Anda di halaman 1dari 11

Kapitan Pattimura - Pahlawan Nasional Maluku

Pattimura, memiliki nama asli Thomas Matulessy (lahir di Hualoy, Hualoy, Seram Selatan, Maluku,
8 Juni 1783 meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun).Ia adalah
putra Frans Matulesi dengan Fransina Silahoi. Adapun dalam buku biografi Pattimura versi
pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong
turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni
Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja
Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram
Selatan".
Dari sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda.
Padahal tidak. Menurut Sejarawan Mansyur Suryanegara, leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan
antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu
kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio
modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka
takuti.
Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang
dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci.
Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah
pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun.
Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan
adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan "kapitan" yang melekat
pada diri Pattimura itu bermula.
Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarier dalam militer sebagai
mantan sersan Militer Inggris. Kata "Maluku" berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang
berarti Tanah Raja-Raja. mengingat pada masa itu banyaknya kerajaan
Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan
kemudian Belanda menetrapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente),
pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat London I
antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan
dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan
dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu
Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer
pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahn dinas militer
ini dipaksakan Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras
dari rakyat.
Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang
buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan
Kapitan Pattimura Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja
Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima
perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang,
Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya.
Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun
benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja
Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan
dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang
berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan
mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi
Patimura.

Cokroaminoto - Pahlawan Nasional


Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto lahir di Ponorogo, Jawa
Timur, 16 Agustus 1882 dan meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun.
Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah
seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga
menjabat sebagai bupati Ponorogo. Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai
beberapa murid yang selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu
Musso yang sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis. Namun
ketiga muridnya itu saling berselisih. Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan
organisasi Sarekat Islam.
Sebagai pimpinan Sarikat Islam, HOS dikenal dengan kebijakan-kebijakannya yang tegas namun
bersahaja. Kemampuannya berdagang menjadikannya seorang guru yang disegani karena
mengetahui tatakrama dengan budaya yang beragam. Pergerakan SI yang pada awalnya sebagai
bentuk protes atas para pedagang asing yang tergabung sebagai Sarekat Dagang Islam yang oleh
HOS dianggap sebagai organisasi yang terlalu mementingkan perdagangan tanpa mengambil daya
tawar pada bidang politik. Dan pada akhirnya tahun 1912 SID berubah menjadi Sarekat Islam.
Seiring perjalanannya, SI digiring menjadi partai politik setelah mendapatkan status Badan Hukum
pada 10 September 1912 oleh pemerintah yang saat itu dikontrol oleh Gubernur Jenderal Idenburg.
SI kemudian berkembang menjadi parpol dengan keanggotaan yang tidak terbatas pada pedagang
dan rakyat Jawa-Madura saja. Kesuksesan SI ini
menjadikannya
salah
satu
pelopor
partai
Islam
yang
sukses
saat
itu.
Perpecahan SI menjadi dua kubu karena masuknya infiltrasi komunisme memaksa HOS
Cokroaminoto untuk bertindak lebih hati-hati kala itu. Ia bersama rekan-rekannya yang masih
percaya bersatu dalam kubu SI Putih berlawanan dengan Semaun yang berhasil membujuk tokohtokoh pemuda saat itu seperti Alimin, Tan Malaka, dan Darsono dalam kubu SI Merah. Namun
bagaimanapun, kewibaan HOS Cokroaminoto justru dibutuhkan sebagai penengah di antara kedua
pecahan SI tersebut, mengingat ia masih dianggap guru oleh Semaun. Singkat cerita jurang antara
SI Merah dan SI Putih semakin lebar saat muncul pernyataan Komintern (Partai Komunis
Internasional) yang menentang Pan-Islamisme (apa yang selalu menjadi aliran HOS dan rekanrekannya). Hal ini mendorong Muhammadiyah pada Kongres Maret 1921 di Yogyakarta untuk
mendesak SI agar segera melepas SI merah dan Semaun karena memang sudah berbeda aliran
dengan Sarekat Islam. Akhirnya Semaun dan Darsono dikeluarkan dari SI dan kemudian pada 1929
SI diusung sebagai Partai Sarikat Islam Indonesia hingga menjadi peserta pemilu pertama pada
1950.
HOS Cokroaminoto hingga saat ini akhirnya dikenal sebagai salah satu pahlawan pergenakan
nasional yang berbasiskan perdagangan, agama, dan politik nasionalis. Kata-kata mutiaranya seperti
Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat akhirnya menjadi embrio
pergerakan para tokoh pergerakan nasional yang patriotik, dan ia menjadi salah satu tokoh yang
berhasil membuktikan besarnya kekuatan politik dan perdagangan Indonesia. H.O.S. Cokroaminoto
meninggal di Yogyakarta pada 17 Desember 1934 pada usia 52 tahun.

Biografi Adisucipto - Bapak Penerbang Indonesia


Adisucipto (Adisutjipto) lahir tanggal 4 Juli 1916 di Salatiga, Jawa Tengah. Otaknya encer dan
prestasinya di sekolah sangat memuaskan. Lulus dari Algemene Middelbare School (AMS)
Semarang tahun 1936, dia ingin melanjutkan masuk Akademi Militer Belanda di Breda. Namun
sang ayah menyarankan Adisutjipto masuk Geneeskundige Hooge Shool (Sekolah Tinggi
Kedokteran) di Jakarta. Tjipto diam-diam mengikuti tes dan diterima di Militaire Luchtvaart
Opleidings School atau Sekolah Penerbangan Militer di Kalijati Subang. Tjipto lulus lebih cepat
dan mendapat nilai yang sangat baik. Dia berhak menyandang pangkat letnan muda udara. Tjipto
juga mendapat brevet penerbang kelas atas. Konon dialah satu-satunya orang Indonesia yang saat
itu mempunyai brevet penerbang kelas atas.
Dalam buku Bakti TNI Angkatan Udara 1946-2003 ditulis Tjipto kemudian mendapat tugas di
Skadron Pengintai di Jawa. Saat Jepang mengalahkan Belanda, seluruh penerbang Belanda
dibebastugaskan. Tjipto kembali ke Salatiga dan bekerja sebagai juru tulis. Di kota ini pula Tjipto
menyunting seorang gadis bernama Rahayu.
Setelah kemerdekaan, tanggal 5 Oktober 1945 juga dibentuk Tentara Keamanan Rakyat Jawatan
Penerbangan. Surjadi Suryadarma yang memimpin jawatan ini memanggil Adisutjipto untuk
membantu membentuk angkatan udara. Kondisi angkatan udara saat itu sangat memprihatinkan.
Tidak ada pilot, tidak ada mekanik pesawat, tidak ada dana, hanya ada beberapa pesawat tua
peninggalan Jepang.
Tapi Adisutjipto nekat menerbangkan pesawat-pesawat itu. Tanggal 10 Oktober 1945 dia berhasil
menerbangkan pesawat jenis Nishikoren yang dicat merah putih dari Tasikmalaya ke Maguwo,
Yogyakarta. Tanggal 27 Oktober 1945 dia berhasil menerbangkan pesawat Cureng berbendera
merah putih di sekitar Yogya. Bukan tanpa maksud Tjipto melakukan itu. Hal ini dilakukannya
untuk memompa semangat perjuangan rakyat.
Tanggal 1 Desember 1945, Adisutjipto dan Surjadi Suryadarma mendirikan sekolah penerbang.
Lagi-lagi dalam situasi serba kekurangan. Tjipto menjadi instruktur, sementara Surjadi mengurus
administrasi. Angkatan pertama, ada 31 siswa yang mengikuti sekolah penerbangan itu. Hanya
bermodal pesawat tua tidak menyurutkan langkah para perintis TNI AU ini untuk belajar.
"Kalian menerbangkan peti mati," ujar para penerbang Kerajaan Inggris yang mengunjungi Lanud
Maguwo Yogyakarta tahun 1945. Para penerbang itu geleng-geleng melihat deretan pesawat Cureng
buatan Jepang yang
jumlahnya tidak seberapa di landasan pacu. Pesawat Cureng itu buatan tahun 1933, beberapa
kondisinya jauh dari layak. Karena itu tidak salah jika pilot Inggris menyebutnya peti mati terbang.
Tapi Kepala Sekolah Penerbang Maguwo, Komodor Adisutjipto, cuek saja mendengar ucapan
tentara Inggris itu. Kadet-kadet sekolah penerbang itu mencatat prestasi membanggakan. Bukan
hanya mencatat zero accident, Suharnoko, Harbani, Soetardjo Sigit dan Moeljono berhasil
mengebom tangsi-tangsi Belanda di Salatiga, Ambarawa dan Semarang.
Tahun 1947, Adisutjipto dan rekan-rekannya ditugasi pemerintah RI untuk mencari bantuan obatobatan bagi Palang Merah Indonesia. Bantuan didapat dari Palang merah Malaya, sementara
pesawat angkut Dakota VT-CLA merupakan bantuan dari saudagar di India. Penerbangan dilakukan
secara terbuka. Misi kemanusiaan ini telah mendapat persetujuan dari Belanda dan Inggris.
Adisutjipto baru berumur 31 tahun saat gugur. Keberanian dan semangatnya terus diceritakan dari
generasi ke generasi. Memotivasi para penerbang TNI AU untuk melakukan hal serupa. Atas jasajasanya pemerintah memberikan gelar Bapak Penerbang Republik Indonesia pada Adisutjipto.
Lapangan Udara Maguwo pun diubah namanya menjadi Lanud Adisutjipto.

Biografi Mohammad Natsir - Pahlawan Indonesia


Beliau dikenal sebagai negarawan ataupun sebagai tokoh pergerakan islam pada saat sebelum dan
sesudah Indonesia Merdeka. Ia merupakan tokoh Indonesia yang paling sederhana sepanjang masa.
Artikel kali ini akan mengangkat tentang biografi Mohammad Natsir yang merupakan salah satu
Pahlawan Indonesia dan juga tokoh penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Mohammad Natsir
lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatera Barat tepatnya pada tangga
17 Juli 1908 ia merupakan anak dari pasangan Mohammad Idris Sutan Saripado serta Khadijah. Ia
mempunyai 3 orang saudara kandung, yang bernama Yukinan, Rubiah, serta Yohanusun. Jabatan
ayahnya yaitu pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedang kakeknya adalah seorang ulama. Ia
nantinya akan menjadi pemangku kebiasaan atau adat untuk kaumnya yang berasal Maninjau,
Tanjung Raya, Agam dengan gelar Datuk Sinaro nan Panjang.
Natsir mulai mengenyam pendidikan selama dua tahun di Sekolah Rakyat Maninjau, kemudian ke
Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Padang. Selama beberapa bulan bersekolah disana ia
kemudian pindah ke Solok dan dititipkan dirumah saudagar yang bernama Haji Musa. Tak hanya
belajar di HIS di Solok pada siang hari, ia juga belajar pengetahuan agama Islam di Madrasah
Diniyah saat malam hari. Ia kemudian pindah setelah tiga tahun ke HIS di Padang bersama-sama
kakaknya. Kemudian tahun 1923, ia meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO) lalu kemudian ia pubn bergabung dengan perhimpunan-perhimpunan pemuda
seperti Pandu Nationale Islamietische Pavinderij serta Jong Islamieten Bond. Sesudah lulus dari
MULO, ia selanjutnya pindah ke Bandung untuk belajar di Algemeene Middelbare School (AMS)
sampai tamat pada tahun 1930. Di tahun 1928 hingga 1932, ia kemudian menjadi ketua Jong
Islamieten Bond (JIB) Bandung. Ia juga jadi pengajar setelah menerima pelatihan sebagai guru
selama dua tahun di perguruan tinggi. Ia yang sudah memperoleh pendidikan Islam di Sumatera
Barat pada mulanya juga memperdalam pengetahuan agamanya di Bandung, termasuk juga dalam
bidang tafsir Al-Qur'an, hukum Islam, serta dialektika. Kemudian di tahun 1932, Natsir berguru
pada Ahmad Hassan, yang nantinya akan menjadi tokoh organisasi Islam Persatuan Islam.
Mohammad Natsir banyak bergaul dengan pemikir-pemikir Islam, seperti Agus Salim, sepanjang
pertengahan 1930-an, ia serta Salim selalu bertukar pikiran perihal kaitan Islam dengan negara demi
masa depan pemerintahan Indonesia yang di pimpin Soekarno. Pada 20 Oktober 1934, Natsir
menikah dengan Nurnahar di Bandung. Dari pernikahan itu, Natsir dikaruniai enam anak. Natsir
juga di ketahui banyak menguasai bahasa asing, seperti Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, Arab,
serta Spanyol. Natsir juga mempunyai kesamaan hoby serta mempunyai kedekatan dengan Douwes
Dekker, yaitu bermain musik. Natsir sangat menyukai memainkan biola serta Dekker yang
menyukai bermain gitar. Mohammad Natsir juga kerap bicara dengan menggunakan bahasa Belanda
dengan Dekker serta kerap mengulas musik sekelas Ludwig van Beethoven serta novel sekelas
Boris Leonidovich Pasternak, novelis kenamaan Rusia pada saat itu. Kedekatannya dengan Dekker,
mengakibatkan Dekker ingin masuk Masyumi. Ide-ide Natsir dengan Dekker perihal perjuangan,
demokrasi,
serta
keadilan
memanglah
searah
dengan
Natsir.
Di tahun 1938, ia kemudian bergabung dengan Partai Islam Indonesia, serta diangkat menjadi
pimpinan untuk cabang Bandung dari tahun 1940 hingga 1942. Ia juga bekerja dengan posisi
sebagai Kepala Biro Pendidikan Bandung hingga 1945. Sepanjang pendudukan Jepang, ia memilih
bergabung dengan Majelis Islam A'la Indonesia (Yang kemudian menjadi Majelis Syuro Muslimin
Indonesia atau Masyumi),
serta diangkat sebagai ketua dari 1945 hingga saat Masyumi serta Partai Sosialis Indonesia
dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960. Sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
ia kemudian menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat. Sebelum diangkat sebagai perdana
menteri, sebelumnya Mohammad Natsir menjabat sebagai menteri penerangan.

Biografi Fatmawati Soekarno


Siapa yang tidak mengenal Fatmawati Soekarno, beliau merupakan Ibu Negara Pertama dari
Presiden Pertama Indonesia yaitu Presiden Soekarno dan juga dikenal sebagai penjahit bendera
pusaka yang dikibarkan pada saat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Fatmawati Soekarno lahir pada hari Senin, 5 Pebruari 1923 Pukul 12.00 Siang di
Kota Bengkulu, sebagai putri tunggal keluarga H. Hassan Din dan Siti Chadidjah. Masa kecil
Fatmawati penuh tantangan dan kesulitan, akibat sistem kolonialisme yang dijalankan oleh
Pemerintah Hindia Belanda. Ayahandanya, Hassan Din semula adalah pegawai perusahaan Belanda,
Bersomij di Bengkulu. Tetapi karena tidak mau meninggalkan kegiatannya sebagai anggota
Muhammadiyah, ia kemudian keluar dari perusahaan itu. Setelah itu, Hassan Din sering berganti
usaha dan berpindah ke sejumlah kota di kawasan Sumatera Bagian Selatan.
Tidak banyak diketahui orang bahwa sebenarnya Fatmawati merupakan keturunan dari Kerajaan
Indrapura Mukomuko. Sang ayah Hassan Din adalah keturunan ke-6 dari Kerajaan Putri Bunga
Melur. Putri Bunga Melur bila diartikan adalah putri yang cantik, sederhana, bijaksana. Tak heran
bila Fatmawati mempunyai sifat bijaksana dan mengayomi. Jalinan cinta antara Bung Karno dan
Fatmawti pada awalnya membutuhkan perjuangan yang sangat berat. Demi memperoleh Fatmawati
yang begitu dicintainya Bung Karno dengan perasaan yang sangat berat terpaksa harus merelakan
kepergian Bu Inggit, sosok wanita yang begitu tegar dan tulusnya mendampingi Bung Karno dalam
perjuangan mencapai Indonesia Merdeka. Pahit getir sebagai orang buangan (tahanan Belanda)
sering dilalui Bung Karno bersama Bu Inggit. Namun sejarah berkata lain. Perjalanan waktu
berkehendak lain, kehadiran Fatmawati diantara Bung Karno dan Bu Inggit telah merubah
segalanya.Pada tahun 1943 Bung Karno menikahi Fatmawati, dan oleh karena Fatmawati masih
berada di Bengkulu, sementara Bung Karno sibuk dengan kegiatannya di Jakarta sebagai pemimpin
Pusat Tenaga Rakyat (Putera), pernikahan itu dilakukan dengan wakil salah seorang kerabat Bung
Karno, Opseter Sardjono. Pada 1 Juni 1943, Fatmawati dengan diantar orang tuanya berangkat ke
Jakarta, melalaui jalan darat, sejak itu Fatmawati mendampingi Bung Karno dalam perjuangan
mencapai kemerdekaan Indonesia. Perjalanan sepasang merpati penuh cinta ini, akhirnya dikaruniai
lima orang putra-putri: Guntur, Mega, Rachma, Sukma, dan Guruh. Belum genap mereka
mengarungi bahtera rumah tangga, Sukarno tak kuasa menahan gejolak cintanya kepada wanita lain
bernama Hartini. Inilah salah satu pangkal sebab terjadinya perpisahan yang dramatis antara
Sukarno
dan
Fatmawati.
Hari Jumat di bulan Ramadhan, pukul 05.00 pagi, fajar 17 Agustus 1945 memancar di ufuk timur
kala, embun pagi masih menggelantung di tepian daun, para pemimpin bangsa dan para tokoh
pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda, dengan diliputi kebanggaan setelah merumuskan teks
Proklamasi hingga dinihari. Mereka, telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa
Indonesia hari itu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00
pagi. Tepat pukul 10.00, dengan suara mantap dan jelas, Soekarno membacakan teks proklamasi,
pekik Merdeka pun berkumandang dimana-mana dan akhirnya mampu mengabarkan Kemerdekaan
Indonesia
ke
seluruh
dunia.
Kalau ada yang bertanya, apa peran perempuan menjelang detik-detik proklamasi kemerdekaan?
Tentu kita akan teringat dengan sosok Fatmawati, istri Bung Karno. Dialah yang menjahit bendera
Sang Saka Merah Putih. Setelah itu, ada seorang pemudi Trimurti yang membawa nampan dan
menyerahkan bendera pusaka kepada Latief Hendraningrat dan Soehoed untuk dikibarkan. Dan,
semua hadirin mengumandangkan lagu Indonesia Raya di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Pada
hari itu, Ibu Fatmawati ikut dalam upacara tersebut dan menjadi pelaku sejarah Kemerdekaan
Indonesia.

Susi Pudjiastuti - Menteri Kelautan Nyentrik

Nama wanita satu ini ramai dibicarakan oleh publik di Indonesia ketika ia di daulat menjadi Menteri
Kelautan dan Perikanan dalam kabinet kerja 2014-2019 oleh Presiden Joko Widodo. Selain terlihat
nyentrik dan kontroversial, ia juga punya banyak pengalaman dalam bidang maritim serta berasal
dari kalangan Professional sehingga presiden memilihnya. Susi Pudjiastuti begitulah ia dipanggil.
Artikel kali ini akan membahas mengenai Profil dan Biografi dari Susi Pudjiastuti. Telahir pada
tanggal 15 Januari 1965 di Pangadaran dengan nama lengkap Susi Pudjiastuti. Ia memiliki Ayah
bernama Haji Ahmad Karlan serta ibu yang bernama Hajjah Suwuh Lasminah yang berasal dari
Jawa Tengah. Keluarga dari Susi Pudjiastuti merupakan adalah saudagar sapi dan kerbau, yang
membawa ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat. Kakek buyutnya
Haji Ireng dikenal sebagai tuan tanah.
Hal yang menarik dari Susi Pudjiastuti adalah ia hanya memiliki ijazah SMP. Setamat SMP ia
sempat melanjutkan pendidikan ke SMA. Namun, di kelas II SMAN Yogyakarta dia berhenti
sekolah karena keputusannya untuk terjun kedua bisnis. Seputus sekolah, Susi menjual
perhiasannya dan mengumpulkan modal Rp.750.000 untuk menjadi pengepul ikan di Pangandaran
pada tahun 1983. Bisnisnya berkembang hingga pada tahun 1996 Susi mendirikan pabrik
pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster yang
diberi merek "Susi Brand."Bisnis pengolahan ikan ini pun meluas dengan pasar hingga ke Asia dan
Amerika. Karena hal ini, susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat
mengangkut produk hasil lautnya dalam keadaan masih segar.
Pada 2004, Susi memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp 20 miliar menggunakan
pinjaman bank. Melalui PT ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan kemudian, satu-satunya
pesawat yang ia miliki itu ia gunakan untuk mengangkut lobster dan ikan segar tangkapan nelayan
di berbagai pantai di Indonesia ke pasar Jakarta dan Jepang. Call sign yang digunakan Cessna itu
adalah Susi Air. Dua hari setelah gempa tektonik dan tsunami Aceh melanda Aceh dan pantai barat
Sumatera pada 26 Desember 2004, Cessna Susi adalah pesawat pertama yang berhasil mencapai
lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah
terisolasi.
Peristiwa itu mengubah arah bisnis Susi. Di saat bisnis perikanan mulai merosot, Susi menyewakan
pesawatnya itu yang semula digunakan untuk mengangkut hasil laut untuk misi kemanusiaan.
Selama tiga tahun berjalan, maka perusahaan penerbangan ini semakin berkembang hingga
memiliki 14 pesawat, ada 4 di Papua, 4 pesawat di Balikpapan, Jawa dan Sumatera. Perusahaannya
memiliki 32 pesawat Cessna Grand Caravan, 9 pesawat Pilatus Porter, 1 pesawat Diamond star dan
1 buah pesawat Diamond Twin star. Sekarang Susi Air memiliki 49 dan mengoperasikan 50 pesawat
terbang beragam jenis.
Dalm kehidupan pribadinya, Susi Pudjiastuti sempat dua kali bercerai dan kemudian menikah
dengan
Christian von Strombeck. Dari pernikahan-pernikahannya, ia memiliki tiga orang anak, Panji
Hilmansyah, Nadine Kaiser (dari pernikahannya dengan Daniel Kaiser), dan Alvy Xavier. Susi
Pudjiastuti ditunjuk sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Kerja Joko Widodo dan
Jusuf Kalla, yang ditetapkan secara resmi pada 26 Oktober 2014. Sebelum dilantik, Susi melepas
semua posisinya di perusahaan penerbangan Susi Air dan beberapa posisi lainnya, termasuk
Presiden Direktur PT. ASI Pudjiastuti yang bergerak di bidang perikanan serta PT ASI Pudjiastuti
Aviation yang bergerak di bidang penerbangan untuk menghindari konflik kepentingan antara
dirinya sebagai menteri dan sebagai pemimpin bisnis.

Biografi Presiden Soekarno

Artikel kali ini akan membahas Profil atau Biografi Presiden Soekarno. Mungkin sampai sekarang
beliau adalah sosok yang paling banyak dikagumi orang di Indonesia. Presiden pertama Republik
Indonesia yang lebih akrab di panggil Bung Karno ini berasal dari Blitar, dia merupakan pahlawan
Proklamasi bersama dengan Mohammad Hatta. Presiden Soekarno sangat disegani oleh para
pemimpin negara-negara di dunia pada waktu itu. Soekarno dilahirkan di Surabaya tepatnya pada
tanggal 6 Juni 1901 dengan nama asli bernama Koesno Sosrodihardjo, karena sering sakit yang
mungkin disebabkan karena namanya tidak sesuai maka ia kemudian berganti nama menjadi
Soekarno. Ayah beliau bernama Raden Soekemi Sosrodihardjon dan ibu bernama Ida Ayu Nyoman
Rai. Ketika hidup, Presiden Pertama Indonesia ini diketahui memiliki tiga orang istri dimana
masing-masing istrinya memberinya keturunan. Istrinya yang pertama yang bernama fatmawati
memberinya lima orang anak yakni Megawati, Sukmawati, Rachmawati, Guntur dan Guruh,
kemudian dari istrinya yang lain yang bernama Hartini memberinya dua orang anak yaitu Taufan
dan juga Bayu.
Istri yang lain dari Presiden Soekarno merupakan wanita keturunan Jepang yang bernama Naoko
Nemoto dimana ia kemudian berganti nama menjadi Ratna Sari Dewi, dari pernikahannya dengan
Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi, Presiden Soekarno dikarunia seorang anak yang bernama
Kartika. Mengenai kisah hidup Presiden Soekarno, semasa kecilnya ia tidak tinggal bersama dengan
orang tuanya yang berada di Blitar. Sejak SD hingga ia kemudian lulus sekolah ia tinggal atau
indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto di Surabaya, dimana Haji Oemar Said
Tokroaminoto ini merupakan pendiri dari Serikat Islan (SI). Setelah lulus, Soekarno kemudian
melanjutkan pendidikannya di Hoogere Burger School atau HBS. Disana ia mendapat banyak ilmu
atau pengetahuan dan jiwa nasionalismenya akan bangsa Indonesia menjadi sangat besar.
Pada tahun 1920 setelah lulus dari Hoogere Burger School atau HBS, Soekarno muda kemudian
masuk ke Technische Hoogeschool (THS), sekolah inilah yang kemudian berubah nama menjadi
ITB sampai sekarang ini. Soekarno belajar disana selama enam tahun dimana ia kemudian
mendapatkan gelar Insinyur (Ir) pada tanggal 25 Mei. Setelah lulus, Soekarno kemudian mendirikan
Partai Nasional Indonesia pada tanggal 4 Juli 1927 dan kemudian mulai mengamalkan ajaran
Marhaenisme. Tujuan dari pembentukan partai Nasional Indonesia adalah agar bangsa Indonesia
bisa merdeka dan terlepas dari Jajahan Belanda.
Dari keberaniannya ini kemudian pemerintah kolonial Belanda menangkapnya dan kemudian
memasukkannya ke penjara Suka Miskin. Dalam penjara ini kebutuhan hidupnya semua berasal
dari istrinya. Inggit yang juga dibantu oleh kakak ipranya bernama Sukarmini sering membawakan
makanan kepada Soekarno di penjara Suka Miskin, hal itulah yang kemudian membuat pengawasan
di penjara Suka Miskin makin diperketat.
Soekarno dikenal belanda sebagai seorang tahanan yang mampu menghasut orang lain agar berpikir
untuk merdeka sehingga ia kemudian dianggap cukup berbahaya. Beliau kemudian diisolasi dengan
tahanan elit tujuannya agar tidak bisa mendapatkan informasi yang berasal dari luar penjara.
Tahanan elit ini sebagian besar merupakan warga Belanda yang mempunyai kasus seperti
penggelapan, korupsi dan juga penyelewengan, inilah yang menjadi tujuan Belanda agar topik
pembicaraan mengenai bagaimana caranya untuk memerdekakan Indonesia tidak sesuai karena ratarata tahanan elit yang bersama Soekarno adalah orang Belanda. topik yang biasa ia dengar sama
sekali tidak penting seperti soal makanan dalam penjara dan juga cuaca. Selama berbulan-bulan di
Suka Miskin menngakibatkan Soekarno putus komunikasi dengan teman-teman seperjuangannya,
namun itu bukanlah hal yang sulit baginya untuk mendapatkan informasi dari luar.
Biografi R.A Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah
seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia
tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit
sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin
menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan
kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang
kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).
Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat
kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya,
ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan
berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya
untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu.
Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu
pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat
dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada
Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orang
tuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang.
Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan
sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah
bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Ketenarannya tidak membuat Kartini
menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara
yang
miskin
dan
kaya.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13
September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25
tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.. Berkat kegigihannya
Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan
kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah
tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer,
seorang tokoh Politik Etis. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan
membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa.
Buku itu diberi judul DOOR DUISTERNIS TOT LICHT yang artinya Habis Gelap Terbitlah
Terang.

Biografi B.J Habibie

- Salah satu tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi banyak orang di Indonesia dan juga
Presiden ketiga Republik Indonesia, dialah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf
Habibie dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan
anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini
Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini
dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil Habibie dilalui
bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip
telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda
dan membaca ini dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar, namun ia harus
kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan
jantung saat ia sedang shalat Isya.
Tak lama setelah ayahnya meninggal, Ibunya kemudian menjual rumah dan kendaraannya dan
pindah ke Bandung bersama Habibie, sepeninggal ayahnya, ibunya membanting tulang membiayai
kehidupan anak-anaknya terutama Habibie, karena kemauan untuk belajar Habibie kemudian
menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol
prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di
sekolahnya.
Karena kecerdasannya, Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut
Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa dari
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman, karena mengingat
pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan penerbangan bagi Indonesia maka ia memilih
jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen
Aachen Technische Hochschule (RWTH) Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk
sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai
kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99%
mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang
memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain. Musim liburan bukan
liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk
membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan
teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk
bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.

biografi Wiranto

Sosok yang satu ini terkenal sebagai ketua partai dan juga mantan Jenderal di Era Reformasi. Pada
kesempatan ini kita akan membahas tentang biografi Wiranto. Jenderal TNI Dr. H. Wiranto, SH
lahir di Yogyakarta pada 4 April 1947. Beliau adalah tokoh militer Indonesia dan seorang politikus.
Beliau menjabat sebagai Panglima TNI pada periode 1998 sampai 1999. Setelah selesai masa
jabatan, ia menjabat sebagai Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat atau Hanura. Beliau
menempuh pendidikan di SMA Negeri 6 Surakarta, Akademi Militer Nasional, Sekolah Staf dan
Komando TNI AD, Universitas Terbuka Jurusan Administrasi Negara, Lemhannas RI, Perguruan
Tinggi Ilmu Hukum Militer.
Karir militer beliau mulai menanjak sejak menjadi ajudan presiden pada tahun 1987 hingga 1991,
menjabat Kasdam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad dan KSAD. Setelah menjabat sebagai KSAD,
beliau ditunjuk oleh Presiden Soeharto menjadi Pangab pada tahun 1998 hingga era B.J. Habibie.
Beliau sempat di duga terlibat dalam perang Timor Timur pada tahun 1999 bersama lima perwira
lain dan di dakwa pengadilan PBB terlibat kekerasan yang menyebabkan 1500 warga Timor Timur
tewas, namun pengadilan HAM Indonesia menolak da melakukan penyelidikan terhadap perwira
dan aparat kepolisisan yang di duga terlibat. Penolakan tersebut dianggap sebuah pelecehan dan
membuat Deplu AS marah, sehingga Wiranto beserta temannya dilarang masuk ke Amerika Serikat.
Karirnya mulai terang setelah Gus Dur menjabat sebagai Presiden, ia dipercaya untuk
menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, namun tidak lama kemudia ia
dinonaktifkan dan mengundurkan diri. Setelah berhasil menyisihkan Partai Golkar yang di ketuai Ir.
Akbar Tanjung, ia maju sebagai kandidat Presiden pada tahun 2004 bersama Salahuddin wahid
namun gagal menjabat sebagai Presiden.
Pada tahun 2006, ia mendeklarasikan Partai Hanura dan ia menjabat sebagai ketua umum dalam
partai tersebut.setelah pemilu legeslatif 2009, ia bersama Jusuf Kalla mengumumkan
pencalonannya sebagai pasangan capres dan cawapres, yaitu Jusuf Kalla sebagai capres dan
Wiranto sebagai cawapres, namun kembali gagal meraih kursi presiden pada pemilu tahun 2009.
Pada tahun 2013, Wiranto bersama dengan Hary Tanoesoedibjo secara resmi mendeklarasikan diri
sebagai pasangan capres dan cawapres dengan mengusung slogan pasti maju Indonesia.
Pengalaman Wiranto selama 35 tahun di militer dan pengusaha sukses Harry dianggap dapat
memahami dan mengerti persoalan ekonomi nasional.
Wiranto memiliki istri bernama Hj. Rugaiya Usman dan dikaruniai 3 anak, yang bernama Amalia
Santi, Ika Mayasari dan alm Zainal Nur Rizky. Wiranto sangat bersahaja dalam mendidik anakanaknya dan mengutamakan pelajaran agama sebagai bekal hidup. Selain itu ia menerapkan
demokrasi di keluarganya sehingga anak-anaknya bebas menentukan pilihannya, ia tidak
mengembangkan dinasti politik pada keluarga karena hal tersebut tidak mendidik dalam demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai