Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah organisasi merupakan sebuah kesatuan yang utuh sekaligus
kompleks. Didalamnya terdapat berbagai macam elemen atau komponen
yang disatu sisi harus mampu bekerja sendiri namun disisi lain juga
dituntut untuk bisa bekerja sama dengan komponen lainnya. Sementara itu,
selain harus mampu mengelola komponen yang terdapat di dalam agar
dapat bekerja sama dengan baik, sebuah organisasi juga diharapkan untuk
bisa berinteraksi serta beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Kemampuan untuk berinteraksi serta beradaptasi dengan lingkungan ini
mutlak harus bisa dilakukan oleh sebuah organisasi untuk terus bisa eksis
dan berkembang sesuai harapan dan tujuan organisasi itu sendiri.
Organisasi merupakan bagian integral dari sebuah sistem yang
secara dinamis selalu mengalami perubahan. Semakin lingkungan berubah
semakin organisasi tersebut dituntut untuk menyesuaikannya. Keharusan
beradaptasi dengan lingkungan, secara tidak langsung menunjukkan
bahwa organisasi sesungguhnya merupakan satu kesatuan dengan
lingkungannya. Dalam makalah ini diuraikan mengenai definisi organisasi,
prinsip dan azas organisasi, perilaku organisasi, budaya organisasi serta
pengembangan organisasi.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi dari pengorganisasian?
2. Apa tujuan pengorganisasian?
3. Apa saja tahap pengorganisasian?
4. Apa saja model pengorganisasian?
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui definisi dari pengorganisasian
2. untuk mengetahui tujuan dari pengorganisasian
3. untuk mengetahui tahap pengorganisasian
4. untuk mengetahui model dari pengorganisasian

BAB 2
KONSEP TEORI
2.1 Definisi Pengorganisasian
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang
berarti alat. Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli,
tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip, dan diantaranya
adalah:
1. Oliver Sheldon (1923): Organization is the process of so combining
the work which individuals or groups have to perform with the
faculties necessary for it execution that the duties, so formed, provide
the best channels for the efficient, systematic, positive, and coordinated application of the available effort
(Organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan dimana para
individu atau kelompok harus melakukan tugas dengan kemampuan
yang diperlukan sedemikian rupa, memberikan pilihan terbaik bagi

pemanfaatan usaha secara efisien, sistematis, positif dan


terkoordinasi)
2. James D. Mooney (1947) mengatakan bahwa: Organization is the
form of every human association for the attainment of common
purpose. (Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai
tujuan bersama).
3. Ernest Dale (1952): Organization is planning process. It is
concerned with setting up, developing and maintaining a structure or
pattern of working relationship of the people within an enterprise
(Organisasi adalah suatu proses perencanaan. Hal ini berkaitan
dengan penyusunan, pengembangan dan pemeliharaan suatu struktur
atau pola hubungan kerja manusia dalam suatu perusahaan)
4. Menurut Chester L. Barnard: Organization is a system of
cooperative of two person or more person.
(Organisasi merupakan sebuah sistem dari aktivitas yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih).
5. Luther Gulick (1957): Organizations is the means of interrelating
the subdivisions of work by alloting them to men who are placed in a
structure of authority, so that the work may be coordinated by orders
of superiors to sub-ordinates, reaching from the top to the bottom of
the entire enterprise"
(Organisasi adalah alat untuk menghubungkan satuan kerja dengan
menempatkan orang dalam suatu struktur kewenangan sehingga tugas
dapat dikoordinasikan dengan perintah atasan kepada anakbuah,
menjangkau mulai jajaran atas hingga bawah suatuperusahaan)
6. Menurut Dimock: Organization is the systematic bringing together
of interdependent part to form a unified whole through which
authority, coordination and control may be exercised to achive a given
purpose.
(Organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada bagianbagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu
kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan).
7. Richard A. Johnson, Fremont E. Kast, James E. Rosenzweigh (1973):
The organization is an assemblage of people, materials, machines,

and other resources geared to task accomplishment through a series


of interaction and integration into a social system
(Organisasi adalah kumpulan orang, barang, dan mesin, serta
berbagai sumber lain yang menghubungkan penyempurnaan tugas
melalui rangkaian saling pengaruh dan keterpaduan ke dalam suatu
sistem sosial)
8. Edgar Schein (1973): An organization is the rational coordination of
the activities of a number of people for the achievement of some
common explicit purpose or goal, through division of labor and
function, and through a hierarchy of authority and responsibility
(Suatu organisasi adalah koordinasi yang rasional dari aktivitas
sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan yang jelas, melalui
pembagian kerja dan fungsi, dan melalui jenjang wewenang dan
tanggung jawab)
9. Stephen Robbins (2003) memberikan pengertian: Organisasi adalah
unit sosial yang dengan sengaja dikelola, terdiri atas dua orang atau
lebih, yang berfungsi secara relatif terus-menerus untuk mencapai satu
sasaran atau serangkaian sasaran bersama.
Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan
bahwa organisasi merupakan kumpulan minimal dua orang, yang
dalam usahanya mencapai tujuan bersama diatur dalam suatu struktur
tugas dan kewenangan secara sistematis, efisien dan terkoordinasi.
Oleh karena itu organisasi harus memiliki unsur dasar, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Harus ada wadah atau tempatnya untuk bekerja sama.


Harus ada orang-orang yang bekerja sama.
Kedudukan dan tugas masing-masing orang harus jelas.
Harus ada tujuan bersama yang mau dicapai.
Pengertian pengorganisasian berasal dari kata Organizing yang

mempunyai arti menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian yang


terintegrasi sehingga mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi
satu dengan lainnya.
Adapun beberapa definisi dari pengorganisasian yang diungkapkan
oleh para ahli manajemen, antara lain sebagai berikut:
Menurut George R. Terry, pengorganisasian sebagai kegiatan
mengalokasikan seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan antara

kelompok kerja dan menetapkan wewenang tertentu serta tanggungjawab


masing-masing yang bertanggung jawab untuk setiap komponen dan
menyediakan lingkungan kerja yang sesuai dan tepat.
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang,
alat-alat, tugas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu
kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan. (Siagian,1983 dalam Juniati).
Mnurut Ross Murry, pengorganisasian adalah suatu proses di
masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan prioritas
serta mengembangkan keyakinan untuk berusaha memenuhi kebutuhankebutuhan sesuai dengan skala proiritas berdasarkan atas sumber-sumber
yg ada di masyarakat sendiri maupun yg berasal dari luar dengan usaha
gotong royong.
Sedangkan Szilagji (dalam Juniati) mengemukakan bahwa fungsi
pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi
kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga
kerja dan komunikasi.
2.2 Tujuan Pengorganisasian
Tujuan-tujuan dari Pengorganisasian Masyarakat sebagai berikut:
1. Pemberdayaan masyarakat, melalui proses pengorganisasian
masyarakat, rakyat akan belajar bagaimana mereka mengatasi
ketidakberdayaan (powerless) mereka, sekaligus mengembangkan
kapasitas mereka untuk memaksimalkan kemampuan mereka hadapi
dengan kemampuan mereka sendiri. Dalam proses menganalisis
struktur dan lembaga-lembaga yang menindas mereka, masyarakat
akan berkembang dari sekedar obyek yang tidak manusiawi menjadi
manusia seutuhnya yang sadar akan hakhaknya dan dapat menentukan
nasib mereka sendiri sehingga lebih bermartabat.
2. Membangun struktur dan organisasi masyarakat yang lebih kuat.
Pengorganisasian masyarakat bertujuan untuk membangun dan
memelihara struktur organisasi yang paling cocok, yang dapat
memberikan pelayanan kebutuhan dan aspirasi rakyat. Struktur
tersebut harus dapat menjamin terjadinya partisipasi yang optimal dari

rakyat dan dalam waktu yang sama juga memberikan wadah untuk
dapat berhubungan dengan organisasi dan sektor lainnya.
3. Meningkatkan kualitas hidup. Pengorganisasian masyarakat menjadi
jalan untuk menjamin peningkatan kualitas hidup rakyat, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek, proses-proses
mobilisasi harus bisa memberikan kesempatan kepada rakyat agar
terpenuhinya kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
tinggal, pendidikan dan kesehatan. Untuk jangka panjang, harus dapat
menciptakan iklim kondusif untuk pengembangan SDM dan solidaritas
melalui distribusi antara kekuasaan dan sumber daya masyarakat
dampingan yang seimbang, sehingga mereka dapat terpenuhi
kebutuhan dasar dan hak dasarnya.
2.3 Tahap Pengorganisasian
Tahapan pengorganisasian diuraikan sebagai berikut:
1. Memulai pendekatan. Mulai mendekati suatu kelompok selalu
memerlukan apa yang selama ini dikenal sebagai pintu masuk (entry
point) atau kunci yang menentukan untuk mulai membangun
hubungan dengan msyarakat setempat.
2. Investigasi sosial (riset partisipatoris) merupakan kegiatan riset
(penelitian) untuk mencari dan menggali akar persoalan secara
sistematis dengan cara partisipatoris. Organizer terlibat dalam
kehidupan komunitas langsung dari dan bersama-sama komunitas,
menemukan beberapa masalah yang kemudian bersama anggota
komunitas melakukan upaya klasifikasi untuk menentukan masalah
apa yang paling kuat dan mendesak untuk diangkat.
3. Memfasilitasi proses, merupakn salah satu fungsi paling pokok dari
seorang pengorganisir. Memfasilitasi ini dalam artian memfasilitasi
proses-proses pelatihan atau pertemuan saja.
4. Merancang strategi. Merancang dan merumuskan strategi dalam
pengorganisasian masyarakat benar-benar diarahkan untuk melakukan
dan mencapai perubahan sosial yang lebih besar dan lebih luas di
tengah masyarakat.
5. Mengerahkan aksi (tindakan). Mengorganisir aksi bersama komunitas
untuk melakukan suatu aksi (tindakan) yang memungkinkan

keterlibatan (partisipasi) masyarakat sebenar-benarnya dalam


penyelesaian maslah mereka sendiri.
6. Menata organisasi dan keberlangsungnya. Mengorganisir masyarakat
juga berarti membangun dan mengembangkan satu organisasi yang
didirikan, dikelola dan dikendalikan oleh masyarakat setempat sendiri.
7. Membangun sistem pendukung. Secara garis besar, berbagai jenis
peran dan taraf kemampuan yang biasanya dibutuhkan sebagai sistem
pendukung dari luar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Menyediakan berbagai bahan-bahan dan media kreatif untuk
pendidikan dan pelatihan, kampanye, lobbi, aksi-aksi langsung dan
sebagainya.
2) Pengembangan kemampuan organisasi rakya itu sendiri untuk
merancang dan menyelenggarakan proses-proses pendidikan dan
pelatihan warga atau anggota mereka.
3) Penelitian dan kajian, terutama dalam rangka penyediaan informasi
sebagai kebijakan dan perkembangan di tingkat nasioanal dan
internasional, mengenai masalah atau issu utama yang
diperjuangkan oleh rakyat setempat.
Tahap tahap pengorganisasian Masyarakat yaitu:
1. Persiapan sosial
Dalam praktik perawatan kesehatan, tujuan persiapan sosial adalah
meningkatkan partisipasi atau peran serta masyarakat sejak awal
kegiatan sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan kegiatan,
dan pengembangan program keperawatan kesehatan masyarakat.
Ada dua pendekatan dalam partisipasi masyarakat, antara lain
sebagaia berikut :
1) Pendidikan partisipasi. Dalam kegiatan ini komunitas dilibatkan
dalam perencanan, penyelesaian masalah, tetapi biasanya dengan
pendekatan ini proses perubahan lambat. Namaun keuntungannya,
kelompok/masyarakat merasa memiliki dan komunnitas berubah,
dalam jangka waktu yang panjang.
2) Pendidikan langsung (perintah). Dalam pendekatan ini proses
berubah ditentukan oleh kekuatan luar, proses berubah berjalan
cepat. Namun kerugiannya, masyarakat merasa memiliki dan
perubahan hanya berlangsung dalam jangka pendek. Kegiatan
kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditingkatkan kepada

persiapan persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis,


administrative, dan program program kesehatan yang akan
dilaksanakan.
Dalam tahap persiapan sosial ada tiga kegiatan yang harus
dilakukan, antara lain sebagai berikut:
1) Pengenalan masyarakat
Tahap ini dapat dilakukan melalui jalur formal sebagai pihak
yang bertanggung jawab secara teknis, administrative dan
birokratif terhadap suatu wilayah yang akan dijadikan daerah
binaan. Pendekatan terhadap informal leader umumnya melalui
pemerintahan setempat yang bertanggung jawab terhadap wilayah
tersebut dan pusat kesehatan masyarakat atau instansi terkait yang
bertanggung jawab dalam bidang kesehatan masyarakat.
Pendekatan ini diawali dengan surat permintaan daerah binaan
yang akan dijadikan lahan praktik dan dilengkapi proposal rencana
pembinaan. Selanjutnya, mengadakan pendekatan dengan tokohyokoh di wilayah tersebut.
2) Pengenalan masalah
Untuk dapat mengenal masalah kesehatan masyarakat secara
menyeluruh, dapat dilakukan survey kesehatan masyarakat dalam
ruang lingkup terbatas, sehingga masalah masalah yang
dirumuskan benar benar masalah yang menjadi kebutuhan
masyarakat setempat. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat
sangat diperlukan, sehingga mereka menyadari sepenuhnya
masalah yang mereka hadapi dan mereka sadar bagaimana cara
mengatasi masalah tersebut. Masalah yang ditemukan pada tahap
ini tentunya tidak hanya satu masalah, sehingga perlu disusun skala
prioritas penanggulangan masalah bersama sama may=yarakat
formal dan informal.
3) Penyadaran masyarakat
Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka:
(1) Menyadari masalah- masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi;

(2) Secara sadar mereka ikut berpartisispasi dalam kegiatan


penanggualangan masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi;
(3) Tahu cara memenuhi kebutuhan upaya pelayanan kesehatan
dan keperawatan sesuai denngan potensi dan sumber daya yang
ada pada mereka.
Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan
mereka akan pelayanan kesehatan dan keperawatan diperlukan
suatau mekanisme yang terencana dan terorganisasi denga baik.
Istilah yang sering digunakan dalam keperawatan komunitas untuk
menyadarkan masyarakat adalah lokakarya mini kesehatan,
musyawarah masyarakat desa atau rembuk desa. Hal hal yang
perlu mendapat perhatian dalam penyadaran masalah adalah:
(1) Libatkan masyarakat
Dalam menyusun rencana penanggulangan masalah
disesuaikan dengan potensi dan sumber daya yang ada pada
masyarakat
(2) Hindari konflik dari berbagai kepentingan dalam masyarakat
Kesadaran dari kelompok- kelompok kecil masyarakat
hendaknya disebarkan kepada kelompok masyarakat yang lebih
luas. Adakan interaksi dan interelasi dengan tokoh tokoh
masyarakat secara intensif dan akrab, sehingga mereka dapat
di

manfaatkan

untuk

usaha

motifasi,

komunikasi-yang

kemudian dapat menggugah kesadaran masyarakat


Dalam mengatasi sifat-sifat masyarakat, perawat komunitas
dapat memanfaatkan jalur kepemimpinan masyarakat setempat
untuk mendapatkan legitimasi, sehingga kesadaran masyarakat
dapat dipercepat.
Dari penjelasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa dalam
pembelajaran praktik di komunitas yang harus di lakukan adalah
pertemuan (temu kenal). Selanjutnya melakukan pengkajian pada
masyarakat dan melakukan mini lokakarya.
2. Pelaksanaan
Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam mini
lokakarya

atau musyawarah

masyarakat

desa, maka

langkah

selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan


9

yang telah disusun. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam


pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat
adalah :
1) Pilihlah

kegiatan

yang

dapat

dirasakan

manfaatnya

oleh

masyarakat.
2) Libatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam upaya
penanggulangan masalah.
3) Kegiatan disesuaikan dengana kemampuan, waktu dan sumber
daya yang tersedia di masyarakat.
4) Tumbuhkan rasa percaya diri

masyarakat

bahwa

mereka

mempunyai kemampuan dalam penanggulangan masalah.


Dalam tahap ini, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk
memecahkan

masalah

adalah

penyuluhan

kesehatan

untuk

menanggulangi masalah sesuai dengan skala prioritas masalah. Agar


penyuluhan tersebut mudah dipahami masyarakat, maka petugas
kesehatan atau mahasiswa keperawatan komunitas harus membuat
Satuan Acara Pembelajaran (SAP) disertai lampiran materi penyuluhan
dan leaflet.
3. Evaluasi
Penillaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dijalankan dalam
jangka waktu tertentu. Penilaian dapat dilakukan dalam dua cara yaitu:
1) Selama kegiatan berlangsung (penilaian formatif), penilaian ini
dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan

kegiatan yang

dijalankan sesuai perencanaan penanggulangan masalah yang


disusun. Penilaian ini juga dapat dikatakan monitoring, sehingga
dapat diketahui perkembangan hasil yan g akan dicapai.
2) Setelah program selesai dilaksanakan (penilaian sumatif), penilaian
ini dilakukan setelah melalui jangka waktu tertentu dari kegiatan
yang dilakukan. Penilaian ini disebut juga penilaian pada akhir
program, sehingga dapat diketahui apakah tujuan atau target dalam
pelayanan kesehatan dan keperawatan telah tercapai atau belum.
4. Perluasan
Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang akan
dilakukan. Perluasan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

10

1) Perluasan kuantitatif, yaitu perluasan dengan menambah jumlah


kegiatan yang akan dilakukan, apakah pada wilayah setempat atau
di wilayah lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2) Perluasan kualitatif, yaitu: perluasan dengan meningkatkan mutu
atau kualitas kegiatan yang telah dilaksanakan , sehingga dapat
meningkatkan kepuasan dari masyarakat yang dilayani.
2.4 Model Pengorganisasian
Adapun
Model-model

pengorganisasian

Masyarakat

yang

dipergunakan dalam pengorganisasian komunitas, antara lain:


1. Model Pengembangan Masyarakat Lokal (Locallity Development
Model)
Model PML memberikan perubahan dalam masyarakat dapat
dilakukan secara optimal apabila melibatkan partisipasi aktif yang luas
di semua kalangan masyarakat tingkat lokal, baik dalam tahap
penentuan perubahan dalam proses yang dirancang untuk mendapatkan
kondisi sosial ekonomi yang lebih maju dan sehat bagi penjuru
masyarakat melalui partisipasi aktif mereka berdasarkan kepercayaan
yang penuh terhadap prakasa mereka sendiri.
PML berorientasi pada tujuan proses (proses goal) dari pada
tujuan tugas atau tujuan hasil (task or product goal). Setiap anggota
masyarakat bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengembangan
kemandirian,

kepemimpinan
peningkatan

lokal,

informasi,

peningkatan
komunikasi,

strategi

relasi

dan

keterlibatan anggota masyarakat merupakan inti dari proses PML.


Struktur dan kondisi permasalahan yang selalu dihadapi
masyarakat ialah kurangnya aktifnya partisipasi warga masyarakat.
Biasanya, masyarakat diikat oleh tradisi-tradisi yang sifatnya tertutup
dari pengaruh luar dan dipimpin oleh pemimpin-pemimpin masyarakat
yang kurang berkehendak mengadakan perubahan atau tidak resposif
terhadap perubahan dari luar.
Strategi dasar yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan ini
adalah usaha penciptaan dan pengembangan partisipasi yang lebih luas
dari seluruh warga masyarakat. Usaha-usaha tersebut dimaksudkan
untuk menciptakan semangat agar mesyarakat terlibat aktif dalam

11

kegiatan, baik penataan kebijakan, perumusan kebutuhan maupun


dalam pemecahan permasalahan mereka sendiri. Jadi,strateginya ialah
mencari cara untuk dapat memotivasi warga masyarakat dalam
pembangunan itulah yang menjadi tujuan utama proses perubahan.
Apabila warga masyarakat dengan penuh kesadaran dan motivasi
sudah terlibat aktif berarti bertanda perubahan pun sudah tercapai.
2. Model Perencanaan Sosial (Social Planning Model)
Model PS menekankan proses pemecahan masalah secara teknis
terhadap masalah sosial yang substansi seperti pengangguran,
permukiman kumuh, kemacetan dan sebagainya. Selain itu PS
bertujuan mengungkap pentingnya menggunakan cara perencanaaan
yang matang dan perubahan yang terkendali demi mencapai tujuan
akhir secara sadar dan rasional dan dalam pelaksanaannya dilakukan
pengawasan-pengawasan

yang

ketat

untuk

melihat

perubahanperubahan yang terjadi.


Model ini sasaranya ialah kemampuan dan kecakapan masayarakat
dalam memecahkan permasalahan-permasalahannya melalui usahausaha yang terencana, terarah dan terkendali. Seoarng perencana
melihat bahwa masyarakat merupakan bentuk kumpulan yang terdiri
atas kelompok masyarakat yang menghadapi masalahmasalah yang
berbeda-beda atau kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai
kepentingan yang sama dan tertentu hingga diketahui jalan
pemecahannya agar kepentingan itu dapat terwujud.
Strategi dasar yang digunakan untuk memecahkan permasalahan
adalah mengumpulkan atau mengungkapkan fakta dan data mengenai
sesuatu permasalahan. Kemudian mengambil tindakan rasional dan
mempunyai kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilaksanakan.
Jadi, strateginya adalah mengumpulkan dan menganalisis fakta dan
data tentang permasalahan, dilanjutkan dengan menetapkan cara
terbaik dalam penyusunan program, dalam memberikan pelayanan atau
dalam melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi permasalahan.
3. Model Aksi Sosial (Social Action Model)
Model AS menekankan pada betapa pentingnya penanganan secara
terorganisasi, terarah dan sistematis terhadap kelompok yang tidak

12

beruntung dan meningkatkan kebutuhan yang memadai bagi


masyarakat bertujuan untuk meningkatkan sumber atau perlakuan yang
lebih sesuai dengan keadilan sosial dan nilai-nilai demokratisasi.
Adapun langkah yang akan ditempuh dalam upaya mencapai tujuan
yang telah ditetapkan itu, mengerakkan kelompok atau golongangolongan masyarakat tersebut guna terlibat aktif dalam mengadakan
perubahan-perubahan. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengubah
sistem atau kebijakan pemerintah secara langsung dalam rangka
menanggulangi masalah yang mereka hadapi.
Dalam kaiatannya ini, menurut Edi Suharto menjelaskan, tujuan
dan sasaran utama AS adalah perubahan-perubahan fundamental dalam
kelembagaan pada struktur masyarakat melalui proses pendistribusian
kekuasaan (distribution of resources), dan pengambilan keputusan
(distribution of decision making), masyarakat sebagai sistem klien
dianggap sebagai korban ketidakadilan struktur. Mereka miskin
karena dimiskinkan, lemah karena dilemahkan, dan tidak berdaya
karena tidak diberdayakan oleh kelompok elit masyarakat yang
menguasai sumber-sumber, ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. AS
berorientasikan pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat
diorganisasi melalui proses penyadaran, pemberdayaan, dan tindakantindakan actual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih
memenuhi prinsip demokratis, kemerataan (equality), dan keadilan
(equity).
Strategi dasar yang digunakan untuk memecahkan permasalahan
dengan mengadakan usaha-usaha yang lebih terorganisir untuk
mencapai tujuan-tujuan atau target-target tertentu. Dengan kata lain,
melalui tindakan-tindakan yang lebih terorganisir dan terarah,
golongan-golongan tersebut mampu memperoleh kekuatan dan tujuan
yang diinginkan. Tindakan-tindakan masyarakat yang terorganisir ini
dapat diajukan untuk lembaga-lembaga tertentu, juga untuk seseorang
atau sekelompok orang. Teknik-teknik yang digunakan adalah
menggerakkan kelompok masyarakat dalam kegiatan yang terorganisir
dan juga menggerakkan masyarakat dalam tindakan langsung (direct

13

action)

untuk

memecahkan

konflik-konflik

atau

pertentanganpertentangan, termasuk teknik-teknik pengajuan usulan


atau saransaran dengan menggunakan kekuatan massa.
2.5 Proses-Proses Pengorganisasian Masyarakat
1. Bahwa satu kelompok masyarakat tertentu pertama kali harus
mengidentifikasi

adanya

suatu

keinginan

bersama

untuk

melakukan sesuatu dalam rangka memecahkan masalah-masalah


penting yang mereka hadapi. Sehingga, mereka juga harus
mengidentifikasi apa saja masalah-masalah penting tersebut.
2. Kelompok masyarakat itu mulai merencanakan suatu strategi
bersama mengenai tindakan-tindakan apa yang mereka harus
lakukan dan bagaimana cara melakukannya
3. Kelompok itu kemudian mendaftarkan apa saja kemampuan yang
mereka miliki, apa saja kekuatan dan kelemahan mereka dan jika
perlu, apa saja keterampilan dan sumberdaya lain yang masih perlu
mereka adakan.
4. Kelompok itu telah tiba pada tahap mulai melaksanakan semua
rencana mereka sesuai dengan perkembangan keadaan yang
mereka hadapi.

14

BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang,
alat-alat, tugas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu
kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan. (Siagian,1983 dalam Juniati).
Ada tiga model yang dipergunakan dalam pengorganisasian
komunitas, yaitu sebagai berikut : Locality Development, Social Planning,
Social Action.
Langkah langkah yang harus ditempuh dalam Pengorganisasian
Masyarakat adalah :
1. Persiapan sosial :
a. Pengenalan Masyarakat
b. Pengenalan Masalah
c. Penyadaran Masyarakat
2. Pelaksanaan,
3. Evaluasi, dan
4. Perluasan
3.2 Saran
Dengan
mengharapkan

melalui
khususnya

makalah
semua

ini

kami

mahasiswa

selaku
STIKES

penyusun
YARSI
15

MATARAM

dapat mengetahui serta memahami tentang Konsep

Pengorganisasian masyarakat dalam keperawatan komunitas.

DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang Ayu Henny. (2011). Asuhan Keperawatan Komunitas : Teori &
Praktik. Jakarta : EGC.
Agus Afandi, Muhammad Hadi Sucipto dkk, Modul Participatory Action
Research (Sidoarjo: CV Dwiputra Pustaka Jaya, 2013), hal. 93-94.
Iqbal Mubarak Wahit dan Nurul Chayatin.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Pengantar dan

Teori. Jakarta: Salemba Medikal.

Jo Han Tan Roem Topatimasang, Mengorganisir Rakyat (Jogyakarta: Insits Press,


2003), hal. 14-15.
Robbins, Stephen P., Perilaku Organisasi (Terjemahan), PT Indeks, Edisi 10,
Jakarta, 2007.
Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge, Organizational Behavior ( Perilaku
Organisasi ), Salemba Empat, Edisi 12, Jakarta, 2008

16

Anda mungkin juga menyukai