PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini memang semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit
yang timbul akibat Gaya hidup manusia dan karena factor alami. Salah satunya
penyakit Akalasi yang terjadi karean penurunan fungsi dari esophagus yang
menjadikan sering terjadi tersedak saat makan maupun minum, penyakit ini tidak
bisa menular tapi bisa terjadi pada semua jenis kelamin. Penyakit akalasia ini
lebih menyerang kepada orang yang sudah usia lanjut sehingga butuh perawatan
khusus karena akan menggaggu masa tua kita semua, sehingga dibutuhkan
pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya
penyakit ini sejak dini.
Oleh karena itu, penyakit ini sangat menarik untuk dibahas karena sangat
dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari kita. Penyakit ini tentu bisa merusak
aspek psikoliogi dan psikososial penderita, dan diperlukan asuhan keperawatan
yang holistik dan pendidikan kesehatan untuk mencegah penyakit ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian akalasia?
2. Apa etiologi dari akalasia?
3. Bagaimana fatofisiologi dari akalasia?
4. Tanda dan gejala dari akalasia?
5. Bagaiman fatoflow dari akalasia?
6. Apa manifestasi klinis dari akalasia?
7. Bagaiamana penatalaksanaan untuk akalasia?
8. Bagaimana diagnosis untuk akalasia?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
1
Pembagian Oesophagus.
Oesophagus terletak setinggi Vertebrae Cervical VI sampai discus intervertebralis
antara Vertebrae Thoracalis X dan Vertebrae Thoracalis XI.
Oesophagus terbagi atas 3 pars, yaitu oesophagus pars cervical, oesophagus pars
thoracica dan oesophagus pars abdominalis.
1.
pars
abdominalis
membentang
dr
hiatus
1.
inferior
2. Oesophagus bagian 1/3 medial divaskularisasi oleh cabang dr aorta
descendens
3. Oesophagus
bagian
1/3
distal
(anal)
divaskularisasi
oleh
Rr.
esophagus.
Muntah, secara spontan atau sengaja untuk menghilangkan ketidak nyamanan
Nyeri dada dan ulu hati (pirosis). Nyeri bisa karena makanan atau tidak.
Kemungkinan komplikasi pulmonal akibat aspirasi isi lambung.
Disfagia, merupakan keluhan utama dari penderita Akalasia. Disfagia dapat
terjadi secara tiba-tiba setelah menelan atau bila ada gangguan emosi.
Disfagia dapat berlangsung sementara atau progresif lambat. Biasanya cairan
E. PATOFISIOLOGI
Kontraksi dan relaksasi
neurotransmitter
sfingter
perangsang
esofagus
seperti
bagian
asetilkolin
dan
bawah
diatur
substansi
oleh
P, serta
sfingter esofagus bawah (SEB) istirahat jauh di atas normal dan gagalnya
SEB untuk relaksasi sempurna. Beberapa penulis menyebutkan adanya
hubungan antara kenaikan SEB dengan sensitifitas terhadap hormon
gastrin. Panjang SEB manusia adalah 3-5 cm sedangkan tekanan SEB
basal normal rata-rata 20 mmHg. Paa akalasia tekanan SEB meningkat
sekitar dua kali lipat atau kurang lebih 50 mmHg.
Gagalnya relaksasi SEB ini disebabkan penurunan tekanan sebesar 3040% yang dalam keadaan normal turun sampai 100% yang akan
mengakibatkan bolus makanan tidak dapat masuk ke dalam lambung.
Kegagalan ini berakibat tertahannya makanan dan minuman di esofagus.
Ketidakmampuan relaksasi sempurna akan menyebabkan adanya tekanan
residual. Bila tekanan hidrostatik disertai dengan gravitasi dapat melebihi
tekanan residual, makanan dapat masuk ke dalam lambung.
b. Peristaltik esofagus yang tidak normal disebabkan karena aperistaltik
dan dilatasi bagian bawah korpus esofagus. Akibat lemah dan tidak
terkoordinasinya peristaltik sehingga tidak efektif dalam mendorong bolus
makanan melewati SEB. Dengan berkembangnya penelitian ke arah
motilitas, secara obyektif dapat ditentukan motilitas esofagus secara
manometrik pada keadaan normal dan akalasia.
Pada literature lain juga menyebutkan bahwa patofisiologi akalasia, yaitu:
1. Neuropatologi
Beberapa macam kelainan patologi dari akalasia telah banyak dikemukakan.
Beberapa dari perubahan ini mungkin primer (misal : hilangnya sel-sel
ganglion dan inflamasi mienterikus), dimana yang lainnya (misal : perubahan
degeneratif dari n. vagus dan nukleus motoris dorsalis dari n. vagus, ataupun
yang
lama
dan
dilatasi
esofagus.
Kemungkinan
lain
H. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dan akalasia sebagai akibat an retensi makanan pada
esofagus adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. Esophagitis, yang disebabkan oleh efek iritasi dari makanan dan cairancairan yang menumpuk di esophagus untuk periode-periode waktu yang
berkepanjangan. Mungkin juga ada pemborokan-pemborokan esophagus.
I. PENATALAKSAAN
1. Pasien harus diintruksikan untuk makan dengan perlahan dan minum cairan
pada saat makan.
2. Kalsum dan nitrit, digunakan untuk menurunkan tekanan esophagus dan
memperbaiki menelan, jika tidak berhasil dilakukan pembedahan dengan
dilatasi pneumetik atau pemisaha serat otot.
3. Akalasia dapat diobati secara konserfatif dengan meregangkan area esophagus
yang menyempit disertai dilatasi pneumatic.
J. PENGKAJIAN
1. Gangguan menelan b.d penyakit refluks gastroesofagus
a. Bangun dan batuk pada malam hari
b. Pasien mepunyai sensasi makanan menyumbat pada bagian bawah
esophagus.
c. Kesulitan menelan
d. Muntah
e. Nyeri uluhati
f. Pembatasan volume
g. Regurgitasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
b.d
ketidakmampuan makan
a. Pasien mepunyai sensasi makanan menyumbat pada bagian bawah
esophagus.
b. Muntah, secara spontan aau sengaja untuk menghilangkan ketidak
nyamanan
c. Kesulitan menelan
d. Penurunan berat badan
3. Nyeri akut b.d factor fisik
a. Sulit menelan baik cair dan padat
b. Nyeri
c. Bangun dan batuk pada malam hari
4. Resiko tinggi aspirasi b.d makanan tidak tertelan dan masuk ke saluran
pernafasan
a. Sulit menelan baik cair dan padat
b. Berat badan turun
c. Batuk setelah makan
10
K. DIAGNOSA
1. Gangguan menelan b.d penyakit refluks gastroesofagus
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
b.d
ketidakmampuan makan
3. Nyeri akut b.d factor fisik
4. Resiko tinggi aspirasi b.d makanan tidak tertelan dan masuk ke saluran
pernafasan
L. ASKEP
NO
DIAGNOSA
1
Gangguan
menelan
NOC
Setelah
NIC
1. Memantau
b.d dilakukan
RASIO
1.
tingkkat
penyakit
tindakan
kesadaran,
refluks
keperawatan
refleks
gastroesofagus
2x24jam pasien
batuk,
diharapkan
refleks
mengalami:
muntah, dan
1. Status
kemampuan
menelan:
menelan.
2. Menyuapka
fase
n makanan 2.Mencegah
esophagus:
dalam
penyaluran
penumpukan
jumlah
cairan atau
kecil.
3. Potong
partikel
padat
dari
faring
ke
lambung.
makanan
menjadi
potongan-
11
terjadinya
makanan pada
esophageal
Karakteristik
potongan
hasil :
kecil.
4. Jauhkan
1. Dapat
lepala
mempertaha
tempat tidur
nkan
ditinggikan
makanan
30-45 menit
dalam mulut.
2. Kemampuan
setelah
menelan
makan
adekuat.
3. Mampu
mengontrol
mual
dan
muntah.
4. Pengetahuan
tentang
prosedur
pengobatan.
5. Mengidentifi
kasi
factor
emosi
atau
psikologi
yang
menghambat
menelan
12
1. Monitor
adanya
Setelah
penurunan
2
dilakukan
berat badan
Ketidakseimba tindakan
ngan
nutrisi keperawatan
kurang
kebutuhan
tubuh
2. Monitor
lingkungan
diharapkan
selama
b.d mengalami:
makan
ketidakmampu
Criteria hasil:
3. Monitor
an makan
1. Adanya
mual
peningkatan
danmuntah
berat badan
sesuai
dengan
tujuan
2. Menunjukk
an
1.Untuk mengetahui
peningkatan
karakteristik nyeri
fungsi
dan
pengecapan
penanganannya
dan
13
menelan
3. Tidak
terjadi
penurunan
2. Untuk
berat badan 1.Lakukan
mengetahui
yang berarti
pengkajian
pengetahuan
nyeri
secara
pasien
dalam
komvehensif
mengatasi
rasa
termasuk
nyeri
Setelah
lokasi,
dilakukan
karakterisktik
tindakan
keperawatan
frekuensi,kua
3x24jam pasien
litas,
durasi,
3. Agar
pasien
mengetahui
dan
factor fisik
managemen
diharapkan
factor
nyeri
mengalami:
presipitasi.
2.Gunakan
yang
efektif
Criteria hasil:
tekhnik
1.Mampu
komunikasi
mengontrol
teraupetik
nyeri
(tahu
untuk
penyebab
mengetahui
4. Agar
nyeri
nyeri, mampu
pengalaman
berkurang
menggunakan
tekhnik
nyeri pasien.
3.Pilih dan
14
teratasi
dan
nonpormakol
lakukan
ogi
penanganan
untuk
mengurangi
nyeri
nyeri,
(farmakologi,
mencari
nonfarmokol
bantuan).
2.Mampu ngenali
ogi,
dan
interpersonal)
nyeri
1. Memberikan
pasien
beberapa cara
untuk mengatasi
(skala
.
4.Tingkatkan
intensitas,
dan mengontrol
dipsnea dan
frekuensi,
detak,
istirahat.
menurunkan
jebakan udara
dan
nyeri).
1. Dorong/
bantu latihan
nafas
abdomen atau
bibir
2. posisi duduk
saat makan
dapat
mengurangi
resiko
terjadinya
Setelah
aspirasi
diberikan
perawatan 3x
24 jam klien
2. Ajarkan
tidak lagi
klien posisi
15
beresiko
duduk saat
makan
aspirasi saat
4
3. indikasi
pemasangan
NGT pre
aspirasi
operasi dan
lagi tersedak
saat makan
2. Pola nafas
post operasi
dan post
pada klien
operasi:
Pemasanga
akalasia
n NGT
untuk
pemberian
klien saat
nutrisi dan
makan tidak
obat yang
terganggu
adekuat bagi
klien.
4. Pemantauan
posisi NGT
oleh
perawat
ditujukkan
untuk
meninjau
kebersihan
respon klien
agar
terhindar
dari infeksi
mikroorgani
sme yang
dapat
memperbur
uk
16
prognosis
Pemantauan
posisi NGT
17
penyakit
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akalasia adalah keadaan sfingter esofagus inferior yang gagal berelaksasi
selama menelan. Sebagai akibatnya, makanan yang ditelan ke dalam esofagus
gagal untuk melewati esofagus masuk ke dalam lambung..
19
20