Tanggal
: 12 Oktober 2016
Waktu
: 14.00 WITA
Lokasi
Kelompok
: I (Satu)
A. Latar Belakang
Udara merupakan campuran berbagai macam gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan, karena masih ada zatzat atau bahan-bahan atau komponen lain yang masuk sehingga komposisi udara tersebut
berubah. Penambahan bendabenda (partikel) atau gas gas asing di luar ketentuan komposisi
alamiah maupun penambahan komponen dalam jumlah yang berlebihan, sekalipun sama dengan
komponen udara atmosfer dapat mengakibatkan suatu proses yang disebut polusi atau
pencemaran udara (Ryadi, 1988 dalam Mayasari, 2011).
Fardiaz, (1992 dalam Mayasari, 2011) membedakan jenis polutan udara primer atau polutan
yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya menjadi lima kelompok, yaitu
Karbon monoksida, Nitrogen oksida, Hidrokarbon, Sulfur Dioksida,dan Partikel. Toksisitas
kelima kelompok polutan tersebut berbeda-beda, polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan
adalah partikel-partikel.
Pencemaran udara pada prinsipnya dapat terjadi dimana saja termasuk areal pertukangan
kayu. Pencemaran udara adalah adanya bahan-bahan asing di dalam udara yang menyebabkan
perubahan susunan udara dari keadaan normal. Penyebab pencemaran udara beragam baik secara
alamiah maupun pencemaran karena ulah manusia. Pencemaran udara pada areal pertukangan
kayu dapat bersumber secara alamiah, seperti debu (Whardana, 2001 dalam Mayasari, 2011).
Debu adalah partikel padat yang dihasilkan karena adanya proses penghancuran, pengamplasan,
tumbukan cepat, peledakan dan desceptitation (pemecahan karena panas) dari material organic
maupun anorganik, seperti batu,bijih batuan, logam, batubara, kayu dan bijih tanaman. (Lestari,
2010 dalam Nurifa, 2010)
PDS (Personal Dust Sampler) adalah alat yang digunakan untuk mengukur debu total dan
debu respirable baik di lingkungan maupun tempat kerja. Pengukuran debu total dilakukan untuk
mewujudkan seragaman dalam melakukan pengukuran secara nasional dan dalam rangka upaya
melindungi keselamatan tenaga kerja. (Posmaningsih, 2016)
B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan pengukuran partikel matter dengan Personal Dust
Sampler
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mempersiapkan peralatan pengukuran partikel matter dengan
Personal Dust Sampler
b. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran partikel matter dengan Personal Dust
Sampler
c. Mahasiswa mampu menganilisis hasil pengukuran debu total dan debu respirable
d. Mahasiswa mampu membuat laporan praktikum
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Personal Dust Sampler
b. Obeng
c. Saringan
d. Filter Holder
e. Pompa Penghisap
f. Timbangan Analitik
2. Bahan
a. Filter
D. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2.
3.
4.
5.
pada pinggang
6. Waktu pengukuran adalah 2 jam
7. Setelah 2 jam , melepas filter dan di taruh pada tempat filter
8. Kemudian filter ditaruh kembali pada desikator selama 24 jam
9. Menimbang filter dengan timbangan analitik
10. Menghitung tingkat debu dengan rumus
W=
W=
W=
0,02523 g0,1945 g
m3
8667 x 0,0015
x 120 menit
menit
0,0578 g
156,006 m3
W =0,00037 g /m3=0,37 mg/m3
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran debu total dengan menggunakan personal dust sampler yang
dilakukan di Toko Meubel Kembang Jaruh yang terletak di Jalan Pendidikan didapatkan hasil
yaitu 0,37 mg/m3. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
dan Industri yaitu kandungan debu maksimal di dalam ruangan adalah 10 mg/m3. Jadi
tingkat debu yang dihirup pekerja Toko Meubel Kembang Jaruh masih memenuhi standar
yang telah ditentukan. Proses pembuatan meubel pada pabrik meubel berpotensi terhadap
konsentrasi debu dan kualitas udara dalam ruangan pabrik seperti pemotongan,
penggergajian, pengerutan, dan pengamplasan, sehingga bisa berdampak terhadap gangguan
saluran nafas kerja (Yunus, 2012). Debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan
menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan non spesifik berupa bersin dan batuk.
Pneumokoniosis biasanya timbul setelah pekerja terpapar selama bertahun-tahun. Penyakit
akibat paparan debu yang lain seperti asma kerja, bronchitis industry. Umumnya penyakit
paru akibat debu mempunyai gejala dan tanda yang mirip dengan penyakit paru lainnya yang
tidak disebabkan oleh debu di ruangan yang paling efektif adalah pengendalian secara tehnik.
Pengendalian secara tehnik ini dapat dilakukan dengan mendesain mesin-mesin pemotong
kayu dengan alat penghisap debu. Kemudian alat penghisap debu tersebut dihubungkan pipa
dan keseluruhan alat ini bekerja secara otomatis (Simatupang, 2005 dalam Mayasari, 2011)
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
G. Daftar Pustaka
Faizal, Yunus. 1997. Dampak Debu Industri Pada Paru dan Pengendaliannya. Jurnal
Resipiratorius
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1405/MENKES/SK/XI/2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
Mayasari, 2011. Pencemaran Udara. (online) Available : http://repository.usu.ac.id /bitstream
%20/123456789/28644/4/Chapter%20II.pdf
Handayani,
Nurifa.
2010.
Tinjauan
Pustaka
Debu.
(online)
Available:
http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/736/gdlhub-gdl-s2-2014-handayanin36760-8.-bab-2-a.pdf