Anda di halaman 1dari 7

Hubungan antara Usia Ibu Hamil dengan Kesiapan Mental Menghadapi

Persalinan di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat

Sintikhewati Yenly Sucipto


Mahasiswa Akademi Kebidanan Panti Wilasa
Dr. M. Sakundarno Adi, MSc
Penyunting Ahli Jurnal Kebidanan Panti Wilasa

Abstrak
Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia ibu hamil dengan
kesiapan mental menghadapi persalinan di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat.
Metode : rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional.
Sampel yang digunakan adalah semua ibu yang melahirkan anak pertama yang tercatat di
PKD Kalisidi pada periode Januari-Juli 2009. Sampel ini sebanyak 30 orang.Dalam
penelitian ini analisis data dilakukan pada tiap variabel yang digunakan. Peneliti
menggunakan analisa univariat untuk melihat distribusi setiap variabel yang diteliti dan
menggunakan analisa bivariat untuk menyatakan ada tidaknya hubungan antar variabel
yang diteliti.
Hasil : Jumlah ibu yang mempunyai tingkat kecemasan tinggi di Desa Kalisidi Kecamatan
Ungaran Barat periode Januari-Juli 2009 adalah sebanyak 20 responden (66,7 %). Sebagian
besar responden berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 20 responden (66,7 %). Sebagian
besar responden memiliki tingkat pendidikan SMP/sederajat yaitu sebanyak 13 responden
(43,3 %). Sebagian besar responden mempunyai jumlah pendapatan keluarga rendah atau
sebesar <Rp 500.000,- /bulan yaitu sebanyak 17 responden (56,7 %). Sebagian besar
responden ditemani oleh suami dan atau keluarga pada saat proses persalinan yaitu
sebanyak 25 responden (83,3 %). Sebagian besar responden melakukan kunjungan
antenatal care lebih dari 4 kali yaitu sebanyak 25 responden (83,3 %)
Kesimpulan : Ada hubungan antara usia ibu hamil maupun jumlah pendapatan keluarga
dengan kesiapan mental dalam menghadapi persalinan yang ditinjau dari tingkat
kecemasan ibu. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan maupun frekuensi ANC
dengan kesiapan mental dalam menghadapi persalinan yang ditinjau dari kecemasan ibu.

Kata kunci : kesiapan mental, kecemasan

bukan jasmani dari seseorang yang


Kerangka Pemikiran
Kesiapan bukanlah kata yang baku, tetapi
berada dalam kondisi siap atau yang
kesiapan mempunyai makna yang sama
sudah direncanakan sebelumnya.
dengan kata siap. Arti kata siap adalah
sudah sedia atau sudah disediakan. Bisa
Kesehatan mental yang baik didasari
juga
dikatakan
sesuatu
yang
perasaan aman (a feeling of security).
direncanakan.(11) Kesiapan mental adalah
Perasaan ini timbul dari kepercayaan diri
segala sesuatu yang menyangkut batin
yang menjadikan seseorang individu
dan watak manusia atau bagian yang
merasa bahwa ia menjadi bagian
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________

(belonging), bahwa ia betah atau kerasan


(at home) di mana ia berada, bahwa ia
menginginkan dan mempunyai cukup
kesempatan untuk belajar menyesuaikan
diri terhadap banyak situasi. Mental yang
sehat tidak berarti tidak ada atau tanpa
kesukaran-kesukaran dan persoalanpersoalan, tetapi lebih ditandai oleh
kemampuan
untuk
menghadapi
persoalan secara efektif dan memuaskan.
Seorang yang mempunyai mental yang
sehat akan belajar bagaimana ia dapat
menyesuaikan diri dengan orang-orang di
sekitarnya.
Ibu
hamil
yang
sudah
masuk
perkembangan yang lebih dewasa, akan
mempunyai emosi yang lebih stabil. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa
kesiapan mental ibu dalam menghadapi
persalinan merupakan respon ibu untuk
melakukan penyesuaian diri melalui
emosi yang stabil dalam menghadapi
situasi yang akan terjadi dalam proses
persalinan. Kebingungan yang kronis
juga dapat menimbulkan ketegangan otot
pada muka dan kulit kepala sehingga
orang merasakan sakit kepala sehingga
membuat ibu sulit berfikir. Perasaan
marah, benci, rasa bersalah atau cemas
akan membuat asam lambung meningkat
sehingga menyebabkan rasa nyeri pada
lambung. Bagian mana yang akan
terpengaruh oleh situasi emosi tergantung
pada kelemahan bawaan. Pada proses
persalinan, kelemahan yang dialami itu
dipacu oleh datangnya kontraksi atau
keadaan fisik yang memang tidak sehat.

b. Ibu tidak takut(15)


Rasa takut dapat menimbulkan motif
untuk
menghindarkan
situasi.
Ketakutan yang berlebihan pada ibu
hamil yang menghadapi persalinan
akan membuat ibu tidak berani untuk
menghadapi apa yang akan terjadi
selanjutnya. Takut juga dapat
menyebabkan hilangnya rasa aman
dan dapat
pula
menyebabkan
hilangnya kepercayaan diri oleh
karena adanya perasaan ketidakmampuan menghadapi sesuatu situasi
tertentu.
c. Ibu tidak cemas(15)
Cemas adalah perasaan takut yang
tidak mempunyai arah, sehingga
orang yang mengalaminya tidak
begitu yakin akan apa yang
ditakutinya. Perasaan takut yang
merupakan reaksi terhadap sesuatu
hal atau situasi tertentu. Makin lama
melalui
proses
belajar
dan
pengalaman menjadi suatu perasaan
yang kabur (tidak terarah) yang
dialami
oleh seseorang dalam
pelbagai situasi. Perasaan tidak
tenang ini disebut cemas.

Salah satu bentuk ketidaksiapan mental


yang tampak saat ibu menghadapi
persalinan adalah kecemasan ibu.
Menurut Rathus (dalam Nawangsari,
2001, h.79), kecemasan adalah keadaan
psikologi yang ditandai oleh adanya
tekanan, ketakutan, kegalauan dan
ancaman yang berasal dari lingkungan.(16)
Kecemasan menurut Spielberger (dalam
Purboningsih, 2004, h.24) adalah suatu
Kesiapan mental ibu hamil dalam
reaksi
emosional
yang
tidak
menghadapi persalinan yang didasari
menyenangkan terhadap bahaya yang
pada emosi ibu, dapat tampak sebagai
tidak nyata atau imaginer dimana reaksi
berikut :
ini muncul bersama pengalaman otonom
(15)
a. Ibu tidak marah
dan subyektif yang dirasakan sebagai
Rasa
marah
timbul
karena
ketegangan,
ketakutan
dan
terhalangnya pemuasaan kebutuhan.
kegelisahan.(17) Mengacu pendapat para
Emosi ini dapat menimbulkan motif
tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa
menyerang terhadap sesuatu yang
kecemasan terhadap berlangsungnya
menyebabkan kemarahan.
proses persalinan adalah suatu reaksi
emosional yang tidak menyenangkan
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________

terhadap sesuatu yang harus dihadapi


yaitu proses persalinan, di mana hal ini
dirasakan sebagai ketegangan, ketakutan
dan kegelisahan.
Meskipun kecemasan muncul sebagai
gejala yang normal, tetapi kecemasan
juga dapat muncul sebagai gejala yang
menyertai gangguan jiwa (Salan, 1997).
Keadaan cemas yang wajar merupakan
respon terhadap ancaman atau bahaya
luar yang nyata jelas dan tidak bersumber
pada adanya konflik. Sedangkan cemas
yang sakit (anxietas) merupakan respon
terhadap adanya bahaya yang lebih
komplek,
tidak
jelas
sumber
.

penyebabnya,
dan
lebih
banyak
melibatkan konflik jiwa yang ada dalam
diri sendiri (Husodo, 1998).(18) Oleh
karena itu, ibu yang mempunyai tingkat
kecemasan tinggi akan semakin tidak siap
dalam menghadapi persalinan.
Faktor-faktor
kesiapan
mental
menghadapi persalinan adalah Dukungan
suami dan keluarga(10, 19) Tingkat
pendapatan(20, 21, 22) Tingkat pendidikan(20)
Frekuensi Antenatal Care (ANC)(10)
Frekuensi kelas prenatal(4) Paritas(3)
Intensitas nyeri(3, 10, 19) Usia(3)

Gambar 1. Kerangka Konsep


Paritas

Intensitas
nyeri

Frekuensi
kelas prenatal

Usia

Kesiapan mental
menghadapi persalinan

Frekuensi
ANC

Dukungan suami & keluarga

Tingkat
Pendidikan

Jumlah pendapatan

digunakan. Peneliti menggunakan analisa


Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis
univariat untuk melihat distribusi setiap
penelitian analitik. Adapun metode
variabel yang diteliti dan menggunakan
penelitian yang digunakan adalah survei
analisa bivariat untuk menyatakan ada
dengan pendekatan Cross Sectional.
tidaknya hubungan antar variabel yang
Sampel yang digunakan adalah semua ibu
diteliti.
yang melahirkan anak pertama yang
tercatat di PKD Kalisidi pada periode
Januari-Juli 2009. Sampel ini sebanyak
30 orang.Dalam penelitian ini analisis
data dilakukan pada tiap variabel yang
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________

Hasil Penelitian
KESIAPAN MENTAL MENGHADAPI
PERSALINAN
Angka tingkat kecemasan tinggi pada ibu
di Desa Kalisidi Kecamatan Ungaran
Barat periode Januari-Juli 2009 adalah
66,7% dari 30 persalinan. Angka ini
terbilang tinggi karena prosentase angka
melebihi 50% dari total persalinan ibu
primigravida yang ada di Desa Kalisidi
Kecamatan Ungaran Barat periode
Januari-Juli 2009.
Meskipun pada penelitian ini peneliti
tidak meneliti bagaimana dengan
persalinan ibu yang mempunyai tingkat
kecemasan tinggi, tetapi pada buku
Penerapan Psikologi dalam Perawatan
menuliskan bahwa tingkat kecemasan
tinggi merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan ibu tidak siap mental
menghadapi persalinannya. Ibu yang
tidak siap mental dalam menghadapi
persalinan dapat mengalami hambatan
dalam proses persalinan.(6)

mempengaruhi hasil penelitian mengenai


tingkat kecemasan ibu.
HUBUNGAN TINGKAT
KECEMASAN DENGAN
PENDIDIKAN
Hasil penelitian ini memperlihatkan
bahwa prosentase sebagian besar
responden dengan tingkat kecemasan
tinggi adalah ibu yang mempunyai
tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak
76,9%. Sedangkan 50% responden
dengan tingkat kecemasan tinggi,
mempunyai tingkat pendidikan SMA.
Hasil uji statistik dengan uji Chi-square
juga memperoleh x2 hitung sebesar 1,411
dengan nilai p sebesar 0,494. Hal ini
berarti bahwa tidak ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan tingkat
kecemasan ibu.

HUBUNGAN TINGKAT
KECEMASAN DENGAN
PENDAPATAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden dengan tingkat
HUBUNGAN TINGKAT
kecemasan tinggi adalah ibu yang
KECEMASAN DENGAN USIA
memiliki pendapatan < Rp 500.000,Hasil penelitian menunjukkan bahwa
/bulan yaitu sebanyak 82,4%. Dalam teori
prosentase sebagian besar responden
dikatakan bahwa sedikitnya pendapatan
dengan tingkat kecemasan tinggi berumur
keluarga membuat ibu tidak bisa
< 20 tahun yaitu sebesar 100%. Hasil
mencapai akses untuk mendapatkan
penelitian ini sesuai dengan teori yang
pelayanan
yang
berkualitas.
menyebutkan bahwa ibu hamil dengan
Ketergantungan akan sosial ekonomi
usia < 20 tahun mengalami ketidaksiapan
keluarga ini dapat menimbulkan stress
mental dalam menghadapi persalinan.(24)
(tekanan batin) pada ibu. Keadaan tidak
Kesiapan mental ibu hamil dalam
menyenangkan yang dimulai dari
menghadapi persalinan dapat tampak dari
kehamilan akan berpengaruh pada
kondisi ibu tidak cemas.(15) Setelah
kesiapan mental ibu dalam menghadapi
dilakukan uji statistik dengan uji Chipersalinannya.(13,20) Kesesuaian ini bisa
square diperoleh x2 hitung sebesar 2,071
disebabkan karena 56,7% dari 30
dengan nilai p sebesar 0,006. Hal ini
responden memiliki jumlah pendapatan
memperlihatkan
bahwa
terdapat
keluarga dengan kategori rendah.
hubungan yang bermakna antara usia
Berdasarkan hasil analisa dengan
responden dengan tingkat kecemasan.
menggunakan uji Chi-square juga
Setelah melihat tabel analisa, dari 10 ibu
didapatkan nilai x2 hitung sebesar 8,532
yang memiliki tingkat kecemasan tinggi
dengan nilai sebesar 0,014 yang
yaitu ibu dengan usia < 20 tahun, 6 di
membuktikan bahwa antara jumlah
antaranya mempunyai tingkat pendapatan
pendapatan dengan tingkat kecemasan
rendah. Menurut peneliti, hal ini juga
ibu terdapat hubungan. Hasil tersebut
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________

dapat juga disebabkan karena 6 dari 17


responden dengan berpendapatan rendah,
mempunyai usia < 20 tahun di mana usia
juga berhubungan tingkat kecemasan.
HUBUNGAN TINGKAT
KECEMASAN DENGAN FREKUENSI
ANC
Kepercayaan dan kenyamanan yang
mulai ibu dapat dari saat ANC akan
mempengaruhi kesiapan ibu dalam
menghadapi persalinan.(10) Teori ini tidak
sesuai dengan hasil penelitian yang
memperlihatkan bahwa sebagian besar
responden dengan tingkat kecemasan
tinggi adalah ibu yang lebih sering
melakukan kunjungan ANC yaitu dengan
frekuensi ANC > 4 kali sebanyak 68%.
Selain itu, berdasarkan hasil analisa
dengan menggunakan uji Chi-square,
diperoleh nilai x2 hitung sebesar 0,120
dengan nilai sebesar 0,729. Hasil
tersebut membuktikan bahwa tidak ada
hubungan antara frekuensi ANC dengan
tingkat kecemasan ibu.

7. Dalam uji statistik dengan uji Chisquare didapatkan bahwa ada


hubungan antara usia ibu hamil
maupun jumlah pendapatan keluarga
dengan kesiapan mental dalam
menghadapi persalinan yang ditinjau
dari tingkat kecemasan ibu.
8. Dalam uji statistik dengan uji Chisquare didapatkan bahwa tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan
maupun frekuensi ANC dengan
kesiapan mental dalam menghadapi
persalinan
yang
ditinjau
dari
kecemasan ibu.
9. Hasil
penelitian
belum
bisa
membuktikan kesiapan mental ibu
dalam menghadapi persalinan karena
peneliti hanya meninjau dari tingkat
kecemasan ibu.
Saran
1. Ibu
dapat
memperbanyak
pengetahuan maupun informasi dari
berbagai media agar ibu tahu akan
sesuatu yang sedang dihadapi.
2. Ibu dapat
menentukan tenaga
kesehatan yang membuat ibu merasa
nyaman.
3. Ibu dapat mencari kegiatan yang
dapat membuat ibu senang dan tidak
jenuh.
4. Ibu diharapkan dapat beinteraksi dan
bekerja sama, menceritakan apa yang
menjadi
permasalahan
tentang
kehamilan ibu pada tenaga kesehatan
di setiap kunjungan pemeriksaan
kehamilan.
5. Setiap kali kunjungan ANC, tenaga
kesehatan
diharapkan
dapat
memberikan informasi yang sesuai
dengan kondisi ibu dan memberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
kehamilan dan persalinan.
6. Tenaga kesehatan dapat melibatkan
suami
dan
keluarga
dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
7. Tenaga kesehatan dapat memberikan
perhatian lebih dan dukungan intensif
kepada ibu hamil berusia < 20 tahun

Kesimpulan
1. Jumlah ibu yang mempunyai tingkat
kecemasan tinggi di Desa Kalisidi
Kecamatan Ungaran Barat periode
Januari-Juli 2009 adalah sebanyak 20
responden (66,7 %)
2. Sebagian besar responden berusia 2035 tahun yaitu sebanyak
20
responden (66,7 %)
3. Sebagian besar responden memiliki
tingkat pendidikan SMP/sederajat
yaitu sebanyak 13 responden (43,3 %)
4. Sebagian besar responden mempunyai
jumlah pendapatan keluarga rendah
atau sebesar <Rp 500.000,- /bulan
yaitu sebanyak 17 responden (56,7 %)
5. Sebagian besar responden ditemani
oleh suami dan atau keluarga pada
saat proses persalinan yaitu sebanyak
25 responden (83,3 %)
6. Sebagian besar responden melakukan
kunjungan antenatal care lebih dari 4
kali yaitu sebanyak 25 responden
(83,3 %)
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________

tanpa memberikan intervensi yang


tidak perlu.

Daftar Pustaka
1. Pusat pendidikan tenaga kesehatan.
Asuhan Antenatal. Jakarta: Pusat
pendidikan tenaga kesehatan WHOJHPIEGO;2003.h3;37.
2. Varney, H. Buku ajar asuhan
kebidanan. Edisi 4. Volume 1.
Jakarta: EGC; 2007.h.492;501.
3. Walsh L, Petree B. Memelihara
kenyamanan dan manajemen nyeri.
Dalam: Walsh, L. Buku ajar
kebidanan
komunitas.
Jakarta:
EGC;2007.h.261.
4. Varney, H. Buku ajar asuhan
kebidanan. Edisi 4. Volume 2.
Jakarta: EGC;2007.h.687-9.
5. Varney, H. Buku ajar asuhan
kebidanan.
Edisi
4.
Jakarta:
EGC;2007.h.700.
6. McGhie,
Andreu.
Penerapan
psikologi
dalam
perawatan.
Yogyakarta:Andi; 1996.h.24.
7. Endjun,
JJ.
Mempersiapkan
persalinan sehat. Jakarta: Puspa
Swara;2002.h.30.
8. Anonymous. Kematian ibu petaka
yang sulit surut. Juli 2007 [Diakses
tanggal 10 September 2008]. Didapat
dari:
http://www.majalahfarmacia.com
9. Pengurus
Pusat
Ikatan
Bidan
Indonesia. Buku I standar pelayanan
kebidanan. Cetakan IV. Jakarta:
IBI;2006.h.1-2.
10. Pusat pendidikan tenaga kesehatan.
Asuhan Intrapartum. Jakarta: Pusat
pendidikan tenaga kesehatan WHOJHPIEGO;2003.h.3-6.
11. Purboningsih, W.J.S. Kamus Umum
Bahasa
Indonesia.
Jakarta:Balai
Pustaka; 1982.

12. Anonymous. Kamus Besar Bahasa


Indonesia.
Februari
2009.
Didapatdari:
http://id.wikipedia.org/wiki/jiwa
13. Manuaba IBG. Ilmu kebidanan,
penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan.
Jakarta: EGC;1998.h.157.
14. Jaringan Nasional Pelatihan KlinikKesehatan
Reproduksi.
Asuhan
Persalinan Normal. Edisi ketiga
(Revisi). Jakarta: Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik; 2007.h.22.
15. Maria, Chatarina. Perilaku. Jakarta:
Akademi Keperawatan SintCarolus
program D-III;1997.h.16.
16. Nawangsari, N.A.F. Pengaruh SelfEfficacy
dan
Expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi
pelajaran
matematika.
Jurnal
Psikologi: Insan Media. Surabaya:
Fakultas
Psikologi
Universitas
Erlangga. 2001.
17. Purboningsih, E.R. 2004. Hubungan
antara orientasi locus of control
dengan tingkat kecemasan. Journal
Psikologi. 2004;Vol.14, Nomor 2,
September 2004 (38-52).
18. Nitafitria. Kecemasan. Januari 2009
[Diakses tanggal 9 Februari 2009].
Didapat
dari:
http://nitaftria.wordpress.com
19. Bachman, JA.Penatalaksanaan rasa
tidak nyaman. Dalam: Bobak IM,
Maria A, Wijayarini, Anugerah P.
Buku ajar keperawatan maternitas.
Edisi 4. Jakarta: EGC; 2005.h.255
20. Manuaba IBG. Konsep obstetri dan
ginekologi sosial Indonesia. Jakarta:
EGC; 2001.h.80.
21. Johnson, PA.Seksualitas remaja,
kehamilan, dan menjadi orangtua.
Dalam: Bobak IM, Maria A,
Wijayarini, Anugerah P. Buku ajar
keperawatan maternitas. Edisi 4.
Jakarta: EGC; 2005.h.826.
22. Soetjiningsih. Tumbuh kembang
remaja dan permasalahannya. Jakarta:
CV. Sagung Seto; 2004. h.140.

Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________

23. Anonymous. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Februari 2009. Didapat
dari: http://id.wikipedia.org/wiki/usia
24. Anonymous. Kehamilan. Tanggal 4
Agustus 2007. [Diakses tanggal 3
November 2008]. Didapat dari:
http://www.balitaanda.indoglobal.com
25. Hurlock, E. Psikologi perkembangan.
Edisi
5.
Jakarta:
Erlangga;
2002.h.189.

Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________

Anda mungkin juga menyukai