Anda di halaman 1dari 5

PENYULUHAN ANEMIA DEFISIENSI BESI (ADB) PADA REMAJA PUTRI

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BANGLI

Dharmadi, M., Seri Ani, L., Sutarsa, IN., Ayu Kartika, dan Aryani, P.

Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas dan Pencegahan


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRACT

The incidence of Iron Deficiency Anemia (IDA) among pregnant women in Indonesia is
63,5%, and in Bali is found 46,2%. The prevalence of IDA in Bangli Regency is 45,6%. It is
suspected that latent iron deficiency is being existed during pre pregnancy stage. It is required,
however that campaign of IDA and the prevention is need to be conducted in order to reduce the
incidence of IDA either in pre pregnancy or pregnancy stages. This activity aims to capture the
level of knowledge of female students in SMAN 1 Bangli before and after the campaign. The result
showed that the level of knowledge of female students related to IDA is increasing from mean 3,47
to 6,14.

Keywords: iron deficiency anemia, female students, knowledge

ABSTRAK

Angka kejadian anemia defisiensi besi (ADB) pada wanita hamil di Indonesia adalah
sekitar 63,5% dan di Bali sebesar 46,2%. Angka kejadian di Kabupaten Bangli juga ditemukan
masih tinggi yaitu sebesar 45,8%. Diduga hal ini terjadi karena telah terjadi defisiensi besi laten
sejak masa prahamil. Penyuluhan ADB menjadi penting untuk menaggulangi masalah ADB pada
wanita prahamil dan pada saat mereka mengalami kehamilan. Penyuluhan ini bertujuan untuk
melihat pengetahuan remaja putri terkait anemia dan peningkatan pengetahuan yang terjadi
setelah diberikan penyuluhan. Meteri penyuluhan meliputi penjelasan tentang ADB, paparan
penyebab, dampak, dan strategi pencegahan secara mandiri. Penyuluhan ini berhasil
meningkatkan pengetahuan remaja putri terkait ADB dengan peningkatan mean dari 3,47 menjadi
6,14 di SMAN 1 Bangli.

Kata kunci: ADB, remaja putri, pengetahuan


PENDAHULUAN

Penurunan pasokan zat besi (fe) dalam mencukupi kebutuhan tubuh dapat berakibat pada
terjadinya Anemia Defisiensi Besi (ADB). Defisiensi Fe kronis akan berdampak pula pada
penurunan fungsi fisiologis penderitanya. Hal ini juga terjadi pada kasus ADB, dimana para
penderitanya karena mengalami defisiensi besi, maka fungsi sistem organnya juga mengalami
penurunan. Berbagai penelitian melaporkan bahwa kejadian ADB pada wanita hamil dapat
menimbulkan dampak baik bagi bayi ataupun ibu, mulai dari dalam kandungan, proses persalinan,
setelah bayi dilahirkan, usia sekolah, hingga memasuki fase hidup dewasa. Dampak yang sering
dijumpai adalah peningkatan partus prematurus yang berkaitan dengan masalah ADB.
Konsekuensinya adalah timbulnya berbagai permasalahan baru bagi si bayi seperti berat badan
lahir yang rendah (BBLR), penurunan status imunitas, peningkatan risiko gangguan fisiologis dan
tumbuh kembang bayi (Allen 1997). Dampak lanjutan di usia sekolah adalah timbulnya Intelegent
Quotion (IQ) yang rendah, penurunan kemampuan belajar, dan penurunan angka pertumbuhan
anak (Purwani dan Hadi 2002; Conrad 2003). Sedangkan dampak jangka panjang dari anemia
adalah penurunan kualitas sumber daya manusia, penurunan produktivitas kerja, dan memberikan
implikasi ekonomis yang negatif (Ross dan Horton 1998).
Prevalensi ADB dilaporkan masih tinggi dan menyerang hampir seluruh kelompok umur di
masyarakat. Menurut Conrad (2003), wanita hamil merupakan salah satu kelompok dengan
prevalensi ADB yang cukup tinggi. Hal yang sama juga ditemukan di Indonesia yaitu masih
tingginya prevalensi ADB pada wanita hamil, walaupun data yang tersedia memiliki variasi yang
sangat lebar. Temuan Baker (2000) bahwa rata-rata 18% wanita hamil di negara maju mengalami
ADB sedangkan di Indonesia mencapai sekitar 63,5% (Muhilal dkk. 2004). Di Bali, disebutkan
bahwa prevalensi ADB pada wanita hamil sebesar 46,2% (Suega dkk. 2002). Khusus di Kabupaten
Bangli anemia pada ibu hamil ditemukan sebesar 45,8% (Sri Ekawati dkk. 2007).
Pemerintah telah melakukan upaya penanggulangan ADB melalui pelaksanaan program
pemberian tablet besi pada wanita hamil yang diintegrasikan ke dalam program Kesehatan Ibu
dan Anak di puskesmas. Sayangnya, sampai saat ini upaya tersebut masih belum berjalan dengan
optimal, ditandai oleh masih tingginya angka kejadian anemia pada wanita hamil. Menurut Bakta
dkk (2006), salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab adalah terbatasnya cadangan besi
dalam tubuh.
Dalam kondisi hamil, seorang wanita membutuhkan 1000 mg besi selama kehamilan.
Apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui diet harian maka akan terjadi mobilisasi
cadangan besi tubuh (Halberg 1992). Oleh karena itu, seorang wanita seharusnya memiliki
cadangan besi tubuh yang memadai untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan.
Kenyataan yang berkembang justru berbeda dari yang diharapkan yakni wanita hamil
memiliki cadangan besi tubuh yang rendah bahkan kosong dari sejak masa prahamil. Hal ini
terjadi karena wanita-wanita di negara berkembang sering mengalami defisiensi zat besi laten
sejak masa prahamil. Peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan semakin menguras cadangan
besi tubuh yang sudah mengalami defisiensi, sehingga menjadi kosong selama masa kehamilan.
Hal ini mengindikasikan bahwa cadangan besi tubuh seharusnya terisi penuh sejak masa prahamil
sehingga jika seorang wanita mengalami kehamilan, kebutuhan besi tubuh masih tetap mampu
dipenuhi.
Terjadinya defisiensi zat besi laten tersebut disebabkan karena pola makan penduduk yang
lebih banyak mengkonsumsi besi non heme dibandingkan dengan besi heme. Diet harian
penduduk, khususnya di wilayah Bangli lebih banyak yang bersumber dari bahan nabati dengan
kandungan besi non heme yang lebih tinggi. Besi non heme memiliki kualitas yang lebih buruk dan
lebih sulit diserap dibandingkan dengan besi heme. Selain itu, wanita normal akan mengalami
menstruasi setiap bulannya, sehingga kehilangan besi sebesar 1 mg/dl. Kehilangan ini
memerlukan pengganti, bila tidak terpenuhi melalui diet harian maka kondisi ini akan berlanjut
pada penipisan cadangan besi tubuh. Pada masa ini, gagalnya pemenuhan besi oleh diet harian
seharusnya dapat digantikan dengan pemberian tablet besi. Ketidaktahuan akan informasi
tersebut menyebabkan wanita prahamil tidak melakukan upaya pencegahan sejak dini. Dengan
demikian, penyuluhan ADB menjadi sangat penting untuk menanggulangi permasalahan ADB pada
wanita prahamil ataupun pada saat mereka mengalami kehamilan.
Sebelum memasuki masa kehamilan, seorang wanita tentu harus melewati fase prahamil.
Masa prahamil merupakan masa sebelum hamil bagi wanita usia subur (umur 15-35 tahun).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Seri Ani dkk (2007) ditemukan bahwa prevalensi ADB
pada wanita prahamil adalah sebesar 38,6%. Tingginya prevalensi ADB pada wanita prahamil
mampu menggambarkan kemungkinan besarnya kejadian ADB yang akan terjadi pada wanita
hamil. Menyadari potensi permasalahan tersebut, tindakan pencegahan sangat perlu dilakukan
pada kelompok wanita prahamil untuk menurunkan kejadian ADB pada wanita prahamil maupun
pada saat mereka mengalami kehamilan.
Salah satu kelompok tersebut adalah remaja-remaja putri di Sekolah Menengah Atas Negeri
1 Bangli, yang merupakan bagian dari kelompok wanita prahamil. Tindakan pencegahan secara
primer diberikan kepada kelompok remaja putri tersebut melalui penyuluhan tentang ADB dan
dampak yang ditimbulkan. Materi yang diberikan juga dihubungkan dengan besarnya kejadian
ADB pada ibu hamil di Kabupaten Bangli yaitu sebesar 45,8%.
Melalui penyuluhan ini diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan kelompok remaja putri.
Peningkatan pengetahuan tentang ADB dan dampaknya merupakan kondisi yang memungkinkan
timbulnya perilaku sehat khususnya perilaku dalam pencegahan ADB sejak dini secara mandiri
oleh remaja putri tersebut. Upaya ini dalam jangka panjang diharapkan berkontribusi terhadap
penurunan kejadian ADB pada wanita prahamil sekaligus menurunkan ADB pada wanita hamil,
khususnya di wilayah Kabupaten Bangli.

METODE PEMECAHAN MASALAH

Kegiatan yang dilakukan meliputi peningkatan pengetahuan dengan penyuluhan tentang


ADB, dampak yang ditimbulkan, serta upaya pencegahan yang dapat dilakukan. Penyuluhan ini
diikuti dengan pengenalan tablet besi kepada remaja putri sehingga mereka dapat mengakses
pada saat membutuhkan.
Penyuluhan dilakukan di SMAN 1 Bangli pada Hari Sabtu, 26 September 2009 dengan
melibatkan 78 remaja putri dari kelas 1 dan kelas 2. Kegiatan diawali dengan pemberian pre test
untuk menilai pengetahuan dasar peserta sebelum dilakukan penyuluhan. Tahap selanjutnya
adalah memberikan penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri
terkait ADB, dampak, dan cara pencegahannya. Kegiatan ini dilanjutkan dengan pemberian post
test untuk mengukur peningkatan pengetahuan remaja putri terkait dengan ADB. Setelah itu,
kepada para siswa diperkenalkan contoh tablet besi, sehingga mereka dapat mengakses pada saat
membutuhkan.

HASIL KEGIATAN

Pengabdian masyarakat yang dilakukan di SMAN 1 Bangli berhasil melibatkan 78 remaja


putri kelas 1 dan kelas 2. Pada awal kegiatan dilakukan perkenalan tim penyuluh dilanjutkan
dengan penjelasan tujuan dan manfaat kegiatan yang dilakukan. Tahap berikutnya adalah
membagikan lembar soal pre test untuk mengukur pengetahuan sebelum penyuluhan. Lembar
soal pre test yang telah terisi kemudian dikumpulkan. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan
penyuluhan yang terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu 1) penjelasan tentang ADB, 2)
pemaparan tentang penyebab dan dampak, dan 3) pemaparan tentang upaya pencegahan yang
dapat dilakukan.

1. Partisipasi Peserta Penyuluhan

Para peserta penyuluhan terlihat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan.
Pada saat penyampaian materi penyuluhan seluruh peserta tampak tertib sehingga penyampaian
materi berlangsung dengan tertib. Pada saat dibuka sesi tanya jawab, banyak peserta yang
mengajukan pertanyaan yang kritis sekaligus berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, misalkan
saja pertanyaan tentang pola makan dengan minum teh, makanan yang baik untuk meningkatkan
penyerapan besi. Pertanyaan lain yang cukup menarik adalah apakah donor darah dapat
menimbulkan anemia?, apa beda anemia dengan tensi rendah, dan beberapa pertanyaan lainnya.

2. Tanggapan Peserta terhadap Kegiatan Penyuluhan

Pihak sekolah sangat menyambut baik kegiatan penyuluhan dan memberikan tanggapan
yang positif. Hal ini terlihat dari kemudahan perijinan, persiapan ruangan yang dibantu oleh pihak
sekolah, sampai pada pengumpulan remaja putri yang akan diberikan penyuluhan. Kepala Sekolah
dan guru pembina mengharapkan kegiatan penyuluhan semacam ini dapat terus dilakukan secara
berkesinambungan, baik tentang anemia ataupun masalah kesehatan lainnya.
Para peserta penyuluhan mengaku mendapatkan banyak informasi yang baru dan
bermanfaat tentang anemia, karena selama ini sebagian besar dari peserta hanya mendapatkan
informasi tentang anemia yang sangat terbatas dari iklan produk komersial di televisi. Para
peserta mengaku bahwa informasi yang diperoleh sangat bermanfaat dan menginspirasi mereka
untuk menampilkan perilaku pencegahan terhadap anemia secara mandiri.
3. Tingkat Pengetahuan Peserta Penyuluhan

Tingkat keberhasilan dari kegiatan ini diukur dari hasil pre test dan post test. Untuk
melihat ada tidaknya peningkatan pengetahuan peserta terhadap ADB, dapat dilihat dari
perbandingan hasil pre test dan post test pada jawaban yang benar dan salah.
Dari hasil analisis pre test dan post test diperoleh data bahwa 78 responden yang
mengikuti pre test dan post test mengalami peningkatan rerata nilai pada saat post test sebanyak
3 poin. Rerata nilai pre test dan post test masing-masing adalah 3 dan 6, dengan range nilai pre
test yaitu 1-6, sedangkan range nilai post test 6-10. Jawaban responden pada masing masing
pertanyaan juga memperlihatkan peningkatan dimana pada hasil pre test ada sejumlah siswa yang
tidak mampu menjawab pertanyaan namun pada saat post test berhasil menjawab pertanyaan
tersebut dengan benar, seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini: (tabel 1)
Berdasarkan analisis pre test dan post test yang dilakukan, terlihat bahwa tingkat
pengetahuan peserta penyuluhan mengalami peningkatan yaitu dari rerata sebesar 3,47
meningkat menjadi 6,14.

Anda mungkin juga menyukai