Anda di halaman 1dari 16

Tuberkulosis Paru

Martiana Helena
102009173
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510
Email : aleydismh@gmail.com

Pendahuluan
Tuberculosis paru merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama
dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah urban,
lingkungan yang padat. Penyakit tuberculosis merupakan penyakit masyarakat yang dapat
menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya ) dan dimana saja.
Indonesia sendiri termasuk dalam negara peringkat ke tiga yang menyumbang penyakit Tb
terbesar di dunia setelah india dan cina. Terdapat empat juta kasus baru tbc setiap tahunnya.
Penyakit Tuberculosis ialah penyakit kronis. Proses gejalanya berjalan perlahan sehingga
banyak masyarakat yang tidak mengenal tentang penyakit tuberculosis. Gejala tuberculosis
yang lama tidak ditangani bisa menyebabkan kematian. Penyakit TBC disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculose, yang penyebarannya melalui droplet. Penyakit ini
menyerang semua umur. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tuberculosis pada
dewasa.

Pembahasan
A. Anamnesis
Anamnesis adalah komunikasi dua arah yang dilakukan dokter dengan pasien atau dengan
keluarga pasien. Ada dua macam komunikasi yang dilakukan, yaitu;
a. Auto = antara dokter dengan pasien (pasien dalam keadaan sadar)
b. Allo = antara dokter dengan keluarga pasien (pasien dalam keadaan tidak sadar)
Dalam scenario dokter harus melakukan anamnesis auto anamnesis karena pasien dalam
keadaan sadar. Tujuan dari anamnesis adalah untuk memperoleh informasi, menjalin
hubungan baik, dan menjalin kepercayaan dokter dengan pasien. 1 Dari scenario ada hal yang
dapat kita ketahui dan ada hal yang harus kita tanyakan, yaitu;
Keluhan utama
Batuk darah 2 hari lalu, sekitar setengah gelas air mineral. Keluhan disertai batuk tidak
berdahak sejak 4 bulan yang lalu dan demam hilang timbul sejak 1 bulan terakhir, berat
badan turun dalam 3 bulan.
Riwayat penyakit sekarang
Kita harus menanyakan kepada pasien;
Batuknya sudah berapa lama?
Batuk berdarahnya muncul tiba-tiba atau dari batuk berdahak dulu?
Ada penurunan nafsu makan tidak? Atau sakit kepala, meriang dan nyeri dada?
Sering keringat malam tidak?
Ada penurunan berat badan tidak? Jika ada berapa kilo turunnya?
Sebelumnya ada kontak dengan orang yang mengalami sakit sama dengan anda tidak?
Keluarga ada yang sakit seperti ini juga tidak?
Factor pemberat atau peringan dari penyakit?
Pernah melakukan foto toraks tidak? Jika pernah boleh lihat?
Apakah pasien sudah minum obat? Obat apa itu? Dan bagaimna hasilnya?
Adakah keluhan yang lain?
Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah sakit seperti ini sebelumnya?
Didiagnosa sakit apa? Obat apa yang diberikan? Bagaimana sekarang?
B. Pemeriksaan
a.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dasar, yaitu;
a. Inspeksi = cara pemeriksaan dengan melihat dan mengamati bagian tubuh pasien yang
diperiksa. Contoh; inspeksi perut (ada benjolan atau tidak) dan inspeksi warna bola mata
(berwarna kuning atau tidak).
b. Palpasi = pemeriksaan secara perabaan dengan menggunakan rasa proprioseptif ujung
jari tangan.pemeriksaan ini gunanya unutuk menemukan adanya massa (lokasi, ukuran,

bentuk, tepi, permukaan, konsistensi, rasa nyeri, dan apakah ada pergerakan selama
respirasi).
c. Perkusi = pemeriksaan fisik dengan cara mengetuk permukaan tubuh dengan perantara
jari tangan untuk mengetahui keadaan organ-organ di dalam tubuh. Tergantung dengan
jaringan apa yang ada dibawahnya, maka akan timbul berbagai nada (pekak, redup,
sonor, hipersonor dan timpani).
d. Auskultasi = pemeriksaan fisik dengan cara mendengarkan suara yang terdapat di dalam
dengan bantuan alat yang disebut stetoskop, sehingga dapat mendengarkan suara secara
kualitatif maupun kuantitatif yang ditimbulkan oleh jantung, paru-paru dan usus.2
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva
mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat
badan menurun. Secara anamnesis dan pemeriksaan fisik, TB paru sulit dibedakan dengan
pneumonia biasa. Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurgai adalah bagian apex
(puncak) paru. Bila dicurigai adanya infiltrasi yang agak luas, maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronchial. Akan didapatkan juga suara napas tambahan
berupa ronkhi basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi ini diliputi oleh penebalan pleura,
suara napasnya menjadi vesicular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi
memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan suara amforik.
Pada TB paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otototot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi mediastinum atau paru
lainnya. Paru yang sehat menjadi lebih hiperinflasi.
Bila jaringan fibrotic amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan paru-paru, akan
terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan selanjutnya meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya cor pulmonal dan gagal jantung kanan,
cirinya takikardi, takipnea, sianosis, tekanan vena jugularis meningkat, hepatomegali, asites,
edema. Bila TB mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak
tertinggal dalam pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak. Dalam penampilan klinis, TB
sering asimptomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis
dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberculin yang positif.
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi
Pada saat ini pemeriksaan radiologi dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberculosis. Lokasi lesi TB umumnya di daerah apex paru (segmen
3

apical lobus atas atau segmen apical bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah
(bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru.1,2
Dinyatakan proses aktif bila ditemukan:
-

Adanya infiltrate/konsolidasi/kesuraman di apex/segmen apical lobus


Adanya pembesaran kelenjar hilus pada anak-anak
Adanya cavitas (bayangan berupa cincin yang berdinding tipis) atau disertai efusi
Infiltrate milier di kedua paru berupa bercak-bercak seperti awan dan tidak tegas
(snow storm appearances)
Dinyatakan proses inaktif bila ditemukan:

Adanya kalsifikasi pada anak (bayangan tampak bercak padat dengan densitas

tinggi)
Adanya gambaran fibrosis pada dewasa (terlihat bayangan yang bergaris-garis)
Tuberkuloma (bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas tegas)

Pemeriksaan laboratorium
- Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya tidak efektif dan
tidak spesifik. Pada saat TB aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah
normal. Laju endap darah mulai meningkat.
Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit
masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Hasil
pemeriksaan darah lain didapatkan juga: anemia ringan dengan gambaran
normokrom dan normositer; gama globulin meningkat; dan kadar natrium darah
-

menurun.2
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberculosis sudah dipastikan. Disamping itu, pemeriksaan sputum juga
dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.
Pemeriksaan ini murah dan mudah dikerjakan, tetapi terkadang tidak mudah
mendapat sputum, tertutama pasien yang tidak batuk atau batuk non-produktif.
4

Basil tahan asam (BTA) Micobacterium tuberculosis dari sputum bisa juga
didapat dengan cara bilasan lambung. Kriteria BTA positif adalah bila sekurangkurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain
-

diperlukan 5000 kuman dalam 1 ml sputum.2


Uji serologi
Reaksi takahashi dapat menunjukkan proses TB masih aktif atau tidak.
Pemeriksaan peroksidase anti peroksida (PAP-TB) dapat menunjukkan adanya
antibody IgG yang spesifik terhadap antigen Micobacterium tuberculosis.
Uji Mycodot = menggunakan LAM (lipoarabinomannan) yang dilekatkan pada
suatu alat berbentuk sisir plastic. Sisir ini dicelupkan ke dalam serum pasien.
Antibody spesifik anti LAM dalam serum akan terdeteksi sebagai perubahan
warna pada sisir yang intensitasnya sesuai dengan jumlah antibody.2

Tes tuberculin
Pemeriksan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis TB
pada anak-anak (balita. Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan
menyuntikkan 0,1 cc tuberculin PPD (Purified Protein Derivative) intrakutan
berkekuatan 5 TU (intermediate strength).

Tes tuberculin hanya menyatakan

apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M.tbc, M.bovis,
vaksinasi BCG dan Mycobactericeae pathogen lainnya. Dasar tes tuberculin ini
adalah reaksi alergi tipe lambat.2
Pada penularan kuman patogen baik yang virulen ataupun tidak
(Mycobacterium tuberculosis) tubuh manusia akan mengadakan reaksi imunologi
dengan dibentuknya antibody seluler pada permulaan dan kemudian diikuti oleh
pembentukan antibody humoral yang dalam perannya akan menekankan antibody
seluler. Setelah 24 -72 jam tuberculin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrate limfosit yakni reaksi persenyawaan
antara antibodi seluler dan antigen tuberculin. Banyak sedikitnya reaksi
persenyawaan amat dipengaruhi oleh antibody humoral, makin besar pengaruh
antibody humoral, makin kecil indurasi yang ditimbulkan. Berdasarkan hal-hal
tersebut, hasil tes mantoux dibagi atas:
1. Indurasi 0-5 mm (diameter) = mantoux negative (golongan nonsensitivity)
5

2. Indurasi 6-9 mm (diameter) = hasil meragukan (golongan low grade


sensitivity)
3. Indurasi 10-15 mm = mantoux positif (golongan normal sensitivity)
4. Indurasi >15 mm = mantoux positif kuat (golongan hypersensitivity

Tes positif palsu terjadi pada pemberian BCG atau terinfeksi M.tbc. tes negative
palsu terjadi pada:

Pasien yang baru terpajan 2-10 minggu


Anergi
Penyakit eksantematous dengan panas yang kuat: morbili, cacar air,

poliomyelitis
Reaksi hipersensitivitas menurun pada penyakit limforetikulare (Hodgkin)
Pemberian kortikosteroid yang lama, pemberian obat imunosupresi

lainnya
Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit keganasan

Catatan: untuk pasien HIV, tes mantoux 5 mm dinilai positif.2


C. Working Diagnosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya mengenai paru, tetapi mungkin
menyerang semua organ atau jaringan di tubuh. Biasanya bagian granuloma tuberkular
mengalami nekrosis perkijuan.
Menurut American Thoracic Society dan WHO 1964 diagnosis pasti tuberculosis paru
adalah dengan menemukan kuman Mycobacterium tuberculosae dalam sputum atau jaringan
paru secara biakan. Sebenarnya dengan menemukan kuman BTA dalam sediaan sputum
secara mikroskopik biasa, sudah cukup untuk memastikan diagnosis TB paru.2,3
D. Diferensial Diagnosis
1. Ca paru
Tumor paru adalah salah satu jenis tumor yang sulit disembuhkan. Sesuai namanya,
tumor paru tumbuh di organ paru-paru. Tumor ini diakibatkan oleh sel yang
6

membelah dan tumbuh tak terkendali pada organ paru. Tumor paru jika dibiarkan
dapat berkembang menjadi kanker paru. Biasanya tumor ini berkembang di saluran
napas atau bagian alveolus. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan tumor ini
menyebar ke seluruh tubuh jika sudah menjadi kanker paru stadium akut.2,3
Gejala klinik:

Batuk berdahak

Hemoptisis

Suara jadi parau

Berat badan merosot

Sesak dan stridor

Wheezing

2. Bronkiektasis
Bronkiektasis (Bronchiectasis) adalah suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi)
abnormal dari saluran pernafasan yang besar. Pada bronkiektasis, daerah dinding
bronkus rusak dan mengalami peradangan kronis, dimana sel bersilia rusak dan
pembentukan lendir meningkat. Ketegangan dinding bronkus yang normal juga
hilang. Area yang terkena menjadi lebar dan lemas dan membentuk kantung yang
menyerupai balon kecil. Penambahan lendir menyebabkan kuman berkembang biak,
yang sering menyumbat bronkus dan memicu penumpukan sekresi yang terinfeksi
dan kemudian merusak dinding bronkus. Peradangan dapat meluas ke kantong udara
kecil (alveoli) dan menyebabkan bronkopneumonia, jaringan parut dan hilangnya
fungsi jaringan paru-paru. Peradangan dan peningkatan pembuluh darah pada dinding
bronkus juga dapat menyebabkan batuk darah. Penyumbatan pada saluran pernafasan
yang rusak dapat menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam darah.2-4,5
Bronkiektasis bisa disebabkan oleh:

1.

Infeksi

2.

Kelainan herediter atau kelainan konginetal

3.

Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya infeksi


4. Sering penderita mempunyai riwayat pneumoni sebagai komplikasi campak,
batuk rejan, atau penyakit menular lainnya semasa kanak-kanak.
Gejalanya bisa berupa:
- batuk menahun dengan banyak dahak yang berbau busuk
- batuk darah
- batuk semakin memburuk jika penderita berbaring miring
- sesak nafas yang semakin memburuk jika penderita melakukan aktivitas
- penurunan berat badan, lelah, pucat, bau mulut, warna kulit kebiruan
- clubbing fingers (jari-jari tangan menyerupai tabuh genderang)
- wheezing (bunyi nafas mengi/bengek)

E. Etiologi
Mycobacterium tuberculose merupakan penyebab dari penyakit tuberculosis.2,3
Sifat-sifat umum:
- Batang halus, gerak (-), kapsul (-), spora (-)
- Aerob, tahan asam dan alkali
- Tumbuh lambat (generation time 12-18 jam)
- Pewarnaan tahan asam (ziehl-neelsen atau kinyoun gabbet)
Pada dinding sel mengandung:
- Mycolic acid : asam lemak rantai panjang (yang menyebabkan bakteri tahan asam pada
-

pewarnaan)
Wax-D (lilin) : dapat memperkuat respon imun (digunakan sebagai Freunds adjuvant
Fosfatida : berperan dalam proses nekrosis pengejuan.

Gambar 1. Mycobacterium tuberculosis


Daya tahan kuman:
-

Sangat tahan asam, tahan dalam keasaman dan enzim GIT, tahan suasana alkali dan

kekeringan, dalam sputum kering tahan 8-10 hari.


Peka terhadap ultraviolet, panas (mati dalam pasterurisasi), alcohol, formaldehyde,
glutaraldehyde. Kuman peka terhadap hypochloride dan phenol.

F. Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) ,merupakan penyakit infeksi yang sejarahnya dapat dilacak sampai ribuan
tahun sebelum masehi. Sejak zaman purba, penyakit ini dikenal sebagai penyebab kematian
yang menakutkan.
Sampai pada saat Robert Koh menemukan penyebabnya, penyakit ini masih termasuk yang
mematikan. Istilah saat itu untuk penyakit mematikan ini adalah comsumption. Pada tahun
1969 terjadi penurunan yang drastis di Amerika Serikat, yaitu sekitar 1,4 per 100.000. 2,3
Penurunan angka kesakitan maupun angka kematian diyakini disebabkan oleh:
- Membaiknya keadaan sosial ekonomik
- Infeksi pertama yang terjadinya pada usia muda
- Penderita yang sangat rentan segera meninggal (tidak menjadi sumber penularan)
- Serta ditemukan obat anti TB yang ampuh
Di Indonesia, TB paru menduduki urutan ke-4 untuk angka kesakitan sedangkan sebagai
penyebab kematian menduduki urutan ke-5; menyerang sebagian besar usia produktif dari
kelompok sosial ekonomi lemah. Walau upaya membrantas TB telah dilakukan, tetapi angka
insiden maupun prevalensi TB paru di Indonesia tidak pernah turun. Dengan bertambahnya
penduduk, bertambah pula jumlah penderita TB paru, dan kini Indonesia adalah negara
peringkat ketiga terbanyak di dunia dalam jumlah penderita tuberkulosis paru. Dengan
meningkatnya infeksi HIV/AIDS di Indonesia, penderita TB akan meningkat pula. Karena
9

diperkirakan seperempat penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Pada tahun
1993 WHO mencanangkan tuberkulosis sebagai kedaruratan global.
Cara penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan
besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan kasus TB.
Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei,
khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang
mengandung basil tahan asam (BTA). Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bisa
melalui inokulasi langsung. Sudah dibuktikan bahwa lingkungan social ekonomi yang baik,
pengobatan teratur dan pengawasan minum obat ketat berhasil mengurangi angka morbiditas
dan mortalitas di Amerika selam tahun 1950-1960.2
Patogenesis
A. Tuberculosis primer
Infeksi primer terjadi setelah seseorang menghirup Mycobacterium tuberculosis. Setelah
melalui barier mukosilier saluran napas, basil TB akan mencapai alveoli. Kuman akan
mengalami multiplikasi di paru, disebut focus Ghon. Melalui aliran limfe, basil mencapai
kelenjar limfe hilus. Focus Ghon dan limfadenopati hilus membentuk kompleks primer.
Melalui kompleks primer basil dapat menyebar melalui pembuluh darah ke seluruh
tubuh. Respon imun seluler/hipersensitivitas tipe lambat terjadi 4-6 minggu setelah
infeksi primer. Banyaknya basil serta kemampuan daya tahan tubuh host akan
menentukan perjalanan penyakit selanjutnya.pada kebanyakan kasus, respon imun tubuh
dapat menghentikan multiplikasi kuman, sebagian kecil menjadi kuman dorman.2,3,4
Pada penderita dengan daya tahan tubuh yang buruk, respon imun tidak dapat
menghentikan multiplikasi kuman, sehingga akan menjadi sakit pada beberapa bulan
kemudian. Sehingga kompleks primer akan mengalami salah satu hal sebagai berikut:
- Penderita akan sembuh tanpa meninggalkan cacat (restirution ad integrum)
- Sembuh dengan meninggalkan bekas (seperti sarang Ghon, fibrotic, perkapuran)
- Menyebar dengan cara: perkontinuitatum ke jaringan sekitarnya (a) pembesaran
kelenjar limfe di hilus yang menyebabkan penekanan bronkus lobus medius, sehingga
terjadi atelektasis, (b) pembesaran kelenjar limfe di leher, dapat menjadi abses disebut
scrofuloderma, (c) penyebaran ke pleura menyebabkan efusi pleura ; penyebaran
bronkogen ke paru bersangkutan atau paru sebelahnya, atau tertelan bersama dahak
10

sehingga terjadi penyabaran di usus ; penyebaran secara hematogen dan limfogen ke


organ lain seperti TB milier, meningitis, ke tulang, ginjal, dan genitalia.
B. Tuberculosis sekunder
Terjadi setelah periode laten (beberapa bulan/tahun) setelah infeksi primer. Dapat terjadi
karena reaktifasi atau reinfeksi. Reaktifasi terjadi karena kurman dorman yang
mengalami multiplikasi. Hal ini terjadi akibat daya tahan tubuh melemah. Reinfeksi
diartikan adanya infeksi ualng pada seseorang yang belum pernah mengalami infeksi
primer. Karakteristik TB post primer adalah adanya kerusakan paru yang luas dengan
cavitas, hapusan dahak BTA positif, dan pada umumnya tidak terdapat limfadenopati
intratorak. TB post primer dimulai dari sarang dini yang umumnya pada segmen apical
lobus superior atau lobus inferior. Awalnya berbentuk sarang pneumonik kecil.2,3,4
Sarang ini dapat mengalami keadaan berikut:
- Direabsorbsi dan sembuh dengan tidak menimbulkan cacat
- Sarang meluas, tetap mengalami penyembuhan berupa jaringan fibrosis dan
perkapuran, sarang dapat aktif kembali membentuk jaringan perkujuan dan bila
dibatukkan menimbulkan cavity. Cavity awalnya berdinding tipis kemudian menjadi
tebal (cavity sklerotik). Cavity akan mengalami: (a) meluas dan menimbulkan sarang
pneumoni baru; (b) memadat dan membungkus diri disebut tuberkuloma (dapat
mengapur dan sembuh, tapi dapat aktif kembali dan mencair menimbulkan cavity
kembali); (c) menyembuh dan disebut open healed cavity atau menyembuh dengan
membungkus diri, akhirnya mengecil, menciut dan tampak sebagai bintang (stellate
shape).
G. Gejala klinik
Keluhan yang dirasakan pasien TB dapat bermacam-macam. Keluhan yang terbanyak
adalah;2,3
- Demam
Serangan demam bersifat hilang timbul. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
-

tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kumann TB yang masuk.
Batuk/batuk berdarah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang
pecah.
11

Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang lebih lanjut , yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
Nyeri dada
Nyeri dada timbul jika infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan

pleuritis.

Terjadi

gesekan

kedua

pleura

sewaktu

pasien

menarik/melepaskan napas.
Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit

kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain.2


H. Penatalaksanaan
a. Medika mentosa
Obat yang digunakan untuk tuberculosis digolongkan atas dua kelompok yaitu obat linipertama dan obat lini-kedua.2,6
1. Obat lini-pertama
- Isoniazid (INH)
Isoniazid secara in vitro bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid. Mekanisme
kerjanya, yaitu: menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid, unsur
penting dinding sel mikobakterium), mencegah perpanjangan rantai asam lemak
(merupakan bentuk awal dari asam mikolat), serta menghilangkan sifat tahan
asam. Isoniazid mudah diabsorbsi pada pemerian oral maupun parenteral, dan
akan diasetilasi di hati. Efek samping yang ssering ditimbulkan adalah; neuritis
perifer, neurotoksisitas (kejang, kedut otot, ataksia), reaksi hipersensitifitas
(demam, urtikaria), kelainan hepar (ikterus), mulut kering, tinnitus, dan lain-lain.
Isoniazid merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe
-

tuberculosis. Harus dikombinasi dengan obat anti tbc (OAT) lain.


Rifampisin
Dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei. Secara in vitro rifampisin akan
menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis. Rifampisin terutama
aktif terhadap sel yang sedang bertumbuh. Kerjanya menghambat DNAdependent RNA polymerase dari mikobakeria dan mikroorganisme lain dengan
menekan mula terbentuknya rantai dalam sintesis RNA. Obat ini berdifusi baik
ke berbagai jaringan termaksud ke cairan otak. Luasnya distribusi ini tercermin
dari warna merah pada urin, tinja, sputum, air mata, dan keringat pasien.
12

Dieksresi melalui urin, empedu dan ASI. Efek sampingnya adalah ruam kulit,
demam, mual dan muntah. Rifampisin merupakan pemacu metabolism obat yang
cukup kuat, sehingga berbagai obat hipoglikemik oral, kortikosteroid dan
kontrasepsi oral akan berkurang efektifitasnya bila diberikan bersama rifampisin.
-

Pemberian PAS dengan rifampisin akan menghambat absorbs rifampisin.


Etambutol
Sensitive untuk seluruh strain M. tuberkulosis termaksud yang sudah resisten
terhadap INH

dan streptomisin. Etambutol akan menghambat sintesis

metabolisme sel, sehingga kuman mati. Etambutol tidak dapat menembus sawar
otak tapi pada meningitis tbc dapat dicapai kadar terapi utuh. Efek samping yang
timbul neuritis retrobulbar (gangguan penglihatan bilateral berupa hilangnya
kemampuan membedakan warna, lapangan pengelihatan mengecil, dan skotoma
sentral/lateral). Manfaat utamanya adalah mencegah resistensi kuman tbc dan
-

menggantikan kedudukan PAS dalam terapi tbc.


Streptomisin
Termasuk golongan aminoglikosida. Streptomisin in vitro bersifat bakteriostatik
dan bakteriosid. Obat ini bersifat neurotoksik dan ototoksik, sehingga dianjurkan
tidak diberi pada usia >65 tahun, kehamilan trimester pertama, selain itu dosis
total tidak boleh melebihi 20 gram dalam 5 bulan terakhir kehamilan untuk

mencegah ketulian pada bayi.


Pirazinamid
Merupakan analog nikotinamid, bersifat tuberkulostatik. Efek samping yang
sering terjadi adalah kelainan hati (ikterus, menghambat ekskresi asam urat
sehingga menyebabkan penyakit pirai). Obat ini lebih aktif dalam suasana asam.

2. Obat lini-kedua
- Asam para aminosalisilat (PAS)
Bersifat bakteriostatik, mudah diserap melalui saluran cerna. Masa paruh obat
sekitar satu jam. Diekskresi melalui ginjal, efek sampingnya mual dan gangguan
-

saluran cerna lainnya.


Sikloserin
Merupakan antibiotic yang dihasilkan oleh Streptomyces orchidaceus. Secara in
vitro, obat ini mengahambat pertumbuhan kuman tbc, dengan cara menghambat
sintesis diniding sel. Dapat menembus sawar otak. Efek samping yang timbul:
13

gangguan SSP (somnolen, sakit kepala, tremor, disartria, vertigo, dan gangguan
-

tingkah laku.
Etionamid
Obat ini akan menghambat pertumbuhan M.tbc . efek sampingnya; anoreksia,

mual, muntah, hipotensi posturnal, depresi mental, rasa metalik.


Amikasin dan Kanamisin
Termasuk antibiotic golongan aminoglikosida. Bersifat bakterisid dengan

menghambat sintesis protein bakteri.


Kapreomisin
Merupakan suatu antituberkulosis polipeptida yang dihasilkan oleh Sterptomyces
sp. Obat ini terutama digunakan pada infeksi paru oleh M.tbc yang resisten
terhadap antituberkulosis primer. Efek sampingnya neurotoksin dan otottoksin.6

b. Non-medica mentosa
Pada penyakit TBC dapat di terapi tanpa obat, yaitu dengan;

Berjemur matahari, karena kuman B tudak tahan terhadap sinar ultraviolet


Tidak berbagi alat makan dengan orang lain (menghindari penularan)
Menggunakan masker ketika diperjalanan (profilaksis)

I. Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
- Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus, poncets arthropathy
- Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas/SOPT (sindrom obstruksi pasca tuberculosis),
kerusakan parenkim berat, fibrosis paru, cor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru,
sindrom gagal napas/ARDS (sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB).2
J. Pencegahan
Pada satu dari uji klinis terkontrol terbesar yang pernah diadakan, diperlihatkan bahwa
pemberian isoniazid selama 1 tahun efektif untuk menurunkan insiden TB pada individu
yang tuberculin positif yang diduga terinfeksi M.tuberculosis. Dalam pemberian profilaksis
isoniazid, prioritas utama sebaiknya ditujukan terhadap pengobatan pasien dengan system
imun yang tertekan (imunosupresi) dan yang terinfeksi HIV, individu yang berkontak

14

dengan pasien tuberkulosa aktif melalui alat-alat rumah tangga, dan individu yang diketahui
terinfeksi dalam tahun sebelumnya.
Vaksin BCG
Bacciile Calmette-Guerin (BCG), satu bentuk strain hidup basil TB (M.bovis) yang
dilemahkan adalah jenis vaksin yang paling banyak dipakai di berbagai negara. Pada
vaksinasi BCG, organisme ini disuntikkan ke kulit untuk membentuk focus primer yang
berdinding, berkapur dan berbatas tegas. Vaksinasi dengan BCG biasanya menimbulkan
sensitifitas terhadap tes tuberculin. Derajat sensitifitas bervariasi, tergantung pada strain
BCG yang dipakai dan populasi yang divaksinasi. Vaksinasi BCG hanya memiliki tingkat
keefektifan 50% untuk mencegah semua bentuk TB.6
K. Prognosis
Prognosis dari penyakit tuberculosis umumnya baik. Namun juga ada kemungkinan fatal
pada pasien dengan TB milier atau pada TB yang sudah resisten dengan obat anti TBC.
Penutup
Tuberculosis paru adalah penyakit menular yang dapat menyerang semua usia. Penyakit
ini sulit didiagnosa karena terkadang asimptomatik. Untuk mendapatkan diagnosis pastinya
maka harus dilakukan pemeriksaan BTA dari sputum atau bilasan lambung, dapat juga dilakukan
pemeriksaan radiologi. Pengobatan untuk penyakit ini harus terus dilakukan dan tidak boleh
dihentikan karena akan menyebabkan kuman TB menjadi resisten.

Daftar Pustaka
1. Patel, Pradip R. Lecture Notes: Radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007.h.39.
2. Sudoyo.W.Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus, Setiati Siti.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jilid III. Jakarta: InternaPublishing;
2009.h.2230-8.
3. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Harrison prinsip-prinsip ilmu
penyakit dalam. Edisi ketigabelas. Vol 2. Jakarta:EGC; 1999.h.799-808.
4. Anderson Sylvia, Price. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi
keenam. Vol 2. Jakarta: EGC;2006.h.852-61.

15

5. Bronkiektasis. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/29781333/bronkiektasis. 7 juli


2015.
6. Gunawan Gan Sulistia, Nafrialdi, Setiabudy Rianto, Elysabeth. Farmakologi dan terapi.
Edisi kelima. Jakarta: FKUI; 2008.h.613-24.

16

Anda mungkin juga menyukai