Anda di halaman 1dari 3

NAMA

NIM
FAKULTAS
TUGAS

:
:
:
:

AMALIA AZARISKA
12630054
EKONOMI AKUNTANSI
MATERI II

KASUS ;
Dari materi II dan wacana Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar, 1998, 2008 dan 2015, Konjungtur
Ekonomi yang makin pendek, coba saudara bahas dengan dua pendekatan teori "Konjungtur
Ekonomi dan Denominasi Rupiah" untuk menemukan jalan keluar dan rekomendasi yang
diperlukan.

JAWABAN ;
Konjungtur Ekonomi ;
Adalah kenyataan yang berlaku dalam perekonomian yang menunjukkan bahwa kegiatan
ekonomi tidak berkembang secara teratur tetapi mengalami kenaikan atau kemunduran yang
selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Pembahasan ;
1944
Dalam Materi II menjelaskan tentang Konjungtur Ekonomi yang terjadi sejak berakhirnya Perang
Dunia ke II yaitu tahun 1944. Yang terjadi pada tahun 1944 adalah kenaikan ekonomi ditandai
dengan berdirinya IMF yang bertujuan untuk meningkatkan arus perdagangan dan keuangan
internasional.
Penetapan Kurs mulai dilakukan untuk memudahkan proses perdagangan antar negara oleh IMF,
yang juga terus membuat peraturan untuk kemajuan perdagangan internasional yang diikuti oleh
banyak negara.
Pada awal penetapan kurs, IMF menetapkan system Fixed Exchange Rate yaitu penetapan Kurs
yang distandarkan dengan nilai Emas di negaranya.
1971
Karena penggunaan system Kurs Fixed Exchnge Rate pada tahun 1971 terjadi Krisis Moneter
Internasional yang diawali penurunan ekonomi pada USA pada tahun 1960. Hal ini terjadi karena
terlalu banyaknya dolar amerika yang beredar di luar USA terutama eropa sehingga jaminan emas
yang berada di Federal Reserve Bank (FRB) atau Bank sentral USA tidak mencukupi lagi.

Banyaknya emas USA mengalir ke LN membuat cadangan emas di bank sentral USA terkuras dan
tidak mencukupi jaminan terhadap USD. Inilah yang menyebabkan krisis kepercayaan terhadap
USD sehingga nilai tukarnya merosot terhadap European Currency dan Yen Jepang.
Karena hal tersebut pemberlakuan system kurs berubah dari Fixed Exchange Rate menjadi
Floating Exchange Rate. Dikarenakan perubahan system kurs, Konjungtur Ekonomi Internasional
mulai tidak teratur sejak tahun tersebut.
1997
Krisis ekonomi internasional kembali terjadi pada tahun 1997, yang terjadi di kawasan Asia.
Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar mencapai 75%. Krisis ini berawal dari Krisis Ekonomi
Thailand.
Ini diawali pada tahun 1997. Thailand merupakan Negara pengekspor bahan pokok untuk
kawasan Asia dengan nilai ekspor sekitar 60% PDB. Pengusaha Domesik Thailand berlomba untuk
mengambil pinjaman US Dollar karena dianggap lebih menguntungkan dalam segi selisih Kurs,
namun hal ini tidak diimbangin dengan kemampuan Negara untuk membayar hutang. Kondisi ini
membuat kepercayaan pada ekonomi Thailand runtuh dan membuat investor menarik
sahamnya. Baht jatuh ke titik terendah di 56 dolar pada Januari 1998. Pasar saham Thailand jatuh
75% pada 1997.
Indonesia yang pada tahun 1997 masih sangat mengandalkan impor bahan pokok pada Thailand
sangat terkena dampak dari krisis tersebut. Indonesia yang semula hanya berawal dari krisis nilai
tukar baht di Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang menjadi krisis
ekonomi, berlanjut lagi krisis sosial kemudian ke krisis politik. Inilah yang dimaksud dengan efek
Bola salju pada Krisis Moneter tahun 1998.
Hal ini disebabkan karena kemampuan Indonesia untuk mengatasi krisis ekonomi yang masih
belum mampu, sehingga pengambilan keputusan yang salah yaitu penerimaan hutang luar negeri
swasta yang sangat besar. Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi biaya
yang lebih besar yang disebabkan oleh penurunan rupiah, dan banyak yang bereaksi dengan
membeli dolar, yaitu: menjual rupiah, menurunkan harga rupiah lebih jauh lagi. Kejadian ini
bercabang dan menyebabkan harga barang, dan bahan pokok meningkat, biaya produksi
meninggi sedang angka permintaan menurun yang berakibat PHK besar besaran, berlanjut pada
keresahan penduduk dikarenakan tidak memiliki pekerjaan sedang biaya hidup meninggi,
menimbulan krisis social, kerusuhan dan huru/hara, dan pihak pihak tertentu mengambil
kesempatan dengan membuat krisis politik demi kepentingan oknum, dan berakhir dengan
reformasi pemerintahan.
Butuh waktu yang lama untuk Indonesia agar bisa kembali menstabilkan keadaan ekonomi
nasional. Bahkan sampai saat ini perekonomian Indonesia sedang berada pada masa pemulihan.

2008
Pada tahun 2008, terjadi Krisis Ekonomi Global yang berawal dari Krisis pasar modal USA dan
Repartiasi USD karena Krisis keuangan USA. Hal ini terjadi karena adanya dorongan untuk
konsumsi (propincity to Consume). Rakyat Amerika hidup dalam konsumerisme di luar batas
kemampuan pendapatan yang diterimanya. Mereka hidup dalam hutang, belanja dengan kartu
kredit, dan kredit perumahan. Akibatnya lembaga keuangan yang memberikan kredit tersebut
bangkrut karena kehilangan likuiditasnya. Pada akhirnya perusahaan perusahaan tersebut
bangkrut karena tidak dapat membayar seluruh hutang-hutangnya yang mengalami jatuh tempo
pada saat yang bersamaan. Runtuhnya perusahaan-perusahaan finansial tersebut
mengakibatkan bursa saham Wall Street menjadi tak berdaya.
Krisis keuangan di Amerika Serikat menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat Amerika
Serikat yang selama ini dikenal sebagai konsumen terbesar atas produk-produk dari berbagai
negara di seluruh dunia. Penurunan daya serap pasar itu menyebabkan volume impor menurun
drastis yang berarti menurunnya ekspor dari negara-negara produsen berbagai produk yang
selama ini dikonsumsi ataupun yang dibutuhkan oleh industri Amerika Serikat. Oleh karena
volume ekonomi Amerika Serikat itu sangat besar, maka dampaknya kepada semua negara
pengekspor menjadi besar, terutama negara-negara yang mengandalkan ekspornya ke Amerika
Serikat.
Dampak krisis Global dirasakan disemua sector industrial dan agrobisnis terutama yang
berorientasi Ekspor karena menurunnya permintaan dunia. Namun perekonomian Indonesia
hanya mengalami penurunan karena kontribusi Ekspor hanya sekitar 30% s/d 40% dari GDP.

Hasil Kajian ;
Konjungtur Ekonomi Internasional sempat meningkat dan berkembang sejak tahun 1944 namun
mulai mengalami penurunan pada tahun 1971, sejak tahun 1971 konjungtur ekonomi mulai tidak
stabil tergantung dari kemampuan Negara untuk melakukan kerjasama dengan Negara lain,
dikarenakan system kurs yang berubah.
Pada tahun 1997 konjungtur ekonomi berubah drastis dalam dua posisi, yaitu naik secara
signifikan atau turun drastis. Beberapa Negara yang mengalami penurunan adalah Negara yang
memiliki banyak pengusaha asing yang menanam saham dinegaranya, sedang Negara yang
mengalami peningkatan adalah Negara yang banyak menanam saham di Negara luar.
Pada tahun 2008 konjungtur ekonomi mengalami penurunan secara Global, yang tidak hanya
berefek pada Negara berkembang namun juga berefek pada Negara maju.
Pada tahun 2015 perekonomian secara global mulai kembali stabil ditandai dengan kembalinya
aktifitas ekspor pada USA.

Anda mungkin juga menyukai