Anda di halaman 1dari 97

ALUR PENDAFTARAN

No dokumen :
7.1.1 Ep. 1
SOP

No. Revisi

Tanggal Terbit: 12 FBRUARI 2016


Halaman
KABUPATEN
BOALEMO

:1/2
TTD Kapus

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

1.Pengertian

Pelayanan pendaftaran yaitu mencatat data sosial atau mendaftarkan pasien


untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan mencatat hasil
pelayanannya.

2.Tujuan
3.Kebijakan
4.Prosedur

Sebagai acuan petugas dalam memahami alur pendaftaran pasien


Sesuaidengan SK Kepala Puskesmas Nomor 440/PKM-TLG/II/2016
1. Petugas loket menerima pasien di loket pendaftaran
2. Petugas loket mempersilahkan pasien untuk mengambil nomor antrian
3. Petugas loket memanggil pasien sesuai nomor antrian
4. Petugas loket menanyakan identitas pasien ( Nama, Alamat, Tanggal
Lahir, KTP pasien )
5. Petugas loket mencari rekam medic sesuai kartu tanda pengenal pasien
Petugas loket membuatkan rekam medic dan kartu rawat jalan bagi
pasien baru
6. Petugas loket menanyakan poli yang akan dituju atau menanyakan
keluhan pasien
7. Petugas loket menulis tanggal kunjungan dan identitas pasien di kartu
rawat jalan dan register loket
8. Petugas loket mempersilahkan pasien untuk menunggu di poli sesuai
tujuan pasien
9. Petugas loket melakukan distribusi RekamMedispasien ke unit yang
dituju pasien.

5. Bagan Alir

6. Referensi
7.Dokumen
Terkait

Buku Pedoman Manajemen Puskesmas


1. Intruksi Kerja Membuat Kartu Pendaftaran/Kartu Tanda Pengenal
Berobat Pasien baru
2. Instruksi Kerja Penomoran Rekam Medik
3. Instruksi Kerja Mencari rekam Medik

7.1.1 Ep. 2

PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO


PUSKESMAS BONGO II
KECAMATAN WONOSARI
Jln Trans Desa Bongo II Rt VI KP 96262
BAGAN ALUR PENDAFTARAN
PUSKESMAS BONGO II

KTP
KK
Jamkesda
Jamkesmas
Askes
BPJS
SIM
Kartu
kunjungan

Pasien datang
Pasien mengambil kartu antrian

Kartu antrian

Pencatatan identitas pasien

Verifikasi kartu kunjungan

Selesai

Pasien baru?

Petugas loket mengentri data ke Sikda generik

Ya

Tidak

Pencarian status rekam medik

Pencatatan ke buku register

as loket melakukan klarifikasi kelengkapan pengisian rekam medik


Penerimaan retribusi

Karcis

Penyerahan
status
rekam
medik pasien ke poli oleh petugas loket
Petugas Poli menyerahkan
rekam
medik
ke Loket
Rekam medik

7.1.1 Ep. 5

PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO


PUSKESMAS BONGO II
KECAMATAN WONOSARI
Jln Trans Desa Bongo II Rt VI KP 96262
FORM SURVEY KEPUASAN PASIEN PUSKESMAS BONGO II
Pengunjung yang kami hormati,Terima kasih atas partipasi anda menjadi salah satu peserta survey
dan secara sukarela mengisi kuesioner ini. Kami sangat menghargai kejujuran anda dalam mengisi
kuesioner ini. Kami menjamin kerahasiaan anda yang terkait dengan kuesioner. Hasil survey ini
semata-mata akandigunakan untuk tujuan penelitian dan bukan tujuan komersial.
Untuk meningkatkan kualitas dankuantitas pelayanan di Puskesmas Bongo II agar semakin baik,
maka kami mohon kepada bapak/ibu untuk mengisi kuesioner dan memberikan jawaban atas
pernyataan di bawah ini.
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin :
Pekerjaan
:
Alamat
:
Petunjuk Pengisian
Berikan tanda centang () pada kotak jawaban yang telah tersedia sebagai penilaian
bapak/ibu,dengan score sebagai berikut :
Score 1
: Tidak memuaskan
Score 2
: Kurang Memuaskan
Score 3
: Memuaskan
Score 4
: Sangat memuaskan

No

PERNYATAANTIN/KAT
KEPUASAN

URAIAN
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Waktu pelayanan dan kenyamanan ruang tunggu


Kedisiplinan Petugas dalam memberikan pelayanan
Penampilan Petugas dalam bertugas
menggunakanseragam yang selalu tampil dalam
keadaan rapi bersih dan sopan
Petugas bersedia menolong ketika
mengalamikesulitan
Kejelasan Petugas dalam memberikan
informasikesehatan
Ketelitian petugas dalam memberikan pelayanan
Kemudahan prosedur pelayanan
Kebersihan, kenyamanan, dan keamanan Puskesmas
Kemudahan dalam menyampaikan
keluhan pelanggan

10

KEPUASAN
Petugas tidak MENILAI
memandang status
sosial dan PELANGGAN
memperlakukan peserta dengan hormat dan sopan 7.1.1 Ep.
No. Dokumen
: 5
SCORE

SOP

KABUPATEN
BOALEMO

No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

TTD. Kepala Puskesmas

:
:
:

1-2
I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes
NIP: 19740305 199503 1 001

1.Pengertian
Kepuasan adalah suatu keadaan yang dirasakan konsumen setelah dia mengalami suatu kinerja
(atau hasil) yang telah memenuhi berbagai harapannya. Menurut Oliver, kepuasan adalah
tingkat perasaan seseorang pelanggan setelah membandingkan antara kinerja atau hasil yang
dirasakan (pelayanan yang) diterima dan dirasakan) dengan yang diharapkann. (Irine 2009 p.
61)
2.Tujuan
Untuk menilai tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelaynan kesehatan di Puskesmas
3.Kebijakan

2.

3.

4.

6.

4.Referensi
1.Permenkes 1691 tahuN 2011 tentang Keselamatan Pasien
5.Prosedur
1. Formulir survei kepuasanpelan pelanggang
a. Pasien mengunjungi layanan kesehatan
b. Petugas memberikan Formulir survei kepuasan pelanggan
c. Pasien mengisi Formulir
d. Menuliskan nama dan paraf
e. Pelanggang menyerahkan formulir yang telah diisi kepada petugas
Kotak saran
a. Pasien mengunjungi layanan kesehatan
b. Pasien menuliskan saran ditempat yang telah disediakan
c. Pasien memasukkan saran yang telah ditulis pada kotak saran
Kotak kepuasan pelanggang
a. Pasien mengunjungi layanan kesehatan
b. Pasien memasukkan pada kotak kepuasan pelanggan pada masing-masing pelayanan
yang telah disediakan
Warna hijau jika puas
warna merah jika tidak puas
Kontak pengaduan
Pelanggan menelpon atau mengirimkan pesan melalui nomor yang tertera pada
kontak pengaduan
5. Tindak lanjut pengaduan

7. Unit Terkait
1. Tim Penjamin Mutu
2. Semua unit Pelayana

7.1.1 Ep.

PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO


PUSKESMAS BONGO II
KECAMATAN WONOSARI
Jln Trans Desa Bongo II Rt VI KP 96262

DAFTAR HADIR
SURVEI MENILAI KEPUASAN PELANGGAN PUSKESMAS BONGO II
TAHUN 2016

NAMA SURVEI
TANGGAL
NO

NAMA

: MENILAI KEPUASAN PELANGGAN


:
UMUR

PEKERJAAN

TANDA
TANGAN

KEPALA PUSKESMAS BONGO II

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

7.1.1 Ep. 5

PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO


PUSKESMAS BONGO II
KECAMATAN WONOSARI
Jln Trans Desa Bongo II Rt VI KP 96262

RENCANA TINDAK LANJUT


SURVEI UNTUK MENILAI KEPUASAN PELANGGAN

NO

KEGIATAN

SASARAN

PELAKSANA

LOKASI

WAKTU

SUMBER DANA

KETERANGAN

KEPALA PUSKESMAS
BONGO II

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

7.1.1 Ep. 5

PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO


PUSKESMAS BONGO II
KECAMATAN WONOSARI
Jln Trans Desa Bongo II Rt VI KP 96262

TINDAK LANJUT DAN EVALUASI


SURVEI UNTUK MENILAI KEPUASAN PELANGGAN PUSKESMAS PANARUKAN TAHUN 2014

PENYEBA
NO

MASALAH

KEGIATAN PEMECAHAN
MASALAH

MASALAH

Wonosari,

TUJUAN

SASARAN

LOKASI

PENANGGUN
G JAWAB

September 2014

WAKTU

INDIKATOR
KEBERHASILAN

Mengetahui

KEPALA PUSKESMAS
BONGO II
I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes
NIP: 19740305 199503 1 001

7.1.1 Ep. 5

PEMERINTAH KABUPATEN BOALEMO


PUSKESMAS BONGO II
KECAMATAN WONOSARI
Jln Trans Desa Bongo II Rt VI KP 96262

EVALUASI rencana tindak lanjut penderita pneumonia PADA BULAN JULI 2015
No

KEGIATAN

SASARAN

PENANGGUNG
JAWAB

PELAKSANA

WAKTU

INDIKATOR
KEBERHASILAN

ANALISIS
SITUASI

MASALAH/
HAMBATAN

REKOMEN
DASI

RTL

Penyuluhan

Balita

Programer
Pneumonia (kiki
kholfiah salli
Amd.Kep)

Deni Eko P
Fitriyah
Uyunk gaul

3
Agustus
2015

Meningkatnya
penemuan cakupan
pneumonia balita

Bekerja sama
dengan nakes
suwasta

Nakes
suwasta
perawat
bidan

Programer
pneumonia (kiki
kholfiah salli
Amd.Kep)

Perawat
Bidan

3 agustus
2015

Ada peningkatan
cakupan pneumonia
sampai 30%

Belum semua
posyandu
mendapat
penyuluhan
tentang
pneumonia
Belum semua
nakes suwasta
bekerja sama
dengan tengkes
pustu semiring

Kegiatan
dilanjutkan

Refresing
dengan
progremer

Perawat
Bidan

Progremer
pneumonia ( kiki
kholfiah salli
Amd.kep)

Dokter umum
dan Progremer
pneumonia

Juli 2015

Ada peningkatan
cakupan pneumonia

Penyuluhan
dilakukan
oleh tenkes
di
posyandu
jeruk
Akan
bekerja
sama
dengan
nakes
suwasta yg
ada di
wilayah
mangaran
Ruang aula
Puskesmas
mangaran

Tidak ada
hambatan

Konsultasi
dengan dokter
umum dan
progremer

Kegiatan di
lanjutkan

TTD
MANAJEMEN
MUTU

PENYAMPAIAN HAK DAN KEWAJIBAN


PASIEN
No.
Dokumen

SOP
KABUPATEN
BOALEMO

1. Pengertian

Tujuan
Kebijakan
4.Referensi
5.Prosedur

No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman

1-2

TTD. Kepala Puskesmas

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

S O P
i n i
m e n g a t u r
t e n t a n g
c a r a p en ya mp a i an in fo r ma s i te n t an g h ak d an kew aj ia n
k ep ad a pe la ng g an ba ik s e ca ra lisan maupun media bantu
P el an gg a n d ap at me mp er ol e h i nf or ma s i tentang hak dan kewajiban
pasien.
Langkah- langkah didalam pelaporan hasil pemeriksaan yang kritis dengan
melaksanakan langkah- langkah/ prosedur SPO ini.

Pedoman kerja puskesmas jilid 1 dan Manual mutu


5.1. Petugas memasang papan informasi mengenai hak dan kewajiban
pasien di tempat yang mudah terlihat dan dibaca oleh pasien.
5.2. Petugas menjelaskan hak dan kewajiban pasien, apabila pasien
menanyakan hal yang belum dipahami
5.3. Petugas menjelaskan dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami
dan dimengerti

6. Unit Terkait

6.Hal yang Perlu


diperhatikan
7.Dokumen Terkait

Unit Pendaftaran Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

C ara penyampaian hak


B uk ti pe n ya mp a i an ha k da n k ew aj i ba n p as ie n ( P e n yu l uh an
l an gs un g k e pasien, poster ,banner, leaflet)

Dokumen Terkait

PENYAMPAIAN INFORMASI
No.
Dokumen

SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1.Pengertian
2.Tujuan

Kebijakan
4.Referensi
5.Prosedur

No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman

7.1.2 Ep. 3

1-2

TTD. Kepala Puskesmas

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

SOP ini mengatur tentang cara penyampaian informasikepada pelanggan baik


secara lisan maupun media bantu
Pelanggan
dapat
memperoleh
informasi
lain
t e n t a n g sarana
pelayanan,
antara
lain
tarif,
jenis
p e l a y a n a n , rujukan, dan informasi lain yang dibutuhkan
-

A.Kepada jajaran puskesmas


1. Membuat rencana kegiatan penyampaian informasi
2. Kepala puskesmas menyampaikan informasi kegiatan melalui : apel
pagi setiap senin pagi, minilokakarya minimal 1 bulan 1 kali dan
komunikasi internal poli unit minimal 1 bulan 1 kali
B. Kepada Masyarakat Lintas Sektor
1. Membuat jadwal kegiatan penyampaian informasi
2. Menyampaikan informasi kegiatan lintas sektor melalui penyuluhan,
pertemuan kader, minilokakarya lintas sektor, MMD.

C. Kepada Masyarakat ( pasien)


1. Petugas puskesmas mengiventariskan

informasi

yang

akan

disampaikan

6. Referensi
7.Dokumen
Terkait

1. Informasi disampaikan melalui papan informasi, leaflet, meja informasi,


keluhan pelanggan .
Azwar, Azrul, 1999. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: PT Binarupa
Aksara
4. Intruksi Kerja Membuat Kartu Pendaftaran/Kartu Tanda Pengenal
Berobat Pasien baru
5. Instruksi Kerja Penomoran Rekam Medik
6. Instruksi Kerja Mencari rekam Medik

PENYAMPAIAN HAK DAN KEWAJIBAN


PASIEN

SOP

No.
Dokumen
No. Revisi

:
:

7.1.3 Ep. 3

Tanggal
Terbit
Halaman
KABUPATEN
BOALEMO

1. Pengertian

:
:

1-2

TTD. Kepala Puskesmas

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik pasien dan


penggunaannya tergantung pada pasien sendiri.

Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan


2. Tujuan

penuh tanggung jawab


Sebagai acuan untuk memperoleh pelayanan di Puskesmas
Dompu Kota sesuai dengan haknya dan pasien mengetahui

3. Kebijakan
4. Referensi

kewajibannya dalam menerima pelayanan


1. UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
2. Permenkes RI nomor 5 tahun 2004 tentang panduan
praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
primer
3. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Puskesmas
4. Permenkes No. 69 Tahun 2014 tentang

5. Prosedur/ Langkahlangkah

Kewajiban

Puskesmas dan Kewajiban Pasien


5. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
1. Petugas menyampaikan sesuai hak-hak pasien selama
mendapatkan pelayanan di Puskesmas Bongo II
2. Petugas menyampaikan sesuai kewajiban pasien selama
mendapatkan pelayanan di Puskemas Bongu II

3. Hak Pasien :
a. Memperoleh

informasi

mengenai

tatatertib

dan

peraturan yang berlaku di Puskesmas.


b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban
pasien.
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan

standar

profesi

dan

standar

prosedur

operasional.
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan.
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya

dan

peraturan

yang

berlaku

di

Puskesmas.
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik
(SIP) baik di dalam maupun di luar Puskesmas.
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya.
j. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan

tata cara tindakan medis, alternative tindakan, risiko


dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan
biaya pengobatan.
k. Memberikan persetujuan dan menolak atas tindakan
yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
penyakit yang dideritanya.
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
m. Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan
yang di anutnya selama hal itu tidak mengganggu
pasien lainnya.
n. Memperoleh keamanan

dan

keselamatan

dirinya

selama dalam perawatan di Puskesmas.


o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
Puskesmas terhadap dirinya.
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
q. Menggugat dan/atau menuntut Puskesmas apabila
Puskesmas diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana; dan
r. Mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai

dengan standar pelayanan melalui media cetak dan


elektronik

sesuai

dengan

perundang-undangan
4. Kewajiban Pasien:
a. Setiap
pasien
mempunyai

ketentuan

kewajiban

peraturan

terhadap

Puskesmas atas pelayanan yang diterimanya.


b. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
masalah kesehatannya.
c. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter
gigi.
d. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan
kesehatan.
e. Memberikan imbalan atas pelayanan yang diterima.
f. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien di
atur dengan Peraturan Menteri
5.
6.

7.1.3 EP.1
UU No. 36/2009 tentang Kesehatan,
UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit
7.1.3 EP.4
Persyaratan kompetensi petugas, pola ketenagaan, dan kesesuaian terhadap persyaratan kompetensi dan pola ketenagaan, pelatihan yang diikuti
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 1996
TENTANG
TENAGA KESEHATAN

PENGKAJIAN AWAL KLINIS


DALAM REKAM MEDIS
No.
Dokumen

SOP
KABUPATEN
BOALEMO

No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman

1-2

TTD. Kepala Puskesmas

I Wayan Yasa,
SKM.,M.Kes
NIP: 19740305 199503 1 001

a. Pengertian

Kajian awal pasien dalam catatan medik adalah proses

b. Tujuan

pendokumentasian informasi yang didapat dari pasien


Sebagai acuan untuk pengidentifikasian informasi pasien
yang harus dicatat dalam Rekam Medis (RM)

c. Kebijakan
d. Referensi

i. UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran


ii. Permenkes RI nomor 5 tahun 2004 tentang Panduan
Praktik

e. Prosedur/
Langkah-langkah

f. Unit Terkait

Klinis

Bagi

Dokter

Di

Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan Primer
1 Petugas mengecek Biodata Rekam Medis pasien yang
bersangkutan
2 Petugas menanyakan keluhan utama pasien
3 Petugas melakukan anamnesis
4 Petugas melakukan pemeriksaan fisik; mengukur
tekanan darah dan suhu, menghitung nadi, respirasi
rate
5 Petugas menyarankan pemeriksaan laboratorium jika
perlu
6 Petugas menyimpulkan diagnosis
7 Petugas menulis terapi
8 Petugas menganalisis tujuan terapi
9 Petugas melakukan penyuluh kesehatan berdasarkan
diagnosa yang disimpulkan
10 Petugas membubuhi paraf pada kolom yang tersedia
pada RM
1. Unit Rawat Jalan
2. Unit Pelayanan UGD
3. Unit Pelayanan KBR/ KIA

PELAKSANAAN TRIASE
No.
Dokumen

SOP
KABUPATEN
BOALEMO

1. Pengertian
2. Tujuan

No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman

1-2
I Wayan Yasa,
SKM.,M.Kes

TTD. Kepala Puskesmas

NIP: 19740305 199503 1 001

Memilah dan menentukan derajat kegawatan penderita


Sebagai acuan menentukan prioritas dan tempat pelayanan
medik penderita

3. Kebijakan

Surat

Keputusan

Kepala

Puskesmas

nomor:

445/2097.B/PKM/2015 tentang Kondisi dan Penyakit yang Bisa


ditangani di Unit Gawat Darurat Puskesmas Dompu Kota
4. Referensi

1. Pedoman

Teknis

Penanggulangan

Krisis

Kesehatan

Akibat Bencana. Depkes RI. 2007


2. Permenkes RI nomor 5 tahun 2004 tentang panduan
praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
primer
5. Prosedur/
Langkah-langkah

Tindakan / Prosedur :
1.

Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD

2.

Di ruang UGD dilakukan anamnese dan pemeriksaan


singkat

dan

cepat

(selintas)

untuk

menentukan

derajat

kegawatannya.
3.

Penderita didahulukan pelayanannya menurut kegawatan


yang dialami :

a.

Prioritas 3 adalah penderita tidak gawat dan tidak


darurat

b.

Prioritas 2 adalah penderita yang kegawat daruratan


masih tidak urgent

c.

Prioritas 1 adalah penderita gawat darurat (pasien


dengan kondisi mengancam)

6. Unit Terkait

UGD

PENANGANAN PASIEN
EMERGENSI DAN RUJUKAN
PASIEN EMERGENSI
No.
Dokumen

SOP
KABUPATEN
BOALEMO

No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman

1-2
I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes
NIP: 19740305 199503 1 001

TTD. Kepala Puskesmas


1. Pengertian

Puskesmas tidak dapat menyediakan kebutuhan pasien


dengan kondisi emergensi dan pasien memerlukan rujukan ke

2. Tujuan

pelayanan yang mempunyai kemampuan lebih tinggi


Sebagai acuan mencegah kematian dan atau cacat pada
pasien kasus emergensi

3. Kebijakan
4. Referensi 1. Pedoman Rujukan Medik Puskesmas, Depkes RI, 1991

2. Permenkes No. 001 Tahun 2012, tentang Sistem Rujukan


Pelayanan Kesehatan Perorangan
5. Prosedur/
Langkahlangkah

Peralatan:

1.
2.
3.
4.

Tensimeter
Stetoskop
Kasa
Termometer

5. Tabung oksigen
6. Infus set
7. Cairan infus: RL, NaCL 0,9%, Normal salid

Prosedur:

1. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang medik untuk menentukan diagnosis utama dan
diagnosis banding.
2. Menstabilkan keadaan

umum

pasien

sesuai

kasus

berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP).


a. Sebelum dirujuk pastikan :
1) Gangguan pernapasan dan sirkulasi telah ditangani

2) Perdarahan telah dihentikan


3) Luka-luka telah ditutup
4) Patah tulang telah difiksasi
b. Jika belum stabil :
1) Periksa kesadaran pasien untuk menentukan keadaan
umum pasien sadar atau tidak
2) Air Way (jalan nafas) :
a) Periksa jalan nafas, bebaskan jalan nafas dari
sumbatan sekret, darah, benda asing.
b) Lakukan tindakan Triple manouver; Head Tilt
(ekstensi kepala), Chin Lift (angkat dagu ke atas),
Jaw Thrust (dorong rahang bawah ke depan).
c) Buka mulut
i. Jaga kepatenan jalan napas
3) Breathing (pernafasan) :
a) Periksa pernafasan pasien bernafas atau tidak
dengan Listen (suara nafas), Look (melihat gerakan
dada), Feel (Merasakan ada udara atau tidak)
b) Bila tidak bernafas segera beri bantuan nafas :

Bantuan nafas buatan tanpa alat (manual)

dari mulut kemulut dengan frekwensi 30:2 (30


kali pijat jantung 2 kali nafas buatan)

Bantuan nafas buatan dengan alat ambu bag

c) Bila pasien bernafas segera beri terapi oxygen melalui


:

Nasal catheter 3 liter atau Mask 6-8 liter

4) Circulation (sirkulasi darah) :


a) Periksa bagaimana perdarahannya
b) Segera lakukan terapi cairan pemasangan infus
dengan

pemberian

cairan

kristaloid

(Nacl,

RL,

Normal Salin)
c) Periksa tekanan darah, nadi dan perifer.
c.
d.
e.
f.

Drugs (obat-obatan): sesuai kasus


Membuat catatan rekam medis pasien.
Menjelaskan/memberikan Informed Consernt
Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, Lembar
pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang

bersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip


g. Mobil ambulance disiapkan di depan puskesmas
h. Pasien dibawa ke ambulance
i. Proses rujukan harus didampingi tenaga medis/ perawat/
bidan yang berkompeten
j. Selama di dalam ambulance pasien harus dimonitor
kondisi vitalnya sampai di tempat rujukan.
k. Setelah sampai di rumah sakit, petugas menghubungi
petugas IGD rumah sakit rujukan
l. Menyerahkan surat rujukan kepada
berwenang
6. Unit Terkait

di

fasilitas

rujukan.
1. Loket Pendaftaran
2. Unit Pelayanan UGD
3. Unit Pelayanan KBR

pelayanan

pihak

kesehatan

yang
tempat

KERANGKA ACUANPROGRAM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN


PETUGAS INSTALASI GAWAT DARURAT
PUSKESMAS BONGO II
P E N D A H U L U A N
Puskesmas merupakan ujung tombak dalam menanggulangi penderita gawatdarurat. Oleh karena itu fasilitas Puskesmas khususnya Instalasi Gawat Darurat
harusdilengkapi sedemikian rupa sehingga mampu menanggulangi penderita gawat darurat. I n s t a l a s i G a w a t D a r u r a t ( I G D ) m e r u p a k a n s a l a h s a t u u n i t
P u s k e s m a s y a n g m e m b e r i k a n p e l a y a n a n k e p a d a p e n d e r i t a g a w a t d a r u r a t d a n m e r u p a k a n b a g i a n d a r i rangkaian upaya penanggulangan penderita gawat darurat
yang perlu diorganisir.Puskesmas terdiri dari berbagai macam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus diantaranya adalah
dokter dan perawat. Untuk dapat memberikan pelayanan kegawat daruratan dan pelayanan keperawatan yang berkualitas harus didukung dengan keterampilan ataupun
keahlian dari setiap tenaga dokterdan perawat. Keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh tenaga dokter maupun perawatdapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun
informal.

L A TA R B E L A K A N G
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan akan kebutuhanmasyarakat terhadap pelayanan% maka sangat dibutuhkan tenaga dokter dan perawat
yangmampu memberikan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai dengan standar profesi danetika profesi serta berkualitas.&elayanan dokter dan perawat di Puskesmas
merupakan bagian integral dari pelayanankesehatan. #ntuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas% perlu didukung dengan sumberdaya manusia yang handal sesuai dengan
misi Puskesmas.' e r d a s a r k a n h a l t e r s e b u t d i a t a s % p e r l u a d a n y a r e n c a n a p r o g r a m p e l a t i h a n d a n pengembangan pegawai IGD melalui pendidikan
formal dan informal untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian tenaga keperawatan maupun dokter di IGD
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Peserta latih mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada neonatus yang di
rawat di ruang NICU
2. Tujuan Khusus:
Peserta latih mampu:
a) Memahami tentang konsep kegawatan neonatus
b) Memahami prinsip pemberian terapi oksigen pada neonatus yang dirawat di
NICU
c) Memberikan nutrisi parenteral dan enteral pada pasien NICU
d) Merawat neonatus dengan alat bantu nafas mekanik
e) Melaksanakan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi di ruang
NICU.
III. PESERTA
1. Kriteria Peserta
a. Rumah sakit:
Pegawai Negeri Sipil
Pendidikan Minimal D3 Keperawatan
Pengalaman bekerja di NICU minimal 2 tahun
Diusulkan untuk mengikuti pelatihan oleh institusi yang bersangkutan.
Belum pernah mengikuti pelatihan sejenis.
b. Poltekkes:
Pegawai Negeri Sipil

Pendidikan Minimal S1
Mengampu mata kuliah Perawat NICU
Diusulkan untuk mengikuti pelatihan oleh institusi yang bersangkutan.
Belum pernah mengikuti pelatihan sejenis.
2. Jumlah Peserta
Dalam satu kelas / angkatan maksimal sebanyak 30 orang, yang terdiri dari:
1. RSUD Zainoel Abidin Aceh : 1 orang
2. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru : 1 orang
3. RSUD Pirngadi Medan : 1 orang
4. RS Otorita Batam : 1 orang
5. RSUD Embung Fatimah : 1 orang
6. RSUD Kota Tanjung Pinang : 1 orang
7. RSUD Tanjung Uban : 1 orang
8. RSUD Dabo Lingga : 1 orang
9. RSUD Karimun : 1 orang
10. RS Lapangan Natuna : 1 orang
11. RS Lapangan Anambas : 1 orang
12. RSUD Bari Palembang : 1 orang
13. RSUD Kuala Tungkal Jambi : 1 orang
14. RSUD Yogyakarta : 1 orang
IV. TENAGA PELATIH
1. Asal instansi
Tenaga pelatih Pelatiahan Perawat NICU terdiri dari :
a. Dityanwat & KM
b.Organisasi profesi
c. Praktisi keperawatan rumah sakit
d.Pejabat Sruktural di lingkungan Badan PSSDM.
e. Bapelkes Batam
2. Persyaratan pelatih
a. Menguasai materi yang diajarkan.

b. Terampil mengajar secara sistematik, efektif dan efisien.


c. Mampu menggunakan metode dan media yang relevan dengan TPU dan TPK
mata pelatihannya.
d. Telah mengikuti TOT Widyaiswara / Pelatihan sejenis dalam mata diklat yang
diajarkan atau telah berpengalaman mengampu mata pelajaran dengan baik.
V. STRUKTUR PROGRAM
Materi pelatihan Perawat NICU sebanyak 80 JPL selama 8 hari efektif dengan durasi
setiap JPL 45 menit, adapun materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut:
NO
MATERI
ALOKASI WAKTU
Keterangan : 1 JPL = 45 menit
T : Teori , P : Penugasan , PL : Praktek Lapangan
VI. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
1. Waktu Pelatihan
Pelatihan akan dilaksanakan pada tanggal 11 s.d 18 September 2011 selama 8 hari
efektif dengan jumlah jam pelatihan sebanyak 80 JPL.
2. Tempat Pelatihan
Penyelenggaraan pelatihan bertempat di Balai Pelatihan Kesehatan Batam, Jalan
Marina City, Tanjung Uncang Sekupang Kel. Tanjung Uncang Sekupang, Kec.
Sekupang, Kota Batam, Telp/fax: 0778 381662.
VII. DIAGRAM ALUR PROSES PELATIHAN
- Peserta
- Materi
- Fasilitator
- Media
- Fasilitas
- penyelenggaraan
- Curah pendapat
- CTJ
- Diskusi kelompok

- Penugasan
- RTL
Peserta dapat memahami materi pelatihan sesuai TPU & TPK dan dapat melakukan asuhan keperawatan padan eonates yang di rawat di NICU
VIII. PEMBIAYAAN
Sumber pembiayaan penyelenggaraan Pelatihan Perawat NICU ini dibebankan pada
DIPA Bapelkes Batam tahun 2011 termasuk biaya konsumsi dan biaya-biaya lain
sesuai kebutuhan diklat selama 8 hari pelatihan.
IX. EVALUASI
1. Evaluasi terhadap peserta
Evaluasi pada peserta dilakukan melalui pre-post test dari seluruh materi, absensi
kehadiran, sikap dan perilaku, jumlah pelanggaran atas peraturan yang dibuat
atau disepakati pada saat membuat tata tertib yang dibuat oleh peserta sendiri.
2. Evaluasi terhadap fasilitator
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh seorang fasilitator
atau Narasumber melaksanakan tugasnya dalam arti bahwa fasilitator mampu
menyampaikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta dengan baik,
dapat dipahami dan diserap oleh peserta pelatihan. Disamping itu juga
dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan pelatihan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Evaluasi ini dapat dilihat melalui nilai rata rata yang diberikan
oleh peserta pelatihan dengan menggunakan Lembar Penilaian Pelatih/
fasilitator.
Aspek yang dinilai :
a. Penguasaan materi.
b. Sistematika pelajaran.
c. Ketepatan waktu.
d. Penggunaan metode dan alat bantu.
e. Gaya dan sikap terhadap peserta latih.
f. Penggunaan bahasa.
g. Pemberian motivasi belajar kepada peserta latih.
h. Pencapaian tujuan pembelajaran.
i. Kerapian pakaian.

j. Cara menjawab pertanyaan peserta pelatihan.


3. Evaluasi terhadap penyelenggaraan
Evaluasi dilakukan oleh pembelajar/ peserta latih terhadap penyelenggaraan
pelatihan. Evaluasi dilakukan sebagai upaya mengukur tingkat akreditasi institusi
penyelenggara pelatihan. Pengukuran tingkat penyelenggaraan/ pengelolaan
pelatihan dapat dilihat melalui nilai rata rata yang diberikan oleh peserta
pelatihan diakhir penyelenggaran dengan menggunakan Lembar Penilaian
Penyelenggaraan Pelatihan meliputi :
a. Tujuan diklat.
b. Relevansi program diklat dengan tugas.
c. Manfaat materi pelatihan bagi peserta latih dan Bapelkes Batam.
d. Mekanisme pelaksanaan pelatihan.
e. Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan.
f. Pelayanan sekretariat terhadap peserta.
g. Pelayanan akomodasi, konsumsi dan lainnya.
h. Pelayanan kesehatan terhadap peserta.
i. Saran perbaikan.
X. SERTIFIKASI
Kepada peserta yang telah mengikuti pelatihan ini sekurang-kurangnya 90% dari
alokasi waktu pelatihan dinyatakan berhasil menurut hasil evaluasi belajar,
mendapat 1 angka kredit dan kepada peserta akan diberikan sertifikat pelatihan dari
Pusdiklat Aparatur
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)
PERTEMUAN KOORDINASI PENGELOLA PENYELENGGARA DIKNAKES, DIKLAT DAN MASYARAKAT
Latar Belakang
a. Dasar Hukum
1. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis


Kementerian Kesehatan Tahun 2010 2014
5. Keputusan Kepala Badan PPSDM Kesehatan Nomor : DK.00.06.1.1.13154.1 tentang Rencana
Aksi Program Badan PPSDM Kesehatan tahun 2010 2014
b. Gambaran Umum Singkat
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengembangan dan
pemberdayaan SDM Kesehatan di bidang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
Pusdiklatnakes berperan dalam menjaga mutu pendidikan tenaga kesehatan yang ada,
terutama mutu lulusannya. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi Pusdiklatnakes yaitu
merencanakan kebijakan dan penyiapan bahan perumusan kebijakan kendali mutu
diknakes. Dalam menjaga dan meningkatkan mutu tersebut, Pusdiklatnakes menyiapkan
berbagai perangkat dan kebijakan di bidang kendali mutu. Dan dalam menyiapkan
perangkat serta kebijakan tersebut, Pusdiklatnakes mengadakan pertemuan dengan institusi
diknakes untuk memberikan pemahaman dan arah yang sama dalam rangka meningkatkan
mutu penyelenggaraan diknakes di masa datang.
c. Alasan Kegiatan Dilaksanakan
Kegiatan ini dilaksanakan agar diperoleh kesamaan pemahaman dan arah pengembangan
diknakes dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan diknakes.
2.
Kegiatan yang Dilaksanakan
a. Uraian Kegiatan
Kegiatan ini meliputi persiapan, penjajagan lokasi, pelaksanaan dan pelaporan.
b. Batasan Kegiatan
Kegiatan ini terbatas pada Pusdiklatnakes, unit lain yang terkait penyelenggaraan
pendidikan dan institusi penyelenggara diknakes baik institusi milik Pemda, TNI, POLRI
maupun Swasta.
3.
Maksud dan Tujuan
a. Maksud Kegiatan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menginformasikan kebijakan yang ada, menyepakati serta
memberikan bahan masukan dalam mengelola dan menyelenggarakan diknakes agar
lulusan yang dihasilkan merupakan tenaga kesehatan yang professional.

b. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah
diperolehnya pemahaman dan kesepakatan dalam
penyelenggaraan diknakes yang bermutu. Pemahaman dan kesepakatan tersebut antara
lain dalam bidang SDM, standar, manajemen serta kelembagaan.
4.
Indikator Keluaran dan Keluaran
a. Indikator Keluaran
Rekomendasi dan bahan masukan terkait dengan pengelolaan dan penyelenggaraan
diknakes yang bermutu.
b. Keluaran
Output kegiatan ini adalah dokumen laporan penyelenggaraan Pertemuan Koordinasi
Pengelola Penyelenggara Diknakes serta hasil pertemuan dalam bentuk rekomendasi dan
bahan masukan..
5.
Cara Pelaksanaan Kegiatan
a. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan dengan isntitusi penyelenggara
diknakes.
b. Tahapan Kegiatan
1) Persiapan
2) Penjajagan Lokasi
3) Pertemuan
4) Pelaporan
6.
Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di dua lokasi yang terpilih berdasarkan pembagian wilayah.
7.
Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan
Pelaksana kegiatan ini adalah seluruh Bidang/Sub Bagian Pusdiklatnakes dengan Penanggung
Jawab Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
8.
Jadwal Kegiatan

a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan ini direncanakan dilaksanakan pada bulan September - November 2013.
b. Matriks Pelaksanaan Kegiatan
No
Kegiatan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Juli
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
1 Persiapan
2
Penjajagan Lokasi
3 Pertemuan
4
Pelaporan
9.
Biaya
Perkiraan total biaya kegiatan ini Rp. 554.560.000,- dengan rincian RAB terlampir
Mengetahui,
Kepala Bidang Program dan Pengembangan
Drs. Suherman, M.Kes
NIP. 196508121986031004
Jakarta, Nopember 2012
Kepala Sub Bidang Program
Frederika Lekatompesy, SH.M.Kes

NIP. 1959050819871120
Definisi Operasional :
- Pelatihan PPGD/BCLS adalah Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang
diselenggarakan oleh ikatan profesi atau institusi kesehatan sesuai materi pelatihan yang
diakui oleh Kementrian Kesehatan.
- ALS Pilihan
- ATLS (Advanced Trauma Life Support) adalah training yang dilaksanakan selama 3 (tiga)
hari. Penyelenggara Komisi Trauma, Ikatan Ahli Bedah Indonesia (Sekretariat di Bagian
Bedah FKUI-RSCM / FKUNPAD-RSHS) untuk menanggulangi penderita gawat darurat
akibat trauma. Target training adalah dokter umum di rumah sakit, dokter umum
(Puskesmas) di daerah rawan kecelakaan, kasus trauma.
- ACLS (Advanced Cardiac Life Support) adalah training yang dilaksanakan selama 3 (tiga)
hari Penyelenggara Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI) dan Rumah Sakit Jantung
Harapan Kita ditujukan untuk menanggulangi penderita gawat darurat akibat kelainan /
penyakit jantung.
- APLS (Advanced Pediatric Life Support) adalah training yang diselenggarakan oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI). Target training adalah dokter umum di rumah sakit dan
Puskesmas (optional).
PEMBENTUKAN TIM INTERPROFESI
(HOME CARE)
No.
Dokumen

SOP
KABUPATEN
BOALEMO

No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman

1-2

TTD. Kepala Puskesmas

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

1.Pengertian
2.Tujuan
3.Kebijakan
Referensi
5.Prosedur

Unit Terkait

Tim interprofesi adalah tim kesehatan yang profesional dan kompeten untuk
melakukan kajian jika sewaktu- waktu diperlukan
Terbentuknya tim interfrofesi ( tim kesehatan) dengantenaga profesional yang
kompeten untuk melakukankajian jika diperlukan penanganan secara tim
SK kepala puskesmas tentang kewajiban klinis dalam meningkatkan mutu
klinis dan keselamatan pasien
1. Petugas mengsulkan kepada kepala Puskesmastentang diperlukannya tim
interfofesi.
2. Petugas menjelaskan maksud dan tujuan di bentuknya tim interfrofesi.
3. Kepala puskesmas mengadakan rapat, yang diwakilioleh masing-masing
unit pelayanan medik.
4. Semua unit pelayanan medik bersama-samamembentuk tim interprofesi
dengan menunjuktenaga yang kompeten dan profesional.
5 . Masing-masing petugas yang ditunjuk sebagaianggota tim melaksanakan
kajian jika diperlukanpenaganan secara tim
dokter
paramedis

Dokumen
terkait

Rekam Medis

PENYUSUNAN RENCANA LAYANAN MEDIS


No.
Dokumen
:
No. Revisi
:

SOP

KABUPATEN
BOALEMO
1.Pengertian

2.Tujuan

3.Kebijakan
Referensi

9.Prosedur

Unit Terkait

Tanggal
Terbit

Halaman

1-2

TTD. Kepala Puskesmas

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

Re n c a n a l a y a n a n m e d i s a d a l a h re n c a n a t i n d a ka n
dan pengobatan yang dipandu oleh kebijakan dan
p r o s e d u r y a n g j e l a s s e s u a i ke b u t u h a n p a s i e n dan
sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan
1. Terdapat prosedur ,ang e-ekti- +ika pasien mendapatkan
penanganan oleh tim kesehatan ,ang terkoordinasi
2.Meningkatkan
kualitas
Pel a, anan
guna
m e m b e r i k a n k e p u a s a n p p a d a pasien

SK kepala puskesmas tentang kewajiban klinis dalammeningkatkan mutu


klinis dan keselamatan pasien
Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas Berdasarkan
Gejala Depkes danKesejahteraan Sosial Republik Indonesia
Tah u n 2 0 11
1. Pe tu ga smedi sd an parame d i smenen tukan
t i n d a k a n m e d i s , a n g a k a n d il aku kan s e s u ai de n g an
ke b u t u h a n
klien) . P e t u g a s m e d i s d a n p a r a m e d i s m e m b e r i k a n t i n d
akan
medis
sesuai
den3an
re n 3an a ( . P e t u g a s
medis
dan
paramedis
men+elaskan
tentang
t i n d a k a n , a n g d i b e r i k a n s e s u a i d e n g a n ke b u t u h a n
klien

Ruang penda-taran

Ruang Pengobatan 5mum

Ruang Pengobatan 6igi


Ruang K$

Ruang Tindakan

Ruang $6

Dokumen
terkait

Rekam Medis

AUDIT KLINIS
No.
Dokumen

SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1.Pengertian

2.Tujuan

No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman

1-2

TTD. Kepala Puskesmas

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

Audit klinik merupakan hasil suatu proses yang bertujuan untuk


meningkatkan pelayanan pasien melalui tinjauan sistematis
pelayanan terhadap langkah-langkah eksplisit dan pelaksanaan
perubahan dalam praktek jika diperlukan (Dixon,1996)
sebagai alat untuk mengukur tingkat kepatuhan terhadap pedoman
praktek klinik berbasis bukti praktis, dan merupakan cara yang
berguna bagi tim rumah sakit untuk mengukur kinerja tim saat ini

dan kemudian mengidentifikasi kesenjangannya


3.Kebijakan
Referensi

13.Prosedur

Unit Terkait

SK kepala puskesmas tentang kewajiban klinis dalammeningkatkan mutu


klinis dan keselamatan pasien
Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas Berdasarkan
Gejala Depkes danKesejahteraan Sosial Republik Indonesia
Tah u n 2 0 11
1. Pe tu ga smedi sd an parame d i smenen tukan
t i n d a k a n m e d i s , a n g a k a n d il aku kan s e s u ai de n g an
ke b u t u h a n
klien) . P e t u g a s m e d i s d a n p a r a m e d i s m e m b e r i k a n t i n d
akan
medis
sesuai
den3an
re n 3an a ( . P e t u g a s
medis
dan
paramedis
men+elaskan
tentang
t i n d a k a n , a n g d i b e r i k a n s e s u a i d e n g a n ke b u t u h a n
klien

Ruang penda-taran

Ruang Pengobatan 5mum

Ruang Pengobatan 6igi

Ruang K$

Ruang Tindakan

Ruang $6

Dokumen
terkait

Rekam Medis

PEMBERIAN INFORMASITENTANG EFEK SAMPING


DANRESIKO PENGOBATAN
No.
Dokumen
:

SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1.Pengertian

2.Tujuan

3.Kebijakan

No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman

1-2

TTD. Kepala Puskesmas

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

P e m b e r i a n
i n f o r m a s i
t e n t a n g
e f e k
s a m p i n g
d a n
r e s i k o
p e n g o b a t a n
a d a l a h ke g i a t a n m e m b e r i k a n p e n j e l a s a n m e n g e n a i
pengobatan
yang
akan
di l aku kan
termasuk
didalamnya penjelasan mengenai efek samping dan
re s i ko d ar i p e ng o b a t an y an g akan d il aku kan b aik p ad a
s a a t p e n g o b a t a n berlangsung atau setelah pengobatan selesai
P a s i e n
m e m a h a m i
P e m b e r i a n
i n f o r m a s i t e n t a n g e f e k s a m p i n g d a n
r e s i k o
p e n g o b a t a n
a d a l a h
keg i at an
memberikan penjelasan mengenai pengobatan yang
akan
d il aku kan
termasuk
didalamnya
penjelasan
m en g e n ai ef ek s am p in g d an re s iko d ar i pe n g o b at an
y an g akan d il aku kan b aik p ad a s a at pe n g o b at an
berlangsung atau setelah pengobatan selesaim e n g e n a i
e f e k
s a m p i n g
d a n
r e s i k o
d a r i
p e n g o b a t a n y an g d il a kukan s eh i n gg a p as i en
s i a p m e n e r i m a ke m u n g k i n a n r e s i k o y a n g a k a n t e r j a d i
saat pengobatan berlangsung atau setelah selesai
pengobatan

Referensi
17.Prosedur

Unit Terkait

1 P e t u g a s
m e n e r i m a
r e k a m
m e d i s
p a s i e n
d a r i
p e t u g a s
p e n d a f t a r a n "
2 Pe t u g a s m e m a n g g i l p a s i e n m a s u k ke r u a n g p e r i k s a "
3Petugas melakukan anamnesa"!
P e t u g a s m e l a k u k a n p e m e r i k s a a n fi s i k " #
Pe t u g a s m e r u m u s k a n d i a g n o s e p a s i e n d a n r e n $ a n a
asuhan pasien"%
Pe t u g a s
memberitahukan
pada
pasien
tentang
p e n y a k i t d a n p e n g o b a t a n yang akan dilakukan"&
Petugas menjelaskan mengenai efek s amping dan resiko
pengobatan yangakan dilakukan"
' Pe t u g a s
member
ke s e m p at an
untuk
be rtanya
m e n g e n a i p e n g o b a t a n y a n g akan dilakukan"
Pe t u g a s m e n y i a p k a n f o r m i n f o r m e d $ o n s e n t " 1
)Petugas menjelaskan isi informed $onsent"
11Petugas memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengambil
keputusan
mengenai
persetujuan
terhadap
pengobatan yang akan dilakukan"
12Petugas meminta pasien untuk menandatangani informed
$onsent"
13Petugas menandatangani informed $onsent yang telah
ditandatangani pasien"
1!Petugas mendokumentasikan kegiatan

Ruang penda-taran

Ruang Pengobatan 5mum

Ruang Pengobatan 6igi

Ruang K$

Ruang Tindakan

Ruang $6

Dokumen
terkait

Rekam Medis

PENDELEGASIAN WEWENANG
No.
Dokumen

SOP
KABUPATEN
BOALEMO

1. Pengertian

No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman

1-2

TTD. Kepala Puskesmas

Delegasi

wewenang

merupakan

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

pemberian

limpahan

wewenang kepada petugas yang dianggap mampu untuk


melaksanakan pelimpahan tersebut:
1. Pendelegasian dari dokter kepada perawat, bidan atau
tenaga kesehatan lain yang diperbaharui setiap 3 bulan
dan diketahui oleh Kepala Puskesmas
2. Pelimpahan wewenang dilakukan apabila petugas yang
sesuai kompetensi tidak ada atau membutuhkan petugas
tambahan untuk menjamin kelancaran pelayanan
3. Petugas yang mendapat delegasi wewenang

harus

mendapat pelatihan secara interna atau eksterna sesuai


kompetensi yang diperlukan
4. Petugas yang mendapat delegasi hanya boleh melakukan
tindakan sesuai dengan kompetensi yang dilimpahkan

5. Surat pendelegasian wewenang diketahui oleh pemberi


wewenang
Tujuan

maupun

penerima

wewenang

dengan

menandatanganinya dan diketahui oleh kepala puskesmas


Sebagai
acuan
pelaksanaan
kegiatan
pendelegasian
wewenang

Kebijakan
4.Referensi

1. Undang-Undang

Nomor

36

Tahun

2009

tentang

Kesehatan.
2. Permenkes RI nomor 5 tahun 2004 tentang Panduan
Praktik

Klinis

Bagi

Dokter

Di

Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan Primer
3. Permenkes nomor HK.02.02/Menkes/148/2010 Tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan

5. Prosedur/

1. Petugas pemberi wewenang menghubungi Kasubag Tata

Langkah-langkah

Usaha (TU) untuk melihat kompetensi calon petugas yang


sesuai yang akan diberi delegasi wewenang
2. Petugas pemberi wewenang membuat surat

delegasi

wewenang
3. Petugas pemberi wewenang menghubungi calon petugas
yang

diberi

delegasi

wewenang

untuk

meminta

persetujuan
4. Petugas pemberi wewenang menyerahkan surat delegasi
wewenang ke administrasi surat untuk diberikan nomor
surat
5. Petugas

administrasi

surat

memintakan

persetujuan

kepada Kepala Puskesmas


6. Petugas administrasi surat menyerahkan surat delegasi
wewenang yang telah disetujui kepada petugas pemberi
wewenang dan calon petugas yang diberi wewenang
7. Petugas yang diberi wewenang melaksanakan tindakan
6.

1.
2.
3.
4.

sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan


Dokter
Paramedis (Perawat, bidan, dll)
Kepala Puskesmas
Tata Usaha

PEMELIHARAAN ALKES

SOP

No.
Dokumen
No. Revisi

:
:

Tanggal
Terbit
Halaman
KABUPATEN
BOALEMO

8. Pengertian

:
:

1-2

TTD. Kepala Puskesmas

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

Melaksanakan pemeliharaan alat-alat keperawatan dan alat


alat kedokteran dengan cara membersihkan, mendesinfektan,

9. Tujuan

Sebagai

menyeterilkan dan menyimpannya


acuan untuk pemeliharaan alat medis

dan

keperawatan
10.Kebijakan
11.Referensi
12.Prosedur/
Langkah-langkah

1. Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas


2. Permenkes nomor 36 tentang Kesehatan
A. Pemeliharaan Peralatan dari Logam
1. Membersihkan dan desinfektan :
a. Peralatan :
1) Alat kotor
2) Larutan desinfektan, gelas pengukur
3) Bak/ember tempat merendam
4) Air mengalir
b. Prosedur :
1) Memakai sarung tangan
2) Membersihkan alat dari kotoran yang melekat
dibawah air kran mengalir
3) Dikeringkan (setelah kering
sterilisator)

dimasukan

ke

2. Menyeterilkan dan Penyimpanan Alat Logam


a. Peralatan :
1) Alat-alat logam
2) Sterilisator
3) Panas kering
4) Kain pembungkus bila perlu
b. Prosedur :
1) Memakai panas uap (autoclave)
2) Menyusun alat-alat ke dalam bak instrumen
dalam keadaan bersih/kering
3) Membungkus bak instrumen berisi alat dengan
kain
4) Memasukkan alat ke dalam autoclave (sentral)
selama 30 menit untuk yang dibungkus, 20 menit
untuk yang tidak dibungkus.
5) Mengangkat alat dari sterilisator dan menyimpan
dalam tempatnya
B. Pemeliharaan Tensi Meter
1. Mengunci air raksa setelah pemakaian alat.
2. Menggulung kain beserta manset dan disusun /
dimasukkan ke dalam bak tensimeter.
3. Menutup tensimeter dan menyimpan pada tempatnya.

PEMELIHARAAN ALKES
SOP

No. Dokumen

Ditetapkan Oleh

No. Revisi

Kepala UPTD

Tanggal Terbit

: 1 Juni 2015

Halaman

: 2/3

Puskesmas Dompu Kota

Nasrullah, SKM
NIP. 197910202005011009

4. Kain manset dicuci bila kotor atau satu kali seminggu


5. Perhatikan kaca pengukur harus tetap dalam keadaan
bersih dan mudah di baca.
C. Membersihkan

dan

Mendesinfeksi

Serta

Menyimpan

Pispot
1. Peralatan
a. Pispot + urinal kotor.
b. Sarung tangan
c. Larutan desinfektan (bayclin)
d. Bak septik tank
e. Keranjang sampah.
f. Bak/ ember tempat merendam.
g. Lap bersih dan kering.
h. Sikat bertangkai
2. Prosedur
a. Membawa pispot yang kotor ke dalam spoel hoek.
b. Memakai sarung tangan.

c. Membuang

tissue

bekas

pakai

keranjang

ke

keranjang sampah, dengan memakai korentang


spoel hoek
d. Membuang kotoran ke bak septik tank, kemudian
mengalirkan air kran supaya kotoran masuk tangki
septik tank. Membilas alat dari kotoran yang
masuk,

melekat

dengan

bertangkai
e. larutan desinfektan

mempergunakan

sampai

pispot terendam.
f. Membersihkan pispot

semua

dengan

cara

sikat

permukaan
menyikat

memakai air sabun/ detergen.


g. Membilas pispot di bawah air mengalir
h. Merendam pispot di bak /ember tempat perendam
yang berisi (bayclin)
i. Mengeringkan pot dengan kain lap.
j. Menyimpan pot pada tempatnya
D. Membersihkan Dan Mendesinfeksi Serta
Urinal
1. Peralatan
a. Urinal yang kotor.
b. Sarung tangan
c. Larutan desinfektan
d. Bak septik tank.
e. Bak/ ember perendam
f. Lab bersih dan kering
g. Sikat

Menyimpan

2. Prosedur
a. Membawa urinal ke kamar spoel hoek.
b. Memakai sarung tangan.
c. Membuang urinal ke bak septik tank.
d. Membilas urinal dengan air.
e. Merendam urinal dalam bak/ ember yang berisi
larutan

desinfektan

urinal

terendam

sampai

semua

(konsentrasi

perendaman pispot)
f. Memberihkan dengan

cara

permukaan

sama

menyikat

dengan
memakai

sabun/detergen
g. Membilas urinal dibawah air mengalir
h. Mengeringkan urinal dan menggantungkannya

13.

Unit Terkait

ditempatnya
1. Pelayanan Rawat Inap
2. Pelayanan UGD
3. Pelayanan KB dan KBR

KALIBRASI

SOP
KABUPATEN
BOALEMO

Pengertian

Tujuan

Kebijakan
Referensi
Prosedur Kegiatan

No.
Dokumen
No. Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman

:
:
:
:

1-2

TTD. Kepala Puskesmas

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara


nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau
nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui
yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu atau kegiatan
untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan
bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu
telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk satuan
ukuran dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Tujuan kalibrasi adalah untuk menentukan devisiasi dan kebenaran
nilai penunjukan alat laboratorium dan menjamin hasil pengukuran serta
menjaga kondisi alat untuk tetap sesuai dengan spesifikasi
1. Prosedur Penanganan Permintaan
a. Pengesahan Konsep Surat Penawaran. Sesudah dikaji ulang oleh
manajer teknis / deputi mutu, surat penawaran disahkan oleh kepala

bidang.
b. Kaji Ulang Kesepakatan / Kerjasama. Manajer teknis mengkaji
kesepakatan kerjasama, meliputi:Biaya,PO (Purchase Order) dari
pelanggan, kesepakatan waktu pelaksanaan.
c. Persetujuan Kerjasama Pelaksanaan kalibrasi. Manajer teknis
menentukan persetujuan kerjasama dilaksanakannya kalibrasi dengan
pelanggan bilamana sudah ada kesesuaian dengan proses kaji ulang.
2. Prosedur Pelaksanaan Kalibrasi dilakukan sebagai berikut :
a. Kaji Ulang Alat
b. Manajer teknis / koordinator lab mengkaji ulang alat yang akan di
kalibrasi meliputi kesesuaian sebagai berikut : Ruang lingkup
kalibrasi, Sumber Daya Manusia (SDM), spesifikasi dan tingkat
kesulitan alat serta alokasi waktu dan tempat.
c. Penunjukkan Pelaksana
Bilamana sudah ada persetujuan kerjasama pelaksanaan kalibrasi dari
pelanggan, manajer teknis menugaskan personel lab. kalibrasi yang
akan melaksanakan kalibrasi
d. Pengecekan
Dilakukan pengecekan terhadap alat-alat yang akan dikalibrasi untuk
mengetahui rusak atau tidak, bilamana kondisi rusak maka tidak
dapat dilakukan kalibrasi.
e. Pelaksanaan Kalibrasi
Petugas melaksanakan kalibrasi terhadap peralatan yang sudah
disepakati.
f. Pembuatan Laporan Hasil Kalibrasi Sementara (LHKS)
Data yang diperoleh pada saat melaksanakan kalibrasi langsung
dicatat pada lembar LHKS untuk diolah dengan komputer.
g. Evaluasi Laporan.
Laporan hasil kalibrasi di cek oleh pelaksana sebelum diserahkan ke

koordinator lab untuk di paraf. Dari koordinator lab diperiksa oleh


manajer
teknis
h. Pembuatan Sertifikat
Laporan kalibrasi yang telah disetujui oleh manajer teknis di buat
Sertifikat Hasil Kalibrasi dan disyahkan oleh manajer teknis. Bila
manajer teknis berhalangan disahkan oleh kepala bidang atau
manajer mutu.
i. Penyerahan Sertifikat
Sertifikat Hasil Kalibrasi yang sudah disahkan diserahkan ke bagian
umum untuk diarsip dan siap diserahkan ke pelanggan.
j. Sertifikat Sampai ke Pelanggan
Sertifikat hasil kalibrasi dapat diserahkan kepada pelanggan
bilamana biaya sudah dibayar lunas
Peralatan laboratorium yang perlu dikalibrasi adalah:
1. Lemari es (Refrigenerator); mencatat suhu dengan
menggunakan thermometer
2. Oven, dengan mencatat suhu menggunakan termometer.
3. PH meter, dengan menggunakan PH simulator dan larutan
buffer standar.
4. Pipet.
5. Pemanas air : dengan mencatat suhu pada refrigenerator /
oven
6. Spektrofotometer : dengan ketepatan pengukuran absorban
dan ketepatan panjang gelombang.
7. Stray light (stray energi) dengan standar sodium, gelas
corning vicor dan standar filter bersertifikat.
8. Timbangan
analitik
(analytical
balance)
dengan
menggunakan anak timbangan standar.
9. Timbangan
elektrik
(electrical
balance)
dengan

menggunakan anak timbangan standar.


10.Termometer

Unit Terkait

LABORATORIUM

SINFEKSI
Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh kebanyakan kebanyakan organisme patogen pada benda atau instrumen dengan menggunakan campuran zat kimia cair.
Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.
Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.
Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.
Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
Struktur fisik benda
Suhu dan PH dari proses desinfeksi.
DEKONTAMINASI
Membuang semua material yang tampak (debu,kotoran)pada benda,lingkungan,permukaan kulit dengan menggunakan sabun, air dan gesekan.
Tujuan prosedur dekontaminasi:
1. Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui peralatan pasien atau permukaan lingkungan.
2. Untuk membuang kotoran yang tampak.
3. Untuk membuang kotoran yang tidak terlihat (Mikroorganisme).
4. Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontak langsung dengan alat pensteril atau desinfektan.
5. Untuk melindungi personal dan pasien.
Terdapat 3 tingkat desinfeksi:
Desinfeksi tingkat tinggi
Membunuh semua organisme dengan perkecualian spora bakteri.
Desinfeksi tingkat sedang
Membunuh bakteri kebanyakan jamur kecuali spora bakteri.
Desinfeksi tingkat rendah
Membunuh kebanyakan bakteri beberapa virus dan beberapa jamur tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil tuberkel dan spora bakteri.
STERILISASI
Defenisi
Secara komplit membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri pada benda yang telah didekontaminasi dengan tepat
Tujuan
Memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai.
Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Metode Sterilisasi
Sifat bahan yang akan disterilkan
Metode yang paling mudah, murah namun cukup efektif.
Bila terdapat beberapa fasilitas untuk melakukan sterilisasi, haruslah dipilih cara yang baik
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:

1. Sterilisasi dengan pemanasan kering


a. Pemijaran/flambir
Cara ini dipakai langsung, cara ini sederhana, cepat dan dapat menjamin sterilisasinya,hanya penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya:
- Benda-benda dari logam (instrument)
- Benda-benda dari kaca.
- Benda-benda dari porselen.
Caranya:
Siapkan
: - Bahan yang disterilkan
- Waskom besar yang bersih
- Brand spritus
- Korek api.
Kemudian brand spritus dituangkan secukupnya ke dalam waskom tersebut. Selanjutnya dinyalakan dengan api.
Alat-alat instrumen dimasukkan ke dalam nyala api.
b. Dengan cara udara panas kering
Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi pemanasan basah.
Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini:
Benda-benda dari logam.
Zat-zat seperti bubuk, talk,vaselin,dan kaca.
Caranya :
Alat bahan harus dicuci, sikat dan desinfeksi terlebih dahulu
Dikeringkan dengan lap dan diset menurut kegunaannya
Berilah indikator pada setiap set
Bila menggunakan pembungkus, dapat memakai kertas aluminium foil.
Oven harus dipanaskan dahulu sampai temperatur yang diperlukan.
Kemudian alat dimasukkan dan diperhatikan derajat pemanasannya.
2. Sterilisasi dengan pemanasan basah.
Ada beberapa cara :
a) Dimasak dalam air biasa.
Suhu tertinggi 100 C, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan tetapi bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif membunuh spora maka dapat
ditambahkan natrium nitrat 1% dan phenol 5%.
Caranya :
Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran lain.
Kemudian dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.
Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati
Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope Rusia).
Seluruh permukaan harus terendam.
b) Dengan uap air.
Cara ini cukup efektif dna sangat sederhana. Dapat dipakai dengan dandang yang bagiannya diberi lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan
disterilkan.waktu sterilisasi 30 menit.
Caranya :

Alat-alat yang akan disterilkan: dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.


Kemudian dibungkus dan dimasukkan dalam dandang
c) Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.
Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan dalam setiap rumah sakit.menggunakan alat yang disebut autoclave.
Caranya :
Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan dicuci, disikat, dan didesinfeksi.
Kemudian diset menurut penggunaannya dan diberi indikator.
Kemudian dibungkus kain/kertas.
Masukkan alat/bahan yang telah dibungkus ke dalam autoclave.
3.Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia
Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan kering. Cara ini dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau cara lain tidak bisa dilaksanakan
karena keadaan.
Contoh zat kimia
: Formaldehyda, hibitane, Cidex.
4. Sterilisasi dengan radiasi.
Radiasi ultraviolet
Karena disemua tempat itu terdapat kuman2x, maka dilakukan sterilisasi udara dan biasanya dilakukan di tempat-tempat khusus.
Misalnya: di kamar operasi, kamar isolasi, dsb. udaranya harus steril.Hal ini dapat dilakukan dengan sterilisasi udara (air sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet.
5. Sterilisasi dengan filtrasi
Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air).
Tujuannya :
Filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan atau pada sistem irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam perawatan medik lainnya yang membutuhkan
adanya cairan steril.
Jenis filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman. Pori-pori filter ukurannya minimal 0,22 micron.
ASEPTIK/ASEPSIS
Aseptik tidak adanya patogen penyebab sakit.
Teknik aseptik adalah usaha mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme.
Asepsis ada 2 macam:
1. Asepsis medis
Tehnik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme.
ex: mencuci tangan,mengganti linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk obat.
2. Asepsis bedah
Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dari suatu daerah.
Prinsip-Prinsip Tindakan Asepsis Yang Umum
Semua benda yang menyentuh kulit yang merekah atau diamsukkan ke dalam kulit untuk menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh, atau yang dimasukkan ke dalam rongga badan yang dianggap
steril, haruslah steril.
Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril.
Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang dengan demikian objek-objek itu selalu akan terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya kontaminasi diluar pengawasan.
Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril
Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang sudah steril.

Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung pembungkusnya tidak mengarah pada si petugas.
Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang tidak steril.
Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang sehingga cairan desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu sudah tercemar.
ANTISEPTIK
Anti Septik yaitu suatu zat atau bahan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Tujuan : Memusnahkan semua kuman-kuman patogen, tetapi spora dan virus yang mempunyai daya tahan yang sangat kuat masih tetap hidup.
Macam-macam bahan yang sering digunakan untuk antiseptik dan kegunaanya:

1. Ethyl alkohol
Larutan alkohol yang dipakai sebaiknya 65-85% karena daya kerjanya akan menurun bila dipakai konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi.

2. Jodium Tinctura.
Larutan 2% jodium dalam alkohol 70% adalah suatu desinfeksi yang sangat kuat. Larutan ini dipakai untuk mendisinfeksi kulit dengan membasmi kuman-kuman yang ada pada
permukaan kulit.
Penggunaan desinfektan/antiseptic :
Desinfeksi kulit secara umum (Pre Operasi).
Larutan savlon 1:30 dalam alkohol 70%. Hibiscrup 0,5% dalam alkohol 70%.
Desinfeksi tangan dan kulit
Chlorrhexidine 4% (hibiscrup) minimal 2 menit
Untuk kasus Obgin (persiapan partus,vulva hygiene, neonatal hygiene).
Hibiscrup 0,5% dalam Aquadest Savlon 1:300 dalam aqua hibiscrup.

PEMELIHARAAN GEDUNG DAN ALAT

6. Pengertian
7. Tujuan

Kegiatan pemeliharaan gedung dan alat agar selalu dalam


keadaan baik dan layak pakai
Sebagai acuan agar gedung dan alat selalu dalam keadaan
baik dan siap pakai

8. Kebijakan
9. Referensi
10.Prosedur/
Langkah-langkah

1. Pemeliharaan untuk tiap-tiap ruangan dilakukan secara


rutin dan sekali dalam setahun.
2. Waktu pelaksanaan pemeliharaan untuk setiap ruangan
di sesuaikan dengan rencana kegiatan tim pemeliharaan
gedung dan sarana
3. Pemeliharaan meliputi pengecetan, Perbaikan gedung,
dan perbaikan alat
4. Permintaan alat untuk pemeliharaan dilakukan secara
langsung tergantung kebutuhan ke bagian pengadaan
barang.
5. Selama barang

yang

di

butuhkan

belum

tersedia

dilakukan kegiatan pemeliharaan yang tidak memerlukan


barang
6. Setelah barang yang di butuhkan tersedia kegiatan
pemeliharaan dilaksanakan.
7. Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga tetap
harian tim pemeliharaan gedung dan sarana

8. Setelah kegiatan pemeliharaan selesai tim pemeliharaan


11.Unit Terkait

gedung dan sarana membuat laporan


Seluruh Unit Pelayanan

LAYANAN TERPADU
No.
Dokumen

SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1.Pengertian
1. Tujuan

No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman

1-2

TTD. Kepala Puskesmas

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

SOP ini mengatur tentang cara penyampaian informasikepada pelanggan baik


secara lisan maupun media bantu
Pelanggan
dapat
memperoleh
informasi
lain
t e n t a n g sarana
pelayanan,
antara
lain
tarif,
jenis
p e l a y a n a n , rujukan, dan informasi lain yang dibutuhkan

Kebijakan

SK
kepala
puskesmas
tentang
ke wajiban
d a l a m meningkatkan mutu klinis dan keselamatan pasien

3.Referensi
4.Prosedur

5.Hal yang perlu


diperhatikan
Unit Terkait

klinis

2. Petugas menyapa pasien


3. Petugas mengidentifikasi kebutuhan informasi pasien
4. Petugas
menjelaskan
informasi
yang
d i b u t u h k a n pasien, dan jika diperlukan dapat memberikan
brosur puskesmas kepada pasien.
Ha-hal yang perlu diperhatikan'nformasi yang
dibutuhkan pasien
Unit Pendaftaran

HAK DAN KEWAJIBAN PUSKESMAS, RUMAH SAKIT, TENAGA KESEHATAN, DAN PASIEN
diposting oleh rifkyanindika-fkm10 pada 06 October 2011
di Umum - 6 komentar
BAB 1
PENGERTIAN
1.1

Puskesmas
Sebelum membahas hak dan kewajiban Puskesmas, diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai pengertian Puskesmas. Berikut ini beberapa pengertian Puskesmas:

1. Puskesmas adalah unit pelaksana tehnis Dinas Kesehatan Kab/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah
kecamatan (Kepmenkes No.128 th 2004).

2. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja
(Departemen Kesehatan RI, 2004).
3. Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) adalah : suatu kesatuan organisasi Kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terintegrasi di masyarakat disuatu wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok (Departemen Kesehatan RI 1981).
4. Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya. Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang secara profesional melakukan upaya
pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran serta masyarakat secara aktif untuk dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
di suatu wilayah kerja tertentu (Departemen Kesehatan RI, 1987).
5. Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan perkataan lain
puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya (Departemen Kesehatan RI, 1991).
6. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertangungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja tertentu
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
1.2 Rumah Sakit
Pembahasan tentang hak dan kewajiban Rumah Sakit diperlukan pemahaman tentang pengertiannya. Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit merupakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Pemahaman mendalam mengenai Rumah Sakit diperlukan untuk mengenal jenis-jenisnya. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan
diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien. Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan tipe rumah sakit yang di Indonesia terdiri dari rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus, kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah. Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan
turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan indonesia melalui keputusan dirjen medik.
Adapun jenis-jenis rumah sakit di Indonesia dibagi-bagi menurut kategori,
diantaranya sebagai berikut :

1. Berdasarkan kepemilikan
Berdasarkan kepemilikannya Rumah Sakit terdiri atas dua yaitu:
1)

Rumah Sakit Pemerintah sifatnya tidak mencari keuntungan, yang dikelola oleh Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, TNI dan BUMN.

2)
Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan, baik yang sifatnya tidak mencari keuntungan (non profit) maupun yang memang mencari keuntungan
(profit).
1. Berdasarkan Layanannya
Berdasarkan sifat layanannya rumah sakit dibagi dua yaitu sebagai berikut:
Rumah Sakit Umum Untuk Rumah Sakit Pemerintah, digolongkan menjadi 4 tingkatan, sebagai berikut:
1)

Rumah Sakit Umum tipe A, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis spesialistik dan subspesialistik yang luas.

Rumah Sakit Umum tipe B, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis spesialistik dan subspesialistik yang terbatas.
1.3 Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan yang bermutu diwujudkan dengan subsistem sumber daya manusia kesehatan. Subsistem tersebut adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya.
Pengadaan tenaga kesehatan harus berdasarkan tiga unsur Subsistem SDM Kesehatan, yaitu:
1. Perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan

2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan adalah upaya pengadaan tenaga kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan kualifikasi yang telah direncanakan serta peningkatan
kemampuan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
3. Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan, pemanfaatan, pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan.
1.4 Pasien
Pengertian Pasien diatur dalam Undang-undang No. 29 tahun 2004, yaitu setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan
yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. Pada UU No. 44 Tahun 2009 terjadi perubahan sedikit pada pengertian pasien, yaitu
setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah
Sakit.

BAB 2
HAK DAN KEWAJIBAN PUSKESMAS

Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target sasaran masyarakat di wilayah kerjanya, memiliki hak dan kewajiban dalam
penyelenggaraan kesehatan. Namun, hingga saat ini belum ada undang-undang yang secara khusus mengatur tentang hak dan kewajiban puskesmas, sebagaimana undang-undang
tentang Rumah Sakit.
Perlu bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang mengatur tentang Puskesmas secara khusus. Pada KMK no. 128 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
hanya mengatur tentang tujuan dan fungsi, upaya dan azas penyelenggaran, dan manajemen puskesmas.
2.1

Hak Puskesmas

Hak puskesmas belum di atur secara khusus dalam perundang-undangan. Namun ada beberapa hal yang hampir merujuk kepada hak puskesmas, yaitu puskesmas berhak untuk
diperkuat oleh Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Posyandu, dan Poskesdes dalam melaksanakan tugas di wilayah kerjanya.
2.2

Kewajiban Puskesmas

Seperti halnya hak, kewajiban puskesmas pun belum diatur secara jelas dalam undang-undang. Namun, dalam Peraturan Menteri Kesehatan no. 128 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas, diatur tentang upaya kesehatan wajib, fungsi dan tugas, dan azas penyelenggaraan puskesmas yang konteksnya hampir mirip dengan kewajiban puskesmas, yakni:
1. Menggerakan Pembangunan Kesehatan Berwawasan Kesehatan
1)

Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

2)

Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya

3)

Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
1. Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat :

1)

Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat

2)

Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan

3)

Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan


1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan mencakup:

1)

Pelayanan kesehatan perorangan

2)

Pelayanan kesehatan masyarakat.


1. Melakukan koordinasi dengan sektor terkait dalam pemberian pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Posyandu, Polindes dan jaringan pelayanan kesehatan lain
dan dalam fungsi pembinaan (Dinkes Kabupaten dan Kantor Kecamatan);
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya;
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pemerataan kesehatan yang diselenggarakan;
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya;

5. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi- tingginya;
Program kesehatan yang telah dilaksanakan oleh puskesmas untuk masyarakat sekitar sudah banyak dilaksanakan. Dampak positifnya pun sudah banyak terlihat, sehingga semakin
dekat langkah kita menuju masyarakat yang sehat. Akan tetapi, meskipun banyak hal yang telah dapat dicapai, masih ada permasalahan yang ada dalam penyelenggaraan
puskesmas. Masalah tersebut diantaranya adalah belum adanya undang-undang yang khusus mengatur mengenai hak dan kewajiban puskesmas.
Selama ini, penyelenggaraan puskesmas belum bisa dioptimalkan sebagaimana yang tercantum dalam tugas pokok dan fungsi puskesmas itu sendiri. Tidak adanya undang- undang
yang secara resmi mengatur hak dan kewajiban puskesmas menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini perlu dipertanyakan kepada pemerintah mengenai alasan ketiadaan undangundang tersebut. Padahal, puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan juga memiliki andil yang sama dalam memajukan kesehatan masyarakat, di samping rumah
sakit.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan strata pertama seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Mengingat puskesmas sebagai instansi kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif, dimana keduanya merupakan upaya kesehatan wajib bagi masyarakat. Oleh karena itu, sudah semestinya pemerintah membuat peraturan yang lebih
terperinci termasuk mengenai hak dan kewajiban puskesmas dalam bentuk undang- undang. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menguatkan memperjelas posisi puskesmas dalam
kedudukannyan sebagai pusat layanan kesehatan.Selama ini peraturan yang menjadi dasar penyelenggaraan puskesmas hanyalah Permenkes, yakni Permenkes No.128 tentang
kebijakan dasar puskesmas.
Perundang- undangan tersebut sebaiknya dibuat sebelum muncul isu di kalangan masyarakat yang mengganggu stabilitas kesehatan nasional. Undang- undang tersebut dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan di kemudian hari. Selain itu, undang- undang juga dapat menjadi acuan mengenai hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan dalam penyelenggaraan puskesmas.
Dengan adanya undang- undang yang mengatur tentang puskesmas, maka diharapkan program kesehatan yang dicanangkan pemerintah dapat tercapai, seperti Indonesia Sehat
2010. Salah satu kendalanya adalah belum adanya peraturan tertinggi yang diakui pemerintah, yakni undang- undang yang dapat mendukung permenkes mengenai hal ini.

BAB 3
HAK DAN KEWAJIBAN RUMAH SAKIT

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan memiliki hak dan kewajiban yang perlu diketahui oleh semua pihak.Hak dan kewajiban tersebut digunakan untuk memberikan
prosedur-prosedur bagi layanan kesehatan dalam melakukan tugas dan fungsinya.Hak dan tanggung jawab tersebut berkaitan erat dengan pasien sebagai penerima jasa, dan
masyarakat harus mengetahui dan memahaminya sebagai pengguna layanan kesehatan.
3.1 Hak Rumah Sakit
Hak rumah sakit adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki rumah sakit untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu yaitu:
1. Membuat peraturan-peraturan yang berlaku di RS nya sesuai dengan kondisi atau keadaan yang ada di RS tersebut (hospital by laws).
2. Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan RS.
3. Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala instruksi yang diberikan dokter kepadanya.
4. Memilih tenaga dokter yang akan bekerja di RS. melalui panitia kredential.
5. Menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi (termasuk pasien, pihak ketiga, dll).
6. Mendapat jaminan dan perlindungan hukum.
7. Hak untuk mendapatkan imbalan jasa pelayanan yang telah diberikan kepada pasien.
2. Kewajiban Rumah Sakit
1. Mematuhi peraturan dan perundangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
2. Memberikan pelayanan pada pasien tanpa membedakan golongan dan status pasien.
3. Merawat pasien sebaik-baiknya dengan tidak membedakan kelas perawatan (Duty of Care).
4. Menjaga mutu perawatan tanpa membedakan kelas perawatan (Quality of Care).
5. Memberikan pertolongan pengobatan di Unit Gawat Darurat tanpa meminta jaminan materi terlebih dahulu.

6. Menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan.


7. Menyediakan sarana dan peralatan medik sesuai dengan standar yang berlaku.
8. Menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam keadaan siap pakai.
9. Merujuk pasien ke RS lain apabila tidak memiliki sarana, prasarana, peralatan dan tenaga yang diperlukan.
10. Mengusahakan adanya sistem, sarana dan prasarana pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.
11. Melindungi dokter dan memberikan bantuan administrasi dan hukum bilamana dalam melaksanakan tugas dokter tersebut mendapatkan perlakuan tidak wajar atau tuntutan
hukum dari pasien atau keluarganya.
12. Mengadakan perjanjian tertulis dengan para dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut.
13. Membuat standar dan prosedur tetap untuk pelayanan medik, penunjang medik, maupun non medik.
14. Mematuhi Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI).
Di dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan bermitra dengan dokter, rumah sakit memiliki hak dan kewajiban yang diatur sesuai dengan Kode Etik Rumah Sakit
(KODERSI), Surat Edaran Dirjen Yan Med No: YM 02.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit.
3.2

Kewajiban Rumah Sakit

Dalam meninjau kewajiban Rumah Sakit, ada dua hal yang dapat diperhatikan dalam peraturan-peraturan kesehatan dari pemerintah, yaitu persyaratan serta tugas dan fungsi
Rumah Sakit. Adapun persyaratan serta tugas dan fungsi Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
a.

Persyaratan Rumah Sakit

Untuk Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dalam pendirian dan perolehan izin Rumah Sakit, Rumah Sakit harus memiliki persyaratan sebagai
berikut :
1)

studi kelayakan

2)

master plan

3)

status kepemilikan

4)

rekomendasi izin mendirikan

5)

izin undang-undang gangguan (HO)

6)

persyaratan pengolahan limbah

7)

luas tanah dan sertifikatnya

8)

penamaan

9)

Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

10) Izin Penggunaan Bangunan (IPB)


11) Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
(2) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai persyaratan izin mendirikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran Peraturan ini.
Lampiran dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dapat memperjelas isi dari undang-undang yang terdapat di atas tersebut. Persyaratan pendirian RumahSakit
dapat dibagi dua, yaitu: persyaratan izin mendirikan Rumah Sakit dan persyaratan izin operasional Rumah Sakit
1)

Persyaratan Pendirian Izin Rumah Sakit

a)

Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatanperencanaanrumah sakit secara fisik dan non fisik yang berisi tentang:

(1) Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit, meliputi:


(a)

Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatanpenduduk, serta karakteristik penduduk yang meliputi umur, jenis kelamindan status perkawinan)

(b)

Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan, tingkatpendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan domesticrata-rata bruto

(c)
Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10 penyakit utama(Rumah Sakit, Puskesmas Rawat jalan, Rawat inap), angka kematian(GDR, NDR), angka persalinan,
dan seterusnya
(d) Sarana dan prasarana kesehatan yang mempertimbangkan jumlah, jenisdan kinerja layanan kesehatan, jumlah spesialisasi dan kualifikasi tenagakesehatan, jumlah dan jenis
layanan penunjang (canggih, sederhana danseterusnya)
(e)
Peraturan perundang-undangan yang mempertimbangkan kebijakanpengembangan wilayah pembangunan sektor non kesehatan, kebijakansektor kesehatan dan perumah
sakitan.
(2) Kajian kebutuhan sarana atau fasilitas dan peralatan medik atau non medik, dana dantenaga yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan, meliputi:
(a)
Sarana dan fasilitas fisik yang mempertimbangkan rencana cakupan, jenislayanan dan fasilitas lain dengan mengacu dari kajian kebutuhan danpermintaan (program fungsi
dan pogram ruang)
(b)

Peralatan medik dan non medik yang mempertimbangkan perkiraanperalatan yang akan digunakan dalam kegiatan layanan

(c)

Tenaga atau sumber daya manusia yang mempertimbangkan perkiraankebutuhan tenaga dan kualifikasi

(d)

Pendanaan yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan dana investasi.

(3) Kajian kemampuan pembiayaan yang meliputi:


(a)

Prakiraan pendapatan yang mempertimbangkan proyeksi pendapatan yangmengacu dari perkiraan jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur

(b)

Prakiraan biaya yang mempertimbangkan proyeksi biaya tetap dan biayatidak tetap dengan mengacu pada perkiraan sumber daya manusia

(c)

Proyeksi Arus Kas (5 -10 tahun)

(d)

Proyeksi Laba/Rugi (5 10 tahun)

b)
Master plan adalah strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya sepuluhtahun kedepan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang
meliputiidentifikasi proyek perencanaan, demografis, tren masa depan,fasilitas yang ada,modal dan pembiayaan.
c)

Status kepemilikan dari Rumah Sakit dapat didirikan oleh:

(1)

Pemerintah, harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas dibidang kesehatan dan instansi tertentu dengan pengelolaan Badan LayananUmum ,

(2)

Pemerintah Daerah, harus berbentuk Lembaga Teknis Daerah denganpengelolaan Badan Layanan Umum Daerah, atau

(3)

Swasta, harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerakdi bidang perumahsakitan

(a)

Badan hukum dapat berbentuk Yayasan, Perseroan, perseroan terbatas,Perkumpulan dan Perusahaan Umum.

(b)
Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau penanamanmodal dalam negeri harus mendapat rekomendasi dari instansi yangmelaksanakan urusan
penanaman modal asing atau penanaman modaldalam negeri.
(4) Persyaratan pengolahan limbah meliputi Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL), UpayaPemantauan Lingkungan (UPL) dan atau Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)
yangdilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.
(5) Luas tanah untuk Rumah Sakit dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1 (satusetengah) kali luas bangunan dan untuk bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali
luasbangunan lantai dasar.Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yangsah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Penamaan Rumah Sakit :
(a)

harus menggunakan bahasa Indonesia, dan

(b) tidak boleh menambahkan kata internasional, kelas dunia, world class,global dan atau kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran yangmenyesatkan bagi
masyarakat.
(7) Memiliki Izin undang-undang gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), IzinPenggunaan Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkanoleh
instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.
2)

Persyaratan Izin perasional Rumah Sakit

Untuk mendapatkan izin operasional RS harus memiliki persyaratan:


a)

Memiliki izin mendirikan.

b)

Sarana prasarana

Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawatdarurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruangsterilisasi, ruang
farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi,ruang ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;ruang menyusui, ruang
mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman,pengolahan sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis danklasifikasinya.
c)
Tersedia dan berfungsinya peralatan atau perlengkapan medik dan non medik untukpenyelenggaraan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan, persyaratanmutu,
keamanan, keselamatan dan laik pakai sesuai dengan jenis danklasifikasinya.
d) Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlakuuntuk peralatan tertentu, misalnya; penggunaan peralatan radiologi harusmendapatkan izin
dari Bapeten.
e) Sumber daya manusia,
Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatanlain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis danklasifikasinya.
f) Administrasi manajemen
(1) Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau DirekturRumah Sakit,unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsure penunjangmedis, komite
medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dankeuangan.
(a)

Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyaikemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.

(b) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harusberkewarganegaraan Indonesia.
(c)

Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.

(2) membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran ataukedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

(3) Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit(hospital by laws dan medical staf by laws).
Memilik standar prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit.
b.

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. Dalam rangka menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit
umum menyelenggarakan kegiatan :
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan dan asuhan keperawatan
3. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis
4. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
5. Pendidikan, penelitian dan pengembangan
6. Administrasi umum dan keuangan

1)

Tugas Rumah Sakit

Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No:983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upayakesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upayapenyembuhan
dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu denganupaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar, 2004).Universitas Sumatera Utara
2)

Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu:


a)

menyelenggarakan pelayananmedik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan,

b)

pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan rujukan upayakesehatan, administrasi umum dan keuangan.

c)
Maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan perawatan penderitasakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit memberikanpendidikan
bagi mahasiswa dan penelitian yang juga merupakan fungsi yang penting.
d) pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan juga telahmenjadi fungsi rumah sakit. Jadi empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayananpenderita, pendidikan, penelitian
dan kesehatan masyarakat.
Fungsi Rumah Sakit menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit adalah :
(1)

Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

(2)

Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

(3)

Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatn.

(4)
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahan bidang kesehatan.
Secara garis besar definisi dari rumah sakit adalah salah satu lembaga yang akan dikunjungioleh orang yang mengalami gangguan kesehatan untuk kembali dalam keadaan yang
semula yaitu sehat jasmani dan rohani. Terhadap beberapa jenis dan tingkat gangguan kesehatan tertentu,orang yang bersangkutan bahkan wajib menjalani perawatan di rumah
sakit.Hal tersebut dikarenakan alat yang diperlukan dan prosedurpenyembuhan untuk gangguan kesehatan tersebut hanyaterselenggara di rumah sakit.Namun, satu hal yang
penting untukdicatat yaitu hubungan yang terjalin antara rumah sakit dengan orangyang mengalami gangguan kesehatan (pasien)tersebut adalah suatu hubungan yang tidak murni
bersifatkemanusiaan, melainkan memiliki aspek bisnis.
Rumah Sakit dalam hal ini merupakan pelaku usaha, yangmemiliki misi mencari keuntungan ekonomis darikegiatannya. Pasien adalah konsumen yang membeli jasa kesehatan
dari pihak rumah sakit, sehingga dalam perkembangannya kegiatan bisnis yang dilakukan oleh rumah sakit telah melahirkan berbagai permasalahan penting yang perlu dicermati
secara seksama, di antaranya tindakan rumah sakit yang menolak untuk merawat pasien miskin.Rumah sakit menahan pasien yang belum membayar biaya perawatan, rumah sakit
tetap menagihkan biaya perawatan kepada pasien yang miskin, danberbagai kasus kesalahan pelayanan medis atau yang umum dikenal dengan istilah mal-praktik.

BAB 4
HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN
Pada pusat pelayanan kesehatan ada tenaga kesehatan yang mempunyai hak dan kewajiban. Tenaga kesehatan yang dibahas dalam subbab ini meliputi dokter, dokter gigi, bidan,
ahli gizi dan sanitarian. Pengaturan hak dan kewajiban telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan antara lain Undang-Undang Praktik Kedokteran, Undang-Undang
Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan dan Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban
Pasien, Dokter dan Rumah Sakit.
Mengacu kepada peraturan perundang-undangan tersebut, maka sudah seharusnya petugas pelayanan kesehatan mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing. Berikut ini
adalah uraian mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan:
4.1 Kewajiban Ahli Gizi
Kewajiban ahli gizi diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 374 tahun 2007 tentang standar profesi gizi. Berbagai kewajiban tersebut antara lain:
a. Kewajiban Umum
1) Ahli Gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2) Ahli Gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5) Ahli Gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa
membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.

7) Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya.
8) Ahli Gizi dalam berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
b. Kewajiban terhadap klien
1) Ahli Gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di masyarakat
umum.
2) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga
setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
3) Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak
melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
4) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.
5) Ahli Gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi tersebut.
6) Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain
yang mempunyai keahlian.
c. Kewajiban terhadap masyarakat
1) Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktik yang tidak etis berkaitan dengan gizi,
pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. ahli gizi hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
2) Ahli Gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat.
3) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.

4) Ahli Gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik.
5) Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan
lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.
6) Ahli Gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi atau
menyesatkan masyarakat
d. Kewajiban terhadap teman seprofesi dan rekan kerja
1) Ahli Gizi dalam bekerja melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan menghargai
berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.
2) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya
meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
3) Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja.
e. Kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri
1) Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi.
2) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan
teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan.
3) Ahli Gizi harus menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati dan mau menerima
pendapat orang lain yang benar.
4) Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai
dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
5) Ahli Gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan hukum.

6) Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik.
7) Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.
8) Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi.
4.2

Kewajiban Sanitarian (Ahli Kesehatan Lingkungan)

Kewajiban sanitarian diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 373 tahun 2007 tentang standar profesi sanitarian. Berbagai kewajiban tersebut antara lain:
a. Kewajiban umum
1)

Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.

2)

Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

3) Dalam melakukan pekerjaan atau praktik profesi sanitasi, seorang sanitarian tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi.
4)

Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.

5) Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan
keresahan masyarakat.
6)

Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu proses analisis secara komprehensif.

7) Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan manusia, serta
kelestarian lingkungan.
8) Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya yang
dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam Menangani masalah klien atau masyarakat.

9) Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan klien atau
masyarakat.
10) Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan lingkungan secara menyeluruh,
baik fisik, biologi maupun sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
11) Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
b. Kewajiban terhadap klien / masyarakat
1) Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau masyarakat. Dalam
hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau penyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi, bekerjasama dan atau merujuk pekerjaan tersebut kepada sanitarian lain
yang mempunyai keahlian dalam penyelesaian masalah tersebut.
2)

Seorang sanitarian wajib melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab.

3)

Seorang sanitarian wajib melakukan penyelesaian masalah sanitasi secara tuntas dan keseluruhan.

4)

Seorang sanitarian wajib memberikan informasi kepada kliennya atas pelayanan yang diberikannya.

5)

Seorang sanitarian wajib mendapatkan perlindungan atas praktik pemberian pelayanan.


c. Kewajiban terhadap teman seprofesi

1)

Seorang sanitarian memperlakukan teman seprofesinya sebagai bagian dari penyelesaian masalah.

2)

Seorang sanitarian tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dari teman seprofesi, kecuali dengan persetujuan, atau berdasarkan prosedur yang ada.

d. Kewajiban terhadap diri sendiri


1)

Seorang sanitarian harus memperhatikan dan mempraktikan hidup bersih dan sehat supaya dapat bekerja dengan baik.

2)

Seorang sanitarian harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan, kesehatan dan bidang-bidang lain yang terkait.

4.3 Kewajiban Bidan


Kewajiban bidan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 369 tahun 2007 tentang standar profesi bidan. Berbagai kewajiban tersebut antara lain:
a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
1)

Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.

2)

Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.

3)

Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

4)

Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.

5)
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6)
Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajart
kesehatannya secara optimal.
b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
1)
Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
2)

Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan atau rujukan.

3)
Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan
dengan kepentingan klien.
c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
1)

Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.

2)

Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya

d. Kewajiban bidan terhadap profesinya


1)
Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat
2)

Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3)

Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri


1)

Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik

2)

Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

3)

Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

4)

Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air

5)
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayananan Kesehatan
Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga.
6) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
4.4 Kewajiban Dokter dan Dokter Gigi
Kewajiban dokter pada dasarnya terdiri dari kewajiban yang timbul akibat profesinya atau sifat layanan medisnya yang diatur dalam sumpah dokter, etika kedokteran dan berbagai
standar dan pedoman, kewajiban menghormati hak pasien dan kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan. Penyelenggaraan praktik kedokteran
diatur dalam Undang-Undang 29 Tahun 2004 Pasal 51 bahwa dokter dan dokter gigi memiliki kewajiban sebagai berikut:

a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
Merahasiakan keadaan pasien diwajibkan dalam sumpah dokter, kode etik dokter atau dokter gigi dan perundangan. Sebagian ini mengatakan absolut dan sebagian mengatakan
relatif. Maksud dari relatif sendiri adalah rahasia ini dapat dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum, permintaan pasien sendiri,
atau ada ketentuan perundangan yang mengkondisikan rahasia tersebut harus diungkap.
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.
Kewajiban dokter dan dokter gigi juga diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419/MENKES/PER/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter
dan Dokter Gigi dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419/MENKES/PER/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi mengatur kewajiban dokter dan dokter gigi antara
lain:
a. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran pada sarana pelayanan kesehatan atau praktik perorangan wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP).
Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 12 Tentang Rumah Sakit yang berisi bahwa setiap tenaga kesehatan yang melakukan praktik kedokteran
di Rumah Sakit wajib memiliki SIP sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran didasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya pemeliharaan
kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan
c. Dokter dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.
d. Pada pasal 20 mengatur tentang pemasangan papan nama praktik kedokteran.
Pasal 20

(1) Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki SIP dan menyelenggarakan praktik perorangan wajib memasang papan nama praktik kedokteran.
(2) Papan nama sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memuat nama dokter atau dokter gigi dan nomor registrasi sesuai dengan SIP yang diberikan.
(3) Dalam hal dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud ayat (2) berhalangan melaksanakan praktik dapat menunjuk dokter dan dokter gigi pengganti.
(4) Dokter dan dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud ayat (3) harus dokter dan dokter gigi yang memiliki SIP atau sertifikat Kompetensi peserta PPDS dan STR
(sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419/MENKES/PER/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi)

Setiap penyelenggaraan praktik kedokteran pasti akan terdapat tindakan kedokteran baik bersifat praventif, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif atau berupa tindakan invasif
maupun tindakan yang berisiko tinggi bagi kehidupan pasien. Terkait tindakan kedokteran di atas, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 mengatur tentang persetujuan tindakan kedokteran. Dalam kebijakan ini ada beberapa hal yang wajib untuk dilakukan dokter atau dokter gigi saat
tindakan kedokteran diaplikasikan yaitu:
a. Dokter atau dokter gigi harus meminta persetujuan atas semua tindakan kedokteran yang dilakukan kepada pasien baik secara tertulis atau lisan.
Hal ini diatur dalam pasal 2 ayat 1 dan 2. Kemudian pada ayat 3 dijelaskan bahwa persetujuan diberikan setelah dokter atau dokter gigi menjelaskan perlunya tindakan
kedokteran tersebut.
Pada pasal 3 ditegaskan kembali bahwa dokter atau dokter gigi yang melakukan tindakan kedokteran berisiko wajib meminta persetujuan secara tertulis yang ditandatangani
oleh pihak yang berhak memberikan persetujuan. Namun pada keadaan darurat, tindakan kedokteran dilakukan tanpa meminta persetujuan lebih dahulu seperti yang diatur dalam
pasal 4 ayat 1.
b. Dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung kepada pasien dan atau keluarga terdekat, baik diminta maupun
tidak diminta.
Penjelasan tentang tindakan kedokteran setidaknya mencakup:
1)

Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;

2)

Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;

3)

Altematif tindakan lain, dan risikonya;

4)

Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

5)

Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

6)

Perkiraan pembiayaan.

4.5 Kewenangan dan Hak Ahli Gizi, Sanitarian, Bidan, Dokter dan Dokter Gigi
a. Kewenangan
Kewenangan ahli gizi dan sanitarian tidak diatur khusus dalam suatu peraturan. Secara umum kewenangan tenaga kerja diatur dalam UU no. 36 tahun 2009 pasal 22
yaitu tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dimaksud dilakukan sesuai bidang keahlian yang dimiliki.
Kewenangan bidan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 900 tahun 2002 tentang regristasi dan praktik bidan. Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang
pada wilayah tersebut, bidan dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit ringan bagi ibu dan anak sesuai dengan kemampuannya. Bidan dalam menjalankan
praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
1)

pelayanan kebidanan;

a) memberikan imunisasi;
b) memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas;
c) mengeluarkan placenta secara manual;
d) bimbingan senam hamil;
e) pengeluaran sisa jaringan konsepsi;

f) episiotomi;
g) penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II;
h) amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm;
i) pemberian infus;
j) pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika dan sedativa;
k) kompresi bimanual;
l) versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya
m) vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul;
n) pengendalian anemi;
o) meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu;
p) resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia;
q) penanganan hipotermi;
r) pemberian minum dengan sonde/ pipet;
s) pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran permintaan obat
t) pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.
2)

pelayanan keluarga berencana;

a) memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom;

b) memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi;


c) melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim;
d)

melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit;

e) memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana dan kesehatan masyarakat.
3)

pelayanan kesehatan masyarakat

a) pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak;


b) memantau tumbuh kembang anak;
c) melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
d)
melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.

b. Hak
Hak ahli gizi, sanitarian dan bidan tidak diatur khusus dalam suatu peraturan. Hak tenaga kesehatan secara umum dijelaskan pada PP nomor 36 tahun 1996, yaitu:
1)
2)

Pasal 10: Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.
Pasal 24: Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.

3) Pasal 25: Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasar prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada negara atau meninggal dunia dalam
melaksanakan tugas diberikan penghargaan.

4)
Pasal 26: Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat dan
kesejahteraan tenaga kesehatan.
Hak dokter dan dokter gigi dijelaskan pada Undang-Undang 29 Tahun 2004 yaitu:
1) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. Standar profesi dijelaskan pada penjelasan
pasal 50 Undang-Undang 29 Tahun 2004 yaitu:
Yang dimaksud dengan standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.
Yang dimaksud dengan standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu.
Standar prosedur operasional memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang
dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi.
(sumber: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran)
Dokter yang melaksanakan standar profesi dan standar prosedur operasional tidak dapat disalahkan karena bukan melakukan kelalaian atau kesalahan. Cidera atau kerugian
pasien dapat saja disebabkan karena perjalanan penyakitnya sendiri atau karena risiko medis yang dapat diterima dan telah disetujui pasien dalam informed consent.

2)

Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional.

Dokter diberi hak untuk menolak permintaan pasien atau keluarganya yang dianggap melanggar peraturan perundang-undangan, etika, standar profesi dan atau Standar
Prosedur Operasional (SPO).
3) Menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien apabila misalnya hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu buruk sehingga kerjasama yang baik tidak mungkin
diteruskan lagi, kecuali untuk pasien kepada dokter lain.
4)

Berhak atas privasi (berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan aleh pasien dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau memalukan).

5)

Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.

Informasi pendukung yang berkaitan dengan identitas dan faktor kontribusi yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit dan penyembuhan penyakit.
6)

Berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien yang tidak puas terhadap pelayanannya.

7)

Berhak untuk diperlakan adil dan jujur, baik oleh rumah sakit maupun aleh pasien.

8)

Menerima imbalan dan jasa.


Hak yang timbul akibat hubungan dokter dengan pasien yang pemenuhannya merupakan kewajiban pasien.

BAB 5
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
Pasien sebagai pengguna sarana pelayanan kesehatan tentu mempunyai kewajiban dan hak yang harus dipenuhi. Kepentingan dan hak pasien tersebut terlindungi sejak
diberlakukannya UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5.1

Hak Pasien

Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan upaya kesehatan yang tidak bertanggungjawab seperti penelantaran. Pasien juga berhak atas
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan terhadap pelayanan jasa kesehatan yang diterima. Dengan hak tersebut maka konsumen akan terlindungi dari praktik profesi yang
mengancam keselamatan atau kesehatan.
Hak pasien yang lainnya sebagai konsumen adalah hak untuk didengar dan mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan yang didapatkan tidak sebagaimana mestinya. Masyarakat
sebagai konsumen dapat menyampaikan keluhannya kepada pihak rumah sakit sebagai upaya perbaikan rumah sakit dalam pelayanannya. Selain itu konsumen berhak untuk
memilih dokter yang diinginkan dan berhak untuk mendapatkan opini kedua (second opinion), juga berhak untuk mendapatkan rekam medik (medical record) yang berisikan
riwayat penyakit pasien.
Dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan
(1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

(2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
(3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.
(4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pada ayat (2) yang dimaksud hak pasien yakni hak atas Informasi, hak atas pendapat kedua (second opinion), hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan tindakan medis, hak atas
masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi.
Dalam pasal 55 UU no 23 tahun 1992 tertulis:
(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Telah jelas tercantum pada pasal di atas bahwa setiap pasien berhak mendapatkan ganti rugi karena kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.
Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak pasien, yang meliputi:
7. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud dalam pasal 45 ayat (3);
1. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
2. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
3. Menolak tindakan medis; dan
4. Mendapatkan isi rekam medis.
Hak Pasien dalam sebuah rumah sakit telah diatur dalam UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Pada pasal 32 disebutkan bahwa setiap pasien mempunyai hak sebagai
berikut:

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau meno

SOP PEMBERIAN INFORMASITENTANG EFEK


SAMPING DANRESIKO PENGOBATAN
No.
Dokumen

SOP
KABUPATEN
BOALEMO
1.Pengertian

No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman

1-2

TTD. Kepala Puskesmas


P e m b e r i a n

i n f o r m a s i

I Wayan Yasa, SKM.,M.Kes


NIP: 19740305 199503 1 001

t e n t a n g

e f e k

8. Tujuan

Kebijakan
10.Referensi
11.Prosedur

s a m p i n g
d a n
r e s i k o
p e n g o b a t a n
a d a l a h ke g i a t a n m e m b e r i k a n p e n j e l a s a n m e n g e n a i
pengobatan
yang
akan
di l aku kan
termasuk
didalamnya penjelasan mengenai efek samping dan
re s i ko d ar i p e ng o b a t an y an g akan d il aku kan b aik p ad a
s a a t p e n g o b a t a n berlangsung atau setelah pengobatan selesai
P a s i e n
m e m a h a m i
m e n g e n a i
e f e k
s a m p i n g
d a n
r e s i k o
d a r i
p e n g o b a t a n y an g d il a kukan s eh i n gg a p as i en
s i a p m e n e r i m a ke m u n g k i n a n r e s i k o y a n g a k a n t e r j a d i
saat pengobatan berlangsung atau setelah selesai
pengobatan

SK
kepala
puskesmas
tentang
ke wajiban
d a l a m meningkatkan mutu klinis dan keselamatan pasien

klinis

1 P e t u g a s
m e n e r i m a
r e k a m
m e d i s
p a s i e n
d a r i
p e t u g a s
p e n d a f t a r a n " 2 Pe t u g a s
memanggil
pasien
masuk
ke
ruang
periksa"3 P e t u g a s
melakukan
a n a m n e s a " ! Pe tu gas
melakukanpemeriksaan
fi s i k " # Pe t u g a s m e r u m u s k a n d i a g n o s e p a s i e n d a n
r e n $ a n a a s u h a n p a s i e n " % Pe t u g a s m e m b e r i t a h u k a n
p a d a p a s i e n t e n t a n g p e n y a k i t d a n p e n g o b a t a n . yang
akan
dilakukan"&Petugas
menjelaskan
mengenai
efek
samping
dan
resiko
pengobatan
yang
akan
dilakukan"' Pe t u g a s m e m b e r k e s e m p a t a n u n t u k b e r t a n y a
m e n g e n a i p e n g o b a t a n y a n g akan dilakukan"( Pe t u g a s
menyiapkan
form
informed
$ o n s e n t " 1)Petugas
menjelaskan isi informed $onsent"11Petugas memberikan
kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan
mengenai
persetujuan
terhadap
pengobatan
yang
akan
dilakukan"12Petugas meminta pasien untuk menandatangani
informed $onsent"13Petugas menandatangani informed
$onsent
yang
telah
ditandatangani
pasien"1!Petugas
mendokumentasikan kegiatan.

12.Hal yang
perlu
diperhatikan

Unit Terkait

Ha-hal yang perlu diperhatikan'nformasi yang

dibutuhkan pasien
, P
m u m "
U G D

P o l i

i g i "

Anda mungkin juga menyukai