksanaan kalibrasi. Manajer teknis
menentukan persetujuan kerjasama dilaksanakannya kalibrasi dengan
pelanggan bilamana sudah ada kesesuaian dengan proses kaji ulang.
2. Prosedur Pelaksanaan Kalibrasi dilakukan sebagai berikut :
a. Kaji Ulang Alat
b. Manajer teknis / koordinator lab mengkaji ulang alat yang akan di
kalibrasi meliputi kesesuaian sebagai berikut : Ruang lingkup
kalibrasi, Sumber Daya Manusia (SDM), spesifikasi dan tingkat
kesulitan alat serta alokasi waktu dan tempat.
c. Penunjukkan Pelaksana
Bilamana sudah ada persetujuan kerjasama pelaksanaan kalibrasi dari
pelanggan, manajer teknis menugaskan personel lab. kalibrasi yang
akan melaksanakan kalibrasi
d. Pengecekan
Dilakukan pengecekan terhadap alat-alat yang akan dikalibrasi untuk
mengetahui rusak atau tidak, bilamana kondisi rusak maka tidak
dapat dilakukan kalibrasi.
e. Pelaksanaan Kalibrasi
Petugas melaksanakan kalibrasi terhadap peralatan yang sudah
disepakati.
f. Pembuatan Laporan Hasil Kalibrasi Sementara (LHKS)
Data yang diperoleh pada saat melaksanakan kalibrasi langsung
dicatat pada lembar LHKS untuk diolah dengan komputer.
g. Evaluasi Laporan.
Laporan hasil kalibrasi di cek oleh pelaksana sebelum diserahkan ke
Unit Terkait
LABORATORIUM
SINFEKSI
Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh kebanyakan kebanyakan organisme patogen pada benda atau instrumen dengan menggunakan campuran zat kimia cair.
Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.
Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.
Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.
Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
Struktur fisik benda
Suhu dan PH dari proses desinfeksi.
DEKONTAMINASI
Membuang semua material yang tampak (debu,kotoran)pada benda,lingkungan,permukaan kulit dengan menggunakan sabun, air dan gesekan.
Tujuan prosedur dekontaminasi:
1. Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui peralatan pasien atau permukaan lingkungan.
2. Untuk membuang kotoran yang tampak.
3. Untuk membuang kotoran yang tidak terlihat (Mikroorganisme).
4. Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontak langsung dengan alat pensteril atau desinfektan.
5. Untuk melindungi personal dan pasien.
Terdapat 3 tingkat desinfeksi:
Desinfeksi tingkat tinggi
Membunuh semua organisme dengan perkecualian spora bakteri.
Desinfeksi tingkat sedang
Membunuh bakteri kebanyakan jamur kecuali spora bakteri.
Desinfeksi tingkat rendah
Membunuh kebanyakan bakteri beberapa virus dan beberapa jamur tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil tuberkel dan spora bakteri.
STERILISASI
Defenisi
Secara komplit membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri pada benda yang telah didekontaminasi dengan tepat
Tujuan
Memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai.
Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Metode Sterilisasi
Sifat bahan yang akan disterilkan
Metode yang paling mudah, murah namun cukup efektif.
Bila terdapat beberapa fasilitas untuk melakukan sterilisasi, haruslah dipilih cara yang baik
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:
Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung pembungkusnya tidak mengarah pada si petugas.
Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang tidak steril.
Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang sehingga cairan desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu sudah tercemar.
ANTISEPTIK
Anti Septik yaitu suatu zat atau bahan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Tujuan : Memusnahkan semua kuman-kuman patogen, tetapi spora dan virus yang mempunyai daya tahan yang sangat kuat masih tetap hidup.
Macam-macam bahan yang sering digunakan untuk antiseptik dan kegunaanya:
1. Ethyl alkohol
Larutan alkohol yang dipakai sebaiknya 65-85% karena daya kerjanya akan menurun bila dipakai konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi.
2. Jodium Tinctura.
Larutan 2% jodium dalam alkohol 70% adalah suatu desinfeksi yang sangat kuat. Larutan ini dipakai untuk mendisinfeksi kulit dengan membasmi kuman-kuman yang ada pada
permukaan kulit.
Penggunaan desinfektan/antiseptic :
Desinfeksi kulit secara umum (Pre Operasi).
Larutan savlon 1:30 dalam alkohol 70%. Hibiscrup 0,5% dalam alkohol 70%.
Desinfeksi tangan dan kulit
Chlorrhexidine 4% (hibiscrup) minimal 2 menit
Untuk kasus Obgin (persiapan partus,vulva hygiene, neonatal hygiene).
Hibiscrup 0,5% dalam Aquadest Savlon 1:300 dalam aqua hibiscrup.
6. Pengertian
7. Tujuan
8. Kebijakan
9. Referensi
10.Prosedur/
Langkah-langkah
yang
di
butuhkan
belum
tersedia
LAYANAN TERPADU
No.
Dokumen
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1.Pengertian
1. Tujuan
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
1-2
Kebijakan
SK
kepala
puskesmas
tentang
ke wajiban
d a l a m meningkatkan mutu klinis dan keselamatan pasien
3.Referensi
4.Prosedur
klinis
HAK DAN KEWAJIBAN PUSKESMAS, RUMAH SAKIT, TENAGA KESEHATAN, DAN PASIEN
diposting oleh rifkyanindika-fkm10 pada 06 October 2011
di Umum - 6 komentar
BAB 1
PENGERTIAN
1.1
Puskesmas
Sebelum membahas hak dan kewajiban Puskesmas, diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai pengertian Puskesmas. Berikut ini beberapa pengertian Puskesmas:
1. Puskesmas adalah unit pelaksana tehnis Dinas Kesehatan Kab/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah
kecamatan (Kepmenkes No.128 th 2004).
2. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja
(Departemen Kesehatan RI, 2004).
3. Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) adalah : suatu kesatuan organisasi Kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terintegrasi di masyarakat disuatu wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok (Departemen Kesehatan RI 1981).
4. Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya. Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang secara profesional melakukan upaya
pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran serta masyarakat secara aktif untuk dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
di suatu wilayah kerja tertentu (Departemen Kesehatan RI, 1987).
5. Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan perkataan lain
puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya (Departemen Kesehatan RI, 1991).
6. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertangungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja tertentu
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
1.2 Rumah Sakit
Pembahasan tentang hak dan kewajiban Rumah Sakit diperlukan pemahaman tentang pengertiannya. Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit merupakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Pemahaman mendalam mengenai Rumah Sakit diperlukan untuk mengenal jenis-jenisnya. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan
diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien. Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan tipe rumah sakit yang di Indonesia terdiri dari rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus, kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah. Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan
turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan indonesia melalui keputusan dirjen medik.
Adapun jenis-jenis rumah sakit di Indonesia dibagi-bagi menurut kategori,
diantaranya sebagai berikut :
1. Berdasarkan kepemilikan
Berdasarkan kepemilikannya Rumah Sakit terdiri atas dua yaitu:
1)
Rumah Sakit Pemerintah sifatnya tidak mencari keuntungan, yang dikelola oleh Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, TNI dan BUMN.
2)
Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan, baik yang sifatnya tidak mencari keuntungan (non profit) maupun yang memang mencari keuntungan
(profit).
1. Berdasarkan Layanannya
Berdasarkan sifat layanannya rumah sakit dibagi dua yaitu sebagai berikut:
Rumah Sakit Umum Untuk Rumah Sakit Pemerintah, digolongkan menjadi 4 tingkatan, sebagai berikut:
1)
Rumah Sakit Umum tipe A, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis spesialistik dan subspesialistik yang luas.
Rumah Sakit Umum tipe B, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis spesialistik dan subspesialistik yang terbatas.
1.3 Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan yang bermutu diwujudkan dengan subsistem sumber daya manusia kesehatan. Subsistem tersebut adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya.
Pengadaan tenaga kesehatan harus berdasarkan tiga unsur Subsistem SDM Kesehatan, yaitu:
1. Perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan
2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan adalah upaya pengadaan tenaga kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan kualifikasi yang telah direncanakan serta peningkatan
kemampuan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
3. Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan, pemanfaatan, pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan.
1.4 Pasien
Pengertian Pasien diatur dalam Undang-undang No. 29 tahun 2004, yaitu setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan
yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. Pada UU No. 44 Tahun 2009 terjadi perubahan sedikit pada pengertian pasien, yaitu
setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah
Sakit.
BAB 2
HAK DAN KEWAJIBAN PUSKESMAS
Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target sasaran masyarakat di wilayah kerjanya, memiliki hak dan kewajiban dalam
penyelenggaraan kesehatan. Namun, hingga saat ini belum ada undang-undang yang secara khusus mengatur tentang hak dan kewajiban puskesmas, sebagaimana undang-undang
tentang Rumah Sakit.
Perlu bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang mengatur tentang Puskesmas secara khusus. Pada KMK no. 128 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
hanya mengatur tentang tujuan dan fungsi, upaya dan azas penyelenggaran, dan manajemen puskesmas.
2.1
Hak Puskesmas
Hak puskesmas belum di atur secara khusus dalam perundang-undangan. Namun ada beberapa hal yang hampir merujuk kepada hak puskesmas, yaitu puskesmas berhak untuk
diperkuat oleh Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Posyandu, dan Poskesdes dalam melaksanakan tugas di wilayah kerjanya.
2.2
Kewajiban Puskesmas
Seperti halnya hak, kewajiban puskesmas pun belum diatur secara jelas dalam undang-undang. Namun, dalam Peraturan Menteri Kesehatan no. 128 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas, diatur tentang upaya kesehatan wajib, fungsi dan tugas, dan azas penyelenggaraan puskesmas yang konteksnya hampir mirip dengan kewajiban puskesmas, yakni:
1. Menggerakan Pembangunan Kesehatan Berwawasan Kesehatan
1)
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,
2)
Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya
3)
Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
1. Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat :
1)
Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat
2)
3)
1)
2)
5. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi- tingginya;
Program kesehatan yang telah dilaksanakan oleh puskesmas untuk masyarakat sekitar sudah banyak dilaksanakan. Dampak positifnya pun sudah banyak terlihat, sehingga semakin
dekat langkah kita menuju masyarakat yang sehat. Akan tetapi, meskipun banyak hal yang telah dapat dicapai, masih ada permasalahan yang ada dalam penyelenggaraan
puskesmas. Masalah tersebut diantaranya adalah belum adanya undang-undang yang khusus mengatur mengenai hak dan kewajiban puskesmas.
Selama ini, penyelenggaraan puskesmas belum bisa dioptimalkan sebagaimana yang tercantum dalam tugas pokok dan fungsi puskesmas itu sendiri. Tidak adanya undang- undang
yang secara resmi mengatur hak dan kewajiban puskesmas menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini perlu dipertanyakan kepada pemerintah mengenai alasan ketiadaan undangundang tersebut. Padahal, puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan juga memiliki andil yang sama dalam memajukan kesehatan masyarakat, di samping rumah
sakit.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan strata pertama seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Mengingat puskesmas sebagai instansi kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif, dimana keduanya merupakan upaya kesehatan wajib bagi masyarakat. Oleh karena itu, sudah semestinya pemerintah membuat peraturan yang lebih
terperinci termasuk mengenai hak dan kewajiban puskesmas dalam bentuk undang- undang. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menguatkan memperjelas posisi puskesmas dalam
kedudukannyan sebagai pusat layanan kesehatan.Selama ini peraturan yang menjadi dasar penyelenggaraan puskesmas hanyalah Permenkes, yakni Permenkes No.128 tentang
kebijakan dasar puskesmas.
Perundang- undangan tersebut sebaiknya dibuat sebelum muncul isu di kalangan masyarakat yang mengganggu stabilitas kesehatan nasional. Undang- undang tersebut dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan di kemudian hari. Selain itu, undang- undang juga dapat menjadi acuan mengenai hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan dalam penyelenggaraan puskesmas.
Dengan adanya undang- undang yang mengatur tentang puskesmas, maka diharapkan program kesehatan yang dicanangkan pemerintah dapat tercapai, seperti Indonesia Sehat
2010. Salah satu kendalanya adalah belum adanya peraturan tertinggi yang diakui pemerintah, yakni undang- undang yang dapat mendukung permenkes mengenai hal ini.
BAB 3
HAK DAN KEWAJIBAN RUMAH SAKIT
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan memiliki hak dan kewajiban yang perlu diketahui oleh semua pihak.Hak dan kewajiban tersebut digunakan untuk memberikan
prosedur-prosedur bagi layanan kesehatan dalam melakukan tugas dan fungsinya.Hak dan tanggung jawab tersebut berkaitan erat dengan pasien sebagai penerima jasa, dan
masyarakat harus mengetahui dan memahaminya sebagai pengguna layanan kesehatan.
3.1 Hak Rumah Sakit
Hak rumah sakit adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki rumah sakit untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu yaitu:
1. Membuat peraturan-peraturan yang berlaku di RS nya sesuai dengan kondisi atau keadaan yang ada di RS tersebut (hospital by laws).
2. Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan RS.
3. Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala instruksi yang diberikan dokter kepadanya.
4. Memilih tenaga dokter yang akan bekerja di RS. melalui panitia kredential.
5. Menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi (termasuk pasien, pihak ketiga, dll).
6. Mendapat jaminan dan perlindungan hukum.
7. Hak untuk mendapatkan imbalan jasa pelayanan yang telah diberikan kepada pasien.
2. Kewajiban Rumah Sakit
1. Mematuhi peraturan dan perundangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
2. Memberikan pelayanan pada pasien tanpa membedakan golongan dan status pasien.
3. Merawat pasien sebaik-baiknya dengan tidak membedakan kelas perawatan (Duty of Care).
4. Menjaga mutu perawatan tanpa membedakan kelas perawatan (Quality of Care).
5. Memberikan pertolongan pengobatan di Unit Gawat Darurat tanpa meminta jaminan materi terlebih dahulu.
Dalam meninjau kewajiban Rumah Sakit, ada dua hal yang dapat diperhatikan dalam peraturan-peraturan kesehatan dari pemerintah, yaitu persyaratan serta tugas dan fungsi
Rumah Sakit. Adapun persyaratan serta tugas dan fungsi Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
a.
Untuk Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dalam pendirian dan perolehan izin Rumah Sakit, Rumah Sakit harus memiliki persyaratan sebagai
berikut :
1)
studi kelayakan
2)
master plan
3)
status kepemilikan
4)
5)
6)
7)
8)
penamaan
9)
a)
Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatanperencanaanrumah sakit secara fisik dan non fisik yang berisi tentang:
Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatanpenduduk, serta karakteristik penduduk yang meliputi umur, jenis kelamindan status perkawinan)
(b)
Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan, tingkatpendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan domesticrata-rata bruto
(c)
Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10 penyakit utama(Rumah Sakit, Puskesmas Rawat jalan, Rawat inap), angka kematian(GDR, NDR), angka persalinan,
dan seterusnya
(d) Sarana dan prasarana kesehatan yang mempertimbangkan jumlah, jenisdan kinerja layanan kesehatan, jumlah spesialisasi dan kualifikasi tenagakesehatan, jumlah dan jenis
layanan penunjang (canggih, sederhana danseterusnya)
(e)
Peraturan perundang-undangan yang mempertimbangkan kebijakanpengembangan wilayah pembangunan sektor non kesehatan, kebijakansektor kesehatan dan perumah
sakitan.
(2) Kajian kebutuhan sarana atau fasilitas dan peralatan medik atau non medik, dana dantenaga yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan, meliputi:
(a)
Sarana dan fasilitas fisik yang mempertimbangkan rencana cakupan, jenislayanan dan fasilitas lain dengan mengacu dari kajian kebutuhan danpermintaan (program fungsi
dan pogram ruang)
(b)
Peralatan medik dan non medik yang mempertimbangkan perkiraanperalatan yang akan digunakan dalam kegiatan layanan
(c)
Tenaga atau sumber daya manusia yang mempertimbangkan perkiraankebutuhan tenaga dan kualifikasi
(d)
Prakiraan pendapatan yang mempertimbangkan proyeksi pendapatan yangmengacu dari perkiraan jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur
(b)
Prakiraan biaya yang mempertimbangkan proyeksi biaya tetap dan biayatidak tetap dengan mengacu pada perkiraan sumber daya manusia
(c)
(d)
b)
Master plan adalah strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya sepuluhtahun kedepan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang
meliputiidentifikasi proyek perencanaan, demografis, tren masa depan,fasilitas yang ada,modal dan pembiayaan.
c)
(1)
Pemerintah, harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas dibidang kesehatan dan instansi tertentu dengan pengelolaan Badan LayananUmum ,
(2)
Pemerintah Daerah, harus berbentuk Lembaga Teknis Daerah denganpengelolaan Badan Layanan Umum Daerah, atau
(3)
Swasta, harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerakdi bidang perumahsakitan
(a)
Badan hukum dapat berbentuk Yayasan, Perseroan, perseroan terbatas,Perkumpulan dan Perusahaan Umum.
(b)
Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau penanamanmodal dalam negeri harus mendapat rekomendasi dari instansi yangmelaksanakan urusan
penanaman modal asing atau penanaman modaldalam negeri.
(4) Persyaratan pengolahan limbah meliputi Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL), UpayaPemantauan Lingkungan (UPL) dan atau Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)
yangdilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.
(5) Luas tanah untuk Rumah Sakit dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1 (satusetengah) kali luas bangunan dan untuk bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali
luasbangunan lantai dasar.Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yangsah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Penamaan Rumah Sakit :
(a)
(b) tidak boleh menambahkan kata internasional, kelas dunia, world class,global dan atau kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran yangmenyesatkan bagi
masyarakat.
(7) Memiliki Izin undang-undang gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), IzinPenggunaan Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkanoleh
instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.
2)
b)
Sarana prasarana
Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawatdarurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruangsterilisasi, ruang
farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi,ruang ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;ruang menyusui, ruang
mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman,pengolahan sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis danklasifikasinya.
c)
Tersedia dan berfungsinya peralatan atau perlengkapan medik dan non medik untukpenyelenggaraan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan, persyaratanmutu,
keamanan, keselamatan dan laik pakai sesuai dengan jenis danklasifikasinya.
d) Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlakuuntuk peralatan tertentu, misalnya; penggunaan peralatan radiologi harusmendapatkan izin
dari Bapeten.
e) Sumber daya manusia,
Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatanlain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis danklasifikasinya.
f) Administrasi manajemen
(1) Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau DirekturRumah Sakit,unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsure penunjangmedis, komite
medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dankeuangan.
(a)
Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyaikemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
(b) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harusberkewarganegaraan Indonesia.
(c)
Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.
(2) membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran ataukedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
(3) Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit(hospital by laws dan medical staf by laws).
Memilik standar prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit.
b.
Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. Dalam rangka menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit
umum menyelenggarakan kegiatan :
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan dan asuhan keperawatan
3. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis
4. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
5. Pendidikan, penelitian dan pengembangan
6. Administrasi umum dan keuangan
1)
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No:983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upayakesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upayapenyembuhan
dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu denganupaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar, 2004).Universitas Sumatera Utara
2)
menyelenggarakan pelayananmedik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan,
b)
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan rujukan upayakesehatan, administrasi umum dan keuangan.
c)
Maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan perawatan penderitasakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit memberikanpendidikan
bagi mahasiswa dan penelitian yang juga merupakan fungsi yang penting.
d) pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan juga telahmenjadi fungsi rumah sakit. Jadi empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayananpenderita, pendidikan, penelitian
dan kesehatan masyarakat.
Fungsi Rumah Sakit menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit adalah :
(1)
Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
(2)
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
(3)
Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatn.
(4)
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahan bidang kesehatan.
Secara garis besar definisi dari rumah sakit adalah salah satu lembaga yang akan dikunjungioleh orang yang mengalami gangguan kesehatan untuk kembali dalam keadaan yang
semula yaitu sehat jasmani dan rohani. Terhadap beberapa jenis dan tingkat gangguan kesehatan tertentu,orang yang bersangkutan bahkan wajib menjalani perawatan di rumah
sakit.Hal tersebut dikarenakan alat yang diperlukan dan prosedurpenyembuhan untuk gangguan kesehatan tersebut hanyaterselenggara di rumah sakit.Namun, satu hal yang
penting untukdicatat yaitu hubungan yang terjalin antara rumah sakit dengan orangyang mengalami gangguan kesehatan (pasien)tersebut adalah suatu hubungan yang tidak murni
bersifatkemanusiaan, melainkan memiliki aspek bisnis.
Rumah Sakit dalam hal ini merupakan pelaku usaha, yangmemiliki misi mencari keuntungan ekonomis darikegiatannya. Pasien adalah konsumen yang membeli jasa kesehatan
dari pihak rumah sakit, sehingga dalam perkembangannya kegiatan bisnis yang dilakukan oleh rumah sakit telah melahirkan berbagai permasalahan penting yang perlu dicermati
secara seksama, di antaranya tindakan rumah sakit yang menolak untuk merawat pasien miskin.Rumah sakit menahan pasien yang belum membayar biaya perawatan, rumah sakit
tetap menagihkan biaya perawatan kepada pasien yang miskin, danberbagai kasus kesalahan pelayanan medis atau yang umum dikenal dengan istilah mal-praktik.
BAB 4
HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN
Pada pusat pelayanan kesehatan ada tenaga kesehatan yang mempunyai hak dan kewajiban. Tenaga kesehatan yang dibahas dalam subbab ini meliputi dokter, dokter gigi, bidan,
ahli gizi dan sanitarian. Pengaturan hak dan kewajiban telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan antara lain Undang-Undang Praktik Kedokteran, Undang-Undang
Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan dan Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban
Pasien, Dokter dan Rumah Sakit.
Mengacu kepada peraturan perundang-undangan tersebut, maka sudah seharusnya petugas pelayanan kesehatan mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing. Berikut ini
adalah uraian mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan:
4.1 Kewajiban Ahli Gizi
Kewajiban ahli gizi diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 374 tahun 2007 tentang standar profesi gizi. Berbagai kewajiban tersebut antara lain:
a. Kewajiban Umum
1) Ahli Gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2) Ahli Gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5) Ahli Gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa
membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
7) Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya.
8) Ahli Gizi dalam berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
b. Kewajiban terhadap klien
1) Ahli Gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di masyarakat
umum.
2) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga
setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
3) Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak
melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
4) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.
5) Ahli Gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi tersebut.
6) Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain
yang mempunyai keahlian.
c. Kewajiban terhadap masyarakat
1) Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktik yang tidak etis berkaitan dengan gizi,
pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. ahli gizi hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
2) Ahli Gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat.
3) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.
4) Ahli Gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik.
5) Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan
lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.
6) Ahli Gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi atau
menyesatkan masyarakat
d. Kewajiban terhadap teman seprofesi dan rekan kerja
1) Ahli Gizi dalam bekerja melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan menghargai
berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.
2) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya
meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
3) Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja.
e. Kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri
1) Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi.
2) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan
teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan.
3) Ahli Gizi harus menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati dan mau menerima
pendapat orang lain yang benar.
4) Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai
dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
5) Ahli Gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan hukum.
6) Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik.
7) Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.
8) Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi.
4.2
Kewajiban sanitarian diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 373 tahun 2007 tentang standar profesi sanitarian. Berbagai kewajiban tersebut antara lain:
a. Kewajiban umum
1)
Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.
2)
Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
3) Dalam melakukan pekerjaan atau praktik profesi sanitasi, seorang sanitarian tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi.
4)
Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
5) Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan
keresahan masyarakat.
6)
Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu proses analisis secara komprehensif.
7) Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan manusia, serta
kelestarian lingkungan.
8) Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya yang
dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam Menangani masalah klien atau masyarakat.
9) Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan klien atau
masyarakat.
10) Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan lingkungan secara menyeluruh,
baik fisik, biologi maupun sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
11) Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
b. Kewajiban terhadap klien / masyarakat
1) Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau masyarakat. Dalam
hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau penyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi, bekerjasama dan atau merujuk pekerjaan tersebut kepada sanitarian lain
yang mempunyai keahlian dalam penyelesaian masalah tersebut.
2)
3)
Seorang sanitarian wajib melakukan penyelesaian masalah sanitasi secara tuntas dan keseluruhan.
4)
Seorang sanitarian wajib memberikan informasi kepada kliennya atas pelayanan yang diberikannya.
5)
1)
Seorang sanitarian memperlakukan teman seprofesinya sebagai bagian dari penyelesaian masalah.
2)
Seorang sanitarian tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dari teman seprofesi, kecuali dengan persetujuan, atau berdasarkan prosedur yang ada.
Seorang sanitarian harus memperhatikan dan mempraktikan hidup bersih dan sehat supaya dapat bekerja dengan baik.
2)
Seorang sanitarian harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan, kesehatan dan bidang-bidang lain yang terkait.
Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2)
Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3)
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4)
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.
5)
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6)
Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajart
kesehatannya secara optimal.
b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
1)
Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
2)
Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
3)
Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan
dengan kepentingan klien.
c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
1)
Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
2)
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya
Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3)
Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik
2)
Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3)
4)
5)
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayananan Kesehatan
Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga.
6) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
4.4 Kewajiban Dokter dan Dokter Gigi
Kewajiban dokter pada dasarnya terdiri dari kewajiban yang timbul akibat profesinya atau sifat layanan medisnya yang diatur dalam sumpah dokter, etika kedokteran dan berbagai
standar dan pedoman, kewajiban menghormati hak pasien dan kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan. Penyelenggaraan praktik kedokteran
diatur dalam Undang-Undang 29 Tahun 2004 Pasal 51 bahwa dokter dan dokter gigi memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
Merahasiakan keadaan pasien diwajibkan dalam sumpah dokter, kode etik dokter atau dokter gigi dan perundangan. Sebagian ini mengatakan absolut dan sebagian mengatakan
relatif. Maksud dari relatif sendiri adalah rahasia ini dapat dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum, permintaan pasien sendiri,
atau ada ketentuan perundangan yang mengkondisikan rahasia tersebut harus diungkap.
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.
Kewajiban dokter dan dokter gigi juga diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419/MENKES/PER/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter
dan Dokter Gigi dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419/MENKES/PER/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi mengatur kewajiban dokter dan dokter gigi antara
lain:
a. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran pada sarana pelayanan kesehatan atau praktik perorangan wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP).
Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 12 Tentang Rumah Sakit yang berisi bahwa setiap tenaga kesehatan yang melakukan praktik kedokteran
di Rumah Sakit wajib memiliki SIP sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran didasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya pemeliharaan
kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan
c. Dokter dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.
d. Pada pasal 20 mengatur tentang pemasangan papan nama praktik kedokteran.
Pasal 20
(1) Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki SIP dan menyelenggarakan praktik perorangan wajib memasang papan nama praktik kedokteran.
(2) Papan nama sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memuat nama dokter atau dokter gigi dan nomor registrasi sesuai dengan SIP yang diberikan.
(3) Dalam hal dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud ayat (2) berhalangan melaksanakan praktik dapat menunjuk dokter dan dokter gigi pengganti.
(4) Dokter dan dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud ayat (3) harus dokter dan dokter gigi yang memiliki SIP atau sertifikat Kompetensi peserta PPDS dan STR
(sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419/MENKES/PER/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi)
Setiap penyelenggaraan praktik kedokteran pasti akan terdapat tindakan kedokteran baik bersifat praventif, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif atau berupa tindakan invasif
maupun tindakan yang berisiko tinggi bagi kehidupan pasien. Terkait tindakan kedokteran di atas, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 mengatur tentang persetujuan tindakan kedokteran. Dalam kebijakan ini ada beberapa hal yang wajib untuk dilakukan dokter atau dokter gigi saat
tindakan kedokteran diaplikasikan yaitu:
a. Dokter atau dokter gigi harus meminta persetujuan atas semua tindakan kedokteran yang dilakukan kepada pasien baik secara tertulis atau lisan.
Hal ini diatur dalam pasal 2 ayat 1 dan 2. Kemudian pada ayat 3 dijelaskan bahwa persetujuan diberikan setelah dokter atau dokter gigi menjelaskan perlunya tindakan
kedokteran tersebut.
Pada pasal 3 ditegaskan kembali bahwa dokter atau dokter gigi yang melakukan tindakan kedokteran berisiko wajib meminta persetujuan secara tertulis yang ditandatangani
oleh pihak yang berhak memberikan persetujuan. Namun pada keadaan darurat, tindakan kedokteran dilakukan tanpa meminta persetujuan lebih dahulu seperti yang diatur dalam
pasal 4 ayat 1.
b. Dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung kepada pasien dan atau keluarga terdekat, baik diminta maupun
tidak diminta.
Penjelasan tentang tindakan kedokteran setidaknya mencakup:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Perkiraan pembiayaan.
4.5 Kewenangan dan Hak Ahli Gizi, Sanitarian, Bidan, Dokter dan Dokter Gigi
a. Kewenangan
Kewenangan ahli gizi dan sanitarian tidak diatur khusus dalam suatu peraturan. Secara umum kewenangan tenaga kerja diatur dalam UU no. 36 tahun 2009 pasal 22
yaitu tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dimaksud dilakukan sesuai bidang keahlian yang dimiliki.
Kewenangan bidan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 900 tahun 2002 tentang regristasi dan praktik bidan. Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang
pada wilayah tersebut, bidan dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit ringan bagi ibu dan anak sesuai dengan kemampuannya. Bidan dalam menjalankan
praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
1)
pelayanan kebidanan;
a) memberikan imunisasi;
b) memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas;
c) mengeluarkan placenta secara manual;
d) bimbingan senam hamil;
e) pengeluaran sisa jaringan konsepsi;
f) episiotomi;
g) penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II;
h) amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm;
i) pemberian infus;
j) pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika dan sedativa;
k) kompresi bimanual;
l) versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya
m) vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul;
n) pengendalian anemi;
o) meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu;
p) resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia;
q) penanganan hipotermi;
r) pemberian minum dengan sonde/ pipet;
s) pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran permintaan obat
t) pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.
2)
a) memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom;
e) memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana dan kesehatan masyarakat.
3)
b. Hak
Hak ahli gizi, sanitarian dan bidan tidak diatur khusus dalam suatu peraturan. Hak tenaga kesehatan secara umum dijelaskan pada PP nomor 36 tahun 1996, yaitu:
1)
2)
Pasal 10: Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.
Pasal 24: Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.
3) Pasal 25: Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasar prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada negara atau meninggal dunia dalam
melaksanakan tugas diberikan penghargaan.
4)
Pasal 26: Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat dan
kesejahteraan tenaga kesehatan.
Hak dokter dan dokter gigi dijelaskan pada Undang-Undang 29 Tahun 2004 yaitu:
1) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. Standar profesi dijelaskan pada penjelasan
pasal 50 Undang-Undang 29 Tahun 2004 yaitu:
Yang dimaksud dengan standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.
Yang dimaksud dengan standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu.
Standar prosedur operasional memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang
dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi.
(sumber: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran)
Dokter yang melaksanakan standar profesi dan standar prosedur operasional tidak dapat disalahkan karena bukan melakukan kelalaian atau kesalahan. Cidera atau kerugian
pasien dapat saja disebabkan karena perjalanan penyakitnya sendiri atau karena risiko medis yang dapat diterima dan telah disetujui pasien dalam informed consent.
2)
Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional.
Dokter diberi hak untuk menolak permintaan pasien atau keluarganya yang dianggap melanggar peraturan perundang-undangan, etika, standar profesi dan atau Standar
Prosedur Operasional (SPO).
3) Menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien apabila misalnya hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu buruk sehingga kerjasama yang baik tidak mungkin
diteruskan lagi, kecuali untuk pasien kepada dokter lain.
4)
Berhak atas privasi (berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan aleh pasien dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau memalukan).
5)
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
Informasi pendukung yang berkaitan dengan identitas dan faktor kontribusi yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit dan penyembuhan penyakit.
6)
Berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien yang tidak puas terhadap pelayanannya.
7)
Berhak untuk diperlakan adil dan jujur, baik oleh rumah sakit maupun aleh pasien.
8)
BAB 5
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
Pasien sebagai pengguna sarana pelayanan kesehatan tentu mempunyai kewajiban dan hak yang harus dipenuhi. Kepentingan dan hak pasien tersebut terlindungi sejak
diberlakukannya UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5.1
Hak Pasien
Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan upaya kesehatan yang tidak bertanggungjawab seperti penelantaran. Pasien juga berhak atas
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan terhadap pelayanan jasa kesehatan yang diterima. Dengan hak tersebut maka konsumen akan terlindungi dari praktik profesi yang
mengancam keselamatan atau kesehatan.
Hak pasien yang lainnya sebagai konsumen adalah hak untuk didengar dan mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan yang didapatkan tidak sebagaimana mestinya. Masyarakat
sebagai konsumen dapat menyampaikan keluhannya kepada pihak rumah sakit sebagai upaya perbaikan rumah sakit dalam pelayanannya. Selain itu konsumen berhak untuk
memilih dokter yang diinginkan dan berhak untuk mendapatkan opini kedua (second opinion), juga berhak untuk mendapatkan rekam medik (medical record) yang berisikan
riwayat penyakit pasien.
Dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan
(1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
(2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
(3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.
(4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pada ayat (2) yang dimaksud hak pasien yakni hak atas Informasi, hak atas pendapat kedua (second opinion), hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan tindakan medis, hak atas
masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi.
Dalam pasal 55 UU no 23 tahun 1992 tertulis:
(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Telah jelas tercantum pada pasal di atas bahwa setiap pasien berhak mendapatkan ganti rugi karena kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.
Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak pasien, yang meliputi:
7. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud dalam pasal 45 ayat (3);
1. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
2. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
3. Menolak tindakan medis; dan
4. Mendapatkan isi rekam medis.
Hak Pasien dalam sebuah rumah sakit telah diatur dalam UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Pada pasal 32 disebutkan bahwa setiap pasien mempunyai hak sebagai
berikut:
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau meno
SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1.Pengertian
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
1-2
i n f o r m a s i
t e n t a n g
e f e k
8. Tujuan
Kebijakan
10.Referensi
11.Prosedur
s a m p i n g
d a n
r e s i k o
p e n g o b a t a n
a d a l a h ke g i a t a n m e m b e r i k a n p e n j e l a s a n m e n g e n a i
pengobatan
yang
akan
di l aku kan
termasuk
didalamnya penjelasan mengenai efek samping dan
re s i ko d ar i p e ng o b a t an y an g akan d il aku kan b aik p ad a
s a a t p e n g o b a t a n berlangsung atau setelah pengobatan selesai
P a s i e n
m e m a h a m i
m e n g e n a i
e f e k
s a m p i n g
d a n
r e s i k o
d a r i
p e n g o b a t a n y an g d il a kukan s eh i n gg a p as i en
s i a p m e n e r i m a ke m u n g k i n a n r e s i k o y a n g a k a n t e r j a d i
saat pengobatan berlangsung atau setelah selesai
pengobatan
SK
kepala
puskesmas
tentang
ke wajiban
d a l a m meningkatkan mutu klinis dan keselamatan pasien
klinis
1 P e t u g a s
m e n e r i m a
r e k a m
m e d i s
p a s i e n
d a r i
p e t u g a s
p e n d a f t a r a n " 2 Pe t u g a s
memanggil
pasien
masuk
ke
ruang
periksa"3 P e t u g a s
melakukan
a n a m n e s a " ! Pe tu gas
melakukanpemeriksaan
fi s i k " # Pe t u g a s m e r u m u s k a n d i a g n o s e p a s i e n d a n
r e n $ a n a a s u h a n p a s i e n " % Pe t u g a s m e m b e r i t a h u k a n
p a d a p a s i e n t e n t a n g p e n y a k i t d a n p e n g o b a t a n . yang
akan
dilakukan"&Petugas
menjelaskan
mengenai
efek
samping
dan
resiko
pengobatan
yang
akan
dilakukan"' Pe t u g a s m e m b e r k e s e m p a t a n u n t u k b e r t a n y a
m e n g e n a i p e n g o b a t a n y a n g akan dilakukan"( Pe t u g a s
menyiapkan
form
informed
$ o n s e n t " 1)Petugas
menjelaskan isi informed $onsent"11Petugas memberikan
kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan
mengenai
persetujuan
terhadap
pengobatan
yang
akan
dilakukan"12Petugas meminta pasien untuk menandatangani
informed $onsent"13Petugas menandatangani informed
$onsent
yang
telah
ditandatangani
pasien"1!Petugas
mendokumentasikan kegiatan.
12.Hal yang
perlu
diperhatikan
Unit Terkait
dibutuhkan pasien
, P
m u m "
U G D
P o l i
i g i "