IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.H S
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur, TTL
Alamat
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Betawi
Status perkawinan
: Belum menikah
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Penjaga warnet
Nomor RM
: 01.06.18.58
ANAMNESIS
Dilakukan secara allo-anamnesis kepada keluarga pasien (ayah dan ibu) pada
Selasa, 18 Oktober 2016 pukul 19.30 WIB di Ruang Perawatan 706,
perawatan hari ke lima.
Keluhan Utama
Pasien mengeluh sakit kepala berputar sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih pada hari Kamis, 13 Oktober 2016
pada pukul 10.45 WIB dengan keluhan sakit kepala berputar sejak 6 hari
sebelum masuk rumah sakit. Sakit kepala yang dirasakan juga disertai rasa
mual dan muntah ketika makan ataupun minum, serta nyeri uluh hati. Muntah
yang dialaminya sebanyak 1 kali dalam sehari selama 4 hari. Pasien juga
mengatakan adanya demam sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit dan
pasien mengeluh badan menjadi lemas. Pasien belum BAB selama 3 hari, dan
BAK normal. Tidak ada keluhan batuk, pilek, kejang, dan penurunan
kesadaran.
Pada hari perawatan ke lima (Selasa, 18 Oktober 2016) orang tua pasien
mengatakan sejak hari perawatan ke tiga pasien sudah tidak mau berbicara,
mata sebelah kiri tidak mau membuka, dan badannya semakin hari semakin
lemas tidak bisa berjalan untuk ke kamar mandi. Lemas lebih dirasakan pada
tangan dan kaki sebelah kiri. Sakit kepala yang dirasakan sudah mulai
berkurang, muntah juga sudah tidak dialami pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
2000.
Keluhan serupa
: disangkal
: ayah pasien
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disnagkal
Riwayat Kebiasaan
Pasien bekerja sebagai penjaga warnet namun lebih sering berada di rumah.
Pasien merokok sebanyak 20 batang/hari dan setiap hari mengkonsumsi kopi
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal
: Selasa, 18 Oktober 2016 (hari perawatan ke lima)
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tanda Vital
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
18 Oktober 2016)
: 88 x/menit
: 20 x/menit
: 36,7C
Status Generalis
Kulit
: Sawo matang, ikterik (-), sianotik (-)
Kepala
: Normosefali, rambut distribusi merata
Mata
: Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat
anisokor diameter 3/5 mm, refleks cahaya langsung (+/-),
Hidung
Mulut
Leher
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Atas
Bawah
Genitalia
Status Neurologis
GCS
: E3M2V1
Pupil bulat anisokor diameter 3/5 mm, refleks cahaya langsung (+/-), refleks
cahaya tidak langsung (+/-), refleks kornea (+/+), dolls eye : (-)
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk
Brudzinski I
Brudzinski II
Laseque
Kerniq
:+
:+
:+
: > 700 dan < 700
: > 1350 dam < 1350
Nervus kranialis
Nervus Kranialis
NI
Pemeriksaan
Tes menghidu
Ukuran pupil
Hasil Pemeriksaan
Kanan
Kiri
Tidak dilakukan
Bulat, d : 3mm
Bulat, d : 5mm
Tajam penglihatan
N II
Lapang pandang
Buta warna
Tidak dilakukan
Funduskopi
Kedudukan bola mata
Gerak bola mata
N III, N IV, N VI
Nistagmus
Diplopia
Refleks cahaya
NV
Motorik
Sensorik
RCL (+)
RCL (-)
Tidak dilakukan
Motorik oksipitofrontal
N VII
Tes pendengaran
Tidak dilakukan
Tes keseimbangan
Pengecapan lidah posterior
N IX, N X
Refleks menelan
Tidak dilakukan
Refleks muntah
N XI
N XII
Mengangkat bahu
Tidak dilakukan
Menoleh
Pergerakan lidah
Disartria
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan
Atrofi
Tonus
Gerakan
involunter
Kekuatan otot
Refleks
fisiologis
Refleks patologis
IV.
Ekstremitas Atas
Normotonus
-
Normotonus
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ekstremitas Bawah
Normotonus
Normotonus
Kesan hemiparesis sinista
Patella/Achilles
+/+
+/+
-
Brain
CT
Scan tanpa kontras pada Selasa, 18 Oktober 2016 di Radiologi RSUD Budhi
Asih
VI.
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis klinis
:
Diagnosis topis
:
Diagnosis etiologi :
Diagnosis patologi :
PEMERIKSAAN DI RUMAH SAKIT
Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan sakit kepala sejak 6
hari sebelum masuk rumah sakit. Sakit kepala yang dirasakan disertai rasa
berputar. Sakit kepala yang dirasakan juga disertai rasa mual dan muntah
ketika makan ataupun minum, serta nyeri uluh hati. Muntah yang dialaminya
sebanyak 1 kali dalam sehari selama 4 hari. Pasien juga mengatakan adanya
demam sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit dan pasien mengeluh badan
menjadi lemas. Dilakukan pemeriksaan, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 80x/m, nafas 18 x/m, suhu 38,3 0C dengan nyeri
tekan epigastrium. Untuk penatalaksanaan awal di IGD dilakukan pemasangan
IV line dan pemberian obat injeksi Omeprazol 1 vial (40mg), Parasetamol oral
500 mg, dan pemeriksaan penunjang darah rutin, elektrolit serum dan tubex
test. Pasien didiagnosa suspek demam tifoid. Saat itu Dokter Spesialis
Penyakit Dalam memberikan advice untuk dirawat inap dan diberikan terapi
IVFD RL/8jam, injeksi antibiotik Ceftriaxone 2 x 1gr, Nacl capsul 3x1,
Ondancentron injeksi 3x4gr.
Pada hari ke tiga perawatan, pasien tampak penurunan kesadaran, tidak mau
berbicara, kepala pusing berputar masih dirasakan, mata sebelah kiri tidak bisa
membuka, pada tangan dan kaki kanan menjadi lemah, dan muka menjadi
mencong ke kanan, Dokter Penyakit Dalam menginstruksikan untuk konsul
dengan Dokter Spesialis Saraf. Pada hasil pemeriksaan didapatkan kesadaran
E3 M6V4, didapatkan pemeriksaan rangsang meningeal dengan kaku kuduk +,
dan paresis nervus VII dektra. Dokter Spesialis saraf memberikan instruksi
untuk pemeriksaan CT Scan kepala tanpa kontras, anti HIV, dan konsul ke
dokter Spesialis Paru. Pasien didiagnosa Paresis N VII dektra sentral ec
suspect meningitis TB. Pasien mendapatkan terapi tambahan Dexamethason
injeksi 4 x 10 mg, Neurosanbe plus 3x1, Betahistin 3x6mg, dan capsul racikan
berisi Paracetamol 300mg dan codein 1mg diberikan 2x1(k/p). Hasil konsul
Dokter Spesialis Paru berdasarkan riwayat penyakit dan rontgen thoraks lama
yaitu bekas TB paru dd/ relaps TB paru, suspect meningitis TB. Pasien
mendapatkan terapi OAT :
ANALISA KASUS
Dari hasil anamnesis secara auto, dan alloanemnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang didapatkan keluhan pasien yaitu terdapat sakit kepala berputar,
mual, muntah, demam, riwayat penyakit TB pada tahun 2000, penurunan kesadaran,
kelemahan pada sisi tubuh sebelah kanan, mata yang tidak bisa membuka (ptosis) sebelah
kiri, paresis N VII perifer kanan, pupil anisokor dengan diameter 3mm/5mm,
pemeriksaan rangsal meningeal +, dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan LED
yang meningkat, hiponatremi, dan hasil CT scan menunjukan adanya lesi hipodens di
batag otak sinistra serta gambaran ventrikulomegali dengan kesan hidrosefalus
komunikan. Diagnosa kerja pada pasien ini adalah Meningoensephalitis Tuberkulosa.
mula
dari
infeksi
tuberculosis
adalah
masuknya
bakteri
Arteritis
Infiltrasi eksudat pada pembuluh darah kortikal atau
meningel menyebabkan proses inflamasi yang terutama
mengenai arteri kecil dan sedang sehingga menimbulkan
vaskulitis.
Secara mikroskopis, tunika adventitia pembuluh darah
mengalami perubahan dimana dapat ditemukan sel-sel
radang tuberkulosis dan nekrosis perkejuan, kadang juga
dapat ditemukan bakteri tuberkulosis. Tunika intima juga
dapat mengalami transformasi serupa atau mengalami erosi
akibat degenerasi fibrinoid-hialin, diikuti proliferasi sel sub
endotel reaktif yang dapat sedemikian tebal sehingga
menimbulkan oklusi lumen. Vaskulitis dapat menyebabkan
timbulnya spasme pada pembuluh darah, terbentuknya
thrombus dengan oklusi vascular dan emboli yang
menyertainya, dilatasi aneurisma mikotik dengan rupture
serta perdarahan fokal. Vaskulitis yang terjadi menimbulkan
infark serebri dengan lokasi tersering pada distribusi a.
serebri media dan a. striata lateral.
Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan komplikasi yang cukup sering
terjadi dari meningitis tuberkulosa dan dapat saja terjadi
walaupun telah mendapat terapi dengan respon yang baik.
Hampir selalu terjadi pada penderita yang bertahan hidup
lebih dari 4-6 minggu. Hidrosefalus sering menimbulkan
Arakhnoiditis
Adalah suatu proses peradangan kronik dan fibrous dari
leptomeningen (arakhnoid dan pia mater). Biasanya terjadi
pada kanalis spinalis. Arakhnoiditis spinal dapat terjadi
karena tuberkulosa, terjadi sebelum maupun sesudah
munculnya gejala klinis meningitis tuberkulosis. Bila
tuberkel
submeningeal
pecah
ke
dalam
rongga
subarakhnoid, akan menyebabkan penimbunan eksudat dan
jaringan
fibrosa
sehingga
terjadi
perlengketan
di
leptomeningen medulla spinalis. Gejala klinis timbul akibat
adanya kompresi local pada medulla spinalis atau
terkenanya radiks secara difus.
Arakhnoiditis spinal paling sering mengenai pertengahan
vertebra thorakalis, diikuti oleh vertebra lumbalis dan
vertebra servikalis. Biasanya perlekatan dimulai dari dorsal
medulla spinalis. Gejala pertama biasanya berupa nyeri
spontan bersifat radikuler, diikuti oleh gangguan motorik
berupa paraplegi atau tetraplegi. Gangguan sensorik dapat
bersifat segmental di bawah level penjepitan. Kemudian